6
1.2 Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
Mobilisasi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, gaya hidup dampak perilakukebiasaan sehari-hari, proses penyakit misalnya,
seseorang dengan lumpuhstroke, kebudayaan, tingkat energi energi adalah sumber untuk melakukan mobilisasi, untuk itu seseorang dapat melakukan
mobilisasi dengan baik apabila memiliki energi yang cukup, dan usia Hidayat, 2012. Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik
mandiri dan terarah pada tubuh atau ekstremitas atau lebih berdasarkan tingkat aktifitas Wilkinsom dan Ahern, 2010. Hambatan mobilisasi moblitas fisik
adalah keadaan ketika individu mengalami keterbatasan gerakan fisik, tetapi bukan imobilisasi Carpenito, 2009.
Imobilisasi atau imobilitas merupakan keadaan seseorang yang tidak dapat secara bebas bergerak, mengingat kondisi yang mengganggu pergerakan
aktifitas. Imobilisasi terdiri atas imobilisasi fisik, intelektual, dan emosional. Imobilisasi fisik merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadi gangguan komplikasi pergerakan. Imobilisasi intelektual merupakan keadaan seseorang mengalami pembatasan untuk berfikir. Imobilisasi
emosional merupakan keadaan seseorang mengalami pembatasan secara emosional yang terjadi sebagai hasil perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Dan imobilisasi sosial merupakan keadaan individu yang mengalami terhambatnya untuk melakukan interaksi sosial, karena keadaan
penyakitnya sehingga dapat memengaruhi peran individu dalam kehidupan sosial Potter dan Perry, 2005.
7 Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya pergerakan imobilisasi
adalah gangguan muskuloskeletal yang meliputi, osteoporosis, atropi, kontraktur, fraktur, kekakuan dan sakit sendi. Gangguan kardiovaskular yang meliputi,
postural hipotensis, vasodilatasi vena. Gangguan sistem respirasi yang meliputi penurunan gerak pernafasan, bertambahnya sekresi paru, atelektasis, dan
hipostatis pneumonia Tarwoto dan Wartonah, 2003.
1.3 Dampak dari Imobilisasi
Dampak dari imobolisasi memengaruhi sistem tubuh seperti, perubahan pada metabolisme tubuh, ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, gangguan
dalam kebutuhan nutrisi, perubahan sistem pernafasan, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan kardiovaskuler, perubahan musculoskeletal, perubahan
kulit, perubahan eliminasi Buang air besar, buang air kecil dan perubahan perilaku Hidayat, 2012. Sebagai etiologi, defisit perawatan diri dapat
menyebabkan depresi, ketakutan terhadap ketergantungan dan ketidak berdayaan misalnya, ketakutan menjadi ketergantungan total yang berhubungan dengan
defisit perawatan diri akibat kelemahan residual karena penyakit stroke Wilkinson dan Ahern, 2012.
Menurut Orem 1971 dalam Kozier 2010, defisit perawatan diri terjadi bila tindakan perawatan diri tidak adekuat dalam memenuhui kebutuhan perawatan
diri yang disadari. Teori defisit perawatan diri bukan hanya saat keperawatan dibutuhkan saja, melainkan cara membantu orang lain dengan menetapkan metode
bantuan, yaitu melakukan, memandu, mengajarkan, mendukung dan menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kemampuan individu untuk memenuhi