1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Partus biasa atau partus
normal atau partus spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau alat bantu serta tidak melukai ibu dan bayi,
dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Kehamilan aterm adalah kehamilan yang berusia antara 37 sampai 42 minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir Saifuddin AB, 2008. Partus prematur adalah kehamilan yang berusia 28 sampai 36 minggu, dimana hasil konsepsi dapat hidup tetapi
belum aterm atau cukup bulan dengan berat janin antara 1000-2500 gram. Cunningham, 2006. Sampai saat ini kelahiran prematur merupakan salah satu
penyebab utama kematian perinatal dan kecacatan jangka panjang, prematuritas memberikan kontribusi 70-80 penyebab kematian perinatal di Indonesia
karena dengan berat janin yang kurang dan usia yang belum cukup maka alat vitalnya belum sempurna sehingga menimbulkan beberapa penyakit jangka
pendek gangguan nafas, perdarahan otak, dan radang usus yang sering menyebabkan kematian, dan juga penyulit jangka panjang seperti ketulian,
kebutaan, dan kelumpuhan. Husnina, 2006. Setiap tahun jumlah kelahiran bayi di Indonesia mencapai sekitar 4,5 juta
bayi Data BPS, 2006. Saat ini jumlah persalinan 1,2 tiap tahunnya dan angka persalinan di Indonesia pada tahun 2009 masih cukup tinggi yaitu sebesar 228
per 100.000 persalinan Republika Newsroom, 2009. Angka persalinan
prematur di seluruh dunia berkisar antara 10-20. Indonesia sendiri memiliki angka kelahiran prematur sekitar 19. Di negara maju angka prematuritas adalah
antara 5 – 10 di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan sebagian Amerika
Selatan, dan 10 – 30 di negara-negara Afrika dan Asia Tenggara
. Menurut
laporan departemen kesehatan New South Wales angka kejadian kelahiran prematur pada tahun 2000 sampai 2004 di Indonesia sebesar 5,7 NSW
Department of Health, 2006. Angka kelahiran prematur yang tercatat di Indonesia pada tahun 2009 sekitar 19, sekitar 400 ribu bayi dilahirkan
prematur dari 4,4 juta kelahiran setiap tahunnya .
Berdasarkan laporan KabupatenKota di Jawa Timur tahun 2008 diketahui dari 558.934 jumlah bayi
lahir hidup ada 13.917 bayi yang BBLR 2,49. Jumlah BBLR tersebut meningkat dibandingkan tahun 2006 12.922 kasus dan tahun 2007 10.472
kasus Dinkes Jatim, 2009. sedangkan di RSUD Dr. Soedarsono Pasuruan 2011 angka kejadian partus prematur 21 dari 503 persalinan 4,2.
Persalinan prematur dapat dipengaruhi faktor-faktor seperti paritas, kehamilan kembar, plasenta previa, preeklampsieklampsi, KPD, anemia, status
gizi, inkompetensi serviks, aktifitas pekerjaan, riwayat obstetri, stress psikologi, merokok, minum alkohol, penyakit penyerta, infeksi Saifuddin, 2007. Anemia
kehamilan di sebut “Potential Danger to Mother and Child” potensial membahayakan ibu dan anak, karena itulah anemia memerlukan perhatian
serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan. Pengaruh anemia dalam kehamilan diantaranya adalah dapat
menyebabkan BBLR dan perdarahan. Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat gizi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah
bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah Nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia Manuaba, 2001. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah kecukupan besi dalam tubuh dan metabolism besi dalam tubuh. Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan
untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang
rendah. Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang
lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Kadar hemoglobin ibu hamil trimester III yang rendah dan tinggi dapat
mengakibatkan pertumbuhan janin terhambatkecil untuk masa kehamilan Wang J, 2007. Trimester III kehamilan memang merupakan masa dimana
terjadinya pertumbuhan janin yang lebih cepat dibandingkan trimester sebelumnya Cunningham, 2006. Pada kehamilan trimester III kebutuhan
oksigen dan volume darah semakin meningkat karena jumlah serum lebih besar dari pada pertumbuhan sel darah hemodilusi. Masa puncak terjadi pada umur
kehamilan 32 minggu. Serum darah volume darah bertambah 25-30, sedangkan sel darah merah bertambah 20, curah jantung akan bertambah
30. Namun, peningkatan volume darah terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan
konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi Abdulmuthalib, 2009. Menurut Manuaba 1998, bahwa kurangnya hemoglobin akan berakibat pada
berkurangnya kemampuan absorbsi dan transportasi oksigen ke berbagai jaringan, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim yang menghasilkan persalinan dengan prematuritas tinggi,
BBLR, cacat bawaan, kelahiran dengan anemia, intelegensia rendah dan lebih fatal lagi adalah kematian janin. Pada bayi prematur alat tubuh belum berfungsi
seperti bayi matur. Oleh sebab itu, ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang
sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tingginya angka kematiannya. Dalam
hubungan ini sebagian besar perinatal pada bayi-bayi prematur. Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomik maupun
fisiologik maka mudah timbul beberapa kelainan seperti berikut: Suhu yang tidak stabil, gangguan pernafasan, gangguan alat pencernaan, imatur hati, ginjal yang
immature, gangguan imunologik. Wiknjosastro, 2002 Berdasarkan data-data diatas, maka peneliti ingin mengetahui perbedaan
kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester III pada persalinan normal dan persalinan prematur di RSUD Dr Soedarsono Pasuruan.
1.2 Rumusan Masalah