Kesimpulan Drs. Yos Rizal S.Pd

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setiap daerah atau suku bangsa, sudah tentu mempunyai beragam adat istiadat yang membedakan ia dengan suku-suku dan daerah yang lainya. hata tongka yang berlaku dalam masyarakat Batak merupakan salah satu dari berbagai macam kekayaan kahasanah kebudayaan. Masing-masing masyarakat sudah pasti mempunyai suatu kearifan untuk menjaga dan melestarikan lingkunganya. Pada dasarnya sifat dinamis yang tinggi, yang dimiliki masyarakat Batak Toba melatarbelakangi kebutuhan masyarakat untuk mengaktualkan diri. Dalam pengaktualan diri ini masyarakat Batak Toba senantiasa mempertahankan ikatan kultural, ikatan geanologis, dan ikatan adat. Hal ini tetap dipertahankan dimanapun mereka berada, baik di daerah asal maupun diperantauan. Kebiasan-kebiasaan masyarakat Batak Toba adalah dengan memakai hata tongka di dalam mengucapkan sebuah larangan yang seharusnya tidak diucapkan dan dilakukan. Hata tongka ini juga berlaku untuk siapa saja bukan hanya untuk anak-anak, remaja, dan dewasa. Melainkan setiap keseharian hidup yang dialami di dalam kehidupan bermasyarakat. Hata tongka tersebut dapat dimiliki dari suku-suku lain yang mengenali serta memahami maksud dan tujuan kebiasaan-kebiasaan adat Batak dan akhirnya dapat bersimpati dan menghargai kebiasaan itu. Hata tongka ini dapat juga dikatakan dengan takhayul atau kata-kata larangan, karena sebagian besar anggota masyarakat tersebut masih meyakininya. Hal itu Universitas Sumatera Utara disebabkan masyarakat yakin akan adanya makhluk-makhluk gaib yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya dan yang berasal dari jiwa-jiwa orang mati, masyarakat takut akan krisis dalam kehidupanya, masyarakat yakin akan adanya gejala-gejala yang tidak dapat diterangkan dan dikuasai oleh akalnya atau masyarakat percaya akan adanya suatu kekuatan sakti dalam alam, atau masyarakat dihinggapi emosi kesatuan dalam kehidupanya. Hata tongka bisa juga dilihat dari segi upaya menjaga kesehatan dan kebersihan. Misalnya, tidur jangan sampai tengkurap, tidur jangan sampai bertopangkan tangan, dan dan yang bagi wanita hamil jangan tidur pada saat matahari sedang naik, mandi jangan menggunakan baju, dan jangan mencuci piring pada malam hari. Kesenua itu adalah wujud dari kebijaksanaan orang tua dalam mengajarkan anak-anaknya untuk menjaga kesehatan dan kebersihan. Diantara hata tongka yang di atas, memang tidak dapat dipungkiri ada juga sebagian yang sebenarnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah etika, kesehatan,ataupun agama. Akan tetapi hal tersebut benar-benar mereka pegang. Mengenai masalah ini, tokoh masyarakat yang sebagai informan yang menjadi narasumber dari penelitian ini, sama sekali tidak mau membeberkan alasan mengapa hal tersebut mereka yakini. Beliau hanya menjelaskan bahwa dia juga diberitahu oleh orang tuanya, dan orang tuanya dulu juga diberitahu oleh neneknya, dan begitu terus secara turun-temurun. Jadi orang zaman dahulu, yang sama sekali belum mengetahui perihal cara penanganan kasus tersebut, lalu menghubung-hubungkan kejadianya. Setiap hata tongka yang terdapat di dalam suatu masyarakat, biasanya mayoritas mengandung suatu Universitas Sumatera Utara ancaman baik berupa kesulitan, tidak dapat jodoh, didatangi hantu, sakit, ancaman kematian dan lain sebagainya. Semua hal tersebut, menurut penulis adalah suatu hal yang sangat menarik untu dikaji. Skripsi ini dibuat dalam rangka memperkenalkan kepada masyarakat luas pada salah satu budaya yang berlaku dalam masyarakat suku Batak. Mungkin seperti juga yang terjadi di daerah-daerah lain, budaya hata tongka untuk saat sekarang sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian besar masyarakat. Kemajuan tekhnologi dan kebebasan berfikir, mungkin salah satu yang menjadi faktor penyebabnya. Oleh karena itu, dalam rangka upaya untuk melestarikan budaya, yang dipandang banyak orang sudah ketinggalan zaman ini, maka perlu kiranya dilakukan sebuah upaya untuk menjaga dan mewujudkan hal tersebut. Salah satu upaya kecil dari sebuah cita-cita yang besar itu adalah dengan cara merekam atau menuliskanya, sehingga masyarakat khususnya pemilik kebudayaan tersebut, dalam hal ini orang Batak tak lantas benar-benar lupa, akan kekayaan budaya lokal yang dimiliki. Selain itu, skripsi ini juga bertujuan ingin mengungkapkan, bagaimana peranan budaya hata tongka tersebut dalam proses pendidikan etika, bahkan upaya pelestarian lingkungan dan kebudayaan di sana yang mungkin mempunyi hubungan satu sama lain. Atau hanya sebagai mitos-mitos belaka, yang dahulu sangat diyakini. Di dalam skripsi ini juga penulis mencoba mendeskripsikan mengenai hata tongka yang berlaku pada masyarakat Batak Toba khususnya di daerah Samosir. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, bahwa adakalanya sebuah ancaman itu pengaruhnya akan jauh lebih berhasil. Apalagi untuk masyarakat yang boleh Universitas Sumatera Utara dikatakan masih sangat tradisional, mereka akan sangat mudah mempercayai apa yang dikatakan oleh orang orangtuanya.

5.2 Saran