2.2 Kepustakaan yang Relevan
Pengertian Folklor: Menurut Budiman dalam Ginting 1979 : 13 berpendapat sebagai berikut:
“Sebagian dari kebudayaan yang tersebut dan diwariskan secara turun – temurun dan tradisional diantara anggota – anggota kelompok apa saja, dalam versi yang
berbeda – beda baik dalam bentuk lisan, maupun contoh yang disertai dengan perbuatan.”
Melalui folklor dapat diketahui kebudayaanya masyarakat pada waktu berkenaan zamanya baik dari segi pikiran, latar belakang masyarakat, maupun konsepnya serta
keinginan mereka. Juga melalui folklor masyarakat lama menyampaikan bagaimana leluhur nenek moyang dahulu. Pikiran dan perasaanya tidak menggambarkan secara
terbuka seperti sekarang namun disampaikan dengan cara tersirat dan halus sekali. Begitulah pribadi masyarakat dulu yang banyak menampilkan nilai – nilai kehidupan
yang menyangkut moral dan sebagainya.
James Dananjaya 1984 : 21 memetik pendapat Jan Harold Brunvand membagi folklor dalam tiga kelompok besar yaitu: ”
a. Folklor lisan adalah folkor yang bentuknya mmang murni lisan.
Contohnya; bahasa rakyat, ungkapan tradisional, prtanyaan tradisional, cerita prosa rakyat dan lain sebagainya.
b. Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan
campuran unsure lisan dan bukan lisan.contohnya; kepercayaan rakyat atau yang sering disebut dengan takhayul, permainan rakyat, teather
rakyat, adat-istiadat, upacara, pesta rakyat dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
c. Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun
pembuatanya diajarkan secara lisan. Contohnya ; arsitektur rakyat, kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adapt, makanan dan
minuman rakyat, dan obat-obatan tradisional.”
2.3 Teori yang digunakan
Secara etimologis, teori berasal dari kata theoria yunani, berarti kebulatan alam atau realitas. Teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang telah teruji keteranganya,
yaitu melalui kompetensi ilmiah yang dilakukan dalam penelitian. Teori merupakan prinsip dasar yang terwujud dan berlaku secara umum dan
memperoleh seorang penulis untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Teori diperlukan untuk membimbing atau memberi arah sehingga dapat menjadi tuntutan kerja
bagi penulis. Di dalam meneliti masalah ini dibutuhkan suatu landasan teori, yaitu landasan
berupa hasil perenungan yang mendalam, tersistem dan terstruktur terhadap gejala – gejala alam yang berfungsi sebagai pengarah dalam kegiatan penelitian.Teori merupakan
landasan fundamental sebagai argumentasi dasar untuk menjelaskan atau memberikan jawaban terhadap masalah yang digarap. Dengan landasan teori yang kuat niscaya segala
masalah akan dapat terselesaikan dengan baik. Pemahaman tentang folklor sebahagian lisan adalah folklor yang bukan merupakan gabungan unsur lisan dan unsur bukan lisan.
Kepercayaan rakyat atau yang sering disebut “takhyul” adalah kepercayaan yang oleh orang berpendidikan barat dianggap sederhana bahkan pandir tidak berdasarkan
logika sehingga secara logika tidak dapat di pertanggungjawabkan. Menurut Danandjaya dalam Poewadarminta, 1976 : 996 mengatakan kata
“takhyul” hata tongka mengandung arti merendahkan atau menghina, maka ahli folklor
Universitas Sumatera Utara
modern lebih senang menggunakan istilah kepercayaan rakyat folk belief atau keyakinan berarti hanya khayalan belaka sesuatu yang hanya diangan-angan saja yang
sebenarnya tidak ada. Folklor mempunyai fungsi tertentu. Menurut Willam R Bascom dalam Danandjaya
1986 : 19 fungsi folklor adalah : a.
Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencerminan angan-angan suatu kolektif
b. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dalam lambang-lambang kebudayaan
c. Sebagai alat pendidikan anak
d. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma masyarakatakan dipatuhi anggota
kolektifnya
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian