xi
Tanda Nama
Huruf Latin Baca
َ◌
fatḥ ah dan ya ai
َ◌
fathah dan wawu au
3. Maddah vokal panjang
Maddah atau vokal panjang dilambangkan dengan harakat dan huruf, transliterasinya adalah sebagai berikut:
Tanda Nama
Huruf Latin Baca
َ◌
fatḥ ah dan alif panjang
ِ◌
kasrah dan ya panjang
ُ◌
dhammah dan wawu
panjang
4. Ta marbūthah
Terdapat dua macam transliterasi untuk t marbutah, yaitu:
a. Ta marb thah hidup Huruf
dibaca hidup apabila mendapat harakat fathah, kasrah, dan dhammah, maka transliterasinya adalah t.
Contoh: waḫ dat al-wujūd
b. Ta marb thah mati Huruf
dibaca mati tak dibaca apabila mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah h.
Contoh: tharī
qah al-
jāmi’ah al-islāmiyyah
xii
5. Syaddah tasyd
īd
Syaddah atau tasyd d
dalam sistem penulisan bahasa Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah. Transliterasinya ditulis dengan
huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda tersebut. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda itu terletak setelah kata sandang
yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. lihat pada bagian kata sandang Contoh:
rabbanā rabbī
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf dan
al baik diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Penulisannya ditulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan
tanda -. Perhatikan pula transliterasi huruf syamsiyyah dan qamariyyah pada contoh kata sandang di bawah.
Contoh: ditulis al-rajul, bukan ar-rajul
ditulis al- darūrah, bukan ad-darūrah
ditulis al-fajr ditulis al-yaum
7. Hamzah
Hamzah dilambangkan dengan apostrof. Tetapi ini hanya berlaku bagi hamzah yang diletakkan di tengah dan di akhir kata. Apabila letaknya di awal
kata, maka huruf ini tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ditulis berupa alif
.
Contoh: syaiun
umirtu
xiii
8. Cara Penulisan Transliterasi
Setiap kata, baik itu kata kerja fi’l, kata benda ism, maupun huruf harf ditulis secara terpisah. Berikut contoh transliterasi dengan berpedoman
pada ketentuan-ketentuan di atas:
Teks Arab Teks Latin
dzahaba al-ustādzu tsabata al-ajru
idzhabū antum asyhadu an lā ilāha illā Allāh
yuatstsirukum Allāh Maulānā Malik al-Shālih
al-ā yāt al-kauniyyah
xiv
DAFTAR ISTILAH
BSa : bahasa sasaran
BSu : bahasa sumber
dll : dan lain-lain
dsb : dan sebagainya
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
TSa : teks sasaran
TSu : teks sumber
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia alih bahasa atau penerjemahan di era global saat ini sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Hal ini terlihat dengan kegiatan penerjemahan yang semakin
marak dan berkembang di berbagai bidang. Mengutip pernyataan Newmark dalam esainya yang menyebutkan, no global communication without translation,
1
‘tidak ada komunikasi global tanpa penerjemahan’. Komunikasi global yang dimaksud
ialah komunikasi lintas bahasa yang menjadi peran utama demi kemajuan peradaban, dimana perkembangan ilmu pengetahuan dunia setiap waktu semakin
pesat. Pada saat itu pula pelbagai penelitian dituangkan ke dalam bentuk buku-buku dengan bahasa yang beragam.
Peran seorang penerjemah merupakan salah satu hal penting untuk dapat berkomunikasi lintas bahasa. Sedangkan kegiatan menerjemahkan adalah langkah
yang harus ditempuh demi mengejar ketertinggalan. Pada dasarnya kegiatan penerjemahan merupakan upaya dalam mencari padanan kata-kata suatu bahasa
dengan kata-kata bahasa lain. Proses ini cukup rumit mengingat bahasa sumber terkadang bukanlah mother language bagi setiap penerjemah maupun sebaliknya.
Selain itu, wawasan mengenai gramatikal kedua bahasa harus dipahami. Unsur yang berada di luar bahasa seperti budaya juga harus diperhatikan oleh penerjemah.
Pernyataan tersebut selaras dengan tulisan Geoffrey dalam bukunya yang menegaskan bahwa bahasa mencerminkan
budaya dan penerjemah harus
1
Peter Newmark, No Global Communication Without Translation, dalam Anderman, Gunilla Rogers, Margaret eds. Translation Today: Trends and Perspectives. Clevedon: Multilingual Matters
Ltd., 2003, h. 55-67.
2
memahami budaya serta langkah stereotip dalam mereproduksi makna teks sumber.
2
Dengan kata lain, penerjemahan tidak hanya terpaku pada padanan secara leksikal yang ada pada kamus saja, tetapi juga harus mampu memaknainya dari sisi
teks, koteks, dan konteks. Sebab keberterimaan hasil terjemahan akan dirasakan oleh pembaca. Seperti yang diungkapkan Machali bahwa pembaca hanya melihat
‘hasil’ praktik penerjemah, bukanlah praktik penerjemahannya.
3
Penerjemahan dibagi menjadi teks dan nonteks. Pada penerjemahan teks, objek yang diterjemahkan mengacu pada tulisan yang terdapat dalam pelbagai teks
cetak, sedangkan untuk objek penerjemahan nonteks adalah bunyi bahasa sumber yang diterjemahkan secara langsung sesuai makna yang terkandung dalam bahasa
sasaran. Apabila dirincikan penerjemahan teks memiliki kajian yang lebih luas lagi, seperti buku, dokumen hukum, naskah fiksi maupun nonfiksi, termasuk teks yang
terdapat pada kemasan produk. Dalam hal ini teks produk termasuk ke dalam wilayah penerjemahan teks lokalisasi atau penerjemahan terhadap suatu produk
yang akan dipasarkan di suatu wilayah.
4
Kata produk diartikan sebagai barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses
produksi.
5
Dalam KBBI dijelaskan pula bahwa produk termasuk di antaranya benda atau yang bersifat kebendaan seperti barang, bahan, dan hasil kerja.
Hal ini menarik karena produk merupakan salah satu barang yang akrab dengan kehidupan sehari-hari. Produk yang dimaksudkan dalam pembahasan ini
2
Geoffrey Samuelsson-Brown, A Practical Guide for Translators, Great Britain: Short Run Press Ltd., 2010, h. 34.
3
Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah: Panduan Lengkap bagi Anda yang Ingin Menjadi Penerjemah Profesional, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2009, h. 30.
4
Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, Tangerang Selatan: Alkitabah, 2014, h. 33.
5
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 1213.
3
merupakan olahan makanan dalam negeri yang pada bungkus kemasannya tertera teks bahasa Indonesia sebagai TSu dan teks bahasa Arab sebagai TSa. Jika diamati
bahasa produk sedikit berbeda dengan bahasa buku. Bahasa produk lebih singkat, padat, jelas. Berbeda dengan bahasa buku yang lebih deskriptif dan terperinci.
Fokus utama perhatian peneliti ialah strategi dalam menerjemahkannya. Berikut contoh lingkup kajian yang melatarbelakangi penelitian ini. Contoh teks
berikut terdapat pada produk Richeese dan Richoco yang masih dalam satu perusahaan oleh PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia. Pada kemasan tersebut tertera
teks ‘wafer krim cokelat’ dan ‘wafer krim keju’ yang diterjemahkan menjadi
ﻢ
û
ِﺮ ﻛ ٌﺔ َﻗﺎ َﻗ َر ُﺗ َﻻ ْﻮ ُﻛ ْﻮ ﱡﺸ ﻟ ا
dan
َﻨ ْﺒ ُﺠ ﻟ ﺎ ﺑ ْﺮ ِﻔ
û
َو
. Apabila dianalisis kata demi kata, maka pada teks pertama, ‘coklat’ diterjemahkan
ﱡﺸ ﻟ ا ْﻮ
ُﻛ ْﻮ
َﻻ ُﺗ
, ‘wafer’ diterjemahkan
َر َﻗ
َﻗﺎ ٌﺔ
, dan ‘krim’ diterjemahkan
ِﺮ ﻛ
û
ﻢ
. Semua kata tersebut dipadankan ke dalam bahasa Arab secara literal. Lain halnya dengan teks kedua, ‘wafer’ diterjemahkan
َو
û
ِﻔ ﺮ
dan ‘krim keju’ menjadi
ِﺑ ْﻟﺎ
ُﺠ ْﺒ
َﻨ
. Inilah salah satu ragam strategi penerjemahan yang apabila dianalisis keduanya memiliki strategi penerjemahan yang berbeda.
Contoh tersebut merupakan teks yang sering kita temukan dalam kemasan sebuah produk makanan. Pengetahuan mengenai strategi penerjemahan merupakan
salah satu teori yang harus dimiliki oleh seorang penerjemah. Tanpa pengetahuan ini, dapat dipastikan hasil terjemahan akan sulit untuk dipahami oleh pembaca TSa.
Paling tidak penerjemah mampu memadankannya sedekat mungkin ke dalam BSa. Penelitian mengenai analisis strategi penerjemahan pada teks kemasan
produk masih jarang dilakukan, khususnya dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab. Seorang penerjemah tidak hanya dituntut untuk dapat menerjemahkan dari
4
bahasa asing ke dalam bahasa sendiri, tetapi juga dituntut untuk dapat menerjemahkan dari bahasa sendiri ke dalam bahasa asing. Berdasarkan latar
belakang tersebut,
penelitian ini
mengangkat judul,
“ STRATEGI
PENERJEMAHAN BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA ARAB PADA TEKS KEMASAN PRODUK MAKANAN RINGAN.”
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah penelitian dan menghindari perluasan masalah, peneliti merumuskannya melalui pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi penerjemahan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab yang terdapat pada teks kemasan produk makanan ringan?
2. Jenis strategi apa yang paling banyak digunakan oleh penerjemah saat menerjemahkan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab pada teks kemasan
produk makanan ringan?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan:
1. Mengetahui ragam strategi penerjemahan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab yang terdapat pada teks kemasan produk makanan ringan.
2. Mengetahui jenis strategi penerjemahan yang banyak digunakan oleh penerjemah saat menerjemahkan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab pada
teks kemasan produk makanan ringan.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi
mengenai bentuk-bentuk strategi penerjemahan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab yang terdapat pada kemasan produk makanan ringan.
2. Manfaat Praktis a. Memberikan wawasan tentang taktik dalam menerjemahkan kata atau
kelompok kata yang tertera pada teks kemasan produk. b. Memberikan wawasan tentang
peristilahan bahasa Arab
yang digunakan dalam dunia produk.
E. Kajian Terdahulu
Peneliti telah menemukan beberapa kajian terkait strategi penerjemahan, namun belum ditemukan mengenai startegi penerjemahan pada teks kemasan
produk makanan ringan. Penelitian pertama berjudul, “Metode dan Strategi Terjemahan al-Quran Mahmud Yunus”. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa
Tarjamah, Lukman Hakim pada tahun 2015. Skripsi tersebut menganalisis metode serta strategi penerjemahan al-Quran dengan studi kasus terjemahan ayat yang
mengandung isim maushul
ﺎ ﻣ
dan
ﻦ ﻣ
dan min bayaniyyah. Penelitian kedua merupakan skripsi milik Hairiyah dengan judul,
“Peristilahan Fitur Telepon Selular dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam Bahasa Indonesia Studi Kasus Nokia dan Sony Ericson.” Penelitian yang
dilakukan pada tahun 2009 ini mengkaji pemadanan kedua bahasa yang dilihat dari teknik dan ideologi penerjemahan dalam dua produk ponsel ternama.
6
Pada penelitian ketiga dan selanjutnya, peneliti menemukan beberapa hasil kajian terdahulu dari mahasiswa konsentrasi penerjemahan translation Bahasa
dan Sastra Inggris UIN Jakarta. Penelitian tersebut diantaranya berjudul, “The Translation Procedures in Serving Suggestion of Food and Drink Products”,
adalah skripsi Jehan Fadhilla pada tahun 2012. Penelitian ini menganalisis strategi yang digunakan dalam buku panduan penyajian makanan dan minuman.
Penelitian keempat berjudul, “A Translation Procedure of English into Indonesian in Legal Document.” Skripsi tersebut milik Sitta Aisyah Febriandari
pada tahun 2011. Penelitiannya mengenai strategi penerjemahan bahasa Inggris ke dalam Indonesia dalam dokumen resmi.
Penelitian kelima adalah skripsi milik Yoyoh pada tahun 2010 dengan judul, “The Analysis of Translation Procedure in The Label of Baby Products”.
Penelitian ini juga menganalisis strategi penerjemahan yang digunakan khususnya pada produk-produk bayi.
Adapun perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang diangkat dalam skripsi ini yaitu terletak pada objek kajian TSu. Dalam skripsi ini
peneliti mengambil sampel TSu berbahasa Indonesia yang terdapat pada kemasan produk makanan ringan yang diterjemahkan ke dalam TSa berbahasa Arab. Apabila
dilihat dari kajian sebelumnya, kebanyakan analisis mengkaji dari bahasa sumber asing ke dalam bahasa sasaran Indonesia. Analisis mengenai strategi penerjemahan
bahkan jarang ditemukan dalam penelitian-penelitian mahasiswa jurusan Tarjamah. Mengingat strategi penerjemahan merupakan salah satu teori penting dalam
kegiatan menerjemahkan sebuah kata ataupun kelompok kata, maka penelitian ini mengangkat judul tersebut.
7
F. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat poin. Berikut penjelasannya:
1. Metode Penelitian Metode yang digunakan peneliti adalah kualitatif deskriptif, yaitu
dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan masalah penelitian. Kemudian dideskripsikan sehingga memberikan kejelasan terhadap objek
yang diteliti. Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya
ada pengungkapan fakta.
6
Dalam memperoleh data, peneliti juga menggunakan studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan referensi yang berkaitan
dengan penelitian, kemudian memilih antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain.
2. Sumber Data Data yang peneliti ambil terdiri dari sumber primer dan sekunder.
Sumber primer atau sumber utama yang diambil ialah kemasan produk makanan produksi Indonesia yang ada di pasaran. Pada kemasan tersebut
terdapat bahasa Indonesia sebagai TSu dan bahasa Arab sebagai TSa. Sedangkan sumber sekunder atau pendukung, peneliti mengambil dari
literatur buku yang berhubungan dengan penerjemahan, dan kamus-kamus sebagai pendukung, di antaranya; Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI,
Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, Kamus al-Munawwir Indonesia- Arab, serta internet sebagai penunjang.
6
Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia, 1993, h. 19.
8
3. Teknik Pengumpulan Data Secara teknis, penelitian yang dilakukan terlebih dahulu adalah
menentukan objek kajian berupa teks bahasa Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada kemasan produk makanan ringan. Setelah itu
membacanya secara keseluruhan, kemudian mencatat hasil terjemahan bahasa Indonesia yang memiliki beberapa strategi penerjemahan dalam
padanan bahasa Arabnya. Setelah didapat kemudian data tersebut dianalisis berlandaskan teori.
4. Analisis Data Langkah analisis yang peneliti lakukan terlebih dahulu yaitu dengan
melihat hasil terjemahannya pada tataran padanan kata demi kata, setelah itu menganalisis bentuk penerjemahannya. Sehingga akan didapati hasil
analisis strategi penerjemahan kata maupun frasa yang ada pada teks bahasa Arabnya. Penulisan hasil penelitian yang dilakukan ini berpedoman pada
buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah skripsi, tesis, dan disertasi yang berlaku di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disajikan dalam lima bab, terdiri dari bab I pendahuluan yang merupakan bagian keseluruhan topik penelitian ini. Pada bab ini peneliti
merincinya menjadi beberapa sub-bab yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian terdahulu,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
9
Bab II memaparkan kerangka teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini. Pada bagian penjelasan kerangka teori ini, secara umum dibagi menjadi tiga
sub-bab, di antaranya mengenai teori umum penerjemahan, metode penerjemahan, dan strategi penerjemahan.
Bab III kajian tentang kemasan produk. Dalam bab ini, peneliti membagi ke dalam tiga sub-bab yang meliputi definisi produk, produk kajian teks kemasan,
serta profil perusahaan. Bab IV merupakan analisis dari hasil temuan penelitian terkait objek yang
diteliti dengan menerapkan teori yang ada pada bab kedua. Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, di antaranya berupa temuan dan analisis.
Bab V penutup menyuguhkan pembahasan kesimpulan akhir dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam bab ini ada dua sub-bab, yaitu kesimpulan
dan saran. Selain dari kelima bab tersebut, peneliti juga melampirkan beberapa lampiran
dari objek kemasan produk yang diteliti pada bagian akhir bab.
10
BAB II KERANGKA TEORI
A. Teori Umum Penerjemahan
Kegiatan alih bahasa atau penerjemahan bukanlah hal yang baru dalam peradaban umat manusia saat ini. Diperkirakan kegiatan ini sudah ada semenjak
peradaban manusia sendiri itu hadir. Penerjemahan yang dimaksud bukan hanya pada tataran alih bahasa saja, melainkan sesuai pernyataan Jakobson dalam esainya
berjudul, ‘On Linguistic Aspects of Translation’ yang menjelaskan bahwa kegiatan penerjemahan terbagi menjadi tiga kategori besar.
7
Kategori tersebut diantaranya adalah sebagai berikut;
1. penerjemahan intralingual rewording, kegiatan ini berlangsung dalam bahasa yang sama,
2. penerjemahan interlingual translation proper, kegiatan ini melibatkan beberapa bahasa,
3. penerjemahan intersemiotik transmutation, kegiatan ini melibatkan dua sistem simbol berbeda.
Dalam perspektif komunikasi global, tak dapat disangkal bahwa kegiatan penerjemahan sangatlah penting. Khususnya penerjemahan interlingual atau
antarbahasa. Kegiatan alih bahasa dapat berarti alih pengetahuan. Hal ini dikarenakan banyaknya penemuan-penemuan baru dalam ranah ilmu pengetahuan
yang sudah tentu harus dipublikasikan ke seluruh belahan dunia serta mampu diakses oleh masyarakat global. Oleh karenanya, penerjemahan bisa menjadi kunci untuk
7
Jeremy Munday dan Basil Hatim, Translation an Advanced Resource Book, New York: Routledge, 2004, h. 5.
11
membuka akses tersebut, sehingga perbedaan bahasa tidak menjadi sekat terhalangnya ilmu. Telah banyak peradaban yang dihasilkan setelah adanya kegiatan
penerjemahan besar-besaran diberbagai zaman. Oleh karenanya, kegiatan menerjemahkan bukan berarti keterbelakangan, melainkan keterbukaan dan
kehendak ikut meramaikan dunia dengan saling menukar informasi dan pengetahuan.
8
1. Definisi Penerjemahan Istilah ‘penerjemahan’ dalam bahasa Indonesia sendiri berasal dari kata
‘terjemah’, dimana kata tersebut merupakan serapan dari bahasa Arab, yakni
ﺔ ﻤ ﺟ ﺮ ﺗ
tarjamah. Dalam bukunya Syihabuddin mengatakan bahwa bahasa Arab juga meminjam istilah dari bahasa Armenia, turjuman, yang sebentuk dengan
tarjaman dan tarjuman, artinya orang yang mengalihkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain.
9
Apabila dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI disebutkan bahwa terjemah atau menerjemahkan berarti menyalin memindahkan suatu
bahasa ke bahasa lain.
10
Istilah ini banyak diartikan oleh para tokoh yang konsen terhadap dunia alih bahasa, bahwa kegiatan tersebut secara umum merupakan
upaya untuk mengalihkan pesan dari bahasa sumber BSu ke dalam bahasa targetsasaran BSa.
Beberapa definisi berikut merupakan pandangan menurut para ahli di bidang alih bahasa dalam tulisannya tentang penerjemahan, diantaranya Catford
mengatakan, translation is the replacement of textual material in one language
8
Nur Mufid dan Kaserun AS Rahman, Buku Pintar Menerjemahkan Arab-Indonesia Cara Paling Tepat, Mudah dan Kreatif, Surabaya: Pustaka Progressif, 2007, h. 2.
9
Syihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia Teori dan Praktek, Bandung: Humaniora, 2005, h. 7.
10
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat, h. 1452.
12
SL by equivalent textual material in another language TL.
11
‘Terjemah adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa BSu dengan materi
tekstual yang sepadan dengan bahasa lain BSa. Nida dan Taber juga mengemukakan bahwa, translating consists of reproducing in the receptor
language the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.
12
‘Penerjemahan adalah usaha mencipta kembali pesan dalam BSu ke dalam BSa dengan padanan alamiah yang
sedekat mungkin, pertama dalam hal makna dan kemudian gaya bahasanya.’ Menurut Catford yang harus sepadan ialah materi tekstualnya, ini bisa jadi
kosakatanya, struktur gaya bahasanya, dan maknanya. Demikian juga yang dikatakan Nida dan Taber yang menyinggung padanan makna dan gaya bahasa
penerjemahan dalam definisinya. Penjelasan lain yang juga menyinggung tentang makna ialah Syihabuddin
yang mendefinisikan penerjemahan sebagai pengungkapan makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan maksud
tuturan itu.
13
Tak jauh beda dengan Larson, dalam bukunya ia juga menulis bahwa penerjemahan pada dasarnya adalah suatu perubahan bentuk makna
bahasa dari BSu ke dalam BSa. Bentuk bahasa yang dimaksud adalah struktur lahir bahasa itu sendiri mengacu pada kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, baik
lisan maupun tertulis. Bentuk BSu disalin ke dalam bentuk BSa melalui struktur
11
J. C. Catford, A Linguistic Theory of Translation: An Essay in Applied Linguistics, London: Oxford University Press, 1965, h. 20.
12
Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, The Theory and Practice of Translation, Leiden: E. J. Brill, 1974, h. 12.
13
Syihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia Teori dan Praktek, h. 8.
13
semantis. Ia menegaskan bahwa maknalah yang dialihkan dan harus dipertahankan, sedangkan bentuk boleh diubah.
14
Konsep penerjemahan yang diungkapkan oleh keempat tokoh tersebut ialah mengenai padanan makna dalam BSa. Makna yang muncul pada BSa
merupakan hasil pemadanan sesuai dengan apa yang ada dalam BSu, ini bertujuan agar pembaca dapat memahami makna yang disampaikan oleh penulis.
Dengan kata lain, definisi ini menekankan bahwa meskipun gaya bahasa itu penting, tetapi makna yang disampaikan harus menjadi prioritas utama dalam
penerjemahan. Lain halnya pakar penerjemahan, Peter Newmark menjelaskan bahwa,
translation is a craft consisting in the attempt to replace a written message andor statement in one language by the same message andor statement in
another language.
15
‘Penerjemahan adalah suatu kiat yang merupakan usaha untuk mengganti suatu pesan atau pernyataan tertulis dalam satu bahasa dengan
pesan atau pernyataan yang sama dalam bahasa lain. Ia menggunakan istilah ‘mengganti’ pesan dan memaknainya ‘sama’ tetapi ‘dalam bahasa yang lain’
sebagai konsep utama penerjemahan yang dimaksudkan. Sementara Syarif Hidayatullah mendefinisikan terjemah sebagai proses memindahkan pesan yang
telah diungkapkan dalam BSu ke dalam BSa secara sepadan dan wajar sehingga tidak menimbulkan kesalahpersepsian.
16
Keduanya mengungkapkan bahwa kesepadanan pesan dari BSu ke dalam BSa harus diperhatikan. Sedangkan Frans Sayogie berkesimpulan bahwa definisi
14
Mildred L. Larson, Penerjemahan Berdasar Makna: Pedoman untuk Pemadanan Antarbahasa, Jakarta: Arcan, 1989, h. 3.
15
Peter Newmark, Approaches to Translation Language Teaching Methodology Series, Oxford: Pergamon Press, 1981, h. 7.
16
Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer, h. 17.