Epidemiologi Etiologi Akne vulgaris 1. Defenisi

Kelenjar ini mulai berfungsi pada saat pubertas yang diatur oleh testosteron pada pria, pada wanita diatur oleh androgen ovarium dan androgen adrenal. Aliran sebum bersifat kontinu, dan gangguan dalam aliran sebum yang normal adalah salah satu penyebab timbulnya jerawat. Gambar 2.2 Histologi Kelenjar keringat Basic Histology Text and Atlas Junquera ed. 11 2.2. Akne vulgaris 2.2.1. Defenisi Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada daerah-daerah predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada, dan punggung Widjaja, 2013.

2.2.2. Epidemiologi

Akne vulgaris menjadi masalah pada semua remaja. Akne minor adalah suatu bentuk akne ringan, dan dialami oleh 85 para remaja. Gangguan ini masih dapat dianggap sebagai proses fisiologik. Sedangkan 15 remaja lainnya menderita akne major sehingga mendorong mereka untuk berobat ke dokter Widjaja, 2013. Biasanya akne mulai timbul pada masa pubertas. Pada wanita insidensi terbanyak pada usia 14-17 tahun, sedangkan pada laki-laki yaitu usia 16-19 Universitas Sumatera Utara tahun Widjaja, 2013. Yiwei et.al 2012 menyatakan 10,4 820 orang remaja pria dan 6,1 579 orang remaja wanita menderita akne vulgaris dengan tingkat keparahan 68,4 derajat ringan 63 pria, 76 wanita, 26 derajat sedang 29,9 pria, 20,6 wanita, dan 5,6 derajat berat 7,1 pria, 3,4 wanita. Walaupun penyakit ini umum terjadi di usia sekitar 15-19 tahun 38 namun, dari 74,3 yang pernah mengalami akne saat remaja, 25,7 menderita akne saat dewasa dan 81,7 mengalami persistent acne jerawat yang menetap.

2.2.3. Etiologi

Penyebab pasti akne masih belum diketahui, namun banyak faktor yang berpengaruh sebagai berikut: 1. Sebum Sebum yang dihasilkan kelenjar palit merupakan faktor penting terjadinya akne Siregar, 2005. 2. Bakteri Mikroba yang diketahui terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, dan Ptyrosporum ovale Widjaja, 2013. 3. Herediter Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit. Apabila kedua orangtua mempunyai parut bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan menderita akne Widjaja, 2013. 4. Hormon • Hormon androgen : androgen telah diketahui sebagai perangsang sekresi sebum, dan estrogen mengurangi produksi sebum Stawiski, 2012. Hormon ini memegang peran yang penting karena kelenjar palit sangat sensitif terhadap hormon ini dan menyebabkan kelenjar palit bertambah besar sehingga produksi sebum meningkat Widjaja, 2013. o Hormon estrogen : pada keadaan fisiologis, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar Universitas Sumatera Utara gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis dimana gonadotropin memiliki efek menurunkan produksi sebum Widjaja, 2013. o Hormon progesteron : progesteron dalam jumlah fisiologik tak mempunyai efek terhadap aktivitas kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan akne premenstrual Widjaja, 2013. o Hormon kelenjar hipofisis : penelitian yang dilakukan pada tikus menunjukkanbahwa hormon tirotropin, gonadotropin, dan kortikotropin dari kelenjar hipofisis diperlukan untuk aktivitas kelenjar palit. Pada kegagalan kelenjar hipofisis, sekresi sebum lebih rendah dibandingkan orang normal Widjaja, 2013. 5. Diet Siregar 2005 menyatakan bahwa makanan yang banyak mengandung lemak seperti es krim, kacang-kacangam, coklat, dan gorengan mempermudah timbulnya akne. Namun Widjaja 2013 mengatakan bahwa diet sedikit atau tidak berpengaruh terhadap akne. 6. Iklim Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne akan bertambah hebat pada musim dingin dan membaik pada musim panas. Hal ini dikarenakan sinar ultraviolet mempunyai efek membunuh bakteri pada permukaan kulit. Selain itu sinar ini juga dapat menembus epidermis hingga bagian bawah dan dermis bagian atas sehingga berpengaruh pada bakteri yang berada di bagian dalam kelenjar palit. Sinar ultraviolet juga dapat mengadakan pengelupasan kulit sehingga menghilangkan sumbatan saluran pilosebasea Widjaja, 2013. 7. Psikis Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne. Mekanisme yang pasti masih belum diketahui Widjaja, 2013. Sedangkan Siregar 2005 menyebutkan, jika seseorang susah tidur dan menghadapi pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi, maka akne akan kambuh. Universitas Sumatera Utara 8. Kosmetik Pemakaian bahan-bahan kosmetik tertentu, secara terus menerus dalam waktu yang lama, dapt menyebabkan terbentuknya akne. Akne yang terbentuk umumnya ringan yang terutama terdiri dari komedo tertutup dengan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu. Bahan yang sering menyebabkan akne ini terdapat pada berbagai krem muka yang mengandung bahan-bahan seperti lanolin, petrolatum, minyak tumbuh- tumbuhan dan bahan-bahan kimia murni butil asetat, lauril alkohol, bahan pewarna merah D C dan asam oleik Widjaja, 2013. Akne pada perempuan usia 20-an, 30-an, dan 40-an sering dikarenakan pemakaian kosmetik dan pelembab yang berbahan dasar minyak Stawiski, 2012. 9. Bahan-bahan kimia Beberapa bahan kimia dapat menyebabkan erupsi yang mirip dengan akne. Bahan-bahan tersebut ialah yodida, kortikosteroid, isoniazid, fenobarbital, tetrasiklin, dan vitamin B12 Widjaja, 2013. Pemakaian kortikosteroid oral kronik dapat menimbulkan pustula di permukaan kulit wajah, dada, dan punggung Stawiski, 2012. 10. Reaktivitas Selain faktor-faktor diatas masih ada faktor “X” pada kulit yang merupakan faktor penting dalam timbulnya akne Widjaja, 2013..

2.2.4. Patogenesis