KERANGKA TEORI Strategi penerjemahan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab pada teks kemasan produk makanan ringan

13 semantis. Ia menegaskan bahwa maknalah yang dialihkan dan harus dipertahankan, sedangkan bentuk boleh diubah. 14 Konsep penerjemahan yang diungkapkan oleh keempat tokoh tersebut ialah mengenai padanan makna dalam BSa. Makna yang muncul pada BSa merupakan hasil pemadanan sesuai dengan apa yang ada dalam BSu, ini bertujuan agar pembaca dapat memahami makna yang disampaikan oleh penulis. Dengan kata lain, definisi ini menekankan bahwa meskipun gaya bahasa itu penting, tetapi makna yang disampaikan harus menjadi prioritas utama dalam penerjemahan. Lain halnya pakar penerjemahan, Peter Newmark menjelaskan bahwa, translation is a craft consisting in the attempt to replace a written message andor statement in one language by the same message andor statement in another language. 15 ‘Penerjemahan adalah suatu kiat yang merupakan usaha untuk mengganti suatu pesan atau pernyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama dalam bahasa lain. Ia menggunakan istilah ‘mengganti’ pesan dan memaknainya ‘sama’ tetapi ‘dalam bahasa yang lain’ sebagai konsep utama penerjemahan yang dimaksudkan. Sementara Syarif Hidayatullah mendefinisikan terjemah sebagai proses memindahkan pesan yang telah diungkapkan dalam BSu ke dalam BSa secara sepadan dan wajar sehingga tidak menimbulkan kesalahpersepsian. 16 Keduanya mengungkapkan bahwa kesepadanan pesan dari BSu ke dalam BSa harus diperhatikan. Sedangkan Frans Sayogie berkesimpulan bahwa definisi 14 Mildred L. Larson, Penerjemahan Berdasar Makna: Pedoman untuk Pemadanan Antarbahasa, Jakarta: Arcan, 1989, h. 3. 15 Peter Newmark, Approaches to Translation Language Teaching Methodology Series, Oxford: Pergamon Press, 1981, h. 7. 16 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer, h. 17. 14 penerjemahan itu antara lain; melibatkan dua bahasa, upaya mengalihkan teks BSu dengan teks yang sepadan dalam BSa, dan yang diterjemahkan tersebut adalah makna sebagaimana yang dinyatakan oleh pengarang. 17 Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa, penerjemahan berfokus pada makna ekuivalen atau padanan suatu bahasa dalam bahasa lain. Mungkin kata sepadan atau padanan tersebut lebih tepat digunakan dalam dunia penerjemahan mengingat secara linguistik tidak ada kata-kata yang sama persamaan dalam bahasa yang berlainan. Sehingga penerjemahan dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan dalam upaya untuk menyampaikan kembali pesan yang terdapat dalam BSu dengan memperhatikan aspek kesepadanannya agar pesan dapat diterima dan dipahami oleh pembaca BSa. 2. Proses Penerjemahan Proses penerjemahan di sini maksudnya adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang penerjemah pada saat mengalihkan amanat dari BSu ke dalam BSa. 18 Kegiatan ini pada dasarnya dimaksudkan agar hasil penyampaian pesan teks dalam BSa sesuai dengan apa yang terdapat pada teks BSu. Seorang penerjemah dituntut untuk mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari teks BSu. Oleh karena itu, dalam melakukan penerjemahan diperlukan kehati-hatian agar tidak menimbulkan kesalahan yang menyebabkan ketidakberterimaan pesan yang disampaikan. 17 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 10. 18 Rudolf Nababan, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 24. 15 Seorang penerjemah sebaiknya mengikuti serangkaian proses tersebut. Berikut ini adalah proses penerjemahan Syarif Hidayatullah. Ia membaginya ke dalam empat proses. 19 Berikut adalah bagannya: Gambar 1. Proses Penerjemahan Syarif Hidayatullah Proses penerjemahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Proses I merupakan pemahaman leksikal dan makna gramatikal BSu. Pada tahap ini seorang penerjemah harus bisa memahami penggunaan makna kosakata BSu. Termasuk perubahan morfologis dan pemahaman sintaksis yang jika tidak diperhatikan akan berimbas pada perubahan makna. Proses 2 merupakan pemahaman makna BSu. Penerjemah harus memahami struktur semantik dan pragmatik dalam teks BSu yang dikaitkan dengan konteks situasi teks BSu. Proses 3 merupakan sinkronisasi struktur kedua bahasa. Pada tahap ini, struktur luar BSu telah bertransformasi menjadi struktur dalam. Struktur dalam 19 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer, h. 20. PROSES 1 Pemahaman Leksikal Gramatikal BSu PROSES 2 Pemahaman Makna BSu MASUKAN Struktur Luar BSu PROSES 4 Pemadanan Makna ke dalam BSa PROSES 3 Sinkronisasi Struktur dalam BSu BSa KELUARAN Struktur Luar BSa 16 ini disinkronisasi untuk mendapatkan penyelarasan pemahaman teks dalam BSu ke dalam teks BSa. Proses 4 merupakan pemadanan makna ke dalam BSa. Hasil penyelarasan itu dikonversikan menjadi teks dalam BSa yang bisa dipahami oleh pembaca BSa. Pada tahap ini, penerjemah tidak boleh hanya memperhatikan aspek leksikal dan gramatikal saja, tetapi juga aspek semantis dan pragmatisnya. Proses penerjemahan ini harus dilakukan secara bertahap, hal ini bertujuan agar hasil terjemahan dapat dipahami secara konteks serta dapat memiliki keterbacaan secara makna. 3. Permasalahan Penerjemahan Secara umum biasanya permasalahan penerjemahan berkaitan dengan aspek kebahasaan, non-kebahasaan, dan kebudayaan. Adapun secara khusus dan terperinci berbagai permasalahan yang dihadapi penerjemah tersebut akan diuraikan sebagai berikut. a. Masalah teoretis Kegiatan penerjemahan merupakan kegiatan yang kompleks, hal ini dikarenakan melibatkan berbagai kemampuan kebahasaan secara bersamaan dan simultan. Di antara kemampuan itu ialah penguasaan dua bahasa, kemampuan teoretis tentang terjemah, dan pengetahuan mengenai berbagai hal yang melingkupi konteks pembicaraan suatu teks. Untuk mengatasi masalah ini seorang penerjemah harus memahami teori penerjemahan. Teori diperlukan dalam mereproduksi pesan dari BSu ke dalam BSa. Sehingga, dengan adanya teori tersebut kedua bahasa akan mengalami pemadanan yang lebih wajar dan dekat, baik arti maupun gaya bahasanya. 17 b. Masalah kosakata kebudayaan dan metafora Maksud kosakata kebudayaan ialah ungkapan yang menggambarkan tradisi, kebiasaan, norma, dan budaya yang berlaku di kalangan penutur BSu. Cara mengatasi masalah ini yaitu dengan mencari padanannya dalam BSa, bukan menerjemahkannya secara harfiah. Hal ini berhubungan dengan metode penerjemahan yang dilakukan. Bahkan Geoffrey dalam bukunya menegaskan, language reflects culture and the translator must understand cultural and stereotypical ways of reproducing the meaning of the source text. 20 ‘Bahasa mencerminkan budaya dan penerjemah harus memahami budaya serta langkah stereotip dalam mereproduksi makna teks sumber.’ Penerjemah diharuskan mengenal budaya kedua bahasa. Sedangkan masalah metafora berkaitan dengan pengasosiasian kata yang satu dengan kata yang lain apabila diterjemahkan secara harfiah. Misal: ِﺔ َﻌ ﱠﺴ ﻟ ا ُب َﺮ ْﻘ َﻋ apabila diterjemahkan secara harfiah akan bermakna ‘kalajengking jam’. Istilah tersebut tidak dikenal dalam masyarakat Indonesia. Sehingga makna yang dapat diterima yaitu ‘jarum jam’. c. Masalah transliterasi Masalah ini timbul karena tidak adanya aturan yang konsisten untuk dijadikan pegangan pengalihhurufan. Khususnya nama-nama asing yang ditransliterasikan ke dalam bahasa Arab. Seperti huruf latin ‘G’ yang dialihkan ke dalam bahasa Arab menjadi ج atau غ . Hal ini sering ditemui pada nama-nama orang, misalnya huruf ‘G’ pada nama Jhon Gerard yang di transliterasikan menjadi د ر ا َﺮ ِﺟ ن ْﻮ ُﺟ dan Albert Girard menjadi ت ﺮ ﺒ ﻟ ا 20 Geoffrey Samuelsson-Brown, A Practical Guide for Translators, h. 34. 18 . Lain lagi Plato yang ditulis menjadi ن ﻮ ط ﻼ ﻓ أ . Syihabuddin manyarankan untuk merujuk pada Encyclopedic Dictionary of Scientist and Inventors karya Ibrahim Badran dan Muhammad Faris yang memuat nama- nama ilmuwan dan para penemu di dunia, atau ensiklopedi Britanica dan Americana. 21 d. Masalah tanda baca Masalah yang harus diperhatikan penerjemah adalah tanda baca, pemakaian huruf kapital, tanda koma, huruf miring, tanda tanya, tanda petik, dll. Ini berkaitan dengan struktur luar BSa, karena bahasa Arab klasik tidak mengenal aturan tersebut. Struktur bahasa Arab tentu memiliki perbedaan dengan bahasa Indonesia. Oleh karenanya masalah penggunaan tanda baca harus diperhatikan. 4. Perkakas Penerjemah Penerjemah dibagi menjadi dua, yaitu interpreter juru bahasa dan translator penerjemah. Keduanya memiliki batasan-batasan tersendiri dalam melakukan penerjemahan. Begitu juga perkakas yang digunakan. Perkakas merupakan berbagai macam barang yang dapat dipakai sebagai alat. Dalam dunia penerjemahan, perkakas penerjemah yang dimaksud merupakan komponen yang digunakan penerjemah dalam kegiatannya pada saat menerjemahkan. Perkakas-perkakas tersebut dibagi menjadi dua, yaitu perkakas konvensional dan perkakas modern. 22 21 Syihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia Teori dan Praktik, h. 159. 22 Zuchridin Suryawinata Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori Penuntun Praktis Menerjemahkan, Yogyakarta: Kanisius, 2003, h. 27. 19 a. Perkakas konvensional Perkakas konvensional yang umum digunakan seorang penerjemah adalah kertas dan pensil. Akan tetapi, kamus juga termasuk ke dalam konvensional. Kamus yang dimaksud ialah kamus dalam bentuk cetak. Adapun kamus yang digunakan tidak hanya kamus ekabahasa yang memuat satu bahasa saja, al-Munjid misalnya. Selain dari itu, yang harus menjadi perhatian utama seorang penerjemah ialah kamus dwibahasa yang digunakan, seperti al-Munawwir. Oleh karenanya, kamus merupakan perkakas penting dalam mencari makna kedua. Baik itu diperoleh dari kamus umum, maupun kamus khusus yang terkait dengan bidang spesialisasinya. Buku-buku terkait tata bahasa baik BSu maupun BSa, buku-buku terkait kaidah gramatika bahasa non-baku juga termasuk ke dalamnya. Berbagai buku maupun ensiklopedia mengenai informasi sejarah, kebudayaan, dan peradaban kedua bahasa juga penting untuk memantapkan hasil terjemahan. b. Perkakas modern Bila konvensional masih dalam bentuk cetak. Lain halnya dengan perkakas modern yang mengacu pada berbagai bentuk referensi digital, termasuk di dalamnya kamus, buku-buku dan ensiklopedia-ensiklopedia dalam bentuk digital. Selain itu penggunaan akses layanan internet sebagai penunjang dalam melakukan dan memantapkan hasil terjemahan juga masuk ke dalamnya. 20

B. Metode Penerjemahan

Metode penerjemahan merupakan cara yang digunakan oleh penerjemah dalam mengungkapkan makna sebuah TSu saat hendak memutuskan penerjemahan. Terkadang sebuah metode tidak dapat diterapkan secara konsisten dari awal hingga akhir. Hal ini disebabkan keragaman teks yang dihadapi penerjemah menuntut penyelesaian dengan cara yang bervariasi pula. Oleh karenanya, metode penerjemahan biasanya digunakan sebagai pendekatan umum atau prinsip pokok dalam menerjemahkan sebuah teks secara keseluruhan. Tujuannya agar kegiatan penerjemahan yang dilakukan lebih efisien dan efektif. Menurut Maurits dalam bukunya mengungkapkan bahwa pada umumnya penerjemahan terbagi atas dua bagian besar, yaitu harfiah literal translation dan bebas free translation. 23 Pernyataan tersebut hampir senada dalam khazanah penerjemahan di dunia Arab yang menyebutkan bahwa metode penerjemahan terbagi menjadi dua macam, yaitu harfiah dan tafsiriah. 24 Metode harfiah ialah cara menerjemahkan dengan memperhatikan peniruan terhadap susunan dan urutan teks sumber. Sedangkan metode tafsiriah ialah cara penerjemahan dengan tidak memperhatikan peniruan susunan dan urutan TSu. Penerjemah tidak perlu memaksakan diri untuk dapat memahami setiap kata yang terdapat dalam TSu. Berbeda dengan literatur barat, metode penerjemahan dikaji dan diklasifikasikan secara lebih rinci. Metode penerjemahan milik seorang pakar penerjemah, Newmark dinilai paling lengkap dan memadai. Dia memandang bahwa metode penerjemahan dapat dilihat dari segi penekanannya terhadap BSu dan BSa. Empat metode berorientasi pada BSu atau berbasis semantik dan empat metode 23 Maurits D.S. Simatupang, Pengantar Teori Terjemahan, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pnedidikan Nasional, 19992000, h. 39. 24 Syihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia Teori dan Praktik, h. 69. 21 berorientasi pada BSa atau berbasis komunikatif. 25 Berikut ini merupakan diagram ‘V’ yang terdapat dalam teori penerjemahan Newmark. Berorientasi pada BSu Berorientasi pada BSa Kata demi kata Adaptasi Harfiah Bebas Setia Idomatik Semantik Komunikatif ————————————————————————————– Gambar 2. Diagram - V Newmark Diagram tersebut dinamai dengan ‘Diagram - V’ oleh karena diagram tersebut menyatakan bahwa semakin ke bawah mengerucut maka hasil terjemahan semakin mendekati BSa, sehingga hasilnya semakin baik dan lebih mudah untuk dimengerti oleh pembaca naskah terjemahan. Berikut adalah penjelasannya. 1. Penerjemahan Berorientasi pada Teks BSu Maksud dari penerjemahan yang berorientasi terhadap teks BSu ialah terjemahan yang penerjemahannya berusaha mempertahankan ciri-ciri ekspresi atau gaya ungkap penulisnya. 26 a. Kata demi kata word for word translation Metode ini merupakan metode dengan menerjemahkan sebuah kata dengan apa adanya. Berfokus pada kata demi kata BSu dan susunan kata tersebut dipertahankan sedemikian rupa tanpa mengindahkan konteks 25 Emzir, Teori dan Pengajaran Penerjemahan, cetakan ke-1, Depok: Rajagrafindo Persada, 2015, h. 60. 26 Zuchridin Suryawinata Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori Penuntun Praktis Menerjemahkan, h. 57. 22 pemakaiannya. Biasanya digunakan oleh para pemula yang belum memiliki wawasan BSu cukup baik atau teks yang sukar untuk dipahami. Kelebihan metode ini dapat memudahkan pembaca menghafal arti kata per kata dalam sebuah kalimat. Contoh: pahit manis akhirat dunia ِة َﺮ ِﺧ ﻵ ا ُة ﱠﺮ ُﻣ þ ُة َﻮ ْﻠ َﺣ َو ِة َﺮ ِﺧ ﻵ ا ُة َﻮ ْﻠ َﺣ ُة ﱠﺮ ُﻣ akhirat dunia dan manis pahit Apabila mengikuti metode penerjemahan kata demi kata, makna hasil terjemahannya tersebut akan berbunyi, ‘Pahit dunia manis akhirat dan manis dunia pahit akhirat.’ b. Harfiah literal translation Metode ini dilakukan dengan mengalihkan konstruksi gramatikal BSu yang terdekat dalam konstruksi BSa. Penerjemahan dengan metode ini juga masih terpisah dari konteks. Penerjemahan harfiah sering diterapkan pada sistem penerjemahan al-Quran. Hasil terjemahan masih terasa kaku mengingat masih memaksakan kaidah-kaidah BSu. Untuk menghindari kesalah-pahaman dan membingungkan pembaca BSa, terkadang penerjemahan ini melengkapinya dengan catatan kaki. Contoh: BSu: BSa: Janganlah biarkan tanganmu terikat pada lehermu. Membuat tangan terikat pada leher disini bermakna ‘kikir’. Itulah salah satu contoh penerjemahan harfiah. 23 c. Setia faithful translation Pada metode ini penerjemah sesetia mungkin mengalihkan makna kontekstual BSu meskipun melanggar gramatikal BSa. Kata-kata yang bermuatan budaya sudah dialihbahasakan meskipun masih menyimpang dari segi tata bahasa. Metode ini berusaha untuk setia sepenuhnya terhadap pesan yang disampaikan dalam TSu. Contoh: BSu: ü BSa: Dia laki-laki dermawan karena banyak abunya. 27 Dari terjemahan ini terlihat bahwa penerjemah berupaya untuk tetap setia pada bahasa sumber, meskipun sudah terlihat ada upaya untuk mereproduksi makna kontekstual. Kesetiaan tersebut tampak pada adanya upaya untuk tetap mempertahankan ungkapan metaforis yang tersurat dalam teks aslinya. d. Semantik semantic translation Metode ini berfokus pada pencarian padanan pada tataran kata, tetapi masih terikat budaya BSu. Penerjemah berusaha mengalihkan makna kontekstual sedekat mungkin dengan struktur sintaksis dan semantik BSa. 28 Contoh: BSu: BSa: Dia seorang yang dermawan. Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih memperhitungkan unsur estetika teks bahasa sumber, dan kreaktif dalam 27 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 59. 28 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, h. 55. 24 batas kewajiban. Selain itu penerjemahan setia sifatnya masih terikat dengan bahasa sumber, sedangkan penerjemahan semantik lebih luwes dan fleksibel. 2. Penerjemahan Berorientasi pada Teks BSa Maksud dari penerjemahan yang berorientasi terhadap teks BSa ialah terjemahan yang penerjemahannya berusaha menuliskan kembali makna atau pesan teks BSu ke dalam teks BSa dengan kata yang mudah dimengerti. 29 Terjemahan ini akan lebih terbaca layaknya teks asli, bahkan tidak terlihat sebagai sebuah teks penerjemahan. a. Adaptasi adaptation translation Metode penerjemahan ini tidak terlalu memperhatikan keteralihan TSa. Metode ini merupakan metode penerjemahan teks yang paling bebas, sering juga disebut sebagai penerjemahan saduran. Terjadi penyelarasan budaya BSu ke dalam budaya BSa. Biasanya digunakan untuk penerjemahan drama, puisi, dan film. Namun demikian, tema, karakter, dan alur cerita biasanya masih dipertahankan oleh penerjemah. Contoh: BSu: BSa Harfiah: Membolak-balikkan kedua tangannya tanda menyesal. BSa Adaptasi: Mengelus dada. Ungkapan bahasa Arab dalam terjemahan surat al-Kahfi ayat 42 tersebut mencandrakan penyesalan. Hal tersebut berbeda dengan budaya 29 Zuchridin Suryawinata Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori Penuntun Praktis Menerjemahkan, h. 57. 25 Indonesia yang mencandrakan penyesalan dengan ungkapan ‘mengelus dada’. 30 b. Bebas free translation Pada metode ini, penerjemah lebih mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks BSu. 31 Biasanya berbentuk parafrasa yang lebih panjang atau lebih pendek dari TSu sesuai ungkapan penerjemah sendiri. Akibatnya, metode ini menghasilkan TSa yang tidak mengandung gaya atau struktur luar TSu. Perbedaannya dengan metode penerjemahan adaptasi dan bebas ialah penerjemah diperkenankan mengubah nama pelaku dan tempat kejadian, namun, pesan dari TSu tetap dipertahankan. Contoh: BSu: ِﻓ BSa: Harta sumber malapetaka. 32 c. Idiomatis idiomatic translation Metode ini berusaha mereproduksi pesan BSu, meskipun cenderung mendistorsi maknanya. Hal ini sesuai dengan penjelasan Larson yang menegaskan bahwa dalam kegiatan penerjemahan berarti mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam BSa dan konteks budayanya. 33 Dengan demikian, metode ini menjelaskan kepada penerjemah untuk berusaha mengungkapkan ungkapan idiomatis sesuai versi BSa dengan tujuan kesan keakraban makna. 30 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, h. 55. 31 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 62. 32 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 62 33 Mildred L. Larson, Penerjemahan Berdasar Makna: Pedoman untuk Pemadanan Antarbahasa, Jakarta: Arcan, 1989 h. 3. 26 Contoh: BSu : 1 2 ب ﺎ َﺘ ِﻜ ﻟ ا ﱡم أ BSa Harfiah : 1 tuannya hari, 2 ibunya buku BSa Idiomatis : 1 Jumathari Jumat, 2 al-Fatihah Dalam metode terjemahan idiom perlu diperhatikan perbedaan antara kegramatikalan dan keidiomatisan. Keidiomatisan dalam terjemahan menghendaki agar penerjemah membebaskan diri dari aturan-aturan BSu, oleh karena idiomatis dalam BSu belum tentu idiomatis dalam BSa. 34 d. Komunikatif communicative tranlation Sesuai namanya, metode penerjemahan komunikatif lebih kepada makna kontekstual sehingga aspek kebahasaan dan aspek isi langsung dapat dimengerti pembaca TSa. Biasanya dilakukan terhadap teks-teks yang bersifat informatif. Dalam prosesnya, memungkinkan penerjemah melakukan penerjemahan semantis dulu baru kemudian dimodifikasi. 35 BSu : ّﻢﺛ ٍﺔ َﻔ ْﻄ ُﻧ ﻦ ﻣ ر ﻮ ﻄ ﺘ ﻧ ﺔ َﻐ ْﻀ ُﻣ ْﻦ ِﻣ ﱠﻢ ُﺛ ﺔ َﻘ َﻠ َﻋ ﻦ ِﻣ BSa Harfiah : Kita tumbuh dari mani, lalu segumpal darah, dan kemudian segumpal daging. BSa Komunikatif : Kita berproses dari sperma, lalu zigot, dan kemudian embrio. 36 Apabila diperhatikan kedua terjemahan tersebut memiliki konteks khalayak pembaca yang berbeda. Untuk harfiah biasa digunakan bagi 34 Maurits Simatupang, Enam Makalah Tentang Terjemahan, Jakarta: Universitas Kristen Indonesia Press, h. 7. 35 Zuchridin Suryawinata Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori Penuntun Praktis Menerjemahkan, h. 50. 36 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 64. 27 masyarakat umum, sedangkan setelah diterjemahkan ke dalam metode komunikatif dapat dimengerti oleh kalangan ahli biomedik. Metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Dengan demikian, suatu versi BSu dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi BSa.

C. Strategi Penerjemahan

Sebelumnya di atas telah dibahas mengenai metode penerjemahan, dimana proses ini lebih melihat teks secara umum atau secara keseluruhan pada saat akan menerjemahkan. Berbeda dengan strategi penerjemahan yang merujuk pada unit-unit terjemah yang lebih kecil, seperti kata atau kelompok kata, frasa demi frasa, bahkan kalimat penuh. Dalam hal ini, strategi penerjemahan berarti taktik yang dilakukan penerjemah saat mendapati teks yang dalam unit lebih kecil tadi. Pengetahuan akan strategi penerjemahan sangat penting bagi seorang penerjemah. Dengan adanya strategi penerjemahan ini, seorang penerjemah tidak dapat secara langsung melakukan pengalihan berdasarkan bentuk gramatikal teks BSu. Suryawinata dan Hariyanto membaginya menjadi dua kategori, yaitu strategi struktural dan strategi semantis. 37 Sementara Moch. Syarif Hidayatullah dalam teorinya mengenai strategi penerjemahan Arab-Indonesia mengungkapkan terdapat empat macam, diantaranya mengedepankan-mengakhirkan, menambahkan, membuang, dan mengganti. Berikut di bawah ini adalah macam-macam strategi yang digunakan oleh penerjemah dalam menghadapi berbagai teks yang bervariatif. 37 Zuchridin Suryawinata Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori Penuntun Praktis Menerjemahkan, h. 67. 28 1. Penambahan Penambahan terjadi pada kata-kata dalam TSa. Hal ini dikarenakan struktur TSa mengharuskan adanya penambahan kata sesuai dengan TSu. Penambahan tersebut dilakukan demi keberterimaan struktur luar BSa. Contoh: BSu: َﻚ BSa: Buku apa saja yang kamu baca akan memberi manfaat untukmu. Pada terjemahan di atas tentu terlihat strategi penambahan kata yang digunakan, yaitu kata ‘yang’ dan kata ‘akan’. Apabila diperhatikan dalam TSu tersebut, tidak ada kata secara tertulis yang menunjukkan kedua penambahan tersebut. Penambahan kata tersebut merupakan konsekuensi struktur gramatikal dalam TSu yang mengharuskan demikian. 2. Pembuangan Pembuangan kata juga terjadi karena mengharuskan adanya sebuah pengurangan struktural di dalam TSa. Konsep strategi ini tak jauh berbeda dengan strategi sebelumnya, yaitu dengan melakukan pembuangan kata dalam BSa yang disebut dalam BSu. Contoh: BSu: َﻚ َﻤ ﱠﺴ ﻟ ا ِﺪ َﺼ ِﻟ ُﺪ َﻤ ﺣ أ َﺐ َذ ِمﺎ ّْﻷ ا َﻦ ِﻣ ٍم ْﻮ ْﻲ ِﻓ BSa: Suatu hari, Ahmad pergi memancing. 38 Hasil terjemahan tersebut menunjukkan bahwa adanya pembuangan partikel kata dalam BSu. Pada kasus beberapa teks seperti ini jika diterjemahkan secara keseluruhan memungkin akan berakibat pada penyimpangan pesan yang disampaikan. 38 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 56. 29 3. Literal Strategi ini merupakan pengalihan makna secara langsung TSu ke dalam TSa yang sepadan secara gramatikal. Penerjemahannya dilakukan dengan cara menerjemahkan frasa ataupun klausa secara kata per kata sesuai makna yang terdapat dalam kamus. 39 Strategi ini juga biasa disebut harfiah. Contoh: BSu: BSa: Janganlah biarkan tanganmu terikat pada lehermu. 4. Mengedepankan-mengakhirkan Strategi ini mengharuskan penerjemah mengedepankan kata yang letaknya di akhir dalam BSu, atau mengakhirkan yang letaknya di depan BSu pada saat menerjemahkan ke dalam BSa 40 . Tujuannya untuk menyelaraskan sususan gramatikal kedua bahasa yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan kaidah pembuatan kalimat khususnya bahasa Arab dan bahasa Indonesia berbeda. Contoh: BSu: ِج ا َو ﱠﺰ ﻟ ﺎ ﺑ ُد ﱢﺪ َﻌ ﱠﺘﻟ ا َم َﻼ ْﺳ ﻹ ا َد ﱠﺪ َﺣ ْﺪ َﻗ 6 5 4 3 2 1 BSa: Islam telah membatasi poligami. 3 1 2 456 5. Transposisi Penggunaan strategi transposisi ini dipandang dalam dua pemakaian, sebagai suatu keharusan dan sebagai pilihan. Maksudnya jika suatu keharusan apabila tanpa strategi ini makna BSu tidak tersampaikan. Sedangkan sebagai suatu pilihan karena alasan gaya bahasa, maksudnya tanpa transposisi makna BSu sudah bisa diterima oleh pembaca BSa. 39 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, h. 78. 40 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 54. 30 Penerjemah mengubah bentuk gramatikal BSu ke dalam teks BSa demi mencapai kesepadanan. Strategi ini ditempuh tatkala penerjemah tidak menemukan struktur BSa yang sama dengan struktur BSu. Biasanya berupa pengubahan bentuk jamak ke bentuk tunggal, bentuk tunggal menjadi jamak, verba jadi nomina, posisi kata sifat, hingga pengubahan struktur kalimat secara keseluruhan. Contoh: BSu: ْﻢ ُﻜ َﺛ ْﺮ َﺣ ا ْﻮ ُﺗ ْﺄ َﻓ BSa: Maka datangilah tanah tempat bercocok tanam. Dalam contoh penerjemahan di atas, frasa ا ْﻮ ُﺗ ْﺄ َﻓ diterjemahkan menjadi ‘maka datangilah’, tanpa menghadirkan unsur subjek pronomina persona II jamak. 41 Contoh di atas adalah salah satu contoh penerjemahan transposisi. 6. Pemadanan Budaya Strategi ini berhubungan dengan budaya yang melatarbelakanginya. Dengan kata lain, hal ini memungkinkan adanya pengalihan unsur budaya BSu ke dalam budaya BSa yang memiliki sifat dan karakteristik yang sepadan. Penggunaan strategi ini sangat terbatas, oleh karena tidak ada dua budaya yang sama persis, maka kemungkinan besar strategi ini tidak bisa menjaga ketepatan makna. 42 Strategi ini juga kerap dilengkapi dengan strategi ekuivalensi fungsional dan deskriptif. 43 Contoh: BSu: ﻦ ِﺋ ﺎ َﻨ َﻜ ﻟ ا َﻸ ْﻤ َﺗ ِء ﺎ َﻣ ﱠﺮ ﻟ ا َﻞ ْﺒ َﻗ 41 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, h. 72. 42 Zuchridin Suryawinata Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori Penuntun Praktis Menerjemahkan, h. 72. 43 Syihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia Teori dan Praktik, h. 77. 31 BSa Harfiah: Sebelum memanah isi dahulu tabung anak panah. BSa Pemadanan Budaya: Sedia payung sebelum hujan. 44 Jenis terjemahan yang telah mengalami pemadanan budaya di atas akan lebih dipahami oleh pembaca TSa dibanding harfiahnya. Meski memiliki struktur lahir yang berbeda, namun struktur batin keduanya sama. 7. Deskripsi Strategi ini dilakukan dengan cara memberikan uraianpenjelasan berisi makna kata BSu dalam teks BSa. Sehingga sebuah kata BSu dapat diterjemahkan menjadi frasa, atau frasa sederhana menjadi frasa yang kompleks. 45 Ini dilakukan karena kata BSu tersebut terkait dengan budaya khasnya, sedangkan padanan budaya dirasa tidak dapat memberikan derajat ketepatan yang dikehendaki. Contoh: BSu: َن ْﻮ ُﻨ ِﺴ ْﺤ ُﻤ ﻟ ا BSa: Orang-orang yang berbuat kebajikan. 46 8. Calque Strategi ini merupakan jenis khusus dari peminjaman dimana suatu bahasa meminjam ungkapan bentuk lain, kemudian diterjemahkan secara harfiah masing-masing elemennya. 47 Hampir mirip dengan strategi transkripsi. Strategi ini juga menghasilkan calque leksikal, yaitu calque yang menghormati struktur sintaksis dari BSa, dan calque struktural yang memperkenalkan konstruksi baru ke dalam BSa. Penerjemahan ini juga umumnya dipakai pada tataran frasa, dan biasanya frasa nomina. Contoh: 44 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, h. 64. 45 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, h. 66. 46 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, h. 66. 47 Emzir, Teori dan Pengajaran Penerjemahan, cetakan ke-1, h. 65. 32 BSu: ُﺢ ِﻟﺎ ﱠﺼ ﻟ ا ُﻞ َﻤ َﻌ ﻟ ا BSa: Amal saleh. 48 9. Transkripsi Strategi ini merupakan proses pengalihan kata atau frasa dari BSu ke dalam BSa dengan menyalin bentuk hurufnya. Proses ini biasanya diikuti dengan proses transliterasi dan naturalisasi dalam BSa. Maksud dari transliterasi ialah mempertahankan kata-kata BSu tersebut secara utuh, baik bunyi atau tulisannya. Sedangkan naturalisasi maksudnya ialah penyesuaian dalam hal pengucapan dan penulisan sesuai aturan BSa. Hal ini menyebabkan terjadinya penyesuaian kata yang ditransfer dengan sistem fonetik dan fonologi BSa. 49 Dengan kata lain, penerjemah mengambil dan membawa item leksikal dari BSu ke dalam BSa tanpa modifikasi formal. Umumnya strategi ini terkait dengan nama orang, nama geografis, nama koran atau majalah, nama jalan, judul penerbitan, nama institusi, objek kebudayaan, istilah-istilah pengetahuan yang belum ada di BSu, dsb. Sebagai contoh kata muslim in yang sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘muslimin’ kembali. Begitu juga nama negara seperti Amerika, Indonesia yang diterjemahkan menjadi . Pada contoh-contoh tersebut terlihat bahwa penerjemah menyesuaikan kata yang ditransfer dengan sistem pelapalan dan morfologi bahasa penerima sehingga selaras dengan BSa. 48 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, h. 78 49 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, h. 63. 33 10. Modulasi Pada strategi ini penerjemah memberikan padanan yang secara semantik berbeda sudut pandang artinya atau cakupan maknanya, akan tetapi dalam konteksnya memberikan pesanmaksud yang sama. 50 Strategi ini digunakan apabila penerjemahan kata-kata dengan makna literal tidak menghasilkan terjemahan yang luwes. Modulasi sendiri dapat berupa pergeseran dari abstrak menjadi konkret, sebab menjadi akibat, aktif menjadi pasif, ruang menjadi waktu, jamak menjadi tunggal atau sebaliknya, verba menjadi nomina, dsb. Strategi pergeseran makna modulasi ini dapat terjadi bersamaan dengan pergeseran struktur transposisi. 51 Contoh: BSu: BSa: Kepalaku telah ditumbuhi uban Salah satu contoh di atas pada frasa tersebut terjadi perubahan sudut pandang dari pola aktif bahasa Arab ُس ْأ ﱠﺮ ﻟ ا َﻞ َﻌ َﺘ ْﺷ ا menjadi pola pasif dalam bahasa Indonesia. 52 Contoh tersebut adalah salah satu bentuk penerjemahan modulasi. Strategi-strategi di atas merupakan berbagai langkah yang dilakukan penerjemah saat mendapati sebuat teks. Namun demikian tidak serta-merta penerjemah terfokus hanya pada satu strategi dalam melakukan kegiatannya. Semuanya digunakan oleh penerjemah, tergantung jenis teks yang dihadapinya. Teori strategi sangat penting demi memberikan maksud yang ingin disampaikan oleh teks BSu dalam bentuk unit-unit teks yang lebih kecil. 50 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, h. 74. 51 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, h. 67. 52 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, h. 85. 34

BAB III KAJIAN TENTANG KEMASAN PRODUK

A. Definisi Produk

Kata produk berasal dari bahasa Inggris product yang berarti sesuatu yang diproduksi oleh tenaga kerja atau sejenisnya. Kata produk diartikan sebagai barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi. 53 Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dipakai, dimiliki, atau dikonsumsikan sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Dengan kata lain, produk dapat bersifat kompleks, baik dapat diraba maupun tidak diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan, pelayanan pengusaha dan pengecer yang diterima pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan. Dalam dunia bisnis, produk adalah barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan. Dalam marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah pasar dan bisa memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan. Lain halnya dalam tingkat pengecer, produk disebut sebagai merchandise. Sedangkan dalam manufaktur, produk dibeli dalam bentuk barang mentah dan dijual sebagai barang jadi. Produk yang berupa barang mentah seperti hasil pertanian sering pula disebut sebagai komoditas. 53 Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat, h. 1103. 35

B. Produk Kajian Teks Kemasan

Berikut ini merupakan produk-produk objek kajian pada teks yang diteliti, dengan melakukan pengecekkan terlebih dahulu sesuai nomor registrasi pada kemasan serta melihatnya pada situs BPOM RI 54 untuk memastikan bahwa produk tersebut telah terdaftar. Beberapa produk tersebut memiliki teks bahasa Indonesia sebagai BSu dan teks bahasa Arab sebagai BSa. Produk makanan ringan ini penulis dapatkan berdasarkan hasil survey di pasaran khususnya yang pada kemasannya tertera teks kedua bahasa tersebut. No. Nama Produk Merk Produsen No. Registrasi 1. Malkist Hatari PT. Asia Sakti Wahid Foods Manufacture MD 235502390001 2. Biskuit dengan Krim Rasa Coklat dan Blueberi Hatari PT. Asia Sakti Wahid Foods Manufacture MD 235602184003 3. Biskuit Tabur Gula dengan Krim Rasa Coklat Hatari PT. Asia Sakti Wahid Foods Manufacture MD 235602188003 4. Mi Instan Goreng Rasa Ayam Krispi Sedaap PT. Prakarsa Alam Segar MD 231510007091 5. Mi Instan Kuah Rasa Baso Sedaap PT. Prakarsa Alam Segar MD 231510006091 6. Kacang Panggang Rasa Bawang Pedas Mayasi PT. Manohara Asri MD 273813095318 7. Kacang Panggang Rasa Bawang Mayasi PT. Manohara Asri MD 255213020318 8. Kacang Panggang Rasa Pedas Mayasi PT. Manohara Asri MD 255213032318 9. Kacang Panggang Rasa Pedas Iyes PT. Manohara Asri MD 273813067017 10. Kacang Panggang Rasa Asin Original Iyes PT. Manohara Asri MD 273813006017 54 Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM adalah sebuah lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-obatan dan makanan di Indonesia. Untuk melihat daftar produk yang telah memiliki nomor registrasi dapat dilihat pada situs http:cekbpom.pom.go.id. 36 11. Mi Instan Goreng Rasa Ayam Lada Hitam Gaga Gepeng PT. Jakarana Tama MD 231510005083 12. Mi Instan Goreng Extra Pedas Gaga 100 PT. Jakarana Tama MD 231510021083 13. Krekers Rasa Jagung Bakar Manis Oops PT. Ultra Prima Abadi MD 835510022059 14. Krekers Rasa Rumput Laut Oops Fugu PT. Ultra Prima Abadi MD 235510048059 15. Makanan Ringan Kentang Goreng dengan Sambal Tomat 2000 Premium PT. Siantar Top Tbk. MD 272813593041 16. Biskuit Sandwich Salut Krim Keju Richeese Bisvit Selimut PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia MD 227110156775 17. Wafer Krim Cokelat Richoco Nabati PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia MD 836128013217 18. Wafer Krim Keju Richeese Nabati PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia MD 227128002217 19. Wafer Roll Krim Cokelat Richoco Roll’s PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia MD 236110021042 20. Makanan Ringan Ekstrudat Rasa Jagung Bakar Keju Richeese Siip PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia MD 273710049042 21. Makanan Ringan Ekstrudat Rasa Keju Richeese Siip PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia MD 273710046042 22. Bihun Goreng Instan Rasa Pedas Bihunku PT. Tiga Pilar Sejahtera MD 227411042335 23. Bihun Instan Kuah Super Bihun PT. Kuala Pangan MD 231310001017 24. Makanan Ringan Rasa Ayam Panggang Taro Net 3D PT. Putra Taro Paloma MD 272910002068 Tabel Produk Makanan Ringan 37

C. Profil Perusahaan

Berikut lampiran profil perusahaan sesuai data tabel di atas yang memproduksi berbagai merk makanan ringan. 1. PT. Asia Sakti Wahid Foods Manufacture ASWFOODS adalah sebuah perusahaan manufaktur profesional yang bergerak di bidang pendistribusian dan ekspor berbagai macam biskuit, wafer, dan cokelat. Produk tersebut diantaranya biskuit marie, berbagai macam krekers, kukis serta wafer dan produk cokelat. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1978 dan bertempat di Medan, Sumatera Utara, Indonesia. 55 2. PT. Prakarsa Alam Segar Wings Group PT. Prakarsa Alam Segar merupakan anak perusahaan Wings Group. Selama bertahun-tahun, Wings telah tumbuh menjadi salah satu merek Indonesia yang terkenal. Produk pertama perusahaan adalah sabun dan deterjen. Beberapa dekade selanjutnya, Wings terus memperluas lini produk dan sekarang memproduksi serta menjual ratusan kebutuhan rumah tangga, perawatan pribadi dan produk makanan. 56 Saat ini Wings telah menjadi perusahaan besar yang mengekspor produk-produknya ke seluruh dunia sejak berdiri 60 tahun yang lalu di Jawa Timur. 3. PT. Manohara Asri PT. Manohara Asri adalah pabrik makanan ringan Indonesia yang berbasis di Sidoarjo, Jawa Timur. Produk utamanya berupa makanan kacang, wafer stik, dan bahan baku chips. 57 Sejak tahun 2005, perusahaan ini mulai 55 http:www.aswfoods.compagetentang-kamiid, diakses pada 10032016, pukul 10.00 WIB 56 http:www.wingscorp.comcontentstory.php?l=1m=257ul=1, diakses pada 10032016, pukul 10.15 WIB 57 http:manohara-asri.comwho-we-are, diakses pada 10032016, pukul 10.25 WIB