Pengaruh Lembaga Kemasyarakatan terhadap Pengembangan Desa Di Kabupaten Labuhanbatu
PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN TERHADAP
PENGEMBANGAN DESA DI KABUPATEN LABUHANBATU
TESIS
Oleh
MUHAMMAD KAHFI
107003057/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
S
E K O L A H
P A
S C
A S A R JA NA
(2)
PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN TERHADAP
PENGEMBANGAN DESA DI KABUPATEN LABUHANBATU
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
MUHAMMAD KAHFI
107003057/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2012
(3)
Judul Tesis : PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN
TERHADAP PENGEMBANGAN DESA DI
KABUPATEN LABUHANBATU Nama Mahasiswa : Muhammad Kahfi
Nomor Pokok : 107003057
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Aldwin Surya, MPd) (Ir. Supriadi , M.Si)
Ketua AnggotaKetua Program Studi, Direktur,
(4)
Tanggal lulus: 03 Agustus 2012 Telah diuji pada
Tanggal : 03 Agustus 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Aldwin Surya, MPd Anggota : 1. Ir. Supriadi, MSi
(5)
3. Dr. Agus Purwoko, S.Hut.M.Si 4. Dr. Rujiman, MA
PERNYATAAN
PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN TERHADAP
PENGEMBANGAN DESA DI KABUPATEN LABUHANBATU
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2012
(6)
PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN TERHADAP PENGEMBANGAN DESA DI KABUPATEN LABUHANBATU
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh lembaga kemasyarakatan dan persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan dalam pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dekskriptif dengan cara mengumpulkan data sampel dengan teknik convinience sampling dari Lembaga Kemasyarakatan yang ada sebanyak 63 desa di seluruh Kabupaten Labuhan Batu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) Terdapat hubungan antara lembaga kemasyarakatan terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu; 2) Lembaga kemasyarakatan dapat memberi pengaruh terhadap pengembangan desa dengan selalu melibatkan dalam kegiatan pengambilan keputusan oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu.; 3) Dalam pengembangan desa, lembaga kemasyarakatan cukup berpengaruh dikarenakan keaktifan pengurus sangat menentukan dan peran serta pemerintah dalam melibatkan lembaga kemasyarakatan. Dengan hasil penelitian di atas maka dapat ditempuh dengan beberapa upaya dalam pemberdayaan masyarakat; 1) Perlu peningkatkan peran dari lembaga kemasyarakatan dalam upaya pengembangan desa 2) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu diharapkan membuat strategi pengembangan desa dengan melibatkan peran dari lembaga kemasyarakatan untuk dapat memelihara pembangunan dan memberikan sumbangsih saran dalam perencanaan pembangunan.
(7)
EFFECT OF COMMUNITY DEVELOPMENT AGENCY VILLAGE
IN DISTRICT LABUHANBATU
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the effect of community organizations and community perceptions of the management institutes in the development of villages in the district Labuhanbatu. In this study dekskriptif research methods by collecting data samples with sampling techniques convinience of Community institutions which have as many as 63 villages across the district Labuhan Batu. The results show that, 1) There is the relationship between social institutions to the development of villages in the district Labuhanbatu, 2) social institutions can influence the development of the village with the activities always involve decision making by the Government Labuhanbatu.; 3) In rural development, community organizations quite influential due to the activity board is crucial and involves the participation of the government in social institutions. With the above results it can be done with some effort in empowering the community: 1) Keep increasing the role of community organizations in rural development efforts 2) Labuhanbatu County Government is expected to make rural development strategy, involving the role of social institutions in order to maintain development and contribute to advice in planning.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Lembaga Kemasyarakatan terhadap Pengembangan Desa Di Kabupaten Labuhanbatu”. Tesis ini disusun untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan
2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Aldwin Surya, SE. M.Pd. PhD, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Bapak Ir. Supriadi, M.Si sekalu Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh ketulusan telah banyak meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan petunjuk dan bimbingannya dalam penyusunan tesis ini.
4. Bapak dan Ibu dosen pembanding sekaligus penguji tesis yang telah memberikan masukan-masukan yang berharga demi kesempurnaan tesis ini 5. Segenap Bapak/Ibu Dosen dan seluruh karyawan Sekolah Pascasarjana USU
Program Studi PWD.
6. Bapak Ir. H. Riadil Akhir Lubis, M.Si, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan izin bagi penulis untuk menyelelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana USU.
7. Seluruh mahasiswa PWD kelas Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Angkatan 2010 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.
8. Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.
9. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada isteri tercinta atas segala kesabaran dan ketabahannya selama ini dalam mendampingi penulis serta dorongan dan dukungannya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Dengan rasa hormat penulis mengharapkan masukan dan koreksi dari segala pihak, agar penulisan ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi Pemerintah Kota Labuhanbatu dan juga kita semua.
(9)
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis berserah diri karena Dia-lah Yang Maha Sempurna dan Maha Mengetahui, Amin.
Medan, Juli 2012 Penulis
(10)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Juni 1965 di Kota Medan, putra kedua dari tujuh bersaudara pasangan dari Ayahabda Almarhum H. Aslisyah Tambunan dan Ibunda Hj. Zubaidah Pohan.
Penulis menyelesaikan pendidikan SD, SLTP dan SLTA di Kota Rantau Parapat Kabupaten Labuhanbatu.
Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan tinggi ke Universitas Terbuka pada tahun 1984 sambil bekerja sebagai tenaga harian lepas pada kantor Dinas Pendapatan Kabupaten Labuhanbatu dan menyelesaikan kuliah pada Program Studi Administrasi Negara (S1) Universitas Terbuka pada tahun 1990.
Kemudian terhitung mulai tanggal 1 April 1991 penulis diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil pada lingkungan pemerintah Kabupaten Labuhanbatu, seterusnya pada tahun 1995 dihunjuk sebagai Kepala Bagian Social Sekretaris Daerah Kabupaten Labuhanbatu sampai dengan tahun 1998 dan Camat Rantau Selatan tahun 1998 sampai dengan tahun 2003, Kabag Pembangunan tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 kemudian Kaban PAID/K tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 serta Kaban Bappeda dari tahun 2009 sampai dengan sekarang.
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...… i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang. ... 1
1.2 Perumusan Masalah ………..…………... 6
1.3 Tujuan Penelitian ………... 6
1.4 Manfaat Penelitian..………... 7
1.5 Hipotesis... 7
1.6 Definisi Konsep... 7
1.7 Definisi Operasional... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Teori Pengembangan Wilayah..………... 10
2.2 Pembangunan Wilayah.……… 11
2.3 Pembangunan Desa... ………..……… 13
2.3.1 Pembangunan... 13
2.3.2 Desa... 15
2.3.3 Pembangunan Desa... 17
2.3.4 Indikator Pembangunan Desa...………...… 18
2.3.5 Pembangunan Desa melalui Kelembagaan Desa... 19
2.4 Pemberdayaan Masyarakat...… 20
2.5 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan...…... 21
2.6 Lembaga Kemasyarakatan... 22
2.7 Kelompok dan Organisasi sebagai Institusi Masyarakat... 24
2.8 Kerangka Pemikiran... 25
. BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 26
3.1 Jenis Penelitian ...……… 26
3.2 Populasi dan Sampel ...………..…… 26
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...……… 28
3.3.1 Studi Dokumen... 28
3.3.2 Wawancara dengan Kuisioner... 28
3.3.3 Observasi... 29
3.4 Lokasi Penelitian ...………...…..……….. 29
3.5 Metode Analisis...………. 29
3.5.1 Teknik Penentuan Skor... 30
(12)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
4.1. Gambaran Umum... 33
4.1.1. Letak dan Keadaan Geografis... 33
4.1.2 Kependukan dan Sumber Daya Manusia... 37
4.2 Pengujian Hipotesis... 40
4.2.1 Skala Likert... 40
4.2.2 Uji Statistik... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
5.1 Kesimpulan... 60
5.2 Saran... 60
(13)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Jumlah Bantuan Untuk Kelurahan dan Desa ... 4 1.2 Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten
Labuhanbatu ... 5 1.3 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten
Labuhanbatu 2005 – 2010 ... 6 4.1 Luas Kecamatan dan Rasio Terhadap Luas Kabupaten ... 33 4.2 Letak dan Geografi Kabupaten Labuhanbatu ... 35 4.3 Luas Wilayah Kecamatan, Jumlah Desa/Kelurahan, Jarak dan
Presentasi Luas Masing-Masing Kecamatan Terhadap Luas
Kabupaten Labuhanbatu ... 36 4.4 Jumlah Desa berdasarkan Tipologi Di Kabupaten Labuhanbatu.. 36 4.5 Jarak Ibukota Kecamatan Ke Ibukota Kabupaten ... 37 4.6 Luas Daerah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Rata-Rata
dan Kepadatan Penduduk per Km² Tiap Kecamatan di
Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2010 ... 38 4.7 Indikator Kependudukan Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2007
- 2009 ... 39 4.8 Tanggapan responden mengenai kehadiran anggota dalam
setiap kegiatan lembaga kemasyarakatan ... 40 4.9 Tanggapan responden Seberapa banyakkah anggota Lembaga
Kemasyarakatan dalam setiap kegiatan di desa berpartisifasi
aktif ... 41 4.10 Tanggapan responden mengenai kualitas pengurus dalam
mengelola lembaga ... 42 4.11 Tanggapan responden mengenai kemampuan pengurus dalam
berkoordinasi dan berkonsultasi kepada Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu untuk memberikan manfaat dalam pengembangan desa ... 42
(14)
4.12 Tanggapan responden mengenai program kegiatan yang direncanakan oleh lembaga kemasyarakatan apakah sesuai pada kebutuhan lembaga dan masyarakat desa untuk
mencapai perbaikan kehidupan ... 43 4.13 Apresiasi responden mengenai kegiatan lembaga
kemasyarakatan ... 44 4.14 Apresiasi responden mengenai kegiatan lembaga terhadap
pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu ... 44 4.15 Tanggapan responden mengenai pendapat masyarakat tentang
pembangunan desa di Kabupaten Labuhanbatu ... 45 4.16 Tanggapan responden mengenai perubahan yang terjadi
terhadap peningkatan pendapatan masyarakat sejak adanya
Lembaga Kemasyarakatan di Kabupaten Labuhanbatu ... 45 4.17 Tanggapan responden mengenai perubahan yang terjadi
terhadap penambahan lapangan pekerjaan sejak adanya
Lembaga Kemasyarakatan ... 46 4.18 Tanggapan responden mengenai perubahan yang terjadi terhadap
peningkatan kualitas pendidikan sejak adanya Lembaga
Kemasyarakatan ... 47 4.19 Tanggapan responden mengenai perubahan yang terjadi terhadap
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat sejak adanya
Lembaga Kemasyarakatan ... 47 4.20 Tanggapan responden mengenai keterlibatan lembaga terhadap
pengambilan kebijakan di daerah ... ... 48 4.21 Tanggapan responden mengenai perubahan yang terjadi terhadap
peningkatan hak dan kewajiban masyarakat sejak adanya
Lembaga Kemasyarakatan ... 49 4.22 Hasil uji statistik variabel X dengan bantuan software statistik
SPSS ver.17 ... 50 4.23 Hasil uji statistik variabel Y dengan bantuan software statistik
SPSS ver.17 ... 51 4.24 Hasil uji reabilitas variabel X dengan uji statistik menggunakan SPSS ver.17 ... 51 4.25 Hasil uji reabilitas variabel Y dengan uji statistik menggunakan
(15)
4.26 Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov test pada
variabel X ... 52
4.26 Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov test pada variabel Y ... 53
4.28 Data Kompetensi Kognitif Fungsi (X) dan Fungsi (Y) ... 54
4.29 Tabel Pertolongan Perhitungan Regresi Linier Sederhana ... 55
(16)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Kelompok dan Organisasi sebagai Institusi Masyarakat ... 25 2.2 Kerangka Pemikiran ... 25 4.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Labuhanbatu ... 34 4.2 Kepadatan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Tahun
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner ... 63
2. Tabulasi Kuesioner ………. 68
3. Hasil Tabulasi Kuesioner ……… 77
(18)
PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN TERHADAP PENGEMBANGAN DESA DI KABUPATEN LABUHANBATU
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh lembaga kemasyarakatan dan persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan dalam pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dekskriptif dengan cara mengumpulkan data sampel dengan teknik convinience sampling dari Lembaga Kemasyarakatan yang ada sebanyak 63 desa di seluruh Kabupaten Labuhan Batu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) Terdapat hubungan antara lembaga kemasyarakatan terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu; 2) Lembaga kemasyarakatan dapat memberi pengaruh terhadap pengembangan desa dengan selalu melibatkan dalam kegiatan pengambilan keputusan oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu.; 3) Dalam pengembangan desa, lembaga kemasyarakatan cukup berpengaruh dikarenakan keaktifan pengurus sangat menentukan dan peran serta pemerintah dalam melibatkan lembaga kemasyarakatan. Dengan hasil penelitian di atas maka dapat ditempuh dengan beberapa upaya dalam pemberdayaan masyarakat; 1) Perlu peningkatkan peran dari lembaga kemasyarakatan dalam upaya pengembangan desa 2) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu diharapkan membuat strategi pengembangan desa dengan melibatkan peran dari lembaga kemasyarakatan untuk dapat memelihara pembangunan dan memberikan sumbangsih saran dalam perencanaan pembangunan.
(19)
EFFECT OF COMMUNITY DEVELOPMENT AGENCY VILLAGE
IN DISTRICT LABUHANBATU
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the effect of community organizations and community perceptions of the management institutes in the development of villages in the district Labuhanbatu. In this study dekskriptif research methods by collecting data samples with sampling techniques convinience of Community institutions which have as many as 63 villages across the district Labuhan Batu. The results show that, 1) There is the relationship between social institutions to the development of villages in the district Labuhanbatu, 2) social institutions can influence the development of the village with the activities always involve decision making by the Government Labuhanbatu.; 3) In rural development, community organizations quite influential due to the activity board is crucial and involves the participation of the government in social institutions. With the above results it can be done with some effort in empowering the community: 1) Keep increasing the role of community organizations in rural development efforts 2) Labuhanbatu County Government is expected to make rural development strategy, involving the role of social institutions in order to maintain development and contribute to advice in planning.
(20)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan wilayah dapat dikatakan sebagai proses memberdayakan rakyat setempat, terutama dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan setempat dengan means yang mereka miliki atau kuasai, yaitu Teknologi (M.T.Zen,1999), jadi pengembangan wilayah itu merupakan upaya memadukan secara harmonis sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi, dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri, kesemuanya itu disebut memberdayakan masyarakat.
Proses pembangunan di Indonesia dengan menggunakan pola pemberdayaan masyarakat sebenarnya sudah dimulai dari awal dasawarsa ’90-an yang dimulai sejak Repelita VI dengan program Inpres Desa Tertinggal (IDT) (Suhandojo, 1999).
Tahapan kegiatan pemberdayaan tersebut dimulai dari analisa kebutuhan masyarakat kemudian dilanjutkan dengan membentuk kelompok-kelompok sosial di masyarakat sebagai mitra pemerintah dalam bekerja, di tahun 2005 keluarlah Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 yang menjelaskan fungsi dari kelompok sosial tersebut serta mekanismenya dalam berkoordinasi dan berkonsultasi kepada pemerintah dalam pembangunan yang disebut dengan lembaga kemasyarakatan.
Dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 dijelaskan pengertian lembaga kemasyarakatan merupakan lembaga yang dibentuk oleh
(21)
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan masyarakat, ditambah lagi dalam pasal 91 disebutkan Lembaga Kemasyarakatan mempunyai tugas membantu pemerintah dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.
Adapun fungsi lembaga kemasyarakatan adalah (a). penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat; (b). penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; (c). peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat; (d). penyusun rencana, pelaksana dan pengelola pembangunan serta pemanfaatan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif; (e). penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa dan partisipasi, serta swadaya gotong royong masyarakat; (f). penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya serta keserasian lingkungan hidup; (g). pengembangan kreatifitas, pencegahan kenakalan, penyalahgunaan obat terlarang (Narkoba) bagi remaja; (h). pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga; (i). pemberdayaan dan perlindungan hak politik masyarakat; dan (j). pendukung media komunikasi, informasi, sosialisasi antara pemerintah desa/kelurahan dan masyarakat.
Kegiatan lembaga kemasyarakatan diantaranya adalah : (a). peningkatan pelayanan masyarakat; (b). peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan; (c). pengembangan kemitraan; (d). pemberdayaan masyarakat meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup; dan (e). peningkatan kegiatan lainnya sesuai kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.
(22)
Dalam peraturan pemerintah tersebut menyebutkan yang dimaksud dengan “lembaga kemasyarakatan” seperti Rukun Tetangga, Rukun Warga, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Karang Taruna, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat atau sebutan lain.
Desa sebagai salah satu unit pemerintahan terkecil merupakan ujung tombak pelaksanaan kegiatan pembangunan. Pada pelaksanaan pembangunan selama ini, masih terlihat perbedaan perkembangan desa, sehingga memunculkan istilah desa tertinggal dan tidak tertinggal, sebagai akibat perbedaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan teknologi. Pada umumnya desa tertinggal dicerminkan oleh keadaan sosial ekonomi masyarakat yang rendah, sehingga sebagian besar merupakan penduduk miskin
Wadah pemberdayaan masyarakat di desa bentuknya bemacam-macam sesuai dengan proyek yang digulirkan. kenyataan di lapangan ditemukan seperti Kelompok Tani, Kelompok Karang Taruna, LKMD, PKK, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Tentunya menjadi pekerjaan yang tidak efektif apabila di sebuah desa terdapat berbagai macam lembaga, dengan kegiatan yang identik. Akhirnya membingungkan petugas lapangan ataupun aparat pemerintah dalam melakukan monitoring maupun evaluasi. Belajar dari hal tersebut, kiranya diperlukan koordinasi yang baik antar dinas dan aparat desa untuk memanfaatkan lembaga kemasyarakatan yang sudah ada dengan kegiatan yang disesuaikan dengan program yang digulirkan.
Lembaga kemasyarakatan dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah Lembaga Karang Taruna, Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
(23)
(PKK), dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) yang ada di 75 desa se-Kabupaten Labuhanbatu.
Kabupaten Labuhanbatu memiliki 9 Kecamatan terdiri dari 75 desa dan 23 kelurahan, adapun kebijakan anggaran yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu dalam peningkatan lembaga kemasyarakatan yang ada di desa dapat tercermin dalam kebijakan anggaran sebagai berikut :
Tabel 1.1. Jumlah Bantuan Untuk Kelurahan dan Desa
Tahun Jumlah Desa
Jumlah Kelurahan
Jumlah Bantuan
Kelurahan Jumlah Dana ADD
2006 209 33 957.000.000,00 6.061.000.000,00 2007 209 33 990.000.000,00 23.596.609.843,00 2008 209 33 1.155.000.000,00 24.072.650.000,00 2009 75 23 345.000.000,00 4.622.379.640,00 2010 75 23 690.000.000,00 5.880.000.000,00 2011 75 23 690.000.000,00 4.000.000.000,00 2012 75 23 1.380.000.000,00 4.500.000.000,00
Jumlah 3.447.000.000,00 72.722.639.483,00
Sumber : BPMD/K Kab. Labuhanbatu
Terlihat dari tabel diatas bahwa trend kebijakan anggaran Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu mulai mengurangi anggaran untuk bantuan pedesaan dibandingkan pada tahun 2010 dikarenakan Kabupaten Labuhanbatu sudah dimekarkan menjadi 3 daerah pada tahun 2008 sehingga prioritas pembangunan masih dipusatkan dalam peningkatan pembangunan di daerah perkotaan untuk memudahkan aksesibilitas investasi masuk ke daerah Labuhanbatu, namun demikian jika dilihat dari data PDRB atas dasar harga konstan (Tabel 1.2) menunjukkan peningkatan meskipun sudah mengalami pemekaran daerah di tahun 2008 dan untuk data penduduk miskin di Kabupaten Labuhanbatu (Tabel 1.3) mengalami penurunan pada tahun 2010, tentunya angka ini adalah hasil dari
(24)
sinergisitas kinerja antara Pemerintah Kabupaten bersama masyarakat, seperti terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Labuhanbatu 2006-2010
No Lapangan Usaha 2006
(juta) 2007 (juta) 2008 (juta) 2009 (juta) 2010 (juta) *)
1. Pertanian 483.740,83 519. 899,87 554 .084,12 580. 488,25 602. 351,54 2. Pertambangan dan
Penggalian
43.159,08 46.239,48 48.901,15 51.458,38 54.298,67
3. Industri
1.163. 141,90
1.243 .026,06 1.314. 378,28 1.361.825,23 1.430. 222,28
4. Listri, Gas dan Air Bersih
12.120,04 12.388,82 12.761,56 13.476,29 14.229,69
5. Bangunan 79.214,81 84.012,99 88.583,22 94.375,20 100.682,77
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
450.265,24 478.303,53 510.044,23 542.093,10 570.081,36
7. Pengangkutan dan Komunikasi
115.421,56 119.722,50 123.658,93 131.554,25 139.884,07
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
39 649,47 42 235,33 45 006,31 48 460,70 51 636,08
9. Jasa-Jasa 232.072,79 246.331,77 259.983,47 277.969,67 298.179,70
Sumber : BPS Kab. Labuhanbatu
Penelitian ini akan melihat peran dan pengaruh lembaga kemasyarakatan dalam pengembangan 75 desa di Kabupaten Labuhanbatu secara lebih khusus akan memperlihatkan berjalannya kegiatan lembaga kemasyarakatan terhadap pembangunan wilayah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005.
(25)
Tabel 1.3. Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Labuhanbatu 2005 – 2010
Tahun Garis
Kemiskinan
Penduduk Miskin Jumlah (Jiwa)
(ribu) Persentase (%)
(1) (2) (3) (4)
2005 00 00 00
2006 00 140,18 14,20
2007 00 123,40 12,25
2008 00 109,71 10,72
2009 00 102,09 24,45
2010*) 244.455 44,30 10,67
Sumber : BPS Kab. Labuhanbatu
1.3 Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Apakah lembaga kemasyarakatan berpengaruh terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu ?
2. Bagaimana persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : mengetahui pengaruh lembaga kemasyarakatan dan persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan dalam pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu
(26)
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti dan Sivitas Akademika :
a Merupakan sarana bagi upaya implementasi teori-teori yang didapatkan di kelas dan bubu-buku teks
b Meningkatkan kemampuan analisis yang didasarkan pada alat analisis yang valid dan teruji
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu :
a Memberikan gambaran lembaga kemasyarakatan di Kabupaten Labuhanbatu b Memberikan masukan dan pertimbangan khususnya Pemerintah Kabupaten
Labuhanbatu untuk mengetahui pengaruh lembaga kemasyarakatan dan persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan dalam pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Ho : tidak terdapat pengaruh lembaga kemasyarakatn dalam pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu.
Ha : terdapat pengaruh lembaga kemasyarakatn dalam pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu.
I.6 Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial (Singarimbun, 1995 : 33). Berdasarkan
(27)
pengertian tersebut, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan :
1. Lembaga Kemasyarakatan merupakan lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan masyarakat serta memiliki tugas membantu pemerintah dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat
2. Pengembangan desa adalah upaya memadukan secara harmonis sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi, dalam wilayah desa
1.7 Definisi Operasional
Defenisi Operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa dari variabel-variabel tersebut. (Singarimbun, 1989: 46). Defenisi Operasional merupakan spesialisasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu variabel. Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas/ Independen Variabel (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Lembaga Kemasyarakatan dengan indikatornya adalah:
A. Partisipasi anggota
a. Kehadiran anggota lembaga dalam setiap pertemuan lembaga b. Keaktifan anggota lembaga dalam setiap kegiatan di desa
(28)
B. Manajemen Lembaga
a. Kualitas pengurus dalam mengelola lembaga
b. Kemampuan pengurus dalam berkoordinasi dan berkonsultasi kepada banyak pihak untuk memberikan manfaat dalam pengembangan desa C. Program Kegiatan
a. Menyusun program kegiatan yang berdasarkan pada kebutuhan anggota lembaga dan masyarakat desa demi tercapainya perbaikan kehidupan b. Apresiasi masyarakat cukup besar dalam setiap kegiatan lembaga
2. Variabel Terikat/ Dependent Variabel (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pengembangan Desa dengan indikatornya adalah:
A. Pengembangan desa dalam bidang ekonomi a) Peningkatan pendapatan masyarakat b) Kesempatan kerja
B. Pengembangan desa dalam bidang sosial budaya a) Peningkatan pendidikan masyarakat b) Peningkatan kesehatan masyarakat C. Pengembangan desa dalam bidang sosial poitik
a) Keterlibatan Lembaga terhadap pengambilan kebijakan di daerah b) Peningkatan hak dan kewajiban masyarakat dalam politik
(29)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Pengembangan Wilayah
Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tetentu, mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak sarana/dan prasarana, barang dan jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.
Menurut Budiharsono (2005) pengembangan wilayah setidak-tidaknya perlu ditopang oleh enam pilar/aspek, yaitu, Pertama, aspek biogeofisik, kedua,
aspek ekonomi, ketiga, aspek sosial dan budaya, keempat, aspek kelembagaan, kelima, aspek lokasi, dan keenam, aspek lingkungan
Aspek biogeofisik adalah suatu bentuk keseimbangan ekosistem yang dinamis antar komponen-komponen lingkungan hidup manusia seperti air, tanah, udara dan keanekaragaman hayati. Aspek ekonomi meliputi kegiatan ekonomi yang terjadi di dalam dan di sekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya, politik, dan pertahanan dan keamanan (Hankam) yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia. Aspek kelembagaan meliputi kelembagaan masyarakat yang ada dalam pengelolaan suatu wilayah apakah kondusif atau tidak. Kelembagaan juga meliputi peraturan perundang-undangan yang berlaku baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, serta lembaga-lembaga
(30)
sosial dan ekonomi yang ada di wilayah tersebut. Aspek lokasi menunjukkan keterkaitan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya yang berhubungan dengan sarana produksi, pengelolaan maupun pemasaran. Aspek lingkungan meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input yang berasal dari sumber daya alam, apakah merusak atau tidak.
Analisis pengembangan wilayah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dilihat dari aspek ekonomi, kependudukan dan ketenagakerjaan serta aspek lokasi. Dari aspek ekonomi dilihat bagaimana pembangunan ekonomi dan transformasi struktural. Dari aspek demografi dilihat bagaimana terjadinya perubahan demografi yang terjadi. Dari aspek lokasi sejauh mana faktor lokasi dapat mendorong pembangunan wilayah, berkaitan dengan pembangunan yang terjadi di wilayah tetangga terdekat.
2.2 Pembangunan Wilayah
Pembangunan Wilayah (regional development) merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Kebijakan pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi fisik geografis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang sangat berbeda antar suatu wilayah dengan wilayah lainnya sehingga penerapan kebijakan pengembangan wilayah itu sendiri harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan isu permasalahan di wilayah bersangkutan.
Dalam upaya pembangunan wilayah, masalah terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Perbedaan teori
(31)
pertumbuhan ekonomi wilayah dan teori pertumbuhan ekonomi nasional terletak pada sifat keterbukaan dalam proses input-output barang dan jasa maupun orang. Dalam sistem wilayah, keluar masuk orang atau barang dan jasa relatif bersifat terbuka, sedangkan pada skala nasional bersifat lebih tertutup (Sirojuzilam, 2007).
Potensi dan kemampuan masing-masing wilayah berbeda-beda satu dengan yang lain, demikian pula masalah pokok yang dihadapi tidak sama, sehingga usaha-usaha pembangunan sektoral yang akan dilaksanakan harus disinkronisasikan dengan usaha-usaha pembangunan regional. Hirschman mengatakan bahwa untuk mencapai tingkat pendapatan yang lebih tinggi, terdapat keharusan utuk membangun sebuah atau beberapa buah pusat kekuatan ekonomi dalam wilayah suatu negara, atau disebut sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi (growth pole). Terdapat elemen yang sangat menentukan dalam konsep kutub pertumbuhan, yaitu pengaruh yang tidak dapat dielakkan dari suatu unit ekonomi terhadap unit-unit ekonomi lainnya. Pengaruh tersebut adalah dominasi ekonomi yang terlepas dari pengaruh tata ruang geografis dan dimensi tata ruang ekonomi. Proses pertumbuhan adalah konsisten dengan teori tata ruang ekonomi
(economic space theory), di mana industri pendorong dianggap sebagai titik awal dan merupakan elemen esensial untuk pembangunan selanjutnya (Adisasmita, 2005).
(32)
2.3 Pembangunan Desa 2.3.1 Pembangunan
Gerakan pembangunan ialah usaha yang berwatak kemanusiaan dan lahir dari suatu kesaksian dan komitmen akan harkat dan martabat manusia. Secara normatif pembangunan itu mesti mewujudkan manusiawi dan tampil sebagai manisfestasi serta aktualisasi dari nilai-nilai insaniah yang penuh harkat dan martabat. (Richard M Steers, 1980:67). Oleh karena itu dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembangunan bertujuan untuk meningkatkan derajat kemanusiaan yang berangkat dari nilai hidup dan kebutuhan yang hendak dicapai oleh manusia.
Dalam mendorong dan melaksanakan pembangunan diperlukannya peran aktif negara/pemerintah dengan diikuti oleh stakeholder lainnya dan masyarakat. Peran pemerintah lebih diutamakan melalui perumusan, penetapan dan pelaksanaan serta pengawasan kebijakan pembangunan. Dalam pembangunan pemerintah juga mengupayakan untuk mengarahkan masyarakat ikut serta dalam melaksanakan pembangunan tersebut. Administrasi negara juga memberikan peran dalam mendukung proses pembangunan yakni mendukung proses perubahan, memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan, serta mendorong partisipasi aktif masyarakat (Nurlela Kataren, 2011:5).
Kehadiran administrasi pembangunan sebenarnya merupakan salah satu paradigma admnistrasi negara yaitu paradigma yg berkembang setelah ilmu administrasi negara diakui sebagai ilmu administrasi pada sekitar tahun 1970. Mengacu dari kerangka perkembangan administrasi pembangunan seperti tersebut di atas Kristiadi (1994:21) memberi pengertian tentang Administrasi Pembangunan adalah Administrasi Negara yang mampu mendorong kearah proses
(33)
perubahan dan pembaharuan serta penyesuaian. Oleh karena itu administrasi pembangunan juga merupakan pendukung perencanaan dan implementasinya.
Masalah yang serius dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah lemahnya kemampuan birokrasi dalam menyelenggarakan pembangunan. Dari latar belakang ini maka administrasi pembangunan yg berkembang di negara-negara sedang berkembang memiliki perbedaan ruang lingkup dan karakteristik dengan negara-negara yang telah maju. Dasar inilah Bintoro Tjokroamidjojo (1995) mengemukakan bahwa administrasi pembangunan mempunyai tiga fungsi: 1. penyusunan kebijaksanaan penyempurnaan administrasi Negara yang
meliputi upaya penyempurnaan organisasi pembinaan lembaga, kepegawaian dan pengurusan sarana-sarana administrasi lainnya. Ini disebut the development of administration (pembangunan administrasi) yang kemudian lebih dikenal dengan istilah “Administrative Reform” (reformasi admnistrasi).
2. Perumusan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan program-program pembangunan di berbagai bidang serta pelaksanaan secara efektif, Ini disebut the administration of development (Administrasi untuk pembangunan). Administrasi untuk pembangunan (the development of administration)
3. Pencapaian tujuan-tujuan pembangunan tak mungkin terlaksana dari hasil kegiatan pemerintahan saja. Faktor yg lebih penting adalah membangun partisipasi masyarakat.
Administrasi pembangunan berperan aktif dan berkepentingan terhadap tujuan-tujuan pembangunan serta berorientasi pada upaya yang mendorong perubahan-perubahan kearah yang lebih baik dan berorientasi pada masa depan.
(34)
2.3.2 Desa
Desa dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam system pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Beberapa ahli juga mengutarakan defenisi desa antara lain, menurut Yayuk dan Mangku (2003) desa berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal atau tanah leluhur yang merajuk pada suatu kesatuan hidup dengan kesatuan norma serta memiliki batas yang jelas. Ahli lain seperti Zakaria (2003:91) mengutarakan bahwa desa adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama atau suatu wilayah yang memiliki suatu organisasi pemerintahan dengan serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan sendiri, serta berada di bawah pimpinan desa yang dipilih dan ditetapkan sendiri.
Dalam defenisi ini menegaskan bahwa desa sebagai satu unit kelembagaan pemerintahan mempunyai kewenangan pengelolaan wilayah pedesaan. Wilayah pedesaan sendiri diartikan sebagai wilayah yang penduduknya mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi wilayah sebagai pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
CorolieNdraha (1990:15), mengartikan pembangunan sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya. Sebaliknya dia mengatakan implikasi dari defenisi tersebut yaitu :
a. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia baik individu maupun kelompok (Capacity).
(35)
b. Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan kemerataan nilai dan kesejahteraan (equity)
c. Menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih dan kekuasaan untuk memutuskan (Empowerment).
d. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara mandiri (sustainability)
e. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan Negara yang satu dengan yang lainnya dan menciptakan hubunga yang saling menghormati (Interdepedence).
Sedangkan menurut Bryan dan White (1989 : 21-22) Pembangunan sebagai upaya suatu peningkatan kapasitas untuk mempengaruhi masa depan mempunyai beberapa implikasi antara lain :
a. Memberikan perhatian terhadap “kapasitas” terhadap apa yang ingin dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan tenaga guna membuat perubahan
b. Mencakup keadilan (Equity)
c. Penumbuhan kuasa dan wewenang dalam pengertian bahwa jika masyarakat mempunyai kuasa dan wewenang tertentu maka mereka akan menerima mamfaat pembangunan.
d. Pembangunan berarti perhatian sunggu-sungguh terhadap saling ketergantungan di dunia serta perlu menjamin bahwa masa depan dapat di tunjang kelangsungannya.
(36)
Pendekatan pembangunan desa melalui cara pandang Demokrasi desa sangat diperlukan sekali dalam era otonomi daerah pada saat ini dikarenakan proses pembangunan desa tidak bisa terlepas dari segi demokrasi yang mempunyai nilai-nilai kebersamaan dalam suatu masyarakat, Agenda demokratisasi pada tingkat desa tidak dapat dipisahkan dengan beberapa variabel pengaruh, antara lain : Derajat dan kualitas demokrasi, kapasitas kelembagaan pemerintah desa, sumber daya masyarakat dalam proses pembangunan, desa merupakan entitas pemerintah yang langsung berhubungan dengan rakyat. Hal itu memiliki arti sangat strategis sebagai basis penyelenggaraan proses pembangunan yang lebih mengutamakan ruang lingkup demokrasi bagi desa.
2.3.3 Pembangunan Desa
Dalam pelaksanaan pembangunan di suatu desa, keterpaduan langkah dan tujuan akan menentukan hasil yang akan dicapai. Pada dasarnya hakekat pembangunan desa adalah pencapaian serta terciptanya kehidupan yang sejahtera, aman, tertib, dan sehat bagi seluruh warga desa atau terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. ( I Nyoman Beratha, 1991:123)
Pembangunan masyarakat desa merupakan sesuatu proses dimana anggota masyarakat desa pertama-tama mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka, kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama untuk memenuhi keinginan mereka tersebut. Oleh karna itu pembangunan desa adalah kegiatan atau proses yang bertujuan untuk lebih mensejahterakan atau meningkatkan derajat kehidupan dari yang kurang baik kepada yang lebih baik disamping juga pembangunan desa lebih mengutamakan keinginan warga desa dan ditujukan untuk kebaikan bersama (A. Suryadi, 1984:1).
(37)
Yan Indra mengemukakan (1997:43) tiga faktor yang dominant dalam pembangunan desa:
1. Kebijakan Pemerintah (Top Down), dalam arti sebagai motivator, fasilitator, dan dinamisator dalam menggerakkan masyarakat desa untuk memberi respon yang positif melalui sikap mental (attitudes), rasa memiliki (sence of belonging) dan mempunyai rasa tanggung jawab.
2. Tanggapan masyarakat (bottom Up), terutama ditekankan peran serta (partisipasi aktif) masyarakat desa dalam pembuatan keputusan, pelaksanaan, penerima manfaat dan hasil serta keikutsertaan dalam mengevaluasi hasil-hasil pembangunan.
3. Suatu lembaga atau instansi baru yang bersifat otonom, berperan menghimpun dana dan biaya, guna mengoptimalkan kegiatan lembaga-lembaga pemerintah.
2.3.4 Indikator Pembangunan Desa
Pembangunan desa hanya mungkin berhasil dengan adanya rencana yang baik, masuk akal dan dapat direalisasikan dalam jangka waktu yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan, tersedianya sumber tenaga manusia, modal dan sumber daya lainnya serta adanya organisasi yang mampu untuk mewujudkan rencana menjadi hasil. ( BN. Marbun, 1988:34) R. Agusthoha Kuswata (1985:34) mendefenisikan pembangunan desa adalah usaha yang dilakukan dimana konsentrasinya lebih berfokus kepada peningkatan pembangunan ekonomi desa dan peningkatan pembangunan sosial desa.
(38)
2.3.5 Pembangunan Desa Melalui Kelembagaan Desa
Istilah lembaga dan organisasi secara umum penggunaannya dapat dipertukarkan dan hal tersebut menyebabkan keambiguan dan kebingungan diantara keduanya. Pembedaan antara lembaga dan organisasi masih sangat kabur.
Organisasi yang telah mendapatkan kedudukan khusus dan legitimasi dari masyarakat karena keberhasilannya memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat dalam waktu yang panjang dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut telah melembaga.Menurut Syahyuti (2006:37) setidaknya ada empat cara membedakan kelembagaan dengan organisasi, yaitu:
1. Kelembagaan adalah tradisional, organisasi modern.
2. Kelembagaan dari masyarakat itu sendiri, organisasi datang dari atas
3. Kelembagaan dan organisasi berada dalam satu kontinum. Organisasi adalah kelembagaan yang belum melembaga, yang sempurna adalah organisasi yang melembaga.
4. Organisasi merupakan bagian dari kelembagaan. Organisasi sebagai organ kelembagaan.
Pemerintahan desa merupakan lembaga yang ada di dalam desa, dengan kontrol dari Badan Permusyawaratan Desa. Pemerintah desa yang dipimpin oleh kepala desa bertanggung jawab dalam melaksanakan kebijakan termasuk melaksanakan proses pembangunan di wilayahnya. Agar pembangunan dapat tepat sasaran maka pemerintah desa bertugas untuk mengidentifikasi pembangunan yang sesuai di wilayahnya sehingga peran pemerintah desa sebagai sarana penyampaian kebijakan pemerintah kecamatan maupun kebijakan pemerintah kabupaten dapat terlaksana di desa.
(39)
2.4 Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat "people-centered, participatory, empowering, and sustainable" (Chambers, 1995). Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu.
Pemberdayaan adalah terjemahan dari kata “empowerment” yang mengandung kata “empower” yang juga dapat berarti pemberian kekuasaan, karena power bukan sekedar daya, tetapi juga kekuasaan, sehingga kata daya tidak saja bermakna mampu tetapi juga mempunyai kuasa. (Wrihatnolo dan Riant, 2007:1)
Pengertian mengenai pemberdayaan menurut Haw.Widjaja (2003:169) pemberdayaan adalah upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri baik di bidang ekonomi, sosial, agama dan budaya.
Dasar proses pemberdayaan adalah pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan berguna serta keamanan mereka menjadi lebih baik. Menurut Payne dalam Rukminto (2003:54) suatu proses pemberdayaan, pada intinya ditujukan guna membantu klien dalam memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang
(40)
akan dilakukan yang terkait dengan diri mereka, mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.
Dengan demikian pemberdayaan bertujuan untuk memberikan kekuatan terhadap masyarakat agar memiliki posisi baik terhadap negara, posisi ini selanjutnya menjadi kekuatan untuk mengontrol kekuasaan negara dalam menyelenggarakan manajemen pemerintahan sehingga hak-hak masyarakat tidak tereksploitasi dan dapat berpartisipasi secara aktif dan bebas.
2.5 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
Proses pembangunan yang berkelanjutan memerlukan kerja sama dalam semua pihak termasuk partisipasi masyarakat. Menurut Abdul A.S proyek pembangunan yang melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaannya ternyata lebih baik dari tatacara konvensional yang bersifat top down. Beberapa alasan partisipasi penting dalam proses pembangunan:
1. Partisipasi dalam praktek yang sederhana telah lama dibangun dalam pemahaman, kesadaran dan kehidupan masyarakat
2. Partisipasi memungkinkan perubahan yang lebih besar dalam cara berfikir, bersikap dan bertindak manusia. Hal ini sulit dilakukan jika perubahan ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil atau kelompok tertentu yang tidak terlibat langsung
3. Pemecahan permasalahan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh hanya dapat dilakukan melalui proses interaksi, kerjasama dan berbagai peran.
4. Penggunaan sumber daya dan pelayanan bagi masyarakat tidak dapat tercapai dengan gagasan yang dibangun oleh pemerintah atau pengambil kebijakan
(41)
saja, karena sumber daya pendukung lebih banyak dimiliki oleh individu, kelompok atau organisasi masyarakat. Oleh karena itu, kontribusi dan kerangka mekanisme pelayanan harus melibatkan masyarakat sebagai pemilik dan pengguna pelayanan itu.
5. Partisipasi merupakan suatu proses pelibatan orang lain terutama kelompok masyarakat yang terkena langsung untuk merumuskan masalah dan mencari solusi secara bersamaan.
6. Masyarakat memiliki informasi yang sangat penting untuk merencanakan program yang lebih baik termasuk tujuan, pengetahuan, situasi, struktur sosial dan pengalaman menggunakan teknologi untuk kepentingannya
7. Masyarakat akan lebih termotivasi untuk bekerja sama dalam program pembangunan, jika ikut terlibat dan bertanggung jawab di dalamnya
8. Dalam kehidupan demokratis, secara umum masyarakat menerima bahwa mereka berhak berpartisipasi dalam keputusan mengenai tujuan dan harapan yang ingin dicapai
9. Banyak permasalahan pembangunan dibidang pertanian, kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan kelembagaan yang tidak mungkin dipecahkan dengan pengambilan keputusan perorangan. Partisipasi kelompok sasaran dalam keputusan kolektif sangat dibutuhkan.
2.6 Lembaga Kemasyarakatan
Lembaga, sebagai aturan main (rule of game) dan organisasi, berperan penting dalam mengatur penggunaan/alokasi sumberdaya secara efisien, sumberdaya merata, dan berkelanjutan (sustuinable). Langkah awal guna mencapai efisiensi dalam alokasi sumberdaya yang optimal adalah perlunya
(42)
pembagian pekerjaan, sehingga setiap pekerja dapat bekerja secara professional dengan produktivitas yang tinggi. Pembagian pekerjaan selanjutnya akan mengarah kepada spesialisasi ekonomi, sedangkan spesialisasi yang berlanjut akan mengarah kepada peningkatan efisiensi dengan produktivitas yang semakin tinggi. Sebagai hasil dari pembagian pekerjaan dan spesialisasi pada sistem ekonomi maju sering mengarah kepada keadaan dimana orang-orang menjadi hampir tidak mampu lagi berdiri sendiri. Dalam arti mereka tidak dapat menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan untuk kehidupan sehingga pemenuhan kebutuhannya diperoleh dari orang/pihak lainnya yang berspesialisasi melalui suatu pertukaran yang dalam ekonomi disebut transaksi ekonomi.
Barang dan jasa tersebut akan dapat dipertukarkan apabila hak-hak dapat ditegaskan, sehingga dapat ditransfer kepada pihak lain. Agar transaksi ekonomi tersebut dapat berlangsung, perlu adanya koordinasi antar berbagai pihak dalam sistem ekonomi, yang sekaligus juga mencakup “aturan representasi” dari pihak-pihak yang berkoordinasi tersebut. Pada dasarnya ada dua bentuk koordinasi utama yaitu koordinasi untuk keperluan : (1) transaksi melalui system pasar, dimana harga-harga menjadi panduan dalam mengkoordinasikan alokasi sumberdaya-sumberdaya tersebut. Pengertiannya dalam hal ini adalah harga-harga yang berperan sebagai pemberi isyarat dan sebagai pembawa informasi yang mengatur koordinasi alokasi sumberdaya kepada pembeli dan penjual, (2) transaksi tersebut dilakukan dalam system organisasi-organisasi yang berhirarki di luar system pasar, di mana wewenang kekuasaan berperan sebagai koordinator dalam mengatur alokasi sumberdaya tersebut.
(43)
Manurut Anwar (1995) selama ini sering terjadi kesalahpahaman bahwa kelembagaan diartikan identik atau dicampuradukkan dengan system organisasi. Dalam konsep ekonomi kelembagaan, maka organisasi merupakan suatu bagian pengambil keputusan yang didalamnya diatur oleh sistem kelembagaan atau aturan main. Aturan main mencakup kisaran yang luas dari bentuk yang berupa konstitusi dari suatu Negara, sampai kepada kesepakatan antara dua pihak yang menyepakati suatu aturan bersama mengenai pembagian manfaat dan beban yang harus ditanggung oleh masing-masing pihak guna mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, unsur-unsur kelembagaan yang mengatur transaksi pertukaran manfaat biaya diantara para pesertanya menjadi sangat penting. Secara operasional indikator perkembangan kelembagaan dapat dilihat dari : (1) perkembangan peraturan, perundang-undangan serta kebijakan-kebijakan, dan (2) ada tidaknya, serta perkembangan lembaga-lembaga (organisasi) masyarakat baik formal maupun non formal social, maupun lembaga pemerintahan
2.7 Kelompok dan Organisasi sebagai Institusi Masyarakat
Brown dan Moberg (Ruwiyanto, 1988) mengungkapkan bahwa organisasi berada dalam kontinum individu-masyarakat. Mereka berdua menyebutkan bahwa masyarakat itu merupakan gabungan dari komunitas.
Komunitas merupakan gabungan dari organisasi, organisasi merupakan gabungan dari kelompok dan kelompok merupakan gabungan dari individu. Gambar 2.1 menunjukkan kontinum tersebut.
(44)
Gambar 2.1. Kelompok dan Organisasi sebagai Institusi Masyarakat
2.8
Kerangka Pemikiran
Dengan berlakunya
UU Otonomi Daerah mengakibatkan terjadinya perubahan orientasi politik di Indonesia yang awalnya pembangunan negara ini bersifat sentralistik dan perencanaan ekonomi wilayah ditentukan dari pemerintah pusat berubah menjadi desentralistik dan perencanaan ekonomi wilayah sebagai salah satu sektor pendorong percepatan pembangunan wilayah diserahkan kepada daerah sehingga wilayah memiliki wewenang dalam menentukan pembangunan wilayahnya, sehingga dalam mengurus perkembangan wilayah juga diserahkan kepada pemerintah daerah untuk mengelolanya, seperti gambar 2.2.:
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
Lembaga Kemasyarakatan
Partisipasi
Anggota
Manajemen
Organisasi
Program
Kegiatan
Pengembangan Desa
Ekonomi
Sosial
Budaya
Sosial Politik
PENGEMBANGAN WILAYAH
(45)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Metode yang dilakukan untuk mengolah dan menganalisis penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Nasir (1988) mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka.
Sebagai objek dalam penelitian ini adalah Lembaga Kemasyarakatan yang ada di 75 desa se-Kabupaten Labuhanbatu, Lembaga Kemasyarakatan yang dimaksud adalah Organisasi PKK atau kelompok binaan PKK di desa, Organisasi Karang Taruna di desa, dan LKMD yang ada di Kabupaten Labuhanbatu, Lembaga Kemasyarakatan tersebut merupakan organisasi yang dibentuk atas prakarsa masyarakat desa dan berkoordinasi serta berkonsultasi terhadap pemerintah setempat, adapun yang menjadi anggotanya adalah masyarakat setempat. Aktivitas yang menjadi objek penelitian adalah seluruh kegiatan lembaga kemasyarakatan yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan wilayah di desa masing-masing serta persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan terhadap pengembangan desa.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah suatu himpunan unit yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya (Kuncoro,
(46)
2001). Dalam penelitian ini populasi yang dimaksudkan adalah Organisasi KSM/Pokmas , PKK, LKMD yang ada di 75 desa se-Kabupaten Labuhanbatu
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro, 2001). Sampel yang akan dipilih dalam penelitian ini dengan menggunakan multi stage sampling method (metode sampling bertahap). Pada tahap awal dipilih 3 (tiga) desa dari 7 (tujuh) Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu, kemudian dari masing-masing desa dipilih 1 orang pengurus dari 3 organisasi lembaga kemasyarakatan di desa tersebut.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini haruslah sampel yang merepresentasikan populasi yang ada. Oleh karena itu, pengambilan sampel hanya pada stake holder yang memiliki pemahaman terhadap pengembangan wilayah. Apabila sampel tidak merepresentasikan populasinya maka hasilnya akan sangat meragukan (Healey, 2002).
Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan convinience sampling
yaitu pengambilan sampel responden dari pengurus organisasi yang mudah ditemui pada lokasi penelitian. Dasar pengambilan teknik convinience sampling
ini tidak menjadi permasalahan atau menurunkan kualitas hasil penelitian karena bagaimanapun rumitnya teknik yang digunakan tidak akan menjamin
representativeness/keterwakilkan, maka yang terpenting adalah sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi (Healey, 2002). Dari penjelasan tersebut maka diperoleh jumlah responden sebagai sampel sebanyak 63 orang, yang diharapkan dapat merepresentasikan seluruh desa yang ada di Kabupaten Labuhanbatu yang menurut tipologi desa terdiri dari Desa Dataran Biasa, Perkebunan, Pantai dan Tertinggal. Untuk itu diambil 3 desa setiap Kecamatan
(47)
dan masing-masing desa diambil 3 lembaga kemasyarakatan, dari masing-masing lembaga diambil 1 orang pengurus menjadi sampling.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen, akan diuraikan sebagai berikut :
3.3.1 Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan kegiatan pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data baik berupa bahan tertulis maupun dalam bentuk gambar yang dapat digunakan untuk memperluas data yang ada. Oleh karena dengan gambar sesuatu yang diselidiki dapat dilihat dengan jelas. Teknik ini digunakan untuk memperoleh landasan penulisan ilmiah, termasuk hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang dimiliki untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
Studi dokumen dilakukan untuk menjawab rumusan permasalahan pertama yaitu : “Apakah lembaga kemasyarakatan berpengaruh terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu “
3.3.2 Wawancara dengan Kuesioner
Wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data dengan teknik tanya jawab antara dua orang yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan tujuan penelitian (Hadi, 1993:193). Teknik tanya jawab berlangsung melalui kontak secara langsung, baik secara lisan maupun tatap muka dengan sampel.
Dalam penelitian ini digunakan pedoman wawancara dengan alat bantu kuesioner yang sudah disiapkan, jenis kuesioner yang digunakan kuesioner tertutup.
(48)
Kuesioner digunakan agar arah wawancara tetap terkendali dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan penelitian.
Pengumpulan data melalui wawancara digunakan untuk menjawab rumusan permasalahan kedua yaitu : Bagaiman persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu ?
3.3.3 Observasi
Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi, 1993). Dalam metode observasi penulis melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian sambil mencari informasi mengenai permasalahan yang sedang diteliti (Hadi, 1993).
Teknik observasi akan menghasilkan gambaran konkret tentang pengaruh lembaga kemasyarakatan terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu, melalui pengamatan ini, peneliti dapat mengetahui bagaimana kebiasaan anggota dan pengurus lembaga kemasyarakatan berkaitan dengan upaya pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu.
3.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di 7 (tujuh) Kecamatan yang ada di Kabupaten Labuhanbatu.
3.5 Metode Analisis
Pokok dari penelitian ini membahas pengaruh dan persepsi lembaga kemasyarakatan terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu. Berdasarkan pokok penelitian tersebut maka pendekatan analisis penelitian yang
(49)
dilakukan adalah mengetahui pengaruh dengan menggunakan korelasi berganda dan persepsi dengan menggunakan skala likert. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam data menurut klasifikasi jenis dan sumbernya yaitu : 1. Pengumpulan data primer, adalah pengumpulan data yang dilakukan secara
langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan instrument sebagai berikut :
a. Metode Angket ( kuisioner ), yaitu pemberian daftar pertanyaan secara tertutup kepada responden yang dilengkapi dengan beberapa alternative jawaban.
b. Metode Observasi ( Pengamatan ), yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus penelitian.
2. Pengumpulan data sekunder adalah kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah sejumlah buku, karya ilmiah dan, dokumen/arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3.5.1 Teknik Penentuan Skor
Teknik penentuan skor oleh nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai skala ordinal yang menjawab kuisioner yang disebarkan kepada responden. (Singarimbun, 1995:102). Melalui penyebaran kuisioner yang berisikan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada responden, maka ditentukan skor pada setiap pertanyaan. Penentuan ini dihitung berdasarkan alternatif a, b, c, dan d yang akan diberikan skor sebagai berikut:
Untuk alternatif jawaban a diberi skor 1 Untuk alternatif jawaban b diberi skor 2
(50)
Untuk alternatif jawaban c diberi skor 3 Untuk alternatif jawaban d diberi skor 4
Kemudian untuk uji scoring pada data dan informasi dengan cara memberi skor pada data dan informasi yang dianalisis dan kemudian dihitung rata-rata persentasenya. Hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan kesimpulan yang dapat memberikan arahan terhadap saran atau rekomendasi sebagai upaya pemecahan masalah. Untuk mengetahui kategori jawaban dari masing-masing variable apakah termasuk tinggi, sedang atau rendah ditentukan skala interval dengan formula sebagai berikut :
Skor Tertinggi – Skor Terendah
Banyaknya Bilangan
Maka diperoleh : 0,75
Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel yaitu:
KATEGORI NILAI
Sangat Tinggi 3,28 – 4,03
Tinggi 2,52 – 3,27
Rendah 1,76 – 2,51
Sangat Rendah 1,00 – 1,75
3.5.2 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan penulis adalah ;
1. Untuk menjawab permasalahan pertama menggunakan teknik analisa data kuantitatif, yaitu analisa yang digunakan untuk menguji hubungan atau
(51)
pengaruh variabel bebas (X1,X2,X3) terhadap variabel terikat (Y), yaitu dengan menggunakan metode SPSS ver.17
Dari hasil perhitungan tersebut akan menunjukkan :
a. Pengujian validitas dan reliabilitas terhadap setiap komponen pertanyaan dari setiap penyusun komponen Varibel X1, X2,X3 maupun Y.
b. Pengujian asumsi normalitas data pertanyaan untuk melihat distribusi data secara normal.
c. Pengaruh dari 3 variabel independent (x) secara bersamaan terhadap variabel dependent (y) dengan analisis regresi berganda
d. Variabel manakah dari ketiga variable independent (x) yang paling kuat memberi pengaruh terhadap variable dependent (y) dengan uji korelasi antar variabel.
2. Untuk menjawab permasalahan kedua menggunakan metode interpretasi dari kuesioner atau statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendekripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul melalui kuesioner yang disusun dengan skala Likert, wawancara yang dilakukan menggunakan kuesioner terhadap responden sebagai sampel dari populasi yang telah ditetapkan. Hasil dari analisa ini akan mendeskripsikan persepsi rensponden tentang pengaruh lembaga kemasyarakatan dalam pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu.
(52)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis
Kabupaten Labuhanbatu menurut karakteristik lokasi dan wilayahnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Luas dan Batas Wilayah
Kabupaten Labuhanbatu mempunyai wilayah seluas 256.138 Ha atau 2.561,38 Km2
Tabel 4.1. Letak dan Geografi Kabupaten Labuhanbatu
, seperti yang diuraikan pada Tabel 4.1. dan gambar 4.1.
Karakteristik Dekskririptif
1. Letak : 1o 41’ – 2o
99
44’ Lintang Utara
o
33’-100o 22’ Bujur Timur 2. Luas Wilayah : 2.561,31 Km2
3. Batas-batas :
a. Utara : Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Selat Malaka
b. Selatan : Kabupaten Labuhanbatu Selatan c. Barat : Kabupaten Padang Lawas Utara d. Timur : Provinsi Riau
4. Daerah Administratif : Terdiri dari 9 Kecamatan
(53)
Sumber : RPJMD Kabupaten Labuhanbatu 2012
Gambar 4.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Labuhanbatu
Secara administratif Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan, 75 (tujuh puluh lima) desa dan 23 (dua puluh tiga) kelurahan. yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.
(54)
Tabel. 4.2. Luas Kecamatan dan Rasio terhadap Luas Kabupaten
No Kecamatan Luas
(Ha)
Rasio terhadap
Total %
1 Bilah Barat 20.298 7,92
2 Rantau Utara 11.247 4,39
3 Rantau Selatan 6.432 2,51
4 Bilah Hulu 29.323 11,45
5 Pangkatan 35.547 13,88
6 Bilah Hilir 43.083 16,82
7 Panai Hulu 27.631 10,79
8 Panai Tengah 48.374 18,89
9 Panai Hilir 34.203 13,35
Jumlah ... 256.138 100,00 Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu 2012
Dari tabel diatas dapat dijelaskan, wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Panai Tengah dengan luas wilayah 48.374 Ha (18,89%) dan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Rantau Selatan dengan luas wilayah 6.432 Ha (2,51%).
Pada mulanya luas kabupaten ini adalah 9.223,18 km², sedangkan jumlah penduduknya sebanyak 1.431.605 jiwa pada tahun 2007 serta memiliki 22 Kecamatan. Dengan dibentuknya Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Labuhanbatu Utara, maka luas kabupaten ini menjadi 2.562,01 km² dan penduduknya sebanyak 857.692 jiwa pada tahun 2008 dengan 9 Kecamatan.
Wilayah kabupaten Labuhanbatu sebagian besar merupakan dataran rendah dengan ketinggian antrara 0-700 m di atas permukaan laut. Kecamatan Panai Hilir merupakan kecamatan terjauh dari Ibukota Kabupaten sedangkan Kecamatan Bilah Barat merupakan Kecamatan terdekat dengan Ibukota kabupaten.
(55)
Dalam melaksanakan administrasi pemerintahannya terutama di dalam pemerintahan desa/kelurahan, maka Kabupaten Labuhanbatu memiliki 75 Desa, 23 Kelurahan, 28 Lingkungan, dan 611 Dusun yang tersebar di 9 Kecamatan., sebagaimana terlihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Luas Wilayah Kecamatan, Jumlah Desa/Kelurahan, Jarak dan Presentasi Luas Masing-Masing Kecamatan Terhadap Luas Kabupaten Labuhanbatu
No Kecamatan Luas wilayah Desa / Jarak Persentase
Km2 Kelurahan Km2 (%)
1 Bilah Hulu 293.93 24 19 11.45
2 Pangkatan 355.47 7 30 13.88
3 Bilah Barat 202.98 10 6 7.92
4 Bilah Hilir 430.83 13 56 16.82
5 Panai Hulu 276.31 7 91 10.79
6 Panai Tengah 483.74 10 89 18.89
7 Panai Hilir 342.03 8 101 13.35
8 Rantau Selatan 64.32 9 0 2.51
9 Rantau Utara 112.47 10 0 4.39
Kabupaten Labuhanbatu 2.561.38 98 100
Sumber : BPS Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2011
Dari 9 (sembilan) kecamatan diatas 4 (empat) kecamatan belum memiliki wilayah kelurahan yaitu Kecamatan Bilah Barat, Kecamatan Bilah Hulu, Kecamatan Pangkatan dan Kecamatan Panai Hulu.
Tabel. 4.4 Jumlah Desa berdasarkan Tipologi Di Kabupaten Labuhanbatu
No Kecamatan Tipologi Desa
Dataran Biasa Perkebunan Pantai Tertinggal
1 Bilah Hulu 11 13 - -
2 Pangkatan 6 1 - -
3 Bilah Barat 5 3 - 2
4 Bilah Hilir 1 3 6 1
5 Panai Hulu - 1 6 -
6 Panai Tengah - - 6 3
7 Panai Hilir - - 3 4
8 Rantau Selatan - - - -
9 Rantau Utara - - - -
Jumlah 23 21 21 10
(56)
Dari Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Kecamatan Bilah Hulu, Pangkatan, Panai Hulu, Rantau Utara dan Rantau Selatan tidak memiliki Desa Tertinggal, sedangkan Desa Tertinggal yang paling banyak terdapat di Kecamatan Panai Hilir yaitu sebanyak 4 (empat) desa. Selanjutnya Kecamatan Bilah Hulu Kecamatan yang paling banyak memiliki Desa Perkebunan dan Desa Dataran Biasa yang letak geografis Kecamatan dimaksud berbatasan dengan Kota Rantauprapat sebagai Ibu Kota Kabupaten. Kemudian Kecamatan Rantau Utara dan Rantau Selatan sebagai wilayah Ibu Kota Kabupaten yaitu Rantauprapat sama sekali tidak memiliki Desa.
Tabel 4.5. Jarak Ibukota Kecamatan Ke Ibukota Kabupaten
No Kecamatan Ibukkota Kecamatan Jarak Ibu Kota Kabupaten (Km)
1 Bilah Barat Janji 6
2 Rantau Utara Rantauprapat 0
3 Rantau Selatan Rantau Selatan 0
4 Bilah Hulu Aek Nabara 19
5 Pangkatan Pangkatan 30
6 Bilah Hilir Negeri Lama 56
7 Panai Hulu Tj. Sarang Elang 91
8 Panai Tengah Labuhanbilik 95
9 Panai Hilir Sei Berombang 101
Sumber : BPS Kabupaten Labuhanbatu
Menurut jarak ibukota kecamatan ke Ibu Kota Kabupaten, Kecamatan yang memiliki jarak paling jauh adalah 2 (dua) Kecamatan yang terletak di kawasan pantai yaitu Kecamatan Panai Tengah dan Kecamatan Panai Hilir.
4.1.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia
a. Kependudukan
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu yaitu 415.110 Jiwa. Jumlah penduduk
(57)
terbanyak terdapat di Kecamatan Rantau Utara yaitu sebanyak 82.830 jiwa per Km2, sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Pangkatan sebanyak 31.738 jiwa dengan kepadatan penduduk 90 jiwa per Km2. Adapun Luas Daerah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Rata-rata dan Kepadatan Penduduk per Km2
Tabel 4.6. Luas Daerah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Rata-Rata dan Kepadatan Penduduk per Km² Tiap Kecamatan Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2010
Tiap Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu dapat dilihat pada Tabel 4.6.
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2)
Banyaknya Kepadatan
Rumah tangga Penduduk Rata-rata
Penduduk Jiwa/ Km²
1 Bilah Hulu 293,23 13.236 56,388 4 191
2 Pangkatan 355,47 7.392 31,738 4 90
3 Bilah Barat 202,98 7.669 33,753 4 166
4 Bilah Hilir 430,83 11.480 49,928 4 116
5 Panai Hulu 276,31 7.565 33.144 4 120
6 Panai Tengah 483,74 7.480 35.570 4 69
7 Panai Hilir 342,03 7.609 35.811 5 105
8 Rantau Selatan 64,32 12.958 57.948 4 896
9 Rantau Utara 11247 18.554 82.830 4 736
Jumlah 2.561,38 93.943 415.110 4 162
Sumber : Hasil Analisis
(58)
b. Pertumbuhan Penduduk
Masalah kependudukan dari tahun ke tahun selalu mendapat perhatian, baik dari Pemerintah Pusat secara umum maupun Pemerintah Daerah secara khusus, karena masalah ini berkaitan dengan pembangunan fasilitas-fasilitas publik diantaranya, pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Data kependudukan diperlukan untuk perencanaan maupun evaluasi pembangunan. Dari sisi perencanaan, data ini dapat menjadi dasar untuk merencanakan pemenuhan kebutuhan akan fasilitas penunjang kesejahteraan masyarakat, misalnya fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan masyarakat, tempat ibadah, tempat rekreasi, dan lainnya.
Sedangkan dari sisi evaluasi, data ini dapat menjadi gambaran sampai sejauh mana program yang menyangkut hal kependudukan sudah berjalan, seperti: Program Keluarga Berencana yang bertujuan untuk menekan/mengurangi jumlah kelahiran, Program Wajib Belajar maupun program lain yang berkaitan dengannya.
Tabel 4.7. Indikator Kependudukan Kabupaten LabuhanbatuTahun 2007 - 2009
Indikator Satuan 2007 2008 2009
Jumlah Rumah Tangga Kepala
Keluarga 87.069 90.031 93.943
Pertumbuhan Penduduk Persen 2,15 2,02 2,03
Rumah Tangga Miskin Kepala
Keluarga 25.560 17.453 10.069 Persentase Rumah Tangga Miskin Persentase 29,36 19,39 10,72 Angkatan Kerja (≥15 Thn) Jiwa 182.696 191.104 199.440
• Bekerja Jiwa 163.641 172.682 181.730
• Mencari Kerja Jiwa 19.055 18.422 17.710
Bukan Angkatan Kerja Jiwa 105.878 103.411 101.181 Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
(59)
Berdasarkan hasil Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B), jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2009 sebanyak 417.584 jiwa dengan pertumbuhan sebesar 2,03% mengakibatkan kepadatan penduduk daerah Labuhanbatu meningkat dari 159,72 jiwa/Km2 menjadi 163,03 jiwa/Km2
Dari Tabel di atas dapat di analisis bahwa Kecamatan Rantau Selatan merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 896 jiwa per Km2 dan Kecamatan Panai Tengah merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah yaitu sebesar 69 jiwa per Km
. Komposisi penduduk menurut gender Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari 210.358 jiwa penduduk laki-laki (50,38%) dan 207.226 jiwa penduduk perempuan (49,62%). Jumlah rumah tangga yang ada di Kabupaten Labuhanbatu sebesar 93.943, yang rata-rata 4 jiwa per rumah tangga. Angka sex rasio sebesar 101,5 % yang berarti perkembangan penduduk laki-laki lebih besar dibanding dengan penduduk perempuan.
2
. Sedangkan untuk Peta tingkat kepadatan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.2 Pengujian Hipotesis 4.2.1 Skala Likert
Analisa data
A. Variabel X (Lembaga Kemasyarakatan)
Tabel 4.8. Tanggapan responden mengenai kehadiran anggota dalam setiap kegiatan lembaga kemasyarakatan
No Jawaban Frekuensi Presentase ( % )
1. Selalu 40 63,49
2. Kadang-kadang 20 31,75
3. Jarang 3 4,76
4. Tidak pernah 0 0
Jumlah 63 100
(60)
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada urutan pertama sebanyak 40 orang atau sebesar 63,49% responden menyatakan bahwa kehadiran anggota lembaga selalu hadir dalam setiap kegiatan Lembaga Kemasyarakatan. Di urutan kedua sebanyak 20 orang atau sebesar 31,75% responden menyatakan anggota Lembaga Kemasyarakatan kadang-kadang hadir dalam setiap kegiatan lembaga. Di urutan ketiga sebanyak 3 orang atau sebesar 4,76% responden menyatakan anggota Lembaga Kemasyarakatan jarang hadir dalam setiap kegiatan Lembaga Kemasyarakatan. Di urutan berikutnya sebesar 0 orang atau sebanyak 0% responden menyatakan anggota Lembaga Kemasyarakatan tidak pernah hadir dalam setiap kegiatan lembaga.
Tabel 4.9. Tanggapan responden mengenai Seberapa banyakkah anggota Lembaga Kemasyarakatan dalam setiap kegiatan di desa berpartisifasi aktif
No Jawaban Frekuensi Presentase ( % )
1. Semua Anggota 29 46,03
2. Sebahagian Besar 24 38,10
3. Sebahagian Kecil 10 15,87
4. Tidak Ada Satupun 0 0
Jumlah 63 100
Sumber : Kuesioner Mei 2012
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada urutan pertama sebanyak 29 orang atau sebesar 46,03% responden menyatakan bahwa keaktifan semua besar dari jumlah anggota lembaga aktif dalam setiap kegiatan masyarakat di desa. Di urutan kedua sebanyak 24 orang atau sebesar 38,10% responden menyatakan bahwa keaktifan sebahagian besar dari jumlah anggota lembaga aktif dalam setiap kegiatan masyarakat di desa, di urutan ketiga sebanyak 10 orang atau sebesar 15,87% responden menyatakan bahwa keaktifan anggota lembaga sebahagian kecil yang mau aktif dalam setiap kegiatan masyarakat di desa, dan di urutan
(61)
berikutnya sebesar 0 orang atau sebanyak 0% responden menyatakan bahwa tidak ada satupun aktif dalam setiap kegiatan masyarakat di desa.
Tabel 4.10. Tanggapan responden mengenai kualitas pengurus dalam mengelola lembaga
No Jawaban Frekuensi Presentase ( % )
1. Sangat Berkualitas 28 44,44
2. Cukup Berkualitas 28 44,44
3. Kurang Berkualitas 7 11,11
4. Sangat Tidak Berkualitas 0 0
Jumlah 63 100
Sumber : Kuesioner Mei 2012
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada urutan pertama dan kedua sebanyak 28 orang atau sebesar 44,44% responden menyatakan bahwa kualitas pengurus dalam mengelola lembaga adalah Sangat berkualitas dan cukup berkualitas. Di urutan ketiga sebanyak 7 orang atau sebesar 11,11% responden menyatakan pengurus kurang berkualitas dalam mengelola lembaga dan di urutan keempat sebanyak 0 orang atau sebesar 0% responden menyatakan pengurus sangat tidak berkualitas dalam mengelola lembaga.
Tabel 4.11. Tanggapan responden mengenai kemampuan pengurus dalam berkoordinasi dan berkonsultasi kepada Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu untuk memberikan manfaat dalam pengembangan desa
No Jawaban Frekuensi Presentase ( % )
1. Sangat Berkemampuan 31 49,21
2. Cukup Berkemampuan 22 34,92
3. Tidak Berkemampuan 10 15,87
4. Sangat Tidak Ada Kemampuan 0 0
Jumlah 63 100
Sumber : Kuesioner Mei 2012
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada urutan pertama sebanyak 31 orang atau sebesar 49,21% responden menyatakan bahwa pengurus sangat memiliki kemampuan dalam berkoordinasi dan berkonsultasi kepada Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu untuk memberikan manfaat dalam pengembangan desa, di urutan kedua sebanyak 22 orang atau 34,92% menyatakan bahwa pengurus cukup
(62)
memiliki kemampuan dalam berkoordinasi dan berkonsultasi kepada Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu untuk memberikan manfaat dalam pengembangan desa, kemudian yang menyatakan bahwa pengurus tidak memiliki kemampuan dalam berkoordinasi dan berkonsultasi kepada Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu untuk memberikan manfaat dalam pengembangan desa sebanyak 0 orang atau 15,87% dan yang menyatakan bahwa pengurus tidak ada memiliki kemampuan dalam berkoordinasi dan berkonsultasi kepada Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu untuk memberikan manfaat dalam pengembangan desa sebanyak 0 orang atau 0%.
Tabel 4.12. Tanggapan responden mengenai program kegiatan yang direncanakan oleh lembaga kemasyarakatan apakah sesuai pada kebutuhan lembaga dan masyarakat desa untuk mencapai perbaikan kehidupan
No Jawaban Frekuensi Presentase ( % )
1. Sangat Sesuai 35 55,56
2. Cukup Sesuai 24 38,10
3. Tidak Sesuai 4 6,35
4. Sangat Tidak Sesuai 0 0
Jumlah 63 100
Sumber : Kuesioner Mei 2012
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada urutan pertama sebanyak 35 orang atau sebesar 55,56% responden menyatakan bahwa program kegiatan yang direncanakan oleh lembaga kemasyarakatan sangat sesuai pada kebutuhan lembaga dan masyarakat desa untuk mencapai perbaikan kehidupan, sedangkan yang menyatakan bahwa program kegiatan yang direncanakan oleh lembaga kemasyarakatan cukup sesuai pada kebutuhan lembaga dan masyarakat desa untuk mencapai perbaikan kehidupan sebanyak 24 orang atau 38,10% dan yang menyatakan sangat tidak sesuai sebanyak 4 orang atau 6,35%, sedangkan yang menyatakan sangat tidak sesuai sebanyak 0 orang atau 0%.
(63)
Tabel 4.13. Apresiasi responden mengenai kegiatan lembaga kemasyarakatan
No Jawaban Frekuensi Presentase ( % )
1. Sangat Bangga 21 33,33
2. Cukup Bangga 41 65,08
3. Kurang Bangga 1 1,59
4. Sangat Tidak Bangga 0 0
Jumlah 63 100
Sumber : Kuesioner Mei 2012
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada urutan pertama sebanyak 41orang atau sebesar 65,08% responden menyatakan sangat bangga terhadap keberadaan lembaga kemasyarakatan,yang ada di desa dan ada 21 orang atau sebanyak 33,33 % sangat bangga terhadap keberadaan lembaga kemasyarakatan,yang ada di desa, dan yang menyatakan kurang bangga terhadap keberadaan lembaga kemasyarakatan,yang ada di desa sebanyak 1 orang atau 1,59% dan yang sangat tidak bangga sebanyak 0 orang atau 0%.
Tabel 4.14. Apresiasi responden mengenai kegiatan lembaga terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu
No Jawaban Frekuensi Presentase ( % )
1. Sangat Bangga 24 38,10
2. Cukup Bangga 36 57,14
3. Kurang Bangga 3 4,76
4. Sangat Tidak Bangga 0 0
Jumlah 63 100
Sumber : Kuesioner Mei 2012
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada urutan pertama sebanyak 36 orang atau sebesar 57,14% responden menyatakan cukup bangga terhadap berbagai kegiatan lembaga kemasyarakatan, yang ada di desa dan ada 24 orang atau sebanyak 38,10% cukup bangga terhadap berbagai kegiatan lembaga kemasyarakatan,yang ada di desa, dan yang menyatakan kurang bangga terhadap
(64)
berbagai kegiatan lembaga kemasyarakatan,yang ada di desa sebanyak 3 orang atau 4,76% dan yang sangat tidak bangga sebanyak 0 orang atau 0%.
Tabel 4.15. Tanggapan responden mengenai pendapat masyarakat tentang pembangunan desa di Kabupaten Labuhanbatu
No Jawaban Frekuensi Presentase ( % )
1. Sangat Memuaskan 31 49,21
2. Cukup Memuaskan 25 39,68
3. Kurang Memuaskan 7 11,11
4. Sangat Tidak Memuskan 0 0
Jumlah 63 100
Sumber : Kuesioner Mei 2012
Dari tabel diatas menunjukkan di urutan pertama sebanyak 31 orang atau sebesar 49,21% responden merasa sangat memuaskan akan pembangunan di desa masing-masing dan di urutan kedua sebanyak 25 orang atau 39,68% responden merasa cukup memuaskan terhadap pembangunan di desa masing-masing, dan yang menyatakan kurang memuaskan jumlahnya sebanyak 7 orang atau 11,11% serta sangat tidak memuskan sebanyak 0 orang atau 0%.
B. Variabel Y :
Tabel 4.16. Tanggapan responden mengenai perubahan yang terjadi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat sejak adanya Lembaga Kemasyarakatan di Kabupaten Labuhanbatu
Sumber : Kuesioner Mei 2012
Tabel diatas menunjukkan di urutan pertama sebanyak 31 orang atau sebesar 49,21% responden menyatakan cukup berubah yang terjadi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat sejak adanya Lembaga Kemasyarakatan di Kabupaten Labuhanbatu dan 28 orang atau 44,44% yang menyatakan perubahan
No Jawaban Frekuensi Presentase ( % )
1. Sangat Berubah 28 44,44
2. Cukup Berubah 31 49,21
3. Kurang Berubah 4 6,35
4. Sangat Tidak Berubah 0 0
(1)
Syntax REGRESSION /MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT Y /METHOD=ENTER X /SCATTERPLOT=(Y ,*ZPRED) /RESIDUALS HIST(ZRESID) NORM(ZRESID).
Resources Processor Time 00:00:01.357
Elapsed Time 00:00:01.459
Memory Required 1348 bytes
Additional Memory Required for
Residual Plots 912 bytes
[DataSet0]
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Xa . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Y
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .884a .782 .778 1.41732
a. Predictors: (Constant), X b. Dependent Variable: Y
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
(2)
Residual 122.537 61 2.009
Total 561.651 62
a. Predictors: (Constant), X b. Dependent Variable: Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.550 1.239 2.058 .044
X .671 .045 .884 14.785 .000
a. Dependent Variable: Y
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 14.6243 24.0151 20.6825 2.66129 63
Residual -3.67357 3.33875 .00000 1.40585 63
Std. Predicted Value -2.276 1.252 .000 1.000 63
Std. Residual -2.592 2.356 .000 .992 63
a. Dependent Variable: Y
(3)
(4)
(5)
Regression
Notes
Output Created 02-Oct-2012 11:58:30
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 63
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
Syntax REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN
/DEPENDENT Y /METHOD=ENTER X.
Resources Processor Time 00:00:00.031
Elapsed Time 00:00:00.070
Memory Required 1348 bytes
Additional Memory Required for
Residual Plots 0 bytes
[DataSet0]
(6)
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Xa . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Y
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .884a .782 .778 1.41732
a. Predictors: (Constant), X
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 439.113 1 439.113 218.594 .000a
Residual 122.537 61 2.009
Total 561.651 62
a. Predictors: (Constant), X b. Dependent Variable: Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.550 1.239 2.058 .044
X .671 .045 .884 14.785 .000