bunuh diri di masyarakat Jepang telah ada pada zaman feodalisme di Jepang. Tindakan bunuh diri yang dilakukukan pada zaman feodalisme di Jepang dilakukan
oleh para samurai di Jepang sebagai perwujudan dari rasa ketidakmampuan samurai membalas jasa baik tuannya dan sebagai bentuk loyalitas dan penghormatan terhadap
tuannya serta kelompoknya. Namun, seiring berjalannya waktu bunuh diri yang dilakukan masyarakat Jepang berubah menjadi budaya yang melekat dalam diri
masyarakat tersebut. Perubahan bunuh diri dari masa feodalisme di Jepang dari segi alasan dan bentuk bunuh dirinya itu sendiri dengan masa sekarang ini yang semula
sebagai bentuk loyalitas terhadap tuannya bergeser menjadi bentuk penyelesaian masalah dan pelarian dari perasaan depresi.
Adapun permasalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana fenomena bunuh diri di Jepang pada saat ini?
2. Bagaimana pergeseran bunuh diri dari zaman feodalisme sampai pada masa
sekarang ini dilihat dari motif-motif dan bentuk buunuh diri pada masyarakat jepang dewasa ini?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Untuk memudahkan dalam menganalisa topik permasalahan, peneliti membatasi ruang lingkup pembahasan. Sehingga masalah yang akan dibahas lebih
terarah.
Di dalam penelitian ini, pembahasan akan difokuskan pada budaya bunuh diri di Jepang. Dimana di dalam skripsi ini ruang lingkup pembahasan tersebut
meliputi pengertian bunuh diri, motif dan bentuk-bentuk bunuh diri serta pergeseran bunuh diri yang dilakukan pada masa feodalisme sampai pada masa sekarang ini.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Menurut Semiawan 2010 tinjuan pustaka atau literature review adalah bahan yang tertulis berupa buku, jurnal yang membahas tentang topik yang hendak
diteliti. Sehingga dapat disimpulakn bahwa tinjauan pustaka adalah bahasan atau
bahan-bahan bacaan yang terkait dengan suatu topik yang memuat uraian tentang data yang sebenarnya.
Jepang merupakan salah satu negara yang sangat maju di dunia, yang mempunyai berbagai masalah-masalah hidup yang sangat kompleks. Jepang juga
merupakan salah satu negara yang mempunyai beranekaragam budaya. Budaya yang telah ada sejak zaman feodal hingga saat ini adalah budaya bunuh diri. Salah satu
budaya bunuh diri yang terkenal pada zaman dahulu adalah seppuku. Berbeda dengan bunuh diri yang dilakukan bangsa lain, seppuku pada zaman feodal biasanya
dilakukan oleh kelas samurai atau prajurit Jepang dimana mereka rela mati bunuh diri untuk menunjukkan loyalitas, kesetian dan menghargai tuannya. Fenomena bunuh
diri dalam masyarakat sekarang ini berkaitan erat dengan kehidupan sosial masyarakat pada zaman feodal dahulu, akan tetapi mengalami perubahan yang
disebabkan oleh faktor perubahan zaman yang semakin maju dan kompleks. Pada dasarnya kehidupan masyarakat Jepang merupakan kehidupan yang
memiliki sifat individualisme, yang artinya kehidupan pribadi setiap individu tidak akan diketahui oleh individu lain dan masalah yang ada dalam setiap individu tidak
ada hubungannya dengan individu lain. Hal ini menyebabkan terciptanya suatu sifat individualistis yang terlalu tinggi, sehingga mereka melakukan tindakan keputus
asaannya melalui bunuh diri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bunuh diri merupakan suatu
wujud budaya Jepang karena bunuh diri merupakan aktifitas dan tindakan yang dilakukan dengan pola atau bentuk yang sama oleh orang Jepang dalam
masyarakatnya. Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa ada fenomena masyarakat
Jepang yang mempunyai kegilaan untuk mati dan tidak takut untuk mati. Karena kematian dianggap sebagai suatu hal yang wajar dan baik.
1.4.2 Kerangka Teori
Teori merupakan asas atau hukum-hukum yang menjadi dasar atau pedoman suatu ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, teori adalah aturan tuntutan
kerja untuk melakukan sesuatu, menurut Moelinio dalam Sangidu 2007:13.
Kerangka teori berfungsi sebagai pendorong berfikir deduktif yang bergerak dari abstrak ke alam konkret.
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan fenomenologis. Pendekatan fenomenologis ini adalah pendekatan yang menekankan rasionalitas dan realitas
budaya serta berusaha memahami budaya dari sudut pandang pelaku budaya tersebut Moleong, 1994:8. Dalam penelitian ini juga, penulis melakukan pendekatan teori
bunuh diri. Seorang sosiologis klasik Emile Durkheim mengatakan penyebab bunuh
diri merupakan pengaruh integrasi sosial. Peristiwa bunuh diri merupakan kenyataan- kenyataan sosial tersendiri yang memiliki latar belakang alasan.
Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang
ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu
yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat bunuh diri sebagai
satu -
satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan dalam Maris dkk., 2000.
Berbicara mengenai budaya bunuh diri di Jepang erat sekali kaitannya dengan sejarah Jepang itu sendiri. Sejarah merupakan deskripsi terpadu yang terdiri
dari keadaan-keadaan dan fakta-fakta masa lampau yang berdasarkan studi kasus untuk mencari kebenaran. Selain itu dalam penulisan skripsi ini penulis juga
menggunakan kerangka teori pendekatan historis atau pendekatan sejarah.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan dari peenlitian ini adalah : 1.
Mendeskripsikan kehidupan sosial masyarakat Jepang yang melakukan tindakan bunuh diri.
2. Untuk mengetahui pergeseran yang terjadi dalam konsep bunuh diri di
Jepang dari zaman feudal pada masa sekarang ini.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1.
Menambah pengetahuan tentang budaya Jepang khususnya tentang budaya bunuh diri di Jepang.
2. Sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan pembaca
tentang budaya-budaya Jepang yang ada.
1.6 Metode Penelitian
Secara etimologis, metode berasal dari kata ‘met’ dan ‘hodes’ yang berarti melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh
untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Menurut
Drs. Agum M. Hardjana, metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak
dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang dikehendaki http:carapedia.com.
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang dipakai untuk memecahkan
suatu masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji dan menginterpretasikan data. Menurut Koentjaraningrat dalam Citra 2006:12,
penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Oleh
karena itu, data-data yang diperoleh akan dikumpulkan, disusun, diklasifikasikan sekaligus dikaji dan kemudian diinterpretasikan dengan tetap mengacu pada sumber
data dan informasi yang ada. Penulis juga mengunakan metode studi kepustakaan. Studi kepustakaan
merupakan studi aktivitas individu yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Beberapa aspek yang perlu dicari dan diteliti meliputi masalah, teori, konsep dan
penarikan kesimpulan. Dengan kata lain, studi kepustakaan adalah pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku yang terkait dengan objek penelitian. Data yang
diperoleh tersebut diperoleh dari referensi tersebut akan dianalisa untuk dapat ditarik kesimpulan Nasution, 1996:14.
Disamping itu penulis juga memperoleh data-data dari beberapa situs di internet yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Seluruh data-data yang
didapat baik dari proses studi kepustakaan maupun data internet, akan dianalisa dan kemudian diinterpretasikan untuk mendapatkan hasil berupa kesimpulan.
BAB II FENOMENA BUNUH DIRI DI JEPANG
2.1 Pandangan Hidup dan Mati Bagi Masyarakat Jepang
A. Pandangan Hidup Bagi Masyarakat Jepang
Menurut Ruth Benedict 1989 : 232, di dalam studi-studi antropologis mengenai berbagai kehidupan, suatu masyarakat yang menganut norma-norma
moralitas yang nyata dan mengembangkannya dalam nurani oleh para pengikutnya adalah suatu kebudayaan rasa bersalah. Budaya rasa bersalah inilah yang menjadi
pandangan hidup bagi masyarakat Jepang. Di dalam masyarakat Jepang dimana rasa malu merupakan sanksi utama. Budaya rasa malu yang merupakan pandangan hidup
orang Jepang adalah budaya yang ditanamkan sedari kecil. Rasa malu bagi masyarakat Jepang adalah mengutamakan penilaian dari masyarakat. Budaya malu ini
sangat berperan besar dalam mengontrol dan mengendalikan pola hidup masyarakat Jepang. Budaya malu yang khas ini telah membentuk suatu pola tingkah laku yang
memiliki karakteristik tersendiri dan berbeda dengan pola dalam masyarakat lainnya. Setiap kali seorang Jepang membuat kesalahan fatal, karena malu ia akan
menghukum dirinya sendiri melalui melakukan meditasi dan kemudian melakukan perbaikan diri atau mengundurkan diri dari jabatan bahkan ada yang sampai
melakukan bunuh diri karena rasa malu.