8. Kosmetik
Pemakaian bahan-bahan kosmetik tertentu, secara terus menerus dalam waktu yang lama, dapt menyebabkan terbentuknya akne. Akne yang
terbentuk umumnya ringan yang terutama terdiri dari komedo tertutup dengan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu. Bahan yang
sering menyebabkan akne ini terdapat pada berbagai krem muka yang mengandung bahan-bahan seperti lanolin, petrolatum, minyak tumbuh-
tumbuhan dan bahan-bahan kimia murni butil asetat, lauril alkohol, bahan pewarna merah D C dan asam oleik Widjaja, 2013. Akne pada
perempuan usia 20-an, 30-an, dan 40-an sering dikarenakan pemakaian kosmetik dan pelembab yang berbahan dasar minyak Stawiski, 2012.
9. Bahan-bahan kimia
Beberapa bahan kimia dapat menyebabkan erupsi yang mirip dengan akne. Bahan-bahan tersebut ialah yodida, kortikosteroid, isoniazid,
fenobarbital, tetrasiklin, dan vitamin B12 Widjaja, 2013. Pemakaian kortikosteroid oral kronik dapat menimbulkan pustula di permukaan kulit
wajah, dada, dan punggung Stawiski, 2012. 10.
Reaktivitas Selain faktor-faktor diatas masih ada faktor “X” pada kulit yang
merupakan faktor penting dalam timbulnya akne Widjaja, 2013..
2.2.4. Patogenesis
Widjaja 2013 menyebutkan ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne yaitu:
a. Kenaikan ekskresi sebum
Akne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu kelenjar palit membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak. Pertumbuhan kelenjar palit
dan produksi sebum ada di bawah pengaruh hormon androgen. Pada penderita akne terdapat peningkatan konversi hormon androgen normal yang
beredar dalam darah testosteron ke bentuk metabolit yang lebih aktif 5-alfa
Universitas Sumatera Utara
dihidrotestosteron. Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum.
Meningkatnya produksi sebum pada penderita akne disebabkan oleh respon organ akhir yang berlebih pada kelenjar palit terhadap kadar normal
androgen dalam darah. Terbukti bahwa pada kebanyakan penderita, lesi akne hanya ditemukan di beberapa tempat yang kaya akan kelenjar palit.
Akne juga mungkin berhubungan dengan perubahan komposisi lemak. Sebum yang bersifat komedogenik tersusun dari campuran skualen, wax,
ester dari sterol, kolestrol, lipid polar, dan trigliserida. Pada penderita akne, cendrung mempunyai kadar skualen dan wax yang tinggi, sedangkan kadar
asam lemak rendah.
b. Adanya keratinisasi folikel
Keratinisasi pada saluran polisebasea disebabkan oleh adanya penumpukan korneosit dalam saluran polisebasea. Hal ini dapat disebabkan
oleh: • Bertambahnya produksi keratinosit pada saluran polisebasea.
• Pelepasan korneosit yang tidak adekuat. • Kombinasi kedua faktor diatas.
Bertambahnya produksi korneosit dari sel keratinosit merupakan salah satu sifat komedo. Terdapat hubungan terbalik antara sekresi sebum dan
konsentrasi asam linoleik dalam sebum. Menurut Downing dalam Widjaja 2013, akibat dari meningkatnya sebum pada penderita akne, terjadi
penurunan konsentrasi asam linoleik. Hal ini dapat menyebabkan defisiensi asam linoleik setempat pada asam epitel folikel yang akan menimbulkan
hiperkeratosis folikuler dan penurunan fungsi barier dari epitel. Dinding komedo lebih mudah ditembus bahan-bahan yang dapat menimbulkan
peradangan. Walaupun asam linoleik merupakan unsur penting dalam seramaid-1, lemak lain mungkin juga berpengaruh pada patogenesis akne.
Kadar sterol bebas juga menurun pada komedo sehingga terjadi ketidakseimbangan antara kolestrol bebas dengan kolestrol sulfat, sehingga
Universitas Sumatera Utara
adhesi korneosit pada akroinfundibulum bertambah dan terjadi retensi hiperkeratosis folikel.
c. Bakteri
Tiga macam mikroba yang terlibat pada patogenesis akne adalah Corynebacterium acnes Proprionibacterium acnes, Staphylococcus
epidermidis dan Pityrosporum ovale Malassezia furfur. Adanya sebore pada pubertas biasanya disertai dengan kenaikan jumlah Corynebacterium acnes,
tetapi tidak ada hubungan antara jumlah bakteri pada permukaan kulit atau dalam saluran-saluran pilosebasea dengan derajat akne. Tampaknya ketiga
macam bakteri ini bukanlah penyebab primer pada proses patologis akne. Beberapa lesi mungkin timbul tanpa ada mikroorganisme yang hidup,
sedangkan pada lesi yang lain mikroorganisme mungkin memegang peranan penting. Bakteri mungkin berperan pada lamanya lesi. Lingkungan mikro
dalam folikel berpengaruh pada apakah bakteri yang berdiam di dalam folikel resident bacteria akan mengadakan eksaserbasi. Menurut hipotesis Saint-
Leger, skualen yang dihasilkan oleh kelenjar palit dioksidasi di dalam folikel dan hasil oksidasi ini menjadi penyebab terjadinya komedo. Kadar oksigen
dalam folikel berkurang dan akhirnya terjadi kolonisasi Corynebacterium acnes. Bakteri ini memproduksi porfirin, yang bila dilepaskan dalam folikel
akan menjadi katalisator untuk terjadinya oksidasi skualen, sehingga oksigen dalam folikel tambah berkurang lagi. Penurunan tekanan oksigen dan
tingginya jumlah bakteri ini dapat menyebabkan peradangan folikel. Hipotesis ini dapat menerangkan mengapa akne hanya dapat terjadi pada
beberapa folikel, sedangkan folikel yang lain tetap normal.
d. Inflamasi
Faktor yang menimbulkan peradangan pada akne belumlah diketahui dengan pasti. Pencetus kemotaksis adalah dinding sel dan produk yang
dihasilkan oleh Corynebacterium acnes, seperti lipase, hialuronidase,
Universitas Sumatera Utara
protease, lesitinase, dan neuramidase, memegang peranan penting pada proses peradangan.
Faktor kemotaktik yang berberat molekul rendah tidak memerlukan komplemen untuk bekerja aktif, bila keluar dari folikel, dapat menarik
lekosit nukleus polimorfi dan limfosit. Bila masuk ke dalam folikel, nukleus polimorfi dapat mencerna Corynebacterium acnes dan mengeluarkan enzim
hidrolitik yang bisa menyebabkan kerusakan dari folikel pilosebasea. Limfosit dapat merupakan pencetus terbentuknya sitokin.
Bahan keratin yang sukar larut, yang terdapat di dalam sel tanduk, serta lemak dari kelenjar palit dapat menyebabkan reaksi non spesifik, yang
disertai oleh makrofag dan sel-sel raksasa. Pada fase permulaan peradangan yang ditimbulkan Corynebacterium
acnes, juga terjadi aktivasi jalur komplemen klasik dan alternatif classical and alternative complement pathways. Respon pejamu terhadap mediator
juga amat penting. Selain itu antibodi terhadap Corynebacterium acnes juga meningkat pada penderita akne hebat.
2.2.5. Gejala klinik