Strategi penerjemahan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab pada teks kemasan produk makanan ringan

(1)

STRATEGI PENERJEMAHAN BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA ARAB PADA TEKS KEMASAN

PRODUK MAKANAN RINGAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh

Regi Fajar Subhan NIM: 1112024000001

PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M / 1437 H


(2)

Semua wadah akan menyempit penuh jika diisi di dalamnya, kecuali wadah ilmu. Sesungguhnya justru ia akan semakin meluas.

Saya dedikasikan karya ini untuk:

Kedua orang tua yang telah membesarkan dan memberikan kesempatan mengecap manisnya pendidikan hingga saat ini demi masa depan yang cerah bagi anak-anaknya.

Guru-guru yang telah dengan sabar membimbing serta menuangkan luasnya samudera ilmu bagi murid-muridnya.

Semoga setiap amal dan jasanya mendapat berlipat kebaikan dari Allah Swt. Amin.


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK Nama : REGI FAJAR SUBHAN

NIM : 1112024000001

Judul : Strategi Penerjemahan Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Arab pada Teks Kemasan Produk Makanan Ringan

Skripsi ini menganalisis ragam strategi penerjemahan pada teks kemasan beberapa produk makanan ringan. Produk makanan yang dimaksud adalah produk yang dibuat dan diproduksi di Indonesia. Produk-produk tersebut tidak luput dari keseharian manusia sebagai konsumen, oleh karenanya unsur penulisan pada teks kemasan sangat penting untuk diketahui konsumen. Hal terpenting yang harus diketahui di antaranya adalah tanggal akhir masa berlaku dan komposisi bahan makanan. Terutama apabila produk tersebut dikirim dan dikonsumsi oleh masyarakat luar khususnya negara-negara Arab di Timur Tengah, atau mungkin bagi konsumen yang penduduknya mayoritas muslim.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu tentang bagaimana strategi penerjemahan yang digunakan dari teks sumber bahasa Indonesia ke dalam teks sasaran bahasa Arab pada kemasan produk makanan ringan. Sehingga berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah strategi yang digunakan oleh penerjemah saat menerjemahkan peristilahan teks produk khususnya makanan ringan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif deskriptif, yaitu mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan masalah penelitian untuk kemudian dideskripsikan demi memberikan kejelasan. Oleh karenanya, penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah sebagaimana adanya, sehingga hanya ada pengungkapan fakta yang didukung referensi terkait dengan bidang penerjemahan dan kebahasaan.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa penerjemah banyak menggunakan strategi deskripsi dan modulasi. Strategi deskripsi digunakan dengan tujuan untuk memberikan penjelasan bagi pembaca teks sasaran, sedangkan strategi modulasi bertujuan untuk memberikan terjemahan yang sesuai akibat pergeseran makna dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab karena dalam bahasa produk banyak menggunakan makna yang padat, namun jelas.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul,“Strategi Penerjemahan Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Arab

pada Teks Kemasan ProdukMakanan Ringan.”Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Saw., juga kepada keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Peneliti menyadari banyak kekurangan yang dihadapi dalam penulisan skripsi ini. Namun berkat dukungan serta kontribusi dari berbagai pihak, penelitian ini dapat selesai pada waktunya. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat perkenankan untuk mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada: Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag.; Ketua Prodi Tarjamah, Bapak Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum.; Sektretaris Prodi Tarjamah, Ibu Rizqi Handayani, M.Ag.; pembimbing skripsi, Bapak Drs. Saifullah Kamalie, Lc., M.Hum., Ph.D.; para penguji, Bapak Dr. Akhmad Saehudin, M.Ag. dan Ibu Karlina Helmanita, M.Ag.; kedua orang tua, H. Ade Muslihat dan Hj. Eli Kurniawangsih.

Jakarta, 27 Juni 2016


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN . . . i

PERSETUJUAN PEMBIMBING . . . ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN . . . iii

ABSTRAK . . . iv

KATA PENGANTAR . . . v

DAFTAR ISI . . . vi

PEDOMAN TRANSLITERASI . . . ix

DAFTAR ISTILAH . . . xiv

BAB I PENDAHULUAN . . . 1

A. Latar Belakang Masalah . . . 1

B. Rumusan Masalah . . . 4

C. Tujuan Penelitian . . . 4

D. Manfaat Penelitian . . . 5

1. Manfaat Teoretis . . . 5

2. Manfaat Praktis . . . 5

E. Kajian Terdahulu . . . 5

F. Metodologi Penelitian . . . 7

1. Metode Penelitian . . . 7

2. Sumber Data . . . 7

3. Teknik Pengumpulan Data . . . 8

4. Analisis Data . . . 8


(9)

BAB II KERANGKA TEORI . . . 10

A. Teori Umum Penerjemahan. . . 10

1. Definisi Penerjemahan . . . 11

2. Proses Penerjemahan. . . 14

3. Permasalahan Penerjemahan. . . 16

4. Perkakas Penerjemahan. . . 18

B. Metode Penerjemahan. . . 20

1. Penerjemahan Berorientasi pada Teks Bsu. . . 21

2. Penerjemahan Berorientasi pada Teks Bsa. . . 24

C. Strategi Penerjemahan. . . 27

1. Penambahan . . . 28

2. Pembuangan. . . 28

3. Literal. . . 29

4. Mengedepankan-mengakhirkan. . . 29

5. Transposisi . . . 29

6. Pemadanan Budaya. . . 30

7. Deskripsi. . . 31

8. Calque. . . 31

9. Transkripsi . . . 32

10. Modulasi. . . 33

BAB III KAJIAN TENTANG KEMASAN PRODUK . . . . 34

A. Definisi Produk . . . 34


(10)

C. Profil Perusahaan . . . 37

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS . . . 42

A. Temuan . . . 42

B. Analisis . . . 47

BAB V PENUTUP . . . . 69

A. Kesimpulan . . . 69

B. Saran . . . 70

DAFTAR PUSTAKA . . . 71


(11)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA

Transliterasi penulisan skripsi yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada pedoman buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Disertasiyang ditetapkan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Konsonan

No. Huruf Arab Nama Huruf Latin

1. alif

-2. ba b

3 ta t

4. tsa ts

5. jim j

6. a

7. kha kh

8. dal d

9. dzal dz

10. ra r

11. zai z

12. sin s

13. syin sy

14. shad sh

15. dhad dh

16. tha th

17. zha zh

18. ain


(12)

20. fa f

21. qaf q

22. kaf k

23. lam l

24. mim m

25. nun n

26. wawu w

27. ha h

28. hamzah '

29. ya y

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab sama seperti vokal pada bahasa Indonesia. Vokal bahasa Arab terdiri dari vokal tunggal, rangkap, dan panjang.

a. Vokal tunggal (monoftong)

Vokal tunggal bahasa Arab lambangnya berupa tanda atau harakat yang transliterasinya diuraikan sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin & Baca

َ◌

fat ah a (pendek)

ِ◌

kasrah i (pendek)

ُ◌

dhammah u (pendek)

b. Vokal rangkap (diftong)

Vokal rangkap bahasa Arab dilambangkan dengan gabungan antara harakat dengan huruf dan , transliterasinya sebagai berikut:


(13)

Tanda Nama Huruf Latin & Baca

َ◌

fat ah dan ya ai

َ◌

fathah dan wawu au

3. Maddah (vokal panjang)

Maddah atau vokal panjang dilambangkan dengan harakat dan huruf, transliterasinya adalah sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin & Baca

َ◌

fat ah dan alif (panjang)

ِ◌

kasrah dan ya (panjang)

ُ◌

dhammah dan

wawu (panjang)

4. Tamarbūthah (

)

Terdapat dua macam transliterasi untuk t marbutah, yaitu: a. Tamarb thah hidup

Huruf dibaca hidup apabila mendapat harakat fathah, kasrah, dan dhammah, maka transliterasinya adalah (t).

Contoh:

(waḫ dat al-wujūd)

b. Tamarb thah mati

Huruf dibaca mati (tak dibaca) apabila mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah (h).

Contoh:

(tharīqah)


(14)

5. Syaddah (tasydīd)

Syaddah atau tasyd d dalam sistem penulisan bahasa Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah. Transliterasinya ditulis dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda tersebut. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-hurufsyamsiyyah. (lihat pada bagian kata sandang) Contoh:

(rabbanā)

(rabbī)

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf dan (al) baik diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Penulisannya ditulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan tanda (-). Perhatikan pula transliterasi hurufsyamsiyyahdanqamariyyahpada contoh kata sandang di bawah.

Contoh: (ditulisal-rajul, bukanar-rajul)

(ditulisal-darūrah, bukanad-darūrah)

(ditulisal-fajr) (ditulisal-yaum) 7. Hamzah

Hamzah dilambangkan dengan apostrof. Tetapi ini hanya berlaku bagi hamzah yang diletakkan di tengah dan di akhir kata. Apabila letaknya di awal kata, maka huruf ini tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ditulis berupa alif ( )

.

Contoh:

(syai'un) (umirtu)


(15)

8. Cara Penulisan Transliterasi

Setiap kata, baik itu kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut contoh transliterasi dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

Teks Arab Teks Latin

dzahaba al-ustādzu

tsabata al-ajru

idzhabūantum

asyhadu an lā ilāha illā Allāh

yu'atstsirukum Allāh

MaulānāMalik al-Shālih


(16)

DAFTAR ISTILAH

BSa : bahasa sasaran BSu : bahasa sumber dll : dan lain-lain dsb : dan sebagainya

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia TSa : teks sasaran


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia alih bahasa atau penerjemahan di era global saat ini sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Hal ini terlihat dengan kegiatan penerjemahan yang semakin marak dan berkembang di berbagai bidang. Mengutip pernyataan Newmark dalam esainya yang menyebutkan, no global communication without translation,1 ‘tidak ada komunikasi global tanpa penerjemahan’. Komunikasi global yang dimaksud ialah komunikasi lintas bahasa yang menjadi peran utama demi kemajuan peradaban, dimana perkembangan ilmu pengetahuan dunia setiap waktu semakin pesat. Pada saat itu pula pelbagai penelitian dituangkan ke dalam bentuk buku-buku dengan bahasa yang beragam.

Peran seorang penerjemah merupakan salah satu hal penting untuk dapat berkomunikasi lintas bahasa. Sedangkan kegiatan menerjemahkan adalah langkah yang harus ditempuh demi mengejar ketertinggalan. Pada dasarnya kegiatan penerjemahan merupakan upaya dalam mencari padanan kata-kata suatu bahasa dengan kata-kata bahasa lain. Proses ini cukup rumit mengingat bahasa sumber terkadang bukanlah mother language bagi setiap penerjemah maupun sebaliknya. Selain itu, wawasan mengenai gramatikal kedua bahasa harus dipahami. Unsur yang berada di luar bahasa seperti budaya juga harus diperhatikan oleh penerjemah. Pernyataan tersebut selaras dengan tulisan Geoffrey dalam bukunya yang menegaskan bahwa bahasa mencerminkan budaya dan penerjemah harus

1

Peter Newmark,No Global Communication Without Translation, dalam Anderman, Gunilla & Rogers, Margaret (eds.)Translation Today: Trends and Perspectives.(Clevedon: Multilingual Matters Ltd., 2003), h. 55-67.


(18)

memahami budaya serta langkah stereotip dalam mereproduksi makna teks sumber.2Dengan kata lain, penerjemahan tidak hanya terpaku pada padanan secara leksikal yang ada pada kamus saja, tetapi juga harus mampu memaknainya dari sisi teks, koteks, dan konteks. Sebab keberterimaan hasil terjemahan akan dirasakan oleh pembaca. Seperti yang diungkapkan Machali bahwa pembaca hanya melihat ‘hasil’ praktik penerjemah, bukanlah praktik penerjemahannya.3

Penerjemahan dibagi menjadi teks dan nonteks. Pada penerjemahan teks, objek yang diterjemahkan mengacu pada tulisan yang terdapat dalam pelbagai teks cetak, sedangkan untuk objek penerjemahan nonteks adalah bunyi bahasa sumber yang diterjemahkan secara langsung sesuai makna yang terkandung dalam bahasa sasaran. Apabila dirincikan penerjemahan teks memiliki kajian yang lebih luas lagi, seperti buku, dokumen hukum, naskah fiksi maupun nonfiksi, termasuk teks yang terdapat pada kemasan produk. Dalam hal ini teks produk termasuk ke dalam wilayah penerjemahan teks lokalisasi atau penerjemahan terhadap suatu produk yang akan dipasarkan di suatu wilayah.4

Kata produk diartikan sebagai barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi.5 Dalam KBBI dijelaskan pula bahwa produk termasuk di antaranya benda atau yang bersifat kebendaan seperti barang, bahan, dan hasil kerja.

Hal ini menarik karena produk merupakan salah satu barang yang akrab dengan kehidupan sehari-hari. Produk yang dimaksudkan dalam pembahasan ini

2

Geoffrey Samuelsson-Brown, A Practical Guide for Translators, (Great Britain: Short Run Press Ltd., 2010), h. 34.

3

Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah: Panduan Lengkap bagi Anda yang Ingin Menjadi Penerjemah Profesional, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2009), h. 30.

4

Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, (Tangerang Selatan: Alkitabah, 2014), h. 33.

5

Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1213.


(19)

merupakan olahan makanan dalam negeri yang pada bungkus kemasannya tertera teks bahasa Indonesia sebagai TSu dan teks bahasa Arab sebagai TSa. Jika diamati bahasa produk sedikit berbeda dengan bahasa buku. Bahasa produk lebih singkat, padat, jelas. Berbeda dengan bahasa buku yang lebih deskriptif dan terperinci.

Fokus utama perhatian peneliti ialah strategi dalam menerjemahkannya. Berikut contoh lingkup kajian yang melatarbelakangi penelitian ini. Contoh teks berikut terdapat pada produk Richeese dan Richoco yang masih dalam satu perusahaan oleh PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia. Pada kemasan tersebut tertera teks ‘wafer krim cokelat’ dan ‘wafer krim keju’ yang diterjemahkan menjadi

û

ِﺮ ﻛ ٌﺔ َﻗﺎ َﻗ َر

ُﺗ َﻻ ْﻮ ُﻛ ْﻮ ﱡﺸ ﻟ ا

dan

َﻨ ْﺒ ُﺠ ﻟ ﺎ ﺑ ْﺮ ِﻔ

û

َو

. Apabila dianalisis kata demi kata, maka

pada teks pertama, ‘coklat’ diterjemahkan

ُﺗ

َﻻ

ْﻮ

ُﻛ

ْﻮ

ﱡﺸ ﻟ ا

,‘wafer’ diterjemahkan

ٌﺔ

َﻗﺎ

َﻗ

َر

, dan ‘krim’ diterjemahkan

û

ِﺮ ﻛ

. Semua kata tersebut dipadankan ke dalam bahasa Arab secara literal. Lain halnya dengan teks kedua, ‘wafer’ diterjemahkan

ِﻔ

û

َو

dan ‘krim keju’ menjadi

َﻨ

ْﺒ

ُﺠ

ْﻟﺎ

ِﺑ

. Inilah salah satu ragam strategi penerjemahan yang apabila dianalisis keduanya memiliki strategi penerjemahan yang berbeda.

Contoh tersebut merupakan teks yang sering kita temukan dalam kemasan sebuah produk makanan. Pengetahuan mengenai strategi penerjemahan merupakan salah satu teori yang harus dimiliki oleh seorang penerjemah. Tanpa pengetahuan ini, dapat dipastikan hasil terjemahan akan sulit untuk dipahami oleh pembaca TSa. Paling tidak penerjemah mampu memadankannya sedekat mungkin ke dalam BSa.

Penelitian mengenai analisis strategi penerjemahan pada teks kemasan produk masih jarang dilakukan, khususnya dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab. Seorang penerjemah tidak hanya dituntut untuk dapat menerjemahkan dari


(20)

bahasa asing ke dalam bahasa sendiri, tetapi juga dituntut untuk dapat menerjemahkan dari bahasa sendiri ke dalam bahasa asing. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini mengangkat judul, STRATEGI PENERJEMAHAN BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA ARAB PADA TEKS KEMASAN PRODUK MAKANAN RINGAN.”

B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian dan menghindari perluasan masalah, peneliti merumuskannya melalui pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi penerjemahan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab yang terdapat pada teks kemasan produk makanan ringan?

2. Jenis strategi apa yang paling banyak digunakan oleh penerjemah saat menerjemahkan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab pada teks kemasan produk makanan ringan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan:

1. Mengetahui ragam strategi penerjemahan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab yang terdapat pada teks kemasan produk makanan ringan.

2. Mengetahui jenis strategi penerjemahan yang banyak digunakan oleh penerjemah saat menerjemahkan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab pada teks kemasan produk makanan ringan.


(21)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai bentuk-bentuk strategi penerjemahan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab yang terdapat pada kemasan produk makanan ringan.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan wawasan tentang taktik dalam menerjemahkan kata atau kelompok kata yang tertera pada teks kemasan produk.

b. Memberikan wawasan tentang peristilahan bahasa Arab yang digunakan dalam dunia produk.

E. Kajian Terdahulu

Peneliti telah menemukan beberapa kajian terkait strategi penerjemahan, namun belum ditemukan mengenai startegi penerjemahan pada teks kemasan produk makanan ringan. Penelitian pertama berjudul, “Metode dan Strategi Terjemahan al-Quran Mahmud Yunus”. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Tarjamah, Lukman Hakim pada tahun 2015. Skripsi tersebut menganalisis metode serta strategi penerjemahan al-Quran dengan studi kasus terjemahan ayat yang mengandungisim maushul(

ﺎ ﻣ

dan

ﻦ ﻣ

) danmin bayaniyyah.

Penelitian kedua merupakan skripsi milik Hairiyah dengan judul,

“Peristilahan Fitur Telepon Selular dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam

Bahasa Indonesia (Studi Kasus Nokia dan Sony Ericson).” Penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 ini mengkaji pemadanan kedua bahasa yang dilihat dari teknik dan ideologi penerjemahan dalam dua produk ponsel ternama.


(22)

Pada penelitian ketiga dan selanjutnya, peneliti menemukan beberapa hasil kajian terdahulu dari mahasiswa konsentrasi penerjemahan (translation) Bahasa dan Sastra Inggris UIN Jakarta. Penelitian tersebut diantaranya berjudul, “The Translation Procedures in Serving Suggestion of Food and Drink Products”,

adalah skripsi Jehan Fadhilla pada tahun 2012. Penelitian ini menganalisis strategi yang digunakan dalam buku panduan penyajian makanan dan minuman.

Penelitian keempat berjudul, “A Translation Procedure of English into Indonesian in Legal Document.” Skripsi tersebut milik Sitta Aisyah Febriandari pada tahun 2011. Penelitiannya mengenai strategi penerjemahan bahasa Inggris ke dalam Indonesia dalam dokumen resmi.

Penelitian kelima adalah skripsi milik Yoyoh pada tahun 2010 dengan judul,

“The Analysis of Translation Procedure in The Label of Baby Products”.

Penelitian ini juga menganalisis strategi penerjemahan yang digunakan khususnya pada produk-produk bayi.

Adapun perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang diangkat dalam skripsi ini yaitu terletak pada objek kajian TSu. Dalam skripsi ini peneliti mengambil sampel TSu berbahasa Indonesia yang terdapat pada kemasan produk makanan ringan yang diterjemahkan ke dalam TSa berbahasa Arab. Apabila dilihat dari kajian sebelumnya, kebanyakan analisis mengkaji dari bahasa sumber asing ke dalam bahasa sasaran Indonesia. Analisis mengenai strategi penerjemahan bahkan jarang ditemukan dalam penelitian-penelitian mahasiswa jurusan Tarjamah. Mengingat strategi penerjemahan merupakan salah satu teori penting dalam kegiatan menerjemahkan sebuah kata ataupun kelompok kata, maka penelitian ini mengangkat judul tersebut.


(23)

F. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat poin. Berikut penjelasannya:

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan peneliti adalah kualitatif deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan masalah penelitian. Kemudian dideskripsikan sehingga memberikan kejelasan terhadap objek yang diteliti. Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya ada pengungkapan fakta.6 Dalam memperoleh data, peneliti juga menggunakan studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan penelitian, kemudian memilih antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain.

2. Sumber Data

Data yang peneliti ambil terdiri dari sumber primer dan sekunder. Sumber primer atau sumber utama yang diambil ialah kemasan produk makanan produksi Indonesia yang ada di pasaran. Pada kemasan tersebut terdapat bahasa Indonesia sebagai TSu dan bahasa Arab sebagai TSa. Sedangkan sumber sekunder atau pendukung, peneliti mengambil dari literatur buku yang berhubungan dengan penerjemahan, dan kamus-kamus sebagai pendukung, di antaranya; Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, Kamus al-Munawwir Indonesia-Arab, serta internet sebagai penunjang.

6


(24)

3. Teknik Pengumpulan Data

Secara teknis, penelitian yang dilakukan terlebih dahulu adalah menentukan objek kajian berupa teks bahasa Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada kemasan produk makanan ringan. Setelah itu membacanya secara keseluruhan, kemudian mencatat hasil terjemahan bahasa Indonesia yang memiliki beberapa strategi penerjemahan dalam padanan bahasa Arabnya. Setelah didapat kemudian data tersebut dianalisis berlandaskan teori.

4. Analisis Data

Langkah analisis yang peneliti lakukan terlebih dahulu yaitu dengan melihat hasil terjemahannya pada tataran padanan kata demi kata, setelah itu menganalisis bentuk penerjemahannya. Sehingga akan didapati hasil analisis strategi penerjemahan kata maupun frasa yang ada pada teks bahasa Arabnya. Penulisan hasil penelitian yang dilakukan ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang berlaku di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dalam lima bab, terdiri dari bab I pendahuluan yang merupakan bagian keseluruhan topik penelitian ini. Pada bab ini peneliti merincinya menjadi beberapa sub-bab yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.


(25)

Bab II memaparkan kerangka teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini. Pada bagian penjelasan kerangka teori ini, secara umum dibagi menjadi tiga sub-bab, di antaranya mengenai teori umum penerjemahan, metode penerjemahan, dan strategi penerjemahan.

Bab III kajian tentang kemasan produk. Dalam bab ini, peneliti membagi ke dalam tiga sub-bab yang meliputi definisi produk, produk kajian teks kemasan, serta profil perusahaan.

Bab IV merupakan analisis dari hasil temuan penelitian terkait objek yang diteliti dengan menerapkan teori yang ada pada bab kedua. Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, di antaranya berupa temuan dan analisis.

Bab V penutup menyuguhkan pembahasan kesimpulan akhir dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam bab ini ada dua sub-bab, yaitu kesimpulan dan saran.

Selain dari kelima bab tersebut, peneliti juga melampirkan beberapa lampiran dari objek kemasan produk yang diteliti pada bagian akhir bab.


(26)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Teori Umum Penerjemahan

Kegiatan alih bahasa atau penerjemahan bukanlah hal yang baru dalam peradaban umat manusia saat ini. Diperkirakan kegiatan ini sudah ada semenjak peradaban manusia sendiri itu hadir. Penerjemahan yang dimaksud bukan hanya pada tataran alih bahasa saja, melainkan sesuai pernyataan Jakobson dalam esainya berjudul, ‘On Linguistic Aspects of Translation’ yang menjelaskan bahwa kegiatan penerjemahan terbagi menjadi tiga kategori besar.7 Kategori tersebut diantaranya adalah sebagai berikut;

1. penerjemahan intralingual (rewording), kegiatan ini berlangsung dalam bahasa yang sama,

2. penerjemahan interlingual (translation proper), kegiatan ini melibatkan beberapa bahasa,

3. penerjemahan intersemiotik (transmutation), kegiatan ini melibatkan dua sistem simbol berbeda.

Dalam perspektif komunikasi global, tak dapat disangkal bahwa kegiatan penerjemahan sangatlah penting. Khususnya penerjemahan interlingual atau antarbahasa. Kegiatan alih bahasa dapat berarti alih pengetahuan. Hal ini dikarenakan banyaknya penemuan-penemuan baru dalam ranah ilmu pengetahuan yang sudah tentu harus dipublikasikan ke seluruh belahan dunia serta mampu diakses oleh masyarakat global. Oleh karenanya, penerjemahan bisa menjadi kunci untuk

7

Jeremy Munday dan Basil Hatim, Translation an Advanced Resource Book, (New York: Routledge, 2004), h. 5.


(27)

membuka akses tersebut, sehingga perbedaan bahasa tidak menjadi sekat terhalangnya ilmu. Telah banyak peradaban yang dihasilkan setelah adanya kegiatan penerjemahan besar-besaran diberbagai zaman. Oleh karenanya, kegiatan menerjemahkan bukan berarti keterbelakangan, melainkan keterbukaan dan kehendak ikut meramaikan dunia dengan saling menukar informasi dan pengetahuan.8

1. Definisi Penerjemahan

Istilah ‘penerjemahan’ dalam bahasa Indonesia sendiri berasal dari kata ‘terjemah’, dimana kata tersebut merupakan serapan dari bahasa Arab, yakni

ﺔ ﻤ ﺟ ﺮ ﺗ

(tarjamah). Dalam bukunya Syihabuddin mengatakan bahwa bahasa Arab juga meminjam istilah dari bahasa Armenia, turjuman, yang sebentuk dengan

tarjamandantarjuman, artinya orang yang mengalihkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain.9

Apabila dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) disebutkan bahwa terjemah atau menerjemahkan berarti menyalin (memindahkan) suatu bahasa ke bahasa lain.10Istilah ini banyak diartikan oleh para tokoh yang konsen terhadap dunia alih bahasa, bahwa kegiatan tersebut secara umum merupakan upaya untuk mengalihkan pesan dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa target/sasaran (BSa).

Beberapa definisi berikut merupakan pandangan menurut para ahli di bidang alih bahasa dalam tulisannya tentang penerjemahan, diantaranya Catford mengatakan, translation is the replacement of textual material in one language

8

Nur Mufid dan Kaserun AS Rahman, Buku Pintar Menerjemahkan Arab-Indonesia (Cara Paling Tepat, Mudah dan Kreatif), (Surabaya: Pustaka Progressif, 2007), h. 2.

9

Syihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek), (Bandung: Humaniora, 2005), h. 7.

10


(28)

(SL) by equivalent textual material in another language (TL).11 ‘Terjemah adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa (BSu) dengan materi tekstual yang sepadan dengan bahasa lain (BSa). Nida dan Taber juga mengemukakan bahwa, translating consists of reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.12 ‘Penerjemahan adalah usaha mencipta kembali pesan dalam BSu ke dalam BSa dengan padanan alamiah yang sedekat mungkin, pertama dalam hal makna dan kemudian gaya bahasanya.’ Menurut Catford yang harus sepadan ialah materi tekstualnya, ini bisa jadi kosakatanya, struktur gaya bahasanya, dan maknanya. Demikian juga yang dikatakan Nida dan Taber yang menyinggung padanan makna dan gaya bahasa penerjemahan dalam definisinya.

Penjelasan lain yang juga menyinggung tentang makna ialah Syihabuddin yang mendefinisikan penerjemahan sebagai pengungkapan makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan itu.13 Tak jauh beda dengan Larson, dalam bukunya ia juga menulis bahwa penerjemahan pada dasarnya adalah suatu perubahan bentuk makna bahasa dari BSu ke dalam BSa. Bentuk bahasa yang dimaksud adalah struktur lahir bahasa itu sendiri mengacu pada kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, baik lisan maupun tertulis. Bentuk BSu disalin ke dalam bentuk BSa melalui struktur

11

J. C. Catford,A Linguistic Theory of Translation: An Essay in Applied Linguistics, (London: Oxford University Press, 1965), h. 20.

12

Eugene A. Nida dan Charles R. Taber,The Theory and Practice of Translation, (Leiden: E. J. Brill, 1974), h. 12.

13


(29)

semantis. Ia menegaskan bahwa maknalah yang dialihkan dan harus dipertahankan, sedangkan bentuk boleh diubah.14

Konsep penerjemahan yang diungkapkan oleh keempat tokoh tersebut ialah mengenai padanan makna dalam BSa. Makna yang muncul pada BSa merupakan hasil pemadanan sesuai dengan apa yang ada dalam BSu, ini bertujuan agar pembaca dapat memahami makna yang disampaikan oleh penulis. Dengan kata lain, definisi ini menekankan bahwa meskipun gaya bahasa itu penting, tetapi makna yang disampaikan harus menjadi prioritas utama dalam penerjemahan.

Lain halnya pakar penerjemahan, Peter Newmark menjelaskan bahwa,

translation is a craft consisting in the attempt to replace a written message and/or statement in one language by the same message and/or statement in another language.15 ‘Penerjemahan adalah suatu kiat yang merupakan usaha untuk mengganti suatu pesan atau pernyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama dalam bahasa lain. Ia menggunakan istilah ‘mengganti’ pesan dan memaknainya ‘sama’ tetapi ‘dalam bahasa yang lain’ sebagai konsep utama penerjemahan yang dimaksudkan. Sementara Syarif Hidayatullah mendefinisikan terjemah sebagai proses memindahkan pesan yang telah diungkapkan dalam BSu ke dalam BSa secara sepadan dan wajar sehingga tidak menimbulkan kesalahpersepsian.16

Keduanya mengungkapkan bahwa kesepadanan pesan dari BSu ke dalam BSa harus diperhatikan. Sedangkan Frans Sayogie berkesimpulan bahwa definisi 14

Mildred L. Larson,Penerjemahan Berdasar Makna: Pedoman untuk Pemadanan Antarbahasa, Jakarta: Arcan, 1989), h. 3.

15

Peter Newmark, Approaches to Translation (Language Teaching Methodology Series), (Oxford: Pergamon Press, 1981), h. 7.

16


(30)

penerjemahan itu antara lain; melibatkan dua bahasa, upaya mengalihkan teks BSu dengan teks yang sepadan dalam BSa, dan yang diterjemahkan tersebut adalah makna sebagaimana yang dinyatakan oleh pengarang.17

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa, penerjemahan berfokus pada makna ekuivalen atau padanan suatu bahasa dalam bahasa lain. Mungkin kata sepadan atau padanan tersebut lebih tepat digunakan dalam dunia penerjemahan mengingat secara linguistik tidak ada kata-kata yang sama (persamaan) dalam bahasa yang berlainan. Sehingga penerjemahan dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan dalam upaya untuk menyampaikan kembali pesan yang terdapat dalam BSu dengan memperhatikan aspek kesepadanannya agar pesan dapat diterima dan dipahami oleh pembaca BSa. 2. Proses Penerjemahan

Proses penerjemahan di sini maksudnya adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang penerjemah pada saat mengalihkan amanat dari BSu ke dalam BSa.18 Kegiatan ini pada dasarnya dimaksudkan agar hasil penyampaian pesan teks dalam BSa sesuai dengan apa yang terdapat pada teks BSu. Seorang penerjemah dituntut untuk mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari teks BSu. Oleh karena itu, dalam melakukan penerjemahan diperlukan kehati-hatian agar tidak menimbulkan kesalahan yang menyebabkan ketidakberterimaan pesan yang disampaikan.

17

Frans Sayogie,Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 10.

18

Rudolf Nababan,Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 24.


(31)

Seorang penerjemah sebaiknya mengikuti serangkaian proses tersebut. Berikut ini adalah proses penerjemahan Syarif Hidayatullah. Ia membaginya ke dalam empat proses.19Berikut adalah bagannya:

Gambar 1. Proses Penerjemahan Syarif Hidayatullah

Proses penerjemahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Proses I merupakan pemahaman leksikal dan makna gramatikal BSu. Pada tahap ini seorang penerjemah harus bisa memahami penggunaan makna kosakata BSu. Termasuk perubahan morfologis dan pemahaman sintaksis yang jika tidak diperhatikan akan berimbas pada perubahan makna.

Proses 2 merupakan pemahaman makna BSu. Penerjemah harus memahami struktur semantik dan pragmatik dalam teks BSu yang dikaitkan dengan konteks situasi teks BSu.

Proses 3 merupakan sinkronisasi struktur kedua bahasa. Pada tahap ini, struktur luar BSu telah bertransformasi menjadi struktur dalam. Struktur dalam

19

Moch. Syarif Hidayatullah,Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer, h. 20.

(PROSES 1) Pemahaman Leksikal & Gramatikal BSu (PROSES 2) Pemahaman Makna BSu (MASUKAN) Struktur Luar BSu (PROSES 4) Pemadanan Makna ke dalam BSa (PROSES 3) Sinkronisasi Struktur dalam

BSu & BSa (KELUARAN)

Struktur Luar BSa


(32)

ini disinkronisasi untuk mendapatkan penyelarasan pemahaman teks dalam BSu ke dalam teks BSa.

Proses 4 merupakan pemadanan makna ke dalam BSa. Hasil penyelarasan itu dikonversikan menjadi teks dalam BSa yang bisa dipahami oleh pembaca BSa. Pada tahap ini, penerjemah tidak boleh hanya memperhatikan aspek leksikal dan gramatikal saja, tetapi juga aspek semantis dan pragmatisnya.

Proses penerjemahan ini harus dilakukan secara bertahap, hal ini bertujuan agar hasil terjemahan dapat dipahami secara konteks serta dapat memiliki keterbacaan secara makna.

3. Permasalahan Penerjemahan

Secara umum biasanya permasalahan penerjemahan berkaitan dengan aspek kebahasaan, non-kebahasaan, dan kebudayaan. Adapun secara khusus dan terperinci berbagai permasalahan yang dihadapi penerjemah tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

a. Masalah teoretis

Kegiatan penerjemahan merupakan kegiatan yang kompleks, hal ini dikarenakan melibatkan berbagai kemampuan kebahasaan secara bersamaan dan simultan. Di antara kemampuan itu ialah penguasaan dua bahasa, kemampuan teoretis tentang terjemah, dan pengetahuan mengenai berbagai hal yang melingkupi konteks pembicaraan suatu teks. Untuk mengatasi masalah ini seorang penerjemah harus memahami teori penerjemahan. Teori diperlukan dalam mereproduksi pesan dari BSu ke dalam BSa. Sehingga, dengan adanya teori tersebut kedua bahasa akan mengalami pemadanan yang lebih wajar dan dekat, baik arti maupun gaya bahasanya.


(33)

b. Masalah kosakata kebudayaan dan metafora

Maksud kosakata kebudayaan ialah ungkapan yang menggambarkan tradisi, kebiasaan, norma, dan budaya yang berlaku di kalangan penutur BSu. Cara mengatasi masalah ini yaitu dengan mencari padanannya dalam BSa, bukan menerjemahkannya secara harfiah. Hal ini berhubungan dengan metode penerjemahan yang dilakukan. Bahkan Geoffrey dalam bukunya menegaskan, language reflects culture and the translator must understand cultural and stereotypical ways of reproducing the meaning of the source text.20 ‘Bahasa mencerminkan budaya dan penerjemah harus memahami budaya serta langkah stereotip dalam mereproduksi makna teks sumber.’ Penerjemah diharuskan mengenal budaya kedua bahasa.

Sedangkan masalah metafora berkaitan dengan pengasosiasian kata yang satu dengan kata yang lain apabila diterjemahkan secara harfiah. Misal:

ِﺔ َﻌ ﱠﺴ ﻟ ا ُب َﺮ ْﻘ َﻋ

apabila diterjemahkan secara harfiah akan bermakna ‘kalajengking jam’. Istilah tersebut tidak dikenal dalam masyarakat Indonesia. Sehingga makna yang dapat diterima yaitu‘jarum jam’.

c. Masalah transliterasi

Masalah ini timbul karena tidak adanya aturan yang konsisten untuk dijadikan pegangan pengalihhurufan. Khususnya nama-nama asing yang ditransliterasikan ke dalam bahasa Arab. Seperti huruf latin ‘G’ yang dialihkan ke dalam bahasa Arab menjadi

ج

atau

غ

. Hal ini sering ditemui pada nama-nama orang, misalnya huruf ‘G’ pada nama Jhon Gerard yang di transliterasikan menjadi

د ر ا َﺮ ِﺟ ن ْﻮ ُﺟ

dan Albert Girard menjadi

ت ﺮ ﺒ ﻟ ا

20


(34)

. Lain lagi Plato yang ditulis menjadi

ن ﻮ ط ﻼ ﻓ أ

. Syihabuddin manyarankan untuk merujuk pada Encyclopedic Dictionary of Scientist and Inventorskarya Ibrahim Badran dan Muhammad Faris yang memuat nama-nama ilmuwan dan para penemu di dunia, atau ensiklopedi Britanica dan

Americana.21 d. Masalah tanda baca

Masalah yang harus diperhatikan penerjemah adalah tanda baca, pemakaian huruf kapital, tanda koma, huruf miring, tanda tanya, tanda petik, dll. Ini berkaitan dengan struktur luar BSa, karena bahasa Arab klasik tidak mengenal aturan tersebut. Struktur bahasa Arab tentu memiliki perbedaan dengan bahasa Indonesia. Oleh karenanya masalah penggunaan tanda baca harus diperhatikan.

4. Perkakas Penerjemah

Penerjemah dibagi menjadi dua, yaitu interpreter (juru bahasa) dan

translator (penerjemah). Keduanya memiliki batasan-batasan tersendiri dalam melakukan penerjemahan. Begitu juga perkakas yang digunakan. Perkakas merupakan berbagai macam barang yang dapat dipakai sebagai alat. Dalam dunia penerjemahan, perkakas penerjemah yang dimaksud merupakan komponen yang digunakan penerjemah dalam kegiatannya pada saat menerjemahkan. Perkakas-perkakas tersebut dibagi menjadi dua, yaitu perkakas konvensional dan perkakas modern.22

21

Syihabuddin.Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktik), h. 159.

22

Zuchridin Suryawinata & Sugeng Hariyanto,Translation: Bahasan Teori & Penuntun Praktis Menerjemahkan,(Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 27.


(35)

a. Perkakas konvensional

Perkakas konvensional yang umum digunakan seorang penerjemah adalah kertas dan pensil. Akan tetapi, kamus juga termasuk ke dalam konvensional. Kamus yang dimaksud ialah kamus dalam bentuk cetak.

Adapun kamus yang digunakan tidak hanya kamus ekabahasa yang memuat satu bahasa saja, al-Munjid misalnya. Selain dari itu, yang harus menjadi perhatian utama seorang penerjemah ialah kamus dwibahasa yang digunakan, seperti al-Munawwir. Oleh karenanya, kamus merupakan perkakas penting dalam mencari makna kedua. Baik itu diperoleh dari kamus umum, maupun kamus khusus yang terkait dengan bidang spesialisasinya.

Buku-buku terkait tata bahasa baik BSu maupun BSa, buku-buku terkait kaidah gramatika bahasa non-baku juga termasuk ke dalamnya. Berbagai buku maupun ensiklopedia mengenai informasi sejarah, kebudayaan, dan peradaban kedua bahasa juga penting untuk memantapkan hasil terjemahan.

b. Perkakas modern

Bila konvensional masih dalam bentuk cetak. Lain halnya dengan perkakas modern yang mengacu pada berbagai bentuk referensi digital, termasuk di dalamnya kamus, buku-buku dan ensiklopedia-ensiklopedia dalam bentuk digital. Selain itu penggunaan akses layanan internet sebagai penunjang dalam melakukan dan memantapkan hasil terjemahan juga masuk ke dalamnya.


(36)

B. Metode Penerjemahan

Metode penerjemahan merupakan cara yang digunakan oleh penerjemah dalam mengungkapkan makna sebuah TSu saat hendak memutuskan penerjemahan. Terkadang sebuah metode tidak dapat diterapkan secara konsisten dari awal hingga akhir. Hal ini disebabkan keragaman teks yang dihadapi penerjemah menuntut penyelesaian dengan cara yang bervariasi pula. Oleh karenanya, metode penerjemahan biasanya digunakan sebagai pendekatan umum atau prinsip pokok dalam menerjemahkan sebuah teks secara keseluruhan. Tujuannya agar kegiatan penerjemahan yang dilakukan lebih efisien dan efektif.

Menurut Maurits dalam bukunya mengungkapkan bahwa pada umumnya penerjemahan terbagi atas dua bagian besar, yaitu harfiah (literal translation) dan bebas (free translation).23 Pernyataan tersebut hampir senada dalam khazanah penerjemahan di dunia Arab yang menyebutkan bahwa metode penerjemahan terbagi menjadi dua macam, yaitu harfiah dan tafsiriah.24 Metode harfiah ialah cara menerjemahkan dengan memperhatikan peniruan terhadap susunan dan urutan teks sumber. Sedangkan metode tafsiriah ialah cara penerjemahan dengan tidak memperhatikan peniruan susunan dan urutan TSu. Penerjemah tidak perlu memaksakan diri untuk dapat memahami setiap kata yang terdapat dalam TSu.

Berbeda dengan literatur barat, metode penerjemahan dikaji dan diklasifikasikan secara lebih rinci. Metode penerjemahan milik seorang pakar penerjemah, Newmark dinilai paling lengkap dan memadai. Dia memandang bahwa metode penerjemahan dapat dilihat dari segi penekanannya terhadap BSu dan BSa. Empat metode berorientasi pada BSu atau berbasis semantik dan empat metode

23

Maurits D.S. Simatupang, Pengantar Teori Terjemahan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pnedidikan Nasional, 1999/2000), h. 39.

24


(37)

berorientasi pada BSa atau berbasis komunikatif.25 Berikut ini merupakan diagram ‘V’ yang terdapat dalam teori penerjemahan Newmark.

Berorientasi pada BSu Berorientasi pada BSa

Kata demi kata Adaptasi Harfiah Bebas

Setia Idomatik

Semantik Komunikatif

<————————————————————————————–>

Gambar 2. Diagram - V Newmark

Diagram tersebut dinamai dengan ‘Diagram - V’ oleh karena diagram tersebut menyatakan bahwa semakin ke bawah (mengerucut) maka hasil terjemahan semakin mendekati BSa, sehingga hasilnya semakin baik dan lebih mudah untuk dimengerti oleh pembaca naskah terjemahan. Berikut adalah penjelasannya.

1. Penerjemahan Berorientasi pada Teks BSu

Maksud dari penerjemahan yang berorientasi terhadap teks BSu ialah terjemahan yang penerjemahannya berusaha mempertahankan ciri-ciri ekspresi atau gaya ungkap penulisnya.26

a. Kata demi kata (word for word translation)

Metode ini merupakan metode dengan menerjemahkan sebuah kata dengan apa adanya. Berfokus pada kata demi kata BSu dan susunan kata tersebut dipertahankan sedemikian rupa tanpa mengindahkan konteks

25

Emzir, Teori dan Pengajaran Penerjemahan, cetakan ke-1, (Depok: Rajagrafindo Persada, 2015), h. 60.

26

Zuchridin Suryawinata & Sugeng Hariyanto,Translation: Bahasan Teori & Penuntun Praktis Menerjemahkan, h. 57.


(38)

pemakaiannya. Biasanya digunakan oleh para pemula yang belum memiliki wawasan BSu cukup baik atau teks yang sukar untuk dipahami. Kelebihan metode ini dapat memudahkan pembaca menghafal arti kata per kata dalam sebuah kalimat.

Contoh:

pahit manis akhirat dunia

ِة َﺮ ِﺧ ﻵ ا

ُة ﱠﺮ ُﻣ

þ

ُة َﻮ ْﻠ َﺣ

َو

ِة َﺮ ِﺧ ﻵ ا

ُة َﻮ ْﻠ َﺣ

ُة ﱠﺮ ُﻣ

akhirat dunia dan manis pahit

Apabila mengikuti metode penerjemahan kata demi kata, makna hasil terjemahannya tersebut akan berbunyi, ‘Pahit dunia manis akhirat dan manis dunia pahit akhirat.’

b. Harfiah (literal translation)

Metode ini dilakukan dengan mengalihkan konstruksi gramatikal BSu yang terdekat dalam konstruksi BSa. Penerjemahan dengan metode ini juga masih terpisah dari konteks. Penerjemahan harfiah sering diterapkan pada sistem penerjemahan al-Quran. Hasil terjemahan masih terasa kaku mengingat masih memaksakan kaidah-kaidah BSu. Untuk menghindari kesalah-pahaman dan membingungkan pembaca BSa, terkadang penerjemahan ini melengkapinya dengan catatan kaki. Contoh:

BSu:

BSa: Janganlah biarkan tanganmu terikat pada lehermu.

Membuat tangan terikat pada leher disini bermakna ‘kikir’. Itulah salah satu contoh penerjemahan harfiah.


(39)

c. Setia (faithful translation)

Pada metode ini penerjemah sesetia mungkin mengalihkan makna kontekstual BSu meskipun melanggar gramatikal BSa. Kata-kata yang bermuatan budaya sudah dialihbahasakan meskipun masih menyimpang dari segi tata bahasa. Metode ini berusaha untuk setia sepenuhnya terhadap pesan yang disampaikan dalam TSu. Contoh:

BSu: ü

BSa: Dia (laki-laki) dermawan karena banyak abunya.27

Dari terjemahan ini terlihat bahwa penerjemah berupaya untuk tetap setia pada bahasa sumber, meskipun sudah terlihat ada upaya untuk mereproduksi makna kontekstual. Kesetiaan tersebut tampak pada adanya upaya untuk tetap mempertahankan ungkapan metaforis yang tersurat dalam teks aslinya.

d. Semantik (semantic translation)

Metode ini berfokus pada pencarian padanan pada tataran kata, tetapi masih terikat budaya BSu. Penerjemah berusaha mengalihkan makna kontekstual sedekat mungkin dengan struktur sintaksis dan semantik BSa.28Contoh:

BSu:

BSa: Dia seorang yang dermawan.

Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih memperhitungkan unsur estetika teks bahasa sumber, dan kreaktif dalam

27

Moch. Syarif Hidayatullah,Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 59.

28

M. Zaka Al Farisi,Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 55.


(40)

batas kewajiban. Selain itu penerjemahan setia sifatnya masih terikat dengan bahasa sumber, sedangkan penerjemahan semantik lebih luwes dan fleksibel.

2. Penerjemahan Berorientasi pada Teks BSa

Maksud dari penerjemahan yang berorientasi terhadap teks BSa ialah terjemahan yang penerjemahannya berusaha menuliskan kembali makna atau pesan teks BSu ke dalam teks BSa dengan kata yang mudah dimengerti.29 Terjemahan ini akan lebih terbaca layaknya teks asli, bahkan tidak terlihat sebagai sebuah teks penerjemahan.

a. Adaptasi (adaptation translation)

Metode penerjemahan ini tidak terlalu memperhatikan keteralihan TSa. Metode ini merupakan metode penerjemahan teks yang paling bebas, sering juga disebut sebagai penerjemahan saduran. Terjadi penyelarasan budaya BSu ke dalam budaya BSa. Biasanya digunakan untuk penerjemahan drama, puisi, dan film. Namun demikian, tema, karakter, dan alur cerita biasanya masih dipertahankan oleh penerjemah. Contoh:

BSu:

BSa (Harfiah): Membolak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal). BSa (Adaptasi): Mengelus dada.

Ungkapan bahasa Arab dalam terjemahan surat al-Kahfi ayat 42 tersebut mencandrakan penyesalan. Hal tersebut berbeda dengan budaya

29

Zuchridin Suryawinata & Sugeng Hariyanto,Translation: Bahasan Teori & Penuntun Praktis Menerjemahkan,h. 57.


(41)

Indonesia yang mencandrakan penyesalan dengan ungkapan ‘mengelus dada’.30

b. Bebas (free translation)

Pada metode ini, penerjemah lebih mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks BSu.31 Biasanya berbentuk parafrasa yang lebih panjang atau lebih pendek dari TSu sesuai ungkapan penerjemah sendiri. Akibatnya, metode ini menghasilkan TSa yang tidak mengandung gaya atau struktur luar TSu. Perbedaannya dengan metode penerjemahan adaptasi dan bebas ialah penerjemah diperkenankan mengubah nama pelaku dan tempat kejadian, namun, pesan dari TSu tetap dipertahankan. Contoh:

BSu:

ِﻓ

BSa: Harta sumber malapetaka.32 c. Idiomatis (idiomatic translation)

Metode ini berusaha mereproduksi pesan BSu, meskipun cenderung mendistorsi maknanya. Hal ini sesuai dengan penjelasan Larson yang menegaskan bahwa dalam kegiatan penerjemahan berarti mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam BSa dan konteks budayanya.33 Dengan demikian, metode ini menjelaskan kepada penerjemah untuk berusaha mengungkapkan ungkapan idiomatis sesuai versi BSa dengan tujuan kesan keakraban makna.

30

M. Zaka Al Farisi,Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia,h. 55.

31

Moch. Syarif Hidayatullah,Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 62.

32

Moch. Syarif Hidayatullah,Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 62

33

Mildred L. Larson,Penerjemahan Berdasar Makna: Pedoman untuk Pemadanan Antarbahasa, Jakarta: Arcan, 1989) h. 3.


(42)

Contoh:

BSu : (1) (2)

ب ﺎ َﺘ ِﻜ ﻟ ا ﱡم أ

BSa (Harfiah) : (1) tuannya hari, (2) ibunya buku BSa (Idiomatis) : (1) Jumat/hari Jumat, (2) al-Fatihah

Dalam metode terjemahan idiom perlu diperhatikan perbedaan antara kegramatikalan dan keidiomatisan. Keidiomatisan dalam terjemahan menghendaki agar penerjemah membebaskan diri dari aturan-aturan BSu, oleh karena idiomatis dalam BSu belum tentu idiomatis dalam BSa.34

d. Komunikatif (communicative tranlation)

Sesuai namanya, metode penerjemahan komunikatif lebih kepada makna kontekstual sehingga aspek kebahasaan dan aspek isi langsung dapat dimengerti pembaca TSa. Biasanya dilakukan terhadap teks-teks yang bersifat informatif. Dalam prosesnya, memungkinkan penerjemah melakukan penerjemahan semantis dulu baru kemudian dimodifikasi.35 BSu :

ﺔ َﻐ ْﻀ ُﻣ ْﻦ ِﻣ ﱠﻢ ُﺛ ﺔ َﻘ َﻠ َﻋ ﻦ ِﻣ

ّﻢﺛ ٍﺔ َﻔ ْﻄ ُﻧ ﻦ ﻣ ر ﻮ ﻄ ﺘ ﻧ

BSa (Harfiah) : Kita tumbuh dari mani, lalu segumpal darah, dan kemudian segumpal daging.

BSa (Komunikatif) : Kita berproses dari sperma, lalu zigot, dan kemudian embrio.36

Apabila diperhatikan kedua terjemahan tersebut memiliki konteks khalayak pembaca yang berbeda. Untuk harfiah biasa digunakan bagi

34

Maurits Simatupang, Enam Makalah Tentang Terjemahan, (Jakarta: Universitas Kristen Indonesia Press), h. 7.

35

Zuchridin Suryawinata & Sugeng Hariyanto,Translation: Bahasan Teori & Penuntun Praktis Menerjemahkan,h. 50.

36


(43)

masyarakat umum, sedangkan setelah diterjemahkan ke dalam metode komunikatif dapat dimengerti oleh kalangan ahli biomedik. Metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Dengan demikian, suatu versi BSu dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi BSa.

C. Strategi Penerjemahan

Sebelumnya di atas telah dibahas mengenai metode penerjemahan, dimana proses ini lebih melihat teks secara umum atau secara keseluruhan pada saat akan menerjemahkan. Berbeda dengan strategi penerjemahan yang merujuk pada unit-unit terjemah yang lebih kecil, seperti kata atau kelompok kata, frasa demi frasa, bahkan kalimat penuh.

Dalam hal ini, strategi penerjemahan berarti taktik yang dilakukan penerjemah saat mendapati teks yang dalam unit lebih kecil tadi. Pengetahuan akan strategi penerjemahan sangat penting bagi seorang penerjemah. Dengan adanya strategi penerjemahan ini, seorang penerjemah tidak dapat secara langsung melakukan pengalihan berdasarkan bentuk gramatikal teks BSu.

Suryawinata dan Hariyanto membaginya menjadi dua kategori, yaitu strategi struktural dan strategi semantis.37 Sementara Moch. Syarif Hidayatullah dalam teorinya mengenai strategi penerjemahan Arab-Indonesia mengungkapkan terdapat empat macam, diantaranya mengedepankan-mengakhirkan, menambahkan, membuang, dan mengganti. Berikut di bawah ini adalah macam-macam strategi yang digunakan oleh penerjemah dalam menghadapi berbagai teks yang bervariatif.

37

Zuchridin Suryawinata & Sugeng Hariyanto,Translation: Bahasan Teori & Penuntun Praktis Menerjemahkan, h. 67.


(44)

1. Penambahan

Penambahan terjadi pada kata-kata dalam TSa. Hal ini dikarenakan struktur TSa mengharuskan adanya penambahan kata sesuai dengan TSu. Penambahan tersebut dilakukan demi keberterimaan struktur luar BSa.

Contoh: BSu:

َﻚ

BSa: Buku apa saja yang kamu baca akan memberi manfaat untukmu.

Pada terjemahan di atas tentu terlihat strategi penambahan kata yang digunakan, yaitu kata ‘yang’ dan kata ‘akan’. Apabila diperhatikan dalam TSu tersebut, tidak ada kata secara tertulis yang menunjukkan kedua penambahan tersebut. Penambahan kata tersebut merupakan konsekuensi struktur gramatikal dalam TSu yang mengharuskan demikian.

2. Pembuangan

Pembuangan kata juga terjadi karena mengharuskan adanya sebuah pengurangan struktural di dalam TSa. Konsep strategi ini tak jauh berbeda dengan strategi sebelumnya, yaitu dengan melakukan pembuangan kata dalam BSa yang disebut dalam BSu. Contoh:

BSu:

َﻚ َﻤ ﱠﺴ ﻟ ا ِﺪ

َﺼ ِﻟ ُﺪ َﻤ ﺣ أ َﺐ

َذ ِمﺎ

ّْﻷ ا َﻦ ِﻣ ٍم ْﻮ

ْﻲ ِﻓ

BSa:Suatu hari, Ahmad (pergi)memancing.38

Hasil terjemahan tersebut menunjukkan bahwa adanya pembuangan partikel kata dalam BSu. Pada kasus beberapa teks seperti ini jika diterjemahkan secara keseluruhan memungkin akan berakibat pada penyimpangan pesan yang disampaikan.

38


(45)

3. Literal

Strategi ini merupakan pengalihan makna secara langsung TSu ke dalam TSa yang sepadan secara gramatikal. Penerjemahannya dilakukan dengan cara menerjemahkan frasa ataupun klausa secara kata per kata sesuai makna yang terdapat dalam kamus.39Strategi ini juga biasa disebut harfiah. Contoh:

BSu:

BSa: Janganlah biarkan tanganmu terikat pada lehermu. 4. Mengedepankan-mengakhirkan

Strategi ini mengharuskan penerjemah mengedepankan kata yang letaknya di akhir dalam BSu, atau mengakhirkan yang letaknya di depan BSu pada saat menerjemahkan ke dalam BSa40. Tujuannya untuk menyelaraskan sususan gramatikal kedua bahasa yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan kaidah pembuatan kalimat khususnya bahasa Arab dan bahasa Indonesia berbeda. Contoh:

BSu:

ِج ا َو ﱠﺰ ﻟ ﺎ ﺑ ُد ﱢﺪ َﻌ ﱠﺘﻟ ا َم َﻼ ْﺳ ﻹ ا َد ﱠﺪ َﺣ ْﺪ َﻗ

6 5 4 3 2 1

BSa: Islam telah membatasi poligami.

3 1 2 456

5. Transposisi

Penggunaan strategi transposisi ini dipandang dalam dua pemakaian, sebagai suatu keharusan dan sebagai pilihan. Maksudnya jika suatu keharusan apabila tanpa strategi ini makna BSu tidak tersampaikan. Sedangkan sebagai suatu pilihan karena alasan gaya bahasa, maksudnya tanpa transposisi makna BSu sudah bisa diterima oleh pembaca BSa.

39

M. Zaka Al Farisi,Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia,h. 78.

40


(46)

Penerjemah mengubah bentuk gramatikal BSu ke dalam teks BSa demi mencapai kesepadanan. Strategi ini ditempuh tatkala penerjemah tidak menemukan struktur BSa yang sama dengan struktur BSu. Biasanya berupa pengubahan bentuk jamak ke bentuk tunggal, bentuk tunggal menjadi jamak, verba jadi nomina, posisi kata sifat, hingga pengubahan struktur kalimat secara keseluruhan.

Contoh:

BSu:

ْﻢ ُﻜ َﺛ ْﺮ َﺣ ا ْﻮ ُﺗ ْﺄ َﻓ

BSa: Maka datangilah tanah tempat bercocok tanam.

Dalam contoh penerjemahan di atas, frasa

ا ْﻮ ُﺗ ْﺄ َﻓ

diterjemahkan menjadi ‘maka datangilah’, tanpa menghadirkan unsur subjek pronomina persona II jamak.41Contoh di atas adalah salah satu contoh penerjemahan transposisi. 6. Pemadanan Budaya

Strategi ini berhubungan dengan budaya yang melatarbelakanginya. Dengan kata lain, hal ini memungkinkan adanya pengalihan unsur budaya BSu ke dalam budaya BSa yang memiliki sifat dan karakteristik yang sepadan. Penggunaan strategi ini sangat terbatas, oleh karena tidak ada dua budaya yang sama persis, maka kemungkinan besar strategi ini tidak bisa menjaga ketepatan makna.42 Strategi ini juga kerap dilengkapi dengan strategi ekuivalensi fungsional dan deskriptif.43Contoh:

BSu:

ﻦ ِﺋ ﺎ َﻨ َﻜ ﻟ ا َﻸ ْﻤ َﺗ ِء ﺎ َﻣ ﱠﺮ ﻟ ا َﻞ ْﺒ َﻗ

41

M. Zaka Al Farisi,Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, h. 72.

42

Zuchridin Suryawinata & Sugeng Hariyanto,Translation: Bahasan Teori & Penuntun Praktis Menerjemahkan,h. 72.

43


(47)

BSa (Harfiah): Sebelum memanah isi dahulu tabung anak panah. BSa (Pemadanan Budaya): Sedia payung sebelum hujan.44

Jenis terjemahan yang telah mengalami pemadanan budaya di atas akan lebih dipahami oleh pembaca TSa dibanding harfiahnya. Meski memiliki struktur lahir yang berbeda, namun struktur batin keduanya sama.

7. Deskripsi

Strategi ini dilakukan dengan cara memberikan uraian/penjelasan berisi makna kata BSu dalam teks BSa. Sehingga sebuah kata BSu dapat diterjemahkan menjadi frasa, atau frasa sederhana menjadi frasa yang kompleks.45 Ini dilakukan karena kata BSu tersebut terkait dengan budaya khasnya, sedangkan padanan budaya dirasa tidak dapat memberikan derajat ketepatan yang dikehendaki. Contoh:

BSu:

َن ْﻮ ُﻨ ِﺴ ْﺤ ُﻤ ﻟ ا

BSa: Orang-orang yang berbuat kebajikan.46 8. Calque

Strategi ini merupakan jenis khusus dari peminjaman dimana suatu bahasa meminjam ungkapan bentuk lain, kemudian diterjemahkan secara harfiah masing-masing elemennya.47 Hampir mirip dengan strategi transkripsi. Strategi ini juga menghasilkan calque leksikal, yaitu calque yang menghormati struktur sintaksis dari BSa, dan calque struktural yang memperkenalkan konstruksi baru ke dalam BSa. Penerjemahan ini juga umumnya dipakai pada tataran frasa, dan biasanya frasa nomina. Contoh:

44

M. Zaka Al Farisi,Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, h. 64.

45

M. Zaka Al Farisi,Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, h. 66.

46

M. Zaka Al Farisi,Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia,h. 66.

47


(48)

BSu:

ُﺢ ِﻟﺎ ﱠﺼ ﻟ ا ُﻞ َﻤ َﻌ ﻟ ا

BSa: Amal saleh.48 9. Transkripsi

Strategi ini merupakan proses pengalihan kata atau frasa dari BSu ke dalam BSa dengan menyalin bentuk hurufnya. Proses ini biasanya diikuti dengan proses transliterasi dan naturalisasi dalam BSa. Maksud dari transliterasi ialah mempertahankan kata-kata BSu tersebut secara utuh, baik bunyi atau tulisannya. Sedangkan naturalisasi maksudnya ialah penyesuaian dalam hal pengucapan dan penulisan sesuai aturan BSa. Hal ini menyebabkan terjadinya penyesuaian kata yang ditransfer dengan sistem fonetik dan fonologi BSa.49 Dengan kata lain, penerjemah mengambil dan membawa item leksikal dari BSu ke dalam BSa tanpa modifikasi formal.

Umumnya strategi ini terkait dengan nama orang, nama geografis, nama koran atau majalah, nama jalan, judul penerbitan, nama institusi, objek kebudayaan, istilah-istilah pengetahuan yang belum ada di BSu, dsb. Sebagai contoh kata (muslimin) yang sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘muslimin’ kembali. Begitu juga nama negara seperti Amerika, Indonesia yang diterjemahkan menjadi . Pada contoh-contoh tersebut terlihat bahwa penerjemah menyesuaikan kata yang ditransfer dengan sistem pelapalan dan morfologi bahasa penerima sehingga selaras dengan BSa.

48

M. Zaka Al Farisi,Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia,h. 78

49


(49)

10. Modulasi

Pada strategi ini penerjemah memberikan padanan yang secara semantik berbeda sudut pandang artinya atau cakupan maknanya, akan tetapi dalam konteksnya memberikan pesan/maksud yang sama.50 Strategi ini digunakan apabila penerjemahan kata-kata dengan makna literal tidak menghasilkan terjemahan yang luwes. Modulasi sendiri dapat berupa pergeseran dari abstrak menjadi konkret, sebab menjadi akibat, aktif menjadi pasif, ruang menjadi waktu, jamak menjadi tunggal atau sebaliknya, verba menjadi nomina, dsb. Strategi pergeseran makna (modulasi) ini dapat terjadi bersamaan dengan pergeseran struktur (transposisi).51 Contoh:

BSu:

BSa: Kepalaku telah ditumbuhi uban

Salah satu contoh di atas pada frasa tersebut terjadi perubahan sudut pandang dari pola aktif bahasa Arab (

ُس ْأ ﱠﺮ ﻟ ا َﻞ َﻌ َﺘ ْﺷ ا

)

menjadi pola pasif dalam bahasa Indonesia.52 Contoh tersebut adalah salah satu bentuk penerjemahan modulasi.

Strategi-strategi di atas merupakan berbagai langkah yang dilakukan penerjemah saat mendapati sebuat teks. Namun demikian tidak serta-merta penerjemah terfokus hanya pada satu strategi dalam melakukan kegiatannya. Semuanya digunakan oleh penerjemah, tergantung jenis teks yang dihadapinya. Teori strategi sangat penting demi memberikan maksud yang ingin disampaikan oleh teks BSu dalam bentuk unit-unit teks yang lebih kecil.

50

Benny Hoedoro Hoed,Penerjemahan dan Kebudayaan, h. 74.

51

Frans Sayogie,Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, h. 67.

52


(50)

BAB III

KAJIAN TENTANG KEMASAN PRODUK

A. Definisi Produk

Kata produk berasal dari bahasa Inggrisproduct yang berarti sesuatu yang diproduksi oleh tenaga kerja atau sejenisnya. Kata produk diartikan sebagai barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi.53 Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dipakai, dimiliki, atau dikonsumsikan sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Dengan kata lain, produk dapat bersifat kompleks, baik dapat diraba maupun tidak diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan, pelayanan pengusaha dan pengecer yang diterima pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan.

Dalam dunia bisnis, produk adalah barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan. Dalam marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah pasar dan bisa memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan. Lain halnya dalam tingkat pengecer, produk disebut sebagai merchandise. Sedangkan dalam manufaktur, produk dibeli dalam bentuk barang mentah dan dijual sebagai barang jadi. Produk yang berupa barang mentah seperti hasil pertanian sering pula disebut sebagai komoditas.

53


(51)

B. Produk Kajian Teks Kemasan

Berikut ini merupakan produk-produk objek kajian pada teks yang diteliti, dengan melakukan pengecekkan terlebih dahulu sesuai nomor registrasi pada kemasan serta melihatnya pada situs BPOM RI54 untuk memastikan bahwa produk tersebut telah terdaftar. Beberapa produk tersebut memiliki teks bahasa Indonesia sebagai BSu dan teks bahasa Arab sebagai BSa. Produk makanan ringan ini penulis dapatkan berdasarkan hasil survey di pasaran khususnya yang pada kemasannya tertera teks kedua bahasa tersebut.

No. Nama Produk Merk Produsen No. Registrasi

1. Malkist Hatari PT. Asia Sakti Wahid

Foods Manufacture MD 235502390001 2.

Biskuit dengan Krim Rasa Coklat dan Blueberi

Hatari PT. Asia Sakti Wahid

Foods Manufacture MD 235602184003

3.

Biskuit Tabur Gula dengan Krim Rasa Coklat

Hatari PT. Asia Sakti Wahid

Foods Manufacture MD 235602188003

4.

Mi Instan Goreng Rasa Ayam Krispi

Sedaap PT. Prakarsa Alam

Segar MD 231510007091

5. Mi Instan Kuah

Rasa Baso Sedaap

PT. Prakarsa Alam

Segar MD 231510006091

6.

Kacang Panggang Rasa Bawang Pedas

Mayasi PT. Manohara Asri MD 273813095318 7. Kacang Panggang

Rasa Bawang Mayasi PT. Manohara Asri MD 255213020318

8. Kacang Panggang

Rasa Pedas Mayasi PT. Manohara Asri MD 255213032318

9. Kacang Panggang

Rasa Pedas Iyes PT. Manohara Asri MD 273813067017

10.

Kacang Panggang Rasa Asin

(Original)

Iyes PT. Manohara Asri MD 273813006017

54

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah sebuah lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-obatan dan makanan di Indonesia. Untuk melihat daftar produk yang telah memiliki nomor registrasi dapat dilihat pada situs http://cekbpom.pom.go.id/.


(52)

11.

Mi Instan Goreng Rasa Ayam Lada Hitam

Gaga

Gepeng PT. Jakarana Tama MD 231510005083 12. Mi Instan Goreng

Extra Pedas Gaga 100 PT. Jakarana Tama MD 231510021083 13.

Krekers Rasa Jagung Bakar Manis

Oops PT. Ultra Prima Abadi MD 835510022059 14. Krekers Rasa

Rumput Laut Oops Fugu PT. Ultra Prima Abadi MD 235510048059 15. Makanan Ringan Kentang Goreng dengan Sambal Tomat 2000

Premium PT. Siantar Top Tbk. MD 272813593041

16. Biskuit Sandwich Salut Krim Keju

Richeese Bisvit Selimut

PT. Kaldu Sari Nabati

Indonesia MD 227110156775

17. Wafer Krim Cokelat

Richoco Nabati

PT. Kaldu Sari Nabati

Indonesia MD 836128013217

18. Wafer Krim Keju Richeese Nabati

PT. Kaldu Sari Nabati

Indonesia MD 227128002217

19. Wafer Roll Krim Cokelat

Richoco Roll’s

PT. Kaldu Sari Nabati

Indonesia MD 236110021042

20. Makanan Ringan Ekstrudat Rasa Jagung Bakar Keju Richeese Siip

PT. Kaldu Sari Nabati

Indonesia MD 273710049042

21. Makanan Ringan Ekstrudat Rasa Keju Richeese Siip

PT. Kaldu Sari Nabati

Indonesia MD 273710046042

22.

Bihun Goreng

Instan Rasa Pedas Bihunku PT. Tiga Pilar

Sejahtera MD 227411042335

23. Bihun Instan Kuah

Super

Bihun PT. Kuala Pangan MD 231310001017 24. Makanan Ringan Rasa Ayam Panggang Taro Net 3D

PT. Putra Taro

Paloma MD 272910002068


(53)

C. Profil Perusahaan

Berikut lampiran profil perusahaan sesuai data tabel di atas yang memproduksi berbagai merk makanan ringan.

1. PT. Asia Sakti Wahid Foods Manufacture

ASWFOODS adalah sebuah perusahaan manufaktur profesional yang bergerak di bidang pendistribusian dan ekspor berbagai macam biskuit, wafer, dan cokelat. Produk tersebut diantaranya biskuit marie, berbagai macam krekers, kukis serta wafer dan produk cokelat. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1978 dan bertempat di Medan, Sumatera Utara, Indonesia.55

2. PT. Prakarsa Alam Segar (Wings Group)

PT. Prakarsa Alam Segar merupakan anak perusahaan Wings Group. Selama bertahun-tahun, Wings telah tumbuh menjadi salah satu merek Indonesia yang terkenal. Produk pertama perusahaan adalah sabun dan deterjen. Beberapa dekade selanjutnya, Wings terus memperluas lini produk dan sekarang memproduksi serta menjual ratusan kebutuhan rumah tangga, perawatan pribadi dan produk makanan.56 Saat ini Wings telah menjadi perusahaan besar yang mengekspor produk-produknya ke seluruh dunia sejak berdiri 60 tahun yang lalu di Jawa Timur.

3. PT. Manohara Asri

PT. Manohara Asri adalah pabrik makanan ringan Indonesia yang berbasis di Sidoarjo, Jawa Timur. Produk utamanya berupa makanan kacang, wafer stik, dan bahan baku chips.57 Sejak tahun 2005, perusahaan ini mulai

55

http://www.aswfoods.com/page/tentang-kami/id, (diakses pada 10/03/2016, pukul 10.00 WIB)

56

http://www.wingscorp.com/content/story.php?l=1&m=257&ul=1, (diakses pada 10/03/2016, pukul 10.15 WIB)

57


(54)

fokus pada pasar ekspor ke berbagai negara. Diantaranya pasar Timur Tengah yang meliputi negara Maroko, Libia, Mauritius, Aljazair, Arab Saudi, Yordania, Palestina, Qatar, Yaman, Oman, dan Uni Emirat Arab.58

4. PT. Jakarana Tama

PT. Jakarana Tama didirikan pada tanggal 20 Juni 1980 berdasarkan Akta Notaris No. 107 dari Kusmayanto Ongko, SH sebagai perusahaan distribusi regional di Medan, Sumatera Utara. Bisnis utamanya adalah mi instan kaleng, sosis, dan bumbu. Selain “GaGa”, perusahaan juga memiliki beberapa merek lain, seperti, “100”, “1000”, Mie Gepeng, Mie Telor A1, Otak2, Sosis Loncat. Saat ini, perusahaan telah melengkapi diri dengan inovasi produk standar internasional.59

5. PT. Ultra Prima Abadi (Orang Tua Group)

PT. Ultra Prima Pribadi adalah anak perusahaan dari Orang Tua Group. Perusahaan yang semula bergerak dalam produksi minuman kesehatan tradisional ini kemudian berkembang menjadi produsen-produsen kebutuhan sehari-hari. Ultra Prima Abadi selalu menghadirkan unique winning product

seperti merek–merek Formula, Tango Waffle, Oops, Vitacharm, Kiranti, dan lain sebagainya. Perusahaan ini mampu berdiri tegak selama lebih dari setengah abad dan menjadi salah salah satu perusahaan consumer goods nasional yang siap bersaing dengan perusahaan-perusahaan dunia di kelasnya. Beberapa merek dari produk Ultra Prima Abadi bahkan menjadi pemimpin pasar di Indonesia serta meraih berbagai penghargaan atas kepuasan

58

http://manohara-asri.com/overseas-distribution/, (diakses pada 10/03/2016, pukul 10.45 WIB)

59


(55)

konsumen juga merupakan merek terbaik melalui lembaga surveyor yang diakui secara nasional ataupun internasional.60

6. PT. Siantar Top Tbk.

Perseroan mulai berdiri sejak tahun 1972 sebagai cikal bakal menerjuni produksi makanan ringan seperti kerupuk (crackers). Sejalan dengan perkembangan usaha, pada tahun 1987 status usaha ditingkatkan menjadi Perseroan Terbatas (PT) dengan nama PT. Siantar Top. Selain memproduksi kerupuk (crackers), perseroan juga mengembangkan usaha dengan memproduksi produk berupa mie (snack noodles). Selanjutnya pada tahun 1991 perseroan mengembangkan usaha dengan memproduksi permen (candy). Pada tanggal 16 Desember 1996, perseroan telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) dengan kode STTP. Pada tahun 2009 perseroan sudah mendistribusikan biskuit dan wafer.61

7. PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia

PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia merupakan unit bisnis rintisan awal dari Nabati Group. Perusahaan bergerak di industri makanan dan minuman ringan. Sejumlah merek produk yang telah banyak dikenal konsumen, antara lain Richeese dan Richoco. Produk-produk tersebut merupakan hasil perpaduan antara bahan baku pilihan dengan proses produksi yang modern sehingga menghasilkan produk berkualitas dan bergizi. Berbagai keunggulan

60

http://en-id.qerja.com/company/view/ultra-prima-abadi-pt, (diakses pada 10/03/2016, pukul 11.34 WIB)

61

http://www.siantartop.co.id/stt3/index.php/stt/get_our_company/info, (diakses pada 10/03/2016, pukul 11.55 WIB)


(56)

itu dibuktikan dengan diraihnya sejumlah penghargaan, seperti Best Brand Award, MURI, dan Top Brand Award.62

8. PT. Tiga Pilar Sejahtera

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF) merupakan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 yang pada awalnya hanya bergerak di bisnis makanan (TPS Food) dan pada 2008 mulai memasuki bisnis perkebunan kelapa sawit (TPS Agro).63 Perseroan didirikan dengan nama PT. Tiga Pilar Sejahtera oleh 3 orang yaitu: Bapak Joko Mogoginta, Bapak Budhi Istanto dan Bapak Priyo Hadisutanto. Produk utama adalah bihun kering dan mi kering. Produk makanan TPSF melalui TPS Food dibagi dalam dua jenis kelompok makanan, yaitu makanan bahan dasar (basic food) yang dijalankan oleh PT. Tiga Pilar Sejahtera (TPS) dan PT. Subafood Pangan Jaya (SPJ), serta makanan siap konsumsi (consumer food) yang dijalankan oleh PT. Poly Meditra Indonesia (PMI), PT. Balaraja Bisco Palma (BPP) dan juga PT. Putra Taro Paloma (PTP).64 Saat ini TPS memiliki 266 distributor dan 154.912 outlets modern dan traditional market di berbagai daerah di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Maluku dan Papua. Sementara wilayah lainnya dijangkau melalui penjualan terputus yang diterima di pelabuhan Jakarta, Semarang dan Surabaya.65

62

http://www.nabatisnack.co.id/about-us/, (diakses pada 10/03/2016, pukul 13.15 WIB)

63

http://www.tigapilar.com/our_company, (diakses pada 10/03/2016, pukul 13.45 WIB)

64

http://www.tigapilar.com/our_company/business_unit, (diakses pada 11/03/2016, pukul 05.40 WIB)

65


(57)

9. PT. Kuala Pangan

Perusahaan beralamat di Kec. Citeureup, Bogor, Jawa Barat dengan komoditas utamanya berupa mi telor. Berbagai macam produksi lainnya berupa makaroni, spagheti, bihun, dan mi soun.66

10. PT. Putra Taro Paloma (Tiga Pilar Sejahtera)

Taro merupakan brand yang dimiliki oleh PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

66

http://m2indonesia.com/informasi/perusahaan/perusahaan-kuala-pangan-pt-bogor-provinsi-jawa-barat.htm, (diakses pada 11/03/2016, pukul 06.20 WIB)


(58)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

A. Temuan

Setelah melakukan kajian terhadap teks yang terdapat dalam kemasan-kemasan produk makanan ringan yang tertera pada bab 3, berikut ini merupakan hasil temuan yang diperoleh berkaitan dengan pemakaian strategi penerjemahan yang digunakan dari bahasa Indonesia sebagai BSu ke dalam bahasa Arab sebagai BSa. Untuk lebih jelasnya berikut adalah daftar tabel hasil temuan tersebut.

No. Bahasa Indonesia (BSu) Bahasa Arab (BSa) Strategi

1. Biru berlian.

1 (

67

2 (

ِس ﺎ َﻤ ْﻟ ا ُﺔ َﻗ ْر ُز

68

3 (

ُق َر ْز ﻷ ا

ِس ﺎ َﻤ ْﻟ ا

69

Transkripsi Literal Literal

2. Kacang panggang. 70

ِﻞ ِﺑ ا َﻮ ﱠﺘ ﻟ ﺎ ِﺑ

ُﺺ

ﱠﻤ َﺤ ُﻣ

ُﻖ ُﺘ ْﺴ ُﻓ

Deskripsi

3. Pengatur keasaman. 71

ِء ا َﺬ َﻐ ْﻟ ا ُﺔ َﺿ ْﻮ ُﻤ ُﺣ ُﻢ ﱢﻈ َﻨ ُﻣ

Deskripsi

4. Pengembang. 72 Deskripsi

5. Berat bersih

ﱡﻲ ِﻓ ﺎ ﱠﺼ ﻟ ا ُن ْز َﻮ ﻟ ا

Literal

6. Pengawet makanan Natrium Deskripsi

67

Biskuit Hatari dengan Krim Rasa Coklat dan Blueberi.

68

Oops Fugu.

69

Richoco Roll’s. 70

Kacang Panggang Mayasi.

71

Taro Net 3D Rasa Ayam Panggang.

72


(59)

Benzoat.

ت ا َو ُﺰ ْﻨ ِﺑ

7. Vitamin C. 73 Transkripsi

8. Saus sambal.

ِر ﺎ َﺤ ْﻟ ا ْﻞ ُﻔ ْﻠ ُﻔ ْﻟ ا ُﺔ َﺼ ْﻠ َﺻ

Deskripsi

9. Rasa bawang pedas. 74

ُم ْﻮ ُﺛ

ـ ْﻞ ِﻔ ْﻠ ِﻓ

Modulasi

10. Baik digunakan sebelum.

1 (

75

2 (

َﻞ ْﺒ َﻗ

76

3 (

ﻰ ﱠﺘ َﺣ ُﺢ ِﻟ ﺎ َﺻ

77 4 ( 78 5 (

:

ِة ﱠﻮ ُﺒ ُﻌ ﻟ ا ﻰ َﻠ َﻋ ٌع ْﻮ ُﺒ ْﻄ َﻣ

79

6 (

ُﻞ ْﺒ َﻗ ْﻦ ِﻣ ِم ا َﺪ ْﺨ ِﺘ ْﺳ ا ُﻞ َﻀ ْﻓ َأ

80 Modulasi Transposisi Pembuangan Modulasi Transposisi Modulasi

11. Kode produksi.

1 (

ِج ﺎ َﺘ ْﻧ ِﻹ ا ُد ْﻮ ُﻛ

81 2 ( 82 Literal Modulasi 73

Taro Net 3D Rasa Ayam Panggang.

74

Kacang Panggang Mayasi Rasa Bawang Pedas.

75

PT. Manohara Asri.

76

PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia.

77

PT. Ultra Prima Abadi.

78

Super Bihun.

79

Malkist Hatari.

80

PT. Siantar Top Tbk.

81

PT. Manohara Asri.

82


(60)

3 (

ﻟ ا

ِج ﺎ َﺘ ْﻧ ِا ُﺰ ْﻣ َﺮ

83 Literal

12. Diproduksi oleh.

1 ( ! 84 2 (

ُج ﺎ َﺘ ْﻧ إ

85

Modulasi Modulasi

13. Jagalah kebersihan. 86

ْﻢ ُﻛ ِﺪ َﻠ َﺑ

ِﺔ َﻓ ﺎ َﻈ َﻧ ﻰ َﻠ َﻋ

ا ﻮ

ُﻈ ِﻓ ﺎ َﺣ

Transposisi dan penambahan

14.

Simpan di tempat sejuk dan kering.

1 (

ٍف ﺎ َﺟ َو

87

2 (

ٍد ِر ﺎ َﺑ ٍن ﺎ َﻜ َﻣ ﻲ ِﻓ ْﻊ َﺿ

ٍف ﺎ َﺟ َو

88

Transposisi Transposisi

15.

Pewarna makanan merah allura CI 16035.

ُن ْﻮ ﱠﻠ ﻟ ا

ﱡﻲ ِﺋ ا َﺬ ِﻐ ﻟ ا

ُﺔ َﻐ ْﺒ ِﺻ

ا َر ْﻮ ُﻟ أ

ُء ا َﺮ ْﻤ َﺤ ﻟ ا

89

Deskripsi

16. Wafer krim cokelat. 90

Mengedepankan -mengakhirkan

17. Pewarna tartrazin CI 19140.

ي إ

19140

91 Transkripsi 83

PT. Siantar Top Tbk.

84

PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia.

85

PT. Ultra Prima Abadi.

86

PT. Manohara Asri.

87

Kacang Panggang Mayasi.

88

Taro Net 3D Rasa Ayam Panggang.

89

Kacang Panggang Iyes Rasa Pedas.

90

Richoco Nabati.

91


(61)

18. Perisa identik alami cokelat. "#

92

Pembuangan

19.

Pengatur keasaman asam sitrat.

93

Transkripsi

20.

Biskuit sandwich salut krim

keju. 94

ِﻦ ْﺒ ُﺠ ﻟ ا

Pembuangan

21. Wafer krim keju. 95

Transkripsi dan Penambahan

22. Malkist. 96 Deskripsi

23. Komposisi.

1 (

ُت َﺎ ﻧ ﱠﻮ َﻜ ُﻤ ﻟ ا

2 (

Transposisi Transposisi

24.

Makanan ringan rasa ayam

panggang. 97

ﱡي ِﻮ ْﺸ َﻤ ﻟ ا

Penambahan

25. Pewarna makanan sintesis.

ﱡﻲ ِﻋ ﺎ َﻨ ِﻄ ْﺻ ا ُن ِﻮ ﱢﻠ ُﻣ

ِت َﻻ ْﻮ ُﻛ ْﺎ َﻤ ْﻠ ِﻟ

98

Mengedepankan -mengakhirkan

26. Kuning telur bubuk. 99 Pembuangan

27. Bubuk bawang putih. 100

ٌم ْﻮ ُﺛ

Pembuangan

92

Biskuit Hatari dengan Krim Rasa Coklat dan Blueberi.

93

Biskuit Hatari Tabur Gula dengan Krim Rasa Coklat.

94

Richeese Bisvit Selimut.

95

Richeese Nabati.

96

Malkist Hatari.

97

Taro Net 3D.

98

Oops Fugu.


(62)

28.

Rasanya enak mudah sekali memasaknya.

$% &'

101

Literal

29. Saran penyajian. 102 Modulasi

30.

Didihkan ± 400 cc air di dalam panci, lalu tuangkan air ke dalam mangkuk yang berisi bihun.

400

( ِن ﺎ َﺑ ْﻮ ُﻛ ) ﻞ ﻠ ﻣ

ْﺐ ُﺻ ﱠﻢ ُﺛ ْﻦ ِﻣ و

ﱠﻲ ِﻠ ْﻐ َﻤ ﻟ ا َء ﺎ َﻤ ﻟ ا

(

)

ِب ْﻮ ُﻜ ﻟ ا

103

Deskripsi dan modulasi

31. Kecap. 104 Transkripsi

32.

Rebus mi dalam air mendidih dan aduk pelan-pelan selama 3 menit.

ْك ﱠﺮ َﺤ َﺗ َو

ِﺮ َﺧ

ِةﱠﺪ ُﻤ ِﻟ

3

َﻖ ِﺋ ﺎ َﻗ َد

105

Deskripsi

33.

Keluarkan mi dari air dan tiriskan.

ُﺐ َﻜ ْﺴ ُﺗ

َﻊ َﻣ َﺔ َﻧ ْو ُﺮ َﻜ ْﻌ َﻤ ﻟ ا

106

Modulasi

34. Mi Sedaap siap untuk 107 Pembuangan

100

Super Bihun.

101

Super Bihun.

102

Mi Instan Goreng Rasa Ayam Lada Hitam.

103

Super Bihun.

104

Mi Sedaap Instan Goreng Rasa Ayam Krispi.

105

Mie Goreng Extra Pedas Gaga 100.

106

Mi Sedaap Instan Goreng Rasa Ayam Krispi.

107


(63)

disajikan.

35.

Perisa identik alami rumput laut.

(

ﱢي ِﺮ ْﺤ َﺒ ﻟ ا

108

Pembuangan

36. Rasa goreng spesial pedas. 109

Modulasi dan pembuangan 37. Sirup glukosa. 110

َز ﻮ ُﻛ ﻮ ُﻠ ُﺠ ﻟ ا ُب ا َﺮ َﺷ

Calque

38. Whey bubuk.

1 (

ُﻒ ﱠﻔ َﺠ ُﻤ ﻟ ا

111

2 (

ِﻦ َﺒ ﱠﻠ ﻟ ا َﻞ ْﺼ َﻣ ٌق ْﻮ ُﺤ ْﺴ َﻣ

112

Deskripsi Deskripsi

39. Perisa artifisial blueberi 113

Pembuangan dan deskripsi

B. Analisis

Berikut adalah pemaparan analisis terhadap temuan teks terkait strategi yang digunakan.

1. Biru berlian.

Peneliti menemukan tiga bentuk terjemahan dalam teks kemasan yang berbeda. Pertama, diterjemahkan menjadi . Apabila diamati penggunaan BSa tersebut tidak menerjemahkan dari bahasa Indonesia,

108 Oops Fugu. 109 Bihunku. 110 Malkist Hatari. 111 Richeese Siip. 112 Oops Fugu. 113


(64)

melainkan mentranskripsi istilah dari bahasa lain (Inggris), yaitu brilliant blue. Unsur-unsurnya diterjemahkan secara literal, susunannya pun menyalin dari bahasa Inggris, atau dengan kata lain penerjemahannya tidak mengacu pada bahasa Indonesia sebagai BSu. Dapat disimpulkan bahwa strategi penerjemahan yang digunakan ialah transkripsi dari bahasa Inggris.

Kedua, diterjemahkan menjadi

ِس ﺎ َﻤ ْﻟ ا ُﺔ َﻗ ْر ُز

. Berbeda dengan terjemahan teks pertama, pada terjemahan ini kata dalam BSu diterjemahkan sesuai dengan makna literal dalam kamus. Susunan frasa telah mengikuti bahasa Indonesia. ‘Biru’ dipadankan dengan

ُﺔ َﻗ ْر ُز

,114

dan

‘berlian’ dipadankan dengan

ِس ﺎ َﻤ ْﻟ ا

.115

Kesimpulannya penerjemahan ini menerapkan strategi literal.

Ketiga, diterjemahkan menjadi

ِس ﺎ َﻤ ْﻟ ا ُق َر ْز ﻷ ا

. Sama seperti bentuk penerjemahan kedua, strategi yang digunakan pada teks ketiga ini pun diterjemahkan secara literal.

2. Kacang panggang.

Apabila diperhatikan terjemahannya

ِﻞ ِﺑ ا َﻮ ﱠﺘ ﻟ ﺎ ِﺑ ُﺺ

ﱠﻤ َﺤ ُﻣ

ُﻖ ُﺘ ْﺴ ُﻓ

.‘Kacang

panggang’ sebenarnya cukup diterjemahkan menjadi

ُﺺ

ﱠﻤ َﺤ ُﻣ

ُﻖ ُﺘ ْﺴ ُﻓ

, pembaca BSa sudah dapat memahami maksudnya. Akan tetapi peneliti menemukan penambahan

ِﻞ ِﺑ ا َﻮ ﱠﺘ ﻟ ﺎ ِﺑ

yang artinya dapat dipadankan, ‘dengan bumbu-bumbu’. Penambahan ini tidak dicantumkan dalam TSu. Hal ini 114

Achmad Warson Munawwir dan Muhammad Fairuz. Kamus al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap.(Surabaya: Pustaka Progressif, 2007), h. 141.

115

Achmad Warson Munawwir dan Muhammad Fairuz. Kamus al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap, h. 128.


(65)

memungkinkan bahwa tambahan tersebut bertujuan memberikan sedikit penjelasan bahwa kacang yang dimaksud dipanggang dengan tambahan bumbu-bumbu.

Dengan demikian penambahan dalam teks tersebut memiliki makna mendeskripsikan cita rasa pada makanan agar pembaca lebih memahami bahwa makanan tersebut tidak sekadar dipanggang, akan tetapi juga adanya rasa bumbu panggang dari makanan yang dimaksud. Kesimpulannya penerjemahanan ini menggunakan strategi deskripsi.

3. Pengatur keasaman.

Istilah ini diterjemahkan menjadi

ِء ا َﺬ َﻐ ْﻟ ا ُﺔ َﺿ ْﻮ ُﻤ ُﺣ ُﻢ ﱢﻈ َﻨ ُﻣ

. Apabila merujuk pada kamus, penerjemahan tersebut telah memiliki padanan yang sesuai. Kata ‘pengatur’ diterjemahkan menjadi

ُﻢ ﱢﻈ َﻨ ُﻣ

,116

dankata ‘keasaman’ diterjemahkan menjadi

ُﺔ َﺿ ْﻮ ُﻤ ُﺣ

.117

Sedangkan

ِء ا َﺬ َﻐ ْﻟ ا

merupakan tambahan yang artinya ‘makanan’.

‘Pengatur keasaman’ yang dimaksud dalam teks adalah suatu bahan yang digunakan sebagai pengatur tingkat keasaman pada makanan. Maka penerjemahan ini menggunakan strategi deskripsi. Hal ini dikarenakan adanya kata penjelas

ِء ا َﺬ َﻐ ْﻟ ا

. Sedangkan kata tersebut tidak ada dalam TSu. 4. Pengembang.

‘Pengembang’ yang dimaksud dalam hal ini berkaitan dengan bahan makanan. Kata tersebut diterjemahkan menjadi . Apabila TSa 116

Achmad Warson Munawwir dan Muhammad Fairuz. Kamus al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap, h. 67.

117

Achmad Warson Munawwir dan Muhammad Fairuz. Kamus al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap, h. 60.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)