Gambaran Kecemasan Akademik Siswa Di SMA N Unggul Aceh Timur

(1)

1

GAMBARAN KECEMASAN AKADEMIK SISWA DI SMA

NEGERI UNGGUL ACEH TIMUR

S k r i p s i

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Disusun Oleh:

EMA SAFITRI

051301056

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

2

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

GAMBARAN KECEMASAN AKADEMIK SISWA DI SMA N UNGGUL

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Oktober 2010

Ema Safitri NIM 051301056


(3)

3

Gambaran Kecemasan Akademik Siswa Di SMA N Unggul Aceh Timur Ema Safitri Dan Tarmidi, M.Psi., Psikolog

ABSTRAK

Ketika kecemasan yang dirasakan oleh siswa berlebihan maka akan berpengaruh secara negatif karena siswa mengalami tekanan psikologis sehingga siswa tersebut mendapatkan hasil belajar yang kurang baik dan lebih banyak menghindari tugas, hal ini disebabkan oleh penurunan rentang perhatian, konsentrsi dan memori pada siswa. Namun disisi lain kecemasan memiliki pengaruh yang positif terhadap siswa karena dapat memotivasi siswa untuk menyelesaikan tugas.

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kecemasan akademik siswa di SMA N unggul Aceh Timur. Alat ukur yang digunakan adalah skala kecemasan akademik dengan reliabilitas (r) = 0.956 yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori kecemasan akademik terhadap empat karakteristik kecemasan akademik yaitu pola-pola aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental, terganggunya perhatian, bahaya pada fisiologis dan perilaku yang tidak tepat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Sampel berjumlah 100 orang siswa dan siswi di SMA N unggul Aceh Timur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan akademik pada siswa SMA unggul yang berada dalam kategori rendah sebanyak 15 orang (15%), kategori sedang sebanyak 68 orang (68%), dan kategori tinggi sebanyak 17 orang (17%). Pada karakteristik pola-pola aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental 18 orang (18%) berada dalam kategori rendah, 52 orang (52%) berada dalam kategori sedang dan 30 orang (30%) berada pada kategori tinggi. Pada karakteristik terganggunya perhatian 24 orang (24%) berada dalam kategori rendah, 54 orang (54%) berada dalam kategori sedang dan 22 orang (22%) berada pada kategori tinggi. Pada karakteristik bahaya pada fisiologis 22 orang (22%) berada dalam kategori rendah, 53 orang (53%) berada dalam kategori sedang dan 25 orang (25%) berada pada kategori tinggi. Pada karakteristik perilaku yang tidak tepat 24 orang (24%) berada dalam kategori kecemasan rendah, 65 orang (65%) berada dalam kategori kecemasan yang sedang dan 11 orang (11%) berada pada kecemasan yang tinggi.


(4)

4

The discription of academic anxiety of students in high school excellence east aceh

Ema Safitri Dan Tarmidi, M.Psi., Psikolog ABSTRACT

When the anxiety felt by students excessive then it will have a negative impact because students are experiencing psychological distress so that students gain learning results are less good and more to avoid the task, this is caused by a decrease in attention span and memory konsentrsi students. But on the other hand anxiety has a positive influence on students because they can motivate students to complete the task.

This study aims to know the description of academic anxiety in middle school students excel N East Aceh. Measuring tool used is the academic anxiety scale with reliability (r) = 0956 which were prepared by the researcher based on the theory of academic anxiety than four academic anxiety characteristic pattern of activity that can cause mental anxiety, attention disorder, danger to the physiological and inappropriate behavior. The method used is descriptive quantitative method. The sampling technique used was simple random sampling. The sample totaled 100 students and high school students excel N East Aceh.

The results showed that the anxiety of academic excellence in high school students who are in the low category as many as 15 people (15%), the category of 68 people (68%), and high categories as many as 17 people (17%). On the characteristic pattern of activity that can cause mental anxiety 18 people (18%) is in the low category, 52 people (52%) is in the medium category and 30 people (30%) are in the high category. Impaired attention on the characteristics of the 24 people (24%) is in the low category, 54 people (54%) is in the medium category and 22 women (22%) are in the high category. On the dangers on the physiological characteristics of 22 people (22%) is in the low category, 53 people (53%) is in the medium category and 25 people (25%) are in the high category. On the behavioral characteristics that are not exactly 24 people (24%) are in the category of low anxiety, 65 people (65%) are in the category of anxiety which is and 11 women (11%) are in anxiety


(5)

5

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah diberikan selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Gambaran Kecemasan Akademik Siswa Di SMA Unggul Aceh Timur. Penyusunan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psiklogi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari banyak pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Irmawati selaku dekan Fakultas Psikologi USU

2. Rr. Lita Hadiati W, S.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih atas bimbingan, saran, arahan dan waktu yang diluangkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Tarmidi, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar membimbing, mengarahkan dan memberikan ilmunya kepada penulis dalam membuat skripsi ini.

4. Kepada keluargaku tercinta, khususnya kedua orang tuaku yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, perhatian, dan kasih sayang selama ini sehingga penulis dapat tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas semuanya.


(6)

6

5. Sahabat tercinta yang selalu mendampingi dan mendukung setiap langkah ku dalam menyusun skripsi ini (ayu, cici, citra, dhebby, noni, retno, risda dan qorin), jangan menyerah teman kita pasti bisa.

6. Pak Hanif , terima kasih atas semua bantuan dan kemudahannya dalam membagikan skalanya.

7. Siswa dan Siswi SMA N unggul makasi atas partisipasinya (wish U all the best...).

8. bang adi yang selama ini selalu mendengar keluh kesah dan selalu dengan setia menemani hari-hari indah ku.

9. semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Seluruh isi skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh kerena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Oktober 2010

Penulis


(7)

7

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM... . i

LEMBAR PENGESAHAN ... . ii

LEMBAR PERNYATAAN ... . iii

ABSTRAK ... . iv

ABSTRACT ... . v

KATA PENGANTAR ... . vi

DAFTAR ISI ... . iii

DAFTAR TABEL ... . iv

BAB I: PENDAHULUAN ... . 1

A. Latar Belakang Masalah ... . 1

B. Rumusan Penelitian ... . 9

C. Tujuan Penelitian ... . 9

D. Manfaat Penelitian ... . 9

E. Sistematika Penulisan ... . 10

BAB II: LANDASAN TEORI... . 12

A. Kecemasan ... . 12

Pengertian Kecemasan ... . 12


(8)

8

Gejala Kecemasan Akademik ... . 16

Karakteristik Kecemasan Akademik ... . 17

Sumber Kecemasan Akademik... . 19

Komponen Kecemasan Akademik ... . 19

B. Sekolah Unggul ... . 20

Pengertian Sekolah Unggul ... . 20

Karakteristik Sekolah Unggul ... . 22

Penyenglegaraan Sekolah Unggul ... . 25

C. SMA NEGERI UNGGUL ACEH TIMUR ... . 28

Latar Belakang Sekolah ... . 28

Visi dan Misi ... . 30

Fasilitas ... . 30

Kegiatan Ekstrakulikuler ... . 30

Syarat-Syarat Penerimaan ... . 31

C. Gambaran kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul.. .. . 31

BAB III: METODE PENELITIAN ... . 35

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... . 35

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... . 35

C. Metode Pengambilan Sampel ... . 36

Karakteristik Subjek Penelitian ... . 36

Prosedur Pengambilan Sampel ... . 36


(9)

9

Lokasi Penelitian ... . 37

Lokasi Penelitian ... . 37

D. Metode Pengumpulan Data ... . 37

Alat Ukur Penelitian ... . 38

E. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur. ... . 40

Validitas Alat Ukur ... . 40

Reliabilitas Alat Ukur ... . 41

Hasil Uji Coba Alat Ukur ... . 37

F. Prosedur Penelitian... ... ... 44

Tahap Persiapan Penelitian ... . 44

Tahap Pelaksanaan Penelitian ... . 44

Tahap Pengolahan Data ... . 45

H. Metode Analisa Data... . 45

BAB IV: ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... . 46

A. Analisa Data ... . 46

Gambaran Umum Subjek Penelitian ... . 46

Hasil Penelitian ... . 47

B. Pembahasan ... . 62

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... . 67

A. Kesimpulan ... . 67


(10)

10


(11)

11

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Blue Print distribusi aitem Skala kecemasan akademik Sebelum

Uji Coba ... . 40 Tabel 2 Blue Print distribusi aitem Skala kecemasan akademik setelah Uji

Coba ... . 42 Tabel 3 Blue Print distribusi aitem Skala kecemasan akademik yang

digunakan dalam penelitian ... . 43 Tabel 4 Pengkategorisasian kecemasan akademik siswa di SMA N Unggul . 48 Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Skala Kecemasan akademik siswa di SMA N

Unggul ... . 48 Tabel 6 Hasil Analisa Deskriptif kecemasan akademik siswa ... . 49 Tabel 7 Kriteria Kategorisasi Skor kecemasan akademik siswa di SMA N

Unggul ... . 50 Tabel 8 Hasil Analisa Deskriptif kecemasan akademik Berdasarkan

karakteristik pola-pola aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental . 52 Tabel 9 Kriteria Kategorisasi Skor kecemasan akademik Berdasarkan

karakteristik pola-pola aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental . 52 Tabel 10 Hasil Analisa Deskriptif kecemasan akademik pada siswa

Berdasarkan karakteristik terganggunya perhatian ... . 54 Tabel 11 Kriteria Kategorisasi Skor kecemasan akademik Berdasarkan


(12)

12

Tabel 12 Hasil Analisa Deskriptif kecemasan akademik pada siswa

Berdasarkan karakteristik bahaya pada fisiologis ... . 56 Tabel 13 Kriteria Kategorisasi Skor kecemasan akademik Berdasarkan

karakteristik bahaya pada fisiologis ... . 57 Tabel 14 Hasil Analisa Deskriptif kecemasan akademik pada siswa

Berdasarkan karakteristik perilaku yang tidak tepat ... . 58 Tabel 15 Kriteria Kategorisasi Skor kecemasan akademik Berdasarkan

karakteristik perilaku yang tidak tepat ... . 59 Tabel 16 Gambaran kecemasan akademik siswa di SMA N Unggul

berdasarkan jenis kelamin ... . 60 Tabel 17 Gambaran kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul


(13)

13

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... . 46 Grafik 2 Penyebaran Subjek Berdasarkan Tingkatan Kelas ... . 47 Grafik 3 Gambaran Kecemasan akademik siswa di SMA N Unggul ... . 50 Grafik 4 kecemasan akademik Berdasarkan karakteristik pola-pola

aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental ... . 53 Grafik 5 kecemasan akademik Berdasarkan karakteristik terganggunya perhatian ... . 55 Grafik 6 kecemasan akademik Berdasarkan karakteristik bahaya pada fisiologis ... . 57 Grafik 7 kecemasan akademik Berdasarkan karakteristik perilaku yang


(14)

3

Gambaran Kecemasan Akademik Siswa Di SMA N Unggul Aceh Timur Ema Safitri Dan Tarmidi, M.Psi., Psikolog

ABSTRAK

Ketika kecemasan yang dirasakan oleh siswa berlebihan maka akan berpengaruh secara negatif karena siswa mengalami tekanan psikologis sehingga siswa tersebut mendapatkan hasil belajar yang kurang baik dan lebih banyak menghindari tugas, hal ini disebabkan oleh penurunan rentang perhatian, konsentrsi dan memori pada siswa. Namun disisi lain kecemasan memiliki pengaruh yang positif terhadap siswa karena dapat memotivasi siswa untuk menyelesaikan tugas.

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kecemasan akademik siswa di SMA N unggul Aceh Timur. Alat ukur yang digunakan adalah skala kecemasan akademik dengan reliabilitas (r) = 0.956 yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori kecemasan akademik terhadap empat karakteristik kecemasan akademik yaitu pola-pola aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental, terganggunya perhatian, bahaya pada fisiologis dan perilaku yang tidak tepat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Sampel berjumlah 100 orang siswa dan siswi di SMA N unggul Aceh Timur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan akademik pada siswa SMA unggul yang berada dalam kategori rendah sebanyak 15 orang (15%), kategori sedang sebanyak 68 orang (68%), dan kategori tinggi sebanyak 17 orang (17%). Pada karakteristik pola-pola aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental 18 orang (18%) berada dalam kategori rendah, 52 orang (52%) berada dalam kategori sedang dan 30 orang (30%) berada pada kategori tinggi. Pada karakteristik terganggunya perhatian 24 orang (24%) berada dalam kategori rendah, 54 orang (54%) berada dalam kategori sedang dan 22 orang (22%) berada pada kategori tinggi. Pada karakteristik bahaya pada fisiologis 22 orang (22%) berada dalam kategori rendah, 53 orang (53%) berada dalam kategori sedang dan 25 orang (25%) berada pada kategori tinggi. Pada karakteristik perilaku yang tidak tepat 24 orang (24%) berada dalam kategori kecemasan rendah, 65 orang (65%) berada dalam kategori kecemasan yang sedang dan 11 orang (11%) berada pada kecemasan yang tinggi.


(15)

4

The discription of academic anxiety of students in high school excellence east aceh

Ema Safitri Dan Tarmidi, M.Psi., Psikolog ABSTRACT

When the anxiety felt by students excessive then it will have a negative impact because students are experiencing psychological distress so that students gain learning results are less good and more to avoid the task, this is caused by a decrease in attention span and memory konsentrsi students. But on the other hand anxiety has a positive influence on students because they can motivate students to complete the task.

This study aims to know the description of academic anxiety in middle school students excel N East Aceh. Measuring tool used is the academic anxiety scale with reliability (r) = 0956 which were prepared by the researcher based on the theory of academic anxiety than four academic anxiety characteristic pattern of activity that can cause mental anxiety, attention disorder, danger to the physiological and inappropriate behavior. The method used is descriptive quantitative method. The sampling technique used was simple random sampling. The sample totaled 100 students and high school students excel N East Aceh.

The results showed that the anxiety of academic excellence in high school students who are in the low category as many as 15 people (15%), the category of 68 people (68%), and high categories as many as 17 people (17%). On the characteristic pattern of activity that can cause mental anxiety 18 people (18%) is in the low category, 52 people (52%) is in the medium category and 30 people (30%) are in the high category. Impaired attention on the characteristics of the 24 people (24%) is in the low category, 54 people (54%) is in the medium category and 22 women (22%) are in the high category. On the dangers on the physiological characteristics of 22 people (22%) is in the low category, 53 people (53%) is in the medium category and 25 people (25%) are in the high category. On the behavioral characteristics that are not exactly 24 people (24%) are in the category of low anxiety, 65 people (65%) are in the category of anxiety which is and 11 women (11%) are in anxiety


(16)

14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Lebih lanjut, mengenai fungsi pendidikan dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Dharma, 2008).

Agar tujuan-tujuan yang disebut di atas tercapai, perlu dilakukan peningkatan kualitas pendidikan di indonesia yaitu dengan cara membuka sekolah-sekolah unggulan mulai dari sekolah dasar SD sampai SMA seperti sekolah Taruna Nusantara, SMA Plus Matauli dan lain-lain (Dharma, 2008).

Departeman pendidikan dan kebudayaan mendefenisikan sekolah unggul sebagai sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran


(17)

15

(output) pendidikannya, sehingga untuk mencapai keunggulan (high achievement) tersebut maka masukan (input atau intake) misalnya guru dan tenaga pendidikan, layanan pendidikan, sarana penunjang serta program pendidikan diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. Di samping itu sekolah juga memberikan perlakuan kepada siswa berkemampuan biasa agar dapat mencapai prestasi maksimal. Dimensi keunggulan sekolah unggul mengandung dua unsur utama yaitu : (1) keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang lebih fungsional dalam kehidupan peserta didik, (2) penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berkaitan dengan daya nalar, kemampuan meningkatkan kualitas kepribadiannya, kemampuan mengembangkan potensi dan prestasi diri (Rianti, 2000).

Di negara maju seperti Amerika Serikat sekolah unggul didefenisikan sebagai sekolah yang mampu memproses siswa bermutu rendah waktu masuk sekolah tersebut (input rendah), menjadi lulusan yang bermutu tinggi (Moedjiarto, 2001). Tim peneliti dari Seattle Public School, Washington mendefinisikan sekolah unggul sebagai sekolah seluruh siswanya memenuhi persyaratan berikut : (1) Menguasai (mastery) keterampilan-keterampilan dasar, (2) berusaha meraih prestasi akademik semaksimal mungkin (academic excellence) pada semua mata pelajaran, (3) menunjukan kberhasilan melalui evaluasi yang sistematis yang diartikan sebagai mengetahui apakah tujuan instruksional telah tercapai, dengan eveluasi belajar terhadap nasional untuk mengukurperolehan belajar siswa dibandingkan rerata perolehan siswa tingkat nasional (dalam Moedjiarto, 2001).


(18)

16

Berdasarkan amanah UUD 1945 bahwa salah satu tujuan pemerintah adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan sesuai dengan minat dan bakat yang dimilkinya. Fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan serta membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan khusus. Pendidikan yang bermutu antara lain dikembangkan melalui pengembangan mutu dan keunggulan sekolah menengah yang diarahkan untuk mendorong sekolah potensial menuju kategori di atas standar nasional dan internasional sehingga menjadi sekolah yang bertaraf nasional dan internasional (Dokumentasi dari Sekolah).

Dalam rangka mengembangkan amanat undang-undang serta meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah kabupaten Aceh Timur pada tahun 2004 mendirikan SMA Negeri Unggul sebagai salah Satu SMA unggulan di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam untuk menampung dan mendidik generasi penerus bangsa yang memiliki kemampuan dan bakat istimewa (Dokumentasi dari Sekolah).

Sekolah unggulan memberikan program khusus untuk mengelompokkan siswa berdasar prestasi yang tinggi, dimana siswa dituntut agar dapat mencapai prestasi lebih baik dari siswa kelas biasa. Hal ini membuat siswa berusaha mencapai prestasi tinggi di sekolah tetapi di sisi lain siswa merasa harus memenuhinya sehingga tidak jarang siswa mengalami kecemasan dalam hal akademik (Fiyanti, 2003).


(19)

17

Hal ini didukung oleh hasil komunikasi personal dengan siswa sebagaimana diungkapkan oleh Ayu (bukan nama sebenarnya) salah seorang siswa di sekolah unggul yang berada di Langsa , mengatakan bahwa :

”Saya merasa cemas masuk disekolah unggul, karena setiap semester bakalan ada yang di drop out atau remedial. Saya takut tidak bisa memenuhi standar yang telah ditetapkan disekolah ini”. (Komunikasi Personal, 16 April 2010).

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa siswa atau siswi mengalami kecemasan terutama dalam hal akademik dan ini disebabkan oleh adanya sistem atau standar yang telah ditetapkan oleh sekolah negeri unggul yang berada diaceh timur itu sendiri.

Kecemasan merupakan fenomena umum dalam kehidupan sehari-hari. Ini memainkan peran penting dalam kehidupan karena kita semua adalah korban kecemasan dengan cara yang berbeda (Cornell University 2007). Kecemasan adalah perasaan gelisah atau tekanan dalam reaksi terhadap situasi yang dianggap negatif. Menurut Cornell University (2007), kecemasan sama juga seperti dengan pesan karena tubuh akan memberikan tanda ketika ada sesuatu yang salah. Nevid (2003) menjelaskan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Banyak hal yang dicemaskan, misalnya : kesehatan, kondisi lingkungan sekolah dan ujian sekolah.

Kecemasan terhadap lingkungan sekolah dan ujian sekolah sering dialami oleh siswa yang ada di sekolah unggul dan kecemasan yang di rasakan oleh siswa sering disebut dengan kecemasan akademik (Fiyanti, 2003). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Montana State University (2007) bahwa semua tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang akademisi akan menimbulkan


(20)

18

kecemasan akademis. Hal ini dapat dihubungkan dengan hampir semua tugas yang berhubungan dengan akademik yaitu mulai dari belajar di kelas dapat menimbulkan kecemasan akademik yang tinggi. Kecemasan akademik juga muncul akibat dari teguran dari guru, orang tua dan rekan-rekan tentang kegagalan melaksanakan tanggung jawab seorang akademis dengan benar.

Menurut Otten (1991) kecemasan akademik adalah masalah yang penting yang akan mempengaruhi sejumlah besar siswa. Ketika kecemasan yang dirasakan oleh siswa berlebihan maka akan berpengaruh secara negatif karena siswa mengalami tekanan psikologis sehingga siswa tersebut mendapatkan hasil belajar yang kurang baik dan lebih banyak menghindari tugas, hal ini disebabkan oleh penurunan rentang perhatian, konsentrsi dan memori pada siswa tersebut. Namun disisi lain kecemasan memiliki pengaruh yang positif terhadap siswa karena dapat memotivasi siswa untuk menyelesaikan tugas. Hal ini didukung oleh Fiyanti (2003) yang mengatakan bahwa beberapa dari siswa berfikir bagaimana cara untuk menghilangkan kecemasan yang mereka rasakan dengan cara bersaing. Bersaing disini adalah melakukan perbuatan untuk menjadi menang atau mengungguli yang lain dan merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam bersaing, membutuhkan motivasi yang akan mendorong siswa untuk menjadi yang terbaik dari siswa-siswa yang lain.

Hal ini didukung oleh komunikasi personal pada salah satu siswa sebagaimana yang diungkapkan oleh Iwan (bukan nama sebenarnya) salah seorang siswa di sekolah unggul yang berada di Langsa, mengatakan bahwa : ” Siapa yang tidak mengalami kecemasan terutama dalam hal akademik, udah


(21)

19

bisa memenuhi standar dari sekolah ini. Bagi saya ini adalah tantangan yang harus saya hadapi dan harus saya capai agar saya tidak di drop out ataupun remedial.” (Komunikasi Personal, 16 April 2010).

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa ada juga siswa yang tidak mengalami kecemasan ini disebabkan oleh motivasi yang dimilki siswa. Siswa menganggap bahwa sistem atau standar yang ditetapkan oleh sekolah negeri unggul itu adalah tantangan atau pencapaian yang harus berhasil siswa lakukan dan siswa lebih menanggapi kecemasan lebih kepada hal yang positif karena dapat memotivasi siswa untuk mencapai hasil prestasi yang baik.

SMA Negeri Unggul sebagai salah satu SMA unggulan di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang senantiasa berusaha meningkatkan dan mempertahankan prestasi. Pengembangan kurikulum dengan penambahan jam pelajaran setiap minggunya dan pelajaran iman dan taqwa pada malam hari tentunya mendatangkan konsekuensi bagi siswanya. Padatnya kegiatan yang harus diikuti siswa dan terbatasnya waktu yang dimilki untuk belajar dan seringkali menimbulkan ketegangan dan akhirnya menimbulkan kecemasan terutama dalam hal kecemasan akademik (Komunikasi Personal, 06 Mei 2010). Seperti yang diungkapkan oleh A salah satu siswa yang pernah diremedial di SMA Negeri Unggul. Masalah yang sering A hadapi selama bersekolah di SMA Negeri Unggul adalah kesulitan untuk memusatkan perhatian dan adanya perilaku fisik dan emosi yang sering terjadi pada A yaitu dengan adanya perilaku panik dan perilaku menghindar dari belajar. Setiap tahunnya ada siswa yang diremedial bahkan ada yang di dropout (DO) ini disebabkan oleh siswa yang sulit untuk memusatkan perhatian, kehilangan fokus, adanya aspek fisik dan emosi dengan situasi dan


(22)

20

kondisi belajar di SMA Negeri Unggul, seperti yang terjadi pada tahun ajaran 2007/2008 ada 5 orang siswa yang diremedi, 2 orang siswa yang di DO dan 2 orang siswa pindah ke sekolah lain (Komunikasi Personal, 06 Mei 2010). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Montana State University (2007), mengatakan bahwa individu yang sering terkena masalah seperti masalah dalam pendidikan, keluarga atau sejarah genetik, Ini akan sangat memungkinkan siswa mengalami kecemasan dalam hal akademik. Bagi banyak siswa, belajar untuk mengatasi kecemasan akademik menjadi penting bagi keberhasilan akademik. Banyak hal-hal yang menyebabkan terjadinya Kecemasan akademik ini diantaranya sulit memusatkan perhatian (melihat jam, kehilangan fokus), terganggu pikiran, percakapan-diri, atau kegiatan yang menyebabkan kecemasan (aku tidak akan pernah lulus ujian ini.), adanya aspek fisik dan emosi (seperti mual, berkeringat), munculnya perilaku yang tidak pantas (panik, menghindar dari belajar).

Kecemasan akademik merupakan masalah umum yang tidak bisa siswa abaikan jika mereka ingin berhasil di sekolah. Hal ini sering menyebabkan masalah berkonsentrasi selama belajar dan mengingat informasi sambil menyelesaikan tes, yang membuat siswa merasa tidak berdaya seperti kegagalan (center for learning & teaching, 2005). Reddy (1989) melakukan penelitian untuk mengetahui penyesuaian dan masalah remaja di berbagai sekolah di daerah yang berbeda dan hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar masalah berkonsentrasi pada kecemasan akademik diikuti oleh kecemasan tentang masa depan mereka.


(23)

21

Sharma (1994) juga telah mengamati perempuan lebih menunjukkan mengalami kecemasan akademik dibandingkan laki-laki. Sejak masa kecil lingkungan yang berbeda disediakan untuk perempuan dan laki-laki yang mencerminkan kepibadian mereka. Laki-laki pada umumnya sudah mempunyai harga diri yang lebih baik dan tekanan bagi mereka terbatas dalam hal akademik dan masa depan, seperti anak laki-laki yang diharapkan untuk menjadi pencari nafkah. Sumber tekanan lebih rentan untuk perempuan dibandingkan laki-laki. perempuan lebih rentan untuk depresi, baik itu dari segi penampilan, perkawinan atau harga diri. Tetapi saat ini perempuan semakin terlibat dalam kompetisi yang kuat dan mengalami kecemasan dalam hal berkarier. Sumber depresi perempuan biasanya terlihat pada karier, pemilihan pasangan dan pernikahan. Semua ini membuat perempuan lebih rentan mengalami tekanan emosional dan masalah lain yang ditemukan adalah kecemasan akademik yang tinggi.

Jika dilihat dari hasil penelitian diatsa sangat bertolak belakang dengan hasil penelitian Pramod (1996) yang mengatakan bahwa pada budaya india, laki-laki lebih berorientasi pada masa depan dibandingkan anak perempuan dan oleh karena itu anak laki-laki memiliki kecemasan akademik yang lebih dibandingkan anak perempuan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ojha (2005) menyatakan bahwa 25% anak laki-laki memiliki kecemasan akademik yang sangat tinggi sedangkan hanya 6,7% perempuan memiliki kecemasan akademik yang tinggi.

Selanjutnya, Trivedi & Ojha (2005), Juga menemukan bahwa anak laki-laki memiliki kecemasan akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan.


(24)

22

Berdasarkan uraian diatas, kecemasan akademik terjadi pada siswa di SMA unggul dan kecemasan tersebut berbeda antara laki-laki dan perempuan. Maka dari itu peneliti ingin mengadakan penelitian tentang gambaran kecemasan akademik ditinjau dari jenis kelamin pada siswa di SMA unggul.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul Aceh Timur.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul Aceh Timur

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

a. Menambah referensi pengetahuan dalam ruang lingkup psikologi, terutama psikologi pendidikan tentang gambaran kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul Aceh Timur.

b. Menambah informasi mengenai gambaran kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul Aceh Timur.


(25)

23

a. Untuk Siswa yang mengalami kecemasan akademik agar mampu mengatasi kecemasan yang dirasakannya dan untuk siswa yang belum mengalami kecemasan akademik agar mampu untuk mencegahnya.

b. Untuk Sekolah agar mengetahui sumber dan dampak dari kecemasan akademik yang dialami siswa sehingga dapat mencegah hal itu terjadi. c. Untuk orang-orang yang berkaitan dengan siswa seperti orang tua dan

guru agar lebih mengerti cara untuk mengatasi kecemasan akademik tersebut dan lebih bisa memahami kecemasan akademik yang dialami oleh siswa.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I : Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari

masalah yang menjadi objek penelitian.

Bab III : Bab ini menguraikan identifikasi variabel, defenisi operasional variabel, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji daya beda item dan reliabilitas alat ukur, serta metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.


(26)

24

Bab IV : Analisa dan Interpretasi Data Hasil Penelitian

Bab ini membahas tentang interpretasi hasil dan analisis data-data sebagai hasil penelitian sesuai dengan tinjauan teoritis yang digunakan.

Bab V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Bab ini terdiri dari kesimpulan dari pembahasan terhadap hasil penelitian dan syarat-syarat untuk perbaikan penelitian selanjutnya.


(27)

25

BAB II LANDASAN TEORI

A. KECEMASAN

1. Pengertian Kecemasan

Semua situasi yang akan mengancam kesejahteraan organisme dapat menimbulkan kecemasan. Konflik, frustasi, ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, dan tekanan untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan akan menimbulkan kecemasan (Atkinson, 1996). Hilgard (dalam Atkinson, 1996) mejelaskan bahwa kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda. Nevid (2003) juga menjelaskan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Banyak hal yang dicemaskan, misalnya : kesehatan kita, relasi sekolah, ujian dan kondisi lingkungan adalah beberapa hal yang dapat menjadi sumber kekhawatiran.

Freud (dalam Semium, 2006) mengatakan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang mengikutkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan yang tidak meyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri selalu dirasakan. Kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atau situasi yang diannggap berbahaya. Gejala kecemasan ada dalam


(28)

26

bermacam-macam bentuk dan kompleksitasnya, namun biasanya cukup mudah dikenali. Seseorang yang mengalami kecemasan cenderung untuk terus menerus merasa khawatir akan keadaan yang buruk yang akan menimpa dirinya atau diri orang lain yang dikenalnya dengan baik. Biasanya seseorang yang mengalami kecemasan cenderung tidak sadar, mudah tersinggung, sering mengeluh, sulit berkonsentrasi dan mudah terganggu tidurnya atau mengalami kesulitan untuk tidur (Gunarsa dkk., 1996).

Penderita kecemasan sering mengalami gejala-gejala seperti berkeringat berlebihan walaupun udara tidak panas dan bukan karena berolahraga, jantung berdegup ekstra cepat atau terlalu keras, dingin pada tangan atau kaki, mengalami gangguan pencernaan, merasa mulut kering, merasa tenggorokan kering, tampak pucat, sering buang air kecil melebihi batas kewajaran dan lain-lain. Mereka juga sering mengeluh pada persendian, kaku otot, cepat merasa lelah, tidak mampu rileks, sering terkejut, dan ada kalanya disertai gerakan-gerakan wajah atau anggota tubuh dengan intensitas dan frekuensi berlebihan, misalnya pada saat duduk terus menerus, menggoyang-goyangkan kaki, meregangkan leher, mengernyitkan dahi dan lain-lain (Gunarsa dkk., 1996).

2. Pengertian Kecemasan Akademik

Kecemasan akademik adalah cara tubuh memberitahu bahwa ada sesuatu dalam lingkungan yang membutuhkan perhatian. Pada dasarnya serangkaian perubahan biokimia di otak dan tubuh, seperti peningkatan adrenalin (menyebabkan jantung berdetak lebih cepat) dan penurunan dalam dopamin (zat


(29)

27

kimia yang ada diotak untuk membantu menahan rasa sakit). Perubahan ini dihasilkan dari keadaan meningkatnya perhatian pada sumber kecemasan. Tingkat kecemasan yang tinggi menyebabkan tubuh mempersiapkan untuk melawan atau melarikan diri dari ancaman yang dirasakan - biasanya disebut sebagai "fight or flight." (center for learning & teaching, 2005)

Menurut Cornell University (2007), kecemasan akademik adalah hasil dari proses biokimia dalam tubuh dan otak yang meningkatkan dan membutuhkan perhatian. Perubahan terjadi dalam respon terhadap situasi akademik, seperti menyelesaikan tugas-tugas di sekolah, diskusi di kelas atau ketika ujian. Ketika kecemasan meningkat, tubuh akan memberikan reaksi atau respon untuk menolak atau memperjuangkannya.

Menurut Otten (1991), Kecemasan akademik adalah masalah yang penting yang akan mempengaruhi sejumlah besar siswa. Ketika kecemasan yang dirasakan oleh siswa berlebihan maka akan berpengaruh secara negatif karena siswa mengalami tekanan psikologis sehingga siswa tersebut mendapatkan hasil belajar yang kurang baik dan lebih banyak menghindari tugas, hal ini disebabkan oleh penurunan rentang perhatian, konsentrsi dan memori pada siswa. Namun disisi lain kecemasan memiliki pengaruh yang positif terhadap siswa karena dapat memotivasi siswa untuk menyelesaikan tugas. Tetapi ada beberapa daftar pertanyaan yang dapat diisi yang dapat menunjukkan kecemasan akademik, yang sesuai dengan situasi :

1. Terus berkonsentrasi selama belajar terhadap konsekuensi yang buruk dari pemahaman yang tidak maksimal.


(30)

28

2. Percaya bahwa hampir semua teman sekelas punya pengetahuan yang lebih, rentan terhadap kesalahan, atau lebih siap untuk sekolah.

3. Pikirkan tes sebelumnya atau situasi belajar untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam menjawab tes.

4. Kecewa dengan diri sendiri setelah ujian karena telah membuat kesalahan

5. Pikiran panik, khawatir dan frustrasi berulang kali yang mengganggu berkonsentrasi.

6. Tekankan pada diri tentang pentingnya mendapatkan nilai bagus pada tes atau tugas.

7. Kesuksesan masa lalu akan meningkatkan kepercayaan diri. 8. Belajar dengan melakukan tugas yang berbeda.

9. Hadir lebih awal bagaimana siswa selama tes.

10. Tidak peduli berapa banyak waktu yang dicurahkan dan tidak pernah merasa cukup siap

11. Khawatir bahwa selama ujian akan kehilangan kontrol emosi 12. Terlibat dalam banyak jam-menonton selama ujian

13. Pengalaman tentang tangan gemetar atau kelemahan fisik selama tes

14. Gagal untuk menanyakan pertanyaan pada teman-teman atau instruktor karena takut memalukan diri sendiri dari informasi yang penting

15. Berulang kali ujian, waktu yang lebih untuk tugas 16. Pastikan jawaban PR atau tes.

17. Menjawab pertanyaan tes dengan cepat sehingga salah menafsirkan arah atau gagal untuk pemberitahuan informasi penting


(31)

29

18. reaksi Pengalaman fisik seperti berkeringat, otot kaku, atau sakit perut sehingga dapat menghambat efektivitas dalam belajar

19. belajar untuk cermat, seperti mencoba mengingat hampir segala hal atau menggarisbawahi hampir setiap kalimat yang penting yang ada dibuku

20. Bingung saat ujian sehingga lupa informasi yang telah kita ketahui sebelumnya 3. Gejala Kecemasan Akademik

O’Connor (2008), membagi gejala-gejala kecemasan akademik menjadi 2 berat dan ringan, yaitu :

a. Menurut O’Connor (2008), Ada beberapa gejala kecemasan akademik yang ringan, yaitu :

1. Pusing

2. Mual atau sakit perut

3. Berkeringat, lembap pada telapak tangan 4. Bercak merah di wajah

5. Merah kemalu-maluan 6. Sakit kepala

7. Kenaikan pada nada suara saat berbicara

8. Pikiran negatif tentang tugas gagal atau kehabisan waktu

9. Keraguan tentang diri akan hal kemampuan dibanding siswa lain 10. Takut malu di depan teman sekelas, dan guru


(32)

30

b. Menurut O’Connor, (2008) ada beberapa gejala kecemasan akademik yang berat, yaitu :

1. Mati rasa di tangan dan kaki 2. Hipokondria (sakit pada kaki) 3. Kesulitan tidur

4. Pusing berat atau kehilangan kesadaran

5. Kesulitan bernapas dan perasaan menjadi tersendat

6. Pikiran yang Paranoid seperti dinilai buruk oleh orang lain 7. Obsesif, pikiran berulang yang sulit berhenti

8. Takut malu di depan teman sekelas dan guru 9. Takut merasa cemas

10.Depresi

11. Kesedihan dan merasa khawatir terhadap beban yang berat

12. Panik dan kesal yang terus menerus tanpa masalah atau peristiwa tertentu. 4. Karakteristik-karakteristik kecemasan akademik

Ottens (1991), membagi-membagi karakteristik kecemasan akademik menjadi 4, yaitu :

a. Patterns of Anxiety-Engedering Mental activity.

Pertama dan yang terpenting adalah khawatir. Siswa sering merasa tidak aman oleh segala sesuatu yang mereka anggap salah. Kedua, kecemasan akademik pada siswa terlibat dalam penyesuaikan diri. ketiga adalah percaya diri yang rendah. Siswa menerima keyakinan yang salah tentang isu-isu bagaimana menetapkan nilai dalam diri, cara terbaik untuk memotivasi diri sendiri,


(33)

31

bagaimana cara mengatasi kecemasan adalah berfikir yang salah sehingga kecemasan akademik itu muncul.

b. Misderected Attention

Ini adalah masalah yang besar dalam kecemasan akademik. Pada umumnya siswa diharapkan dapat berkonsentrasi penuh pada tugas-tugas akademik seperti membaca buku, mengikuti ujian, atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Tetapi yang terjadi disini adalah siswa tidak perduli dan perhatian mereka menjadi teralihkan. Perhatian dapat terganggu melalui faktor eksternal (tindakan siswa lainnya, jam, suara-suara asing) atau faktor pengganggu internal (kecemasan, lamunan, dan reaksi fisik).

c. Physiological Distress.

Banyak perubahan yang terjadi pada tubuh yang dihubungkan dengan kecemasan seperti kekakuan pada otot, berkeringat, jantung berdetak lebih cepat, dan tangan gemetar. Selain perubahan fisik, pengalaman kecemasan emosional juga berpengaruh seperti “mempunyai perasaan kecewa”. Aspek-aspek emosional dan fisik dari kecemasan terutama yang menganggu diinterpretasikan sebagai hal yang berbahaya atau menjadi fokus perhatian yang penting selama tugas akademik.

d. Innappropriate behaviours.

Kecemasan akademik pada siswa terjadi karena siswa ingin memilih cara yang tepat dalam menghadpi kesulitan. Menghindar (procastination) adalah hal yang umum, seperti menghindar dari melaksanakan tugas (berbicara dengan teman pada saat belajar). Kecemasan akademik pada siswa juga terjadi ketika


(34)

32

menjawab pertanyaaan-pertanyaan ujian secara terburu-buru. Tindakan lain yang tidak benar adalah memaksa diri ketika dalam waktu untuk bersantai.

5. Sumber-Sumber Kecemasan Akademik

Ada 4 Sumber-sumber kecemasan akademik, Divine & Kylen (1982), yaitu : 1. Reputasi akademik (sedikitnya pendapat yang kita kemukakan saat performansi) 2. Pendapat tengtang kompetensi dan kemampuan

3. Fokus pada pencapaian dari tujuan 4. Rasa khawatir akan ketidaksiapan

6. Komponen-Komponen Kecemasan Akademik

Center for learning & teaching, (2005), Mengatakan bahwa komponen-komponen kecemasan akademik terbagi kedalam4 komponen, yaitu :

a. Worry : Pikiran yang mencegah untuk fokus pada keberhasilan

menyelesaikan tugas akademik. Misalnya, prediksi akan kegagalan, merendahkan diri, atau senang melakukan konsekuensi buruk.

b. Emotionality : gejala kecemasan biologi. Misalnya, jantung berdetak

cepat, berkeringat pada telapak tangan, ketegangan otot.

c. Task generated interference : Perilaku yang berhubungan dengan tugas

tetapi tidak maksimal dalam mengerjakan tugas .

d. study skills deficits : Masalah dengan metode belajar yang dapat


(35)

33

B. SEKOLAH UNGGUL 1. Pengertian Sekolah Unggul

Departeman pendidikan dan kebudayaan mendefenisikan sekolah uggul sebagai sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (output) pendidikannya, sehingga untuk mencapai keunggulan (high achievement) tersebut maka masukan (input atau intake) misalnya guru dan tenaga pendidikan, menejemen, layanan pendidikan, sarana penunjang sertaprogram pendidikan diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. Di samping itu sekolah juga memberikan perlakuan kepada siswa berkemampuan biasa agar dapat mencapai prestasi maksimal. Dimensi keunggulan sekolah unggul mengandung dua unsur utama yaitu : (1) keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang lebih fungsional dalam kehidupan peserta didik, (2) penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berkaitan dengan daya nalar, kemampuan meningkatkan kualitas kepribadiannya, kemampuan mengembangkan potensi dan prestasi diri (Rianti, 2000).

Di negara maju seperti Amerika Serikat sekolah unggul didefenisikan sebagai sekolah yang mampu memproses siswa bermutu rendah waktu masuk sekolah tersebut (input rendah), menjadi lulusan yang bermutu tinggi (Moedjiarto, 2001). Tim peneliti dari Seattle Public School, Washington (dalam Moedjiarto, 2001) mendefinisikan sekolah unggul sebagai sekolah seluruh siswanya memenuhi persyaratan berikut : (1) Menguasai (mastery) keterampilan-keterampilan dasar, (2) berusaha meraih prestasi akademik semaksimal mungkin (academic excellence) pada semua mata pelajaran, (3) menunjukan kberhasilan


(36)

34

melalui evaluasi yang sistematis yang diartikan sebagai mengetahui apakah tujuan instruksional telah tercapai, dengan eveluasi belajar terhadap nasional untuk mengukurperolehan belajar siswa dibandingkan rerata perolehan siswa tingkat nasional.

Banyaknya konsep mengenai defenisi sekolah unggul menyebabkan sekolah unggul yang berkembang terdiri dari beberapa tipe yaitu : (1) sekolah unggul tipe I yaitu sekolah unggul yang inputnya terdiri dari siswa-siwa yang berprestasi dan berkualitas unggul, (2) sekolah unggul tipe II yaitu sekolah unggul dari segi fasilitasnya, fasilitas mewah ini menyebabkan biaya sekolah tipe II ini cukup mahal, dan (3) sekolah unggul tipe III yaitu sekolah yang menekankan pada iklim beljar yang positif di lingkungan sekolah (Moedjiarto, 2001). Struktur sekolah unggul sangat tergantung pada bentuk organisasi yang melaksanakannya. Ada 3 tipe atau model manejmensekolah unggul : (1) yayasan swasta bekerjasama dengan sekolah umum, (2) sekolah unggul yang di dirikan oleh yayasan swastayang bekerjasama dengan yayasan swasta lain , dan (3) sekolah unggul yang di dirikan oleh yayasan swasta tunggal (Utami & Semiawan, 1996).

Berdasarkan uraian di atas di sampaikan bahwa sekolah unggul adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan (high achievment) tersebut maka masukan (input atau intake) seperti guru dan tenaga kepemimpinan, manajemen, layanan pendidikan, sarana penunjang, serta proses pendidikan di arahkan untuk menunjang tercapainga tujuan tersebut, disamping itu sekolah juga memberikan perlakuan kepada siswa berkemampuan biasa agar dapat mencapai prestasi maksimal.


(37)

35

2. Karakteristik Sekolah Unggul

Sekolah unggul sebagai bentuk penyajian sistem pendidikan yang sangat khusus dan memiliki tujuan tertentu berbeda dengan bentuk-bentuk sekolah lainnya. Sekolah unggul memiliki karakteristik tertentu yang membuatnya unggul dan membedakan dengan sekolah lain yang tidak unggul.

Berdasarkan hasil penelitian tentang sekolah yang unggul yang di lakukan oleh Effective School Consortia Network (Moedjiarto, 2001). Di samping prestasi akademik yang dimiliki juga memiliki karakteristik antara lain : (1) Iklim sekolah yang tidak positif, (2) ada proses perencanaan, (3) tujuan akademik, (4) kurikulum yang jelas, (5) pemantauan terhadap kemajuan siswa, (6) keefektifan guru, (7) kepemmimpinan administratif, (8) pelibatan orang tua dan siswa, (9) kesempatan, tanggung jawab, dan partisipasi siswa, (10) anjaran dan insentif, (11) tata trtib dan disiplin.

Hasil penelitian Lizzote (dalam Moedjiarto, 2001) menemukan beberapa karakteristik sekolah unggul, yaitu : (1) lingkungan sekolah yang aman dan tertib, (2) iklim serta harapan yang tinggi, (3) kepemimpinan yang instruksional yang logis, (4) misi yang jels dan terfokus, (5) kesempatan belajr dan mengerjakan tugas bagi siswa, (6) pementauan yang sering dilakukan terhadap kemajuan siswa dan hubungan antara rumah dan sekolah yang paling mendukung.

Di samping karakteristik yang membedakan sekolah unggul dengan sekolah biasa adalah dimensi-dimensi keunggulan yang dimiliki oleh suatu sekolah sehingga di sebut sekolah unggul yaitu (Moko, 1997) :


(38)

36

1. Dimensi peserta didik dan siswa

Peserta didik harus melalui seleksi ketat dengan kriteria tertentu untuk bisa menjadi peserta didik sekolah unggul dalam konsep Depdikbud (1993). Kriteria itu antara lain prestasi belajar yang superior dengan indikator nilai rapor, NEM dan hasil tes prestasi akademik, skor psikotes yang meliputi intelegensi dan kreatifitas serta tes fisik.

2. Dimensi sarana prasarana

Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai sehingga memungkinkan terpenuhinya kebutuhan belajar didik guna menyalurkan bakat, minat dan kemampuan baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstra kulikuler. 3. Dimensi lingkungan belajar

Lingkungan belajar yang kondusif untuk mengembangkan potensi keunggulan menjadi keunggulan nyata, baik lingkungan dalam arti fisik maupun psikis.

4. Tenaga pengajar

Tenaga pengajar harus terpilih memiliki keunggulan di atas rata-ratatenaga pengajar masal kovensional, keunggulan tenaga pengajar meliputi : penguasaan materi pengajaran, penguasaan metode pengajaran dan komitmen melaksanakan tugas.

5. Dimensi kuriukulum

Meskipun tetap mengacu pada kurikulum nasional tetapi kurikulum yang ada di kembangkan sedemikian rupa di perkaya secara maksimal sesuai kebutuhan


(39)

37

dan kecepatan serta motivasi dari peserta didik. Jadi perlu adanya pengayaan dan percepatan kurikulum.

6. Dimensi rentang waktu belajar

Waktu belajar di sekolah unggul lebih lama di bandingkan sekolah masal konvensional. Kegiatan ekstrakulikulum di organisasikan sedemikian rupa dengan dukungan prasarana yang memadai. Nilai sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan belajar di luar kurikulum nasional, melalui pengembangan materi kurikulum, pengayaan, perluasan, remedial, pelayanan bimbingan, dan pembinaan kreativitas.

7. Dimensi pembinaan kemampuan kepemimpinan

Pembinaan kemampuan kepemiminan di sekolah unggul menyatu dalam keluruhan sistem pembinaan peserta didik melalui praktek langsung di lapangan bukan sekedar sebagian materi pengajaran.

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah sekolah dapat dikatakan unggul apabila memiliki karakteristik dan dimensi keunggulan dalam hal masukan (input) yang berprestasi, iklim sekolah yang positif yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin, kurikulum yang dikembangkan sedemikian rupa untuk mencapai keunggulan, sarana dan prasarana yang memadai, adanya pemantauan terhdap kemajuan siswa, tenaga pengajar dan kepala sekolah yang efektif, memiliki sarana dan prasarana yang memdai dan mengusulkan kurikulum yang sudah dikembangkan.


(40)

38

3. Penyelenggaraan Sekolah Unggul

Aspek-aspek dalam manajemen penyelenggaraan sekolah unggul yang dalam penelitin ini adalah SMA unggul, (Budi, 2001) meliputi :

1. Rekrutmen peserta didik

Sekolah unggul ini di selenggarakan untuk memberikan perlakuan dan pelayanan kepada peserta didik agar dapat mengembangkan bakat, minat dan kemamuannya secara cepat dan optimal, maka peserta didik sekolah unggul memiliki persyaratan tersebut dapat didefenisikan berdasarkan ciri-ciri keunggulan, yaitu :

a. Kemampuan umum di atas rata-rata merujuk pada perbendaharaan kata-kata yang lebih banyak dan lebih maju di baningkan anak biasa, cepat menangkap hubungan sebab akibat, cepat memahami prinsip dasar dari suatu konsep, seorang pengamat yang tekun dan waspada, mengingan dengan tepat serta memiliki informasi yang akurat selalu bertanya-tanya, cepat samapi kepada kesimpulan yang valid mengenai kejadian, fakta, orang atau benda.

b. Ciri-ciri kreativitas antara lain: menunjuk rasa ingin tahu luar biasa, enciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan persoalan, sering mengajukan tanggapan yang unik dan pintar, tidak terhambat mengemukakan pendapat, berani menantang resiko, suka mencoba, elaboratif, peka terhadap keindahan dan segi estetika dari lingkungannya.

c. Pengikatan diri terhadap tugas sering dikaitkan dengan motivasi instrinsik untuk berpretasi, ciri-cirinya : benar-benar terlibat dalam suatu tugas, sangat tangguh dan ulet dalam menyelesaikan masalah, bosan menghadapi tugas rutin,


(41)

39

mendambakan dan mengajar hasil sempurna, lebih suka bekerja secara mandiri, sangat terikat pada nilai-nilai baik dan menjauhi nilai-nilai buruk, bertanggung jawab, berdisiplin, sulit mengubah pendapat yang telah diyakininya.

2. Tenaga kependidikan

Tenaga pendidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola dan memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Tenaga pendidikan pada sekolah unggul berbeda baik dari segi bidang tugas maupun persyaratan kualifikasinya. Tenaga pendididkan pada sekolah unggul sekuramg-kurangnya terdiri dari: kepala sekolah, guru, tenaga bimbingan karir, pengembangan kurikulu, pustakawan, laboran, peneliti dan pengembang, pegawas dan tehnisi sumber belajar.

Tenaga kependidikan sekolah unggul diutamakan yang telah berpengalaman dan di tunjang leh adanya keunggulan dalam kemampuan intelektual, moral, keimanan ketaqwaan, disiplin dan tanggung jawab, keluasan wawasan kependidikan, kemampuan pengelolaan, terampil, kreatif, memiliki keterbukaan, profesional dalam memehami potensi, karakteristik-karakteristik dan masalah pengembangan peserta didik, mampu mengembangkan rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan mengembangkan kurikulum.

3. Total Quality Management (TQM) dalam proses belajar mengajar

Total Quality Management (TQM) dalam proses belajar mengajar memusatkan perhatian pada fungsi manajemen dalam proses kegiatan belajar mengajar yaitu bagaimana guru mengajar dan mengelola pengajaran yang


(42)

40

disampaikan pada peserta didik. TQM dalam proses belajar memusatkan perhatian pada fungsi manajemen yang ditransformasikan upaya guru dalam kegiatan belajar mengajar tersebut.

4. Pengembangan inovasi dan kurikulum

Munandar (1999) menyatakan bahwa untuk melayani kebutuhan pendidikan akan berbakat perlu di usahakan suatu endidikan yang terdiferensiasi, yaitu yang memberi pengalaman pendidikan yang di sesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual peserta didik.

Pengembangan dan inovasi kurikulum terdiferensiasi adalah bagian integral dari lingkungan belajar peserta didik yang memberikan “pelayanan unggul” kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat diberikan layanan pendidikan yang optimal dan setelah mlalui proses di harapkan dapat melahirkan lulusan unggul. Konsep pengembangan dan inovasi kurikulum harus mampu mengembangkan kreativitas yang mencakup integrasi dari kondisi 4 ranah, yaitu : afektif, psikomotorik, konatif dan intuitif. Keunggulan merupakan perkembangan optimal dari kreativitas.

5. Pendekatan strategi belajar mengajar

Pendekatan strategi belajar mengajar sekolah unggul diarahkan pada terwujudnya proses belajar tuntas (mastery learning) yang mengacu pada peserta didik dapat belajar secara aktif dan kreatif sesuai bakat, minat dan kemampuannya masing-masing, dengan memperhatikan keselarasan dengan keseimbangan antara imensi tujuan-tujuan pembelajaran.


(43)

41

Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk tercapainya tujuan penyelenggaraan sekolah unggul. Sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan pada sekolah unggul seharusnya memperhatikan efek efisiensi, yaini bahwa sarana dan prasarana tersebut dapat memberikan kemudahan tercapainya proses belajar mengajar secara efektif dan dapat dikembangkan potensi peserta didik. Selain itu juga sesuai dengan kondisi lingkungan, kebutuhan setempat, karakteristik program dan staf perkembangan psikologis peserta didik.

7. Pengembangan sistem evaluasi pengajaran

Evaluasi kegiatan dan kemajuan belajar pada hakikatnya adalah upaya mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik. Evaluasi pengajaran pada sekolah unggul tidak hanya bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik dalam rangka keperluan perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar peserta didik, melainkan juga untuk memperoleh umpan balik atau usulan bagi perbaikan pelaksanaanya kegiatan proses belajar mengajar.

8. Strategi managemen organisasi

Agar tujuan penyelenggaraan sekolah unggul tercapai secara efektif, perlu dikembangkan stategi pelaksanaan manajemen organisasi, yang didalamnya terkandung pemikiran.

C. SMA NEGERI UNGGUL ACEH TIMUR 1. Latar Belakang Sekolah

Berdasarkan amanah UUD 1945 bahwa salah satu tujuan pemerintah adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap warga negara berhak


(44)

42

memperoleh pendidikan sesuai dengan minat dan bakat yang dimilkinya. Fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan serta membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan khusus. Pendidikan yang bermutu antara lain dikembangkan melalui pengembangan mutu dan keunggulan sekolah menengah yang diarahkan untuk mendorong sekolah potensial menuju kategori di atas standar nasional dan internasional sehingga menjadi sekolah yang bertaraf nasional dan internasional.

Untuk mengembangkan amanat undang-undang serta dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah kabupaten Aceh Timur pada tahun 2004 mendirikan SMA Negeri Unggul sebagai salah Satu SMA unggulan di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam untuk menampung dan mendidik generasi penerus bangsa yang memiliki kemampuan dan bakat istimewa.

SMA Negeri Unggul Aceh Timur yang berdiri sejak tahun 2004 merupakan salah satu lembaga pendidikan menengah atas dan ditetapkan sebagai sekolah unggulan yang baru dibuka pada tahun pelajaran 2007/2008, terletak di desa Aramiah Kecamatan Birem Bayeun yang merupakan kecamatan paling ujung sebelah timur Kabupaten Aceh Timur, atau kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Langsa. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya pada tahun pelajaran 2007/2008 ini untuk pertama sekali dibuka/menerima siswa baru berjumlah 63 orang. Sistem penerimaan siswa perdana ini direkut dari putra/putri terbaik Aceh Timur.


(45)

43

2. Visi dan Misi

Visi dari SMA Negeri Unggul ini adalah untuk mewujudkan pendidikan yang unggul dan berkualitas yang berdasarkan pada keimanan, ketaqwaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Misi dari SMA Negeri Unggul ini adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien. 2. Meningkatkan komitmen seluruh tenaga kependidikan terhadap tugas dan

fungsinya sehingga menjadi tenaga yang profesional dibidangnya masing-masing

3. Meningkatkan keimanan dan tetaqwaan kepada Allah SWT. 4. Mengintergrasikan pendidikan IPTEK dengan nilai-nilai islam. 5. Meningkatkan wawasan kebangsaan.

6. Pembinaan ketrampilan olah raga dan seni budaya.

7. Ikut serta dalam setiap even kompetisi di tingkat daerah, nasional dan internasional.

3. FASILITAS

Asrama Putera, Asrama Puteri, Mushalla, Laboratorium Fisika, Laboratorium Kimia, Laboratorium Biologi, Laboratorium Komputer, Ruang Kelas Dengan Laptop Dan Infocus, Perpustakaan, Ruang Multi Media, Lapangan Olah Raga Dan Kantin.

4. KEGIATAN EKSTRAKULIKULER 1. Pengajian Al-Quran


(46)

44

2. Olah Raga

3. Seni Drama Dan Tari 4. Pramuka

5. PMR 6. Pencak Silat

7. Praktek Bahasa Inggris Dan Arab 8. Rohis (Rohani Islam)

9. Seni Nasyid

5. SYARAT-SYARAT PENERIMAAN

1. Warga negara Indonesia lulusan SMP/MTs aceh timur atau oran tuanya yang berdomisili dan/atau bekerja dalam kabupaten aceh timur.

2. Lulus dan Berijazah SMP/MTs dan berusia maksimal 18 tahun

3. Lulus Seleksi (Nilai raport dan UN, tes baca al-quran, matematika, bahasa inggris dan IPA yang dilaksanakan langsung pada saat pendaftaran)

4. Bersedia Tinggal Diasrama

5. Bersedia Mematuhi Peraturan Sekolah/Asrama yang telah ditetapkan 6. Persyaratan Administrasi

D. Gambaran kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul

Freud (dalam Semium, 2006) mengatakan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang


(47)

45

mengikutkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan yang tidak meyenangkan itu sering kabur dan sulit meninjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri aelalu dirasakan. Kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atau situasi yang diannggap berbahaya. Gejala kecemasan ada dalam bermacam-macam bentuk dan kompleksitasnya, namun biasanya cukup mudah dikenali. Seseorang yang mengalami kecemasan cenderung untuk terus menerus merasa khawatir akan keadaan yang buruk yang akan menimpa dirinya atau diri orang lain yang dikenalnya dengan baik. Biasanya seseorang yang mengalami kecemasan cenderung tidak sadar, mudah tersinggung, sering mengeluh, sulit berkonsentrasi dan mudah terganggu tidurnya atau mengalami kesulitan untuk tidur (Gunarsa dkk., 1996).

Sekolah unggul tentunya juga mendatangkan konsekuensi tertentu pada siswanya. Penembahan jam pelajaran serta banyaknya tugas yang harus dikerjakan dalam waktu yang terbatas menjadi beban yang berpotensi menimbulkan kecemasan akademik pada siswa yang ada di SMA unggul . Sistem evaluasi yang menggunakan standar ketentuan dalam belajar maksimun yang harus dicapai oleh siswa serta adanya sistem droup out atau remedial bagi siswa yang tidak mampu mencapainya, sehingga dapat menyebabkan kecemasan akademik (Iw, komunikasi personal 16 April 2010).

Menurut Otten (1991) kecemasan akademik adalah masalah yang penting yang akan mempengaruhi sejumlah besar siswa. Ketika kecemasan yang dirasakan oleh siswa berlebihan maka akan berpengaruh secara negatif karena


(48)

46

siswa mengalami tekanan psikologis sehingga siswa tersebut mendapatkan hasil belajar yang kurang baik dan lebih banyak menghindari tugas, hal ini disebabkan oleh penurunan rentang perhatian, konsentrsi dan memori pada siswa tersebut. Namun disisi lain kecemasan memiliki pengaruh yang positif terhadap siswa karena dapat memotivasi siswa untuk menyelesaikan tugas. Hal ini didukung oleh Fiyanti (2003) yang mengatakan bahwa beberapa dari siswa berfikir bagaimana cara untuk menghilangkan kecemasan yang mereka rasakan dengan cara bersaing. Bersaing disini adalah melakukan perbuatan untuk menjadi menang atau mengungguli yang lain dan merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam bersaing, membutuhkan motivasi yang akan mendorong siswa untuk menjadi yang terbaik dari siswa-siswa yang lain.

Pramod (1996) menyimpulkan, mengacu pada budaya india, laki-laki lebih berorientasi pada masa depan dibandingkan anak perempuan dan oleh karena itu anak laki-laki memiliki kecemasan akademik yang lebih dibandingkan anak perempuan. Trivedi & Ojha (2005), Mereka menemukan bahwa anak laki-laki memiliki kecemasan akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Ojha (2005) mengungkapkan bahwa 25% anak laki-laki memiliki kecemasan akademik yang sangat tinggi sedangkan hanya 6,7% perempuan memiliki kecemasan akademik yang tinggi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasak akademik siswa di sekolah unggul terjadi karena sekolah unggul Sistem evaluasi yang menggunakan standar ketentuan dalam belajar maksimun yang harus dicapai oleh


(49)

47

siswa serta adanya sistem droup out atau remedial bagi siswa yang tidak mampu mencapainya, sehingga dapat menyebabkan kecemasan akademik.


(50)

48

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan dalam suatu penelitian karena menyangkut cara yang tepat dalam pengumpulan data, analisa data, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian, serta dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan hasilnya (Hadi, 2001). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Hal ini karena penelitian ini bertujuan untuk melihat kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul Aceh Timur.

Menurut Azwar (1999), penelitian deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat mengenai fakta dengan tidak bermaksud menjelaskan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun implikasi. Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena yang terjadi, tanpa bermaksud mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum (Hadi, 2000).

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini adalah kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul.

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul adalah pola-pola kecemasan yang dapat menyebabkan aktivitas mental, tidak fokus akan perhatian, aspek-aspek fisiologis dan perilaku yang tidak sesuai yang terjadi pada siswa selama proses pembelajaran.


(51)

49

Kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala kecemasan akademik pada siswa di SMA Negeri Unggul yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan karakteristik-krakteristik kecemasan akademik Otten,1991 yaitu, pola-pola kecemasan yang dapat menyebabkan aktivitas mental (meliputi : rasa khawatir, sulit menyesuaikan diri dan percaya diri yang rendah), tidak fokus akan perhatian (meliputi : Melamun dan kesulitan dalam berkonsentrasi), aspek-aspek fisiologis (meliputi : perasaan kecewa, perasaan tidak berdaya atau takut dan perasaan tertekan dan perilaku yang tidak sesuai yang terjadi pada siswa selama proses pembelajaran (meliputi : menghindar dan memaksakan diri). Semakin tinggi nilai yang diperoleh siswa pada skala kecemasan akademik, berarti semakin tinggi tingkat kecemasan yang dimiliki siswa dan sebaliknya semakin rendah nilai yang diperoleh pada skala kecemasan akademik menunjukkan semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami oleh siswa.

C. METODE PENGAMBILAN SAMPEL 1. Karakteristik Subjek Penelitian

Adapun karakteristik-karakteristik subjek penelitian ini adalah Siswa dan siswi yang tercatat sebagai peserta didik di SMA Negeri Unggul Aceh Timur. 2. Prosedur Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling yaitu suatu tipe sampling probabilitas, di mana peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai anggota sampel. Dengan teknik


(52)

50

semacam itu maka terpilihnya individu menjadi anggota sampel benar-benar atas dasar faktor kesempatan (chance), dalam arti memiliki kesempatan yang sama, bukan karena adanya pertimbangan subjektif dari peneliti.

Menurut hadi (2000), dalam simple random sampling terdapat 3 cara atau prosedur yang digunakan, yaitu :

1. Cara undian 2. Cara ordinal

3. Randomisasi dari tabel bilangan random

Adapun cara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan cara ordinal yaitu dengan cara mengambil nomor sepuluh pertama dalam urutan absen siswa dan siswi pada setiap kelas.

3. Jumlah Sampel Penelitian

Dari seluruh populasi yang ada di SMA Negeri Unggul Aceh Timur, jumlah total sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang.

4. LOKASI PENELITIAN

Peneliti mengadakan penelitian di SMA Negeri Unggul, yaitu SMA Negeri unggul yang berada di jalan Medan-Banda Aceh KM 431 Birem-Bayeun Aceh Timur karena fenomena kecemasan akademik terjadi pada siswa di SMA Negeri unggul tersebut ini dapat terlihat dari hasil wawancara.

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah melalui skala kecemasan akademik yang diberikan kepada sejumlah responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden. Metode skala digunakan mengingat


(53)

51

data yang ingin diukur berupa konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2002).

1. ALAT UKUR PENELITIAN

Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2002). Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode skala.

Skala merupakan suatu bentuk pengukuran terhadap performansi tipikal individu yang cenderung dimunculkan dalam bentuk respon terhadap situasi-situasi tertentu yang sedang dihadapi (Azwar, 2000). Menurut Hadi (2002), skala psikologis mendasarkan diri pada laporan–laporan pribadi (self report). Selain itu skala psikologis memiliki kelebihan dengan asumsi sebagai berikut :

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Apa yang dikatakan oleh subjek tentang dirinya kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Interpretasi subjek tentang pernyataan–pernyataan yang diajukan sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Selain itu metode skala psikologis digunakan dalam penelitian atas dasar pertimbangan:

1. Metode skala psikologis merupakan metode yang praktis.

2. Dalam waktu yang relatif singkat dapat dikumpulkan data yang banyak. 3. Metode skala psikologis merupakan metode yang dapat menghemat tenaga dan ekonomis.


(54)

52

Penelitian ini menggunakan penskalaan model Likert. Penskalaan ini merupakan model penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai sikap (Azwar, 2000).

Skala kecemasan akademik pada siswa di SMA Negeri Unggul yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan karakteristik-krakteristik kecemasan akademik Otten,1991 yaitu:

a. pola-pola kecemasan yang dapat menyebabkan aktivitas mental. b. Tidak fokus akan perhatian.

c. Aspek-aspek fisiologis

d. Perilaku yang tidak sesuai yang terjadi pada siswa selama proses pembelajaran Model skala kecemasan akademik menggunakan model skala Likert. Aitem-aitem dalam skala ini merupakan pernyataan dengan empat pilihan jawaban, yaitu:

STS = Sangat Tidak Sesuai TS = Tidak Sesuai S = Sesuai SS = Sangat Sesuai

Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favorable dan unfavorable. Skor yang diberikan bergerak dari 1 sampai 4. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu : SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1, sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu : SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4.


(55)

53

Tabel 1

Blue Print Skala kecemasan akademik Sebelum Uji Coba

No Karakteristik Kecemasan Akademik

Item Jumlah

total

Presentase (%)

Fav Unfav

1. Pattrens of anxiety-engdering mental activity

Khawatir  Sulit untuk

menyesuaikan diri  Rendahnya percaya

diri 21, 31,49,62 2,22,42,52,63 23,43 1,11,41,51 12,32, 60 3,13,32

21 32,30 %

2 Misderected Attention  Melamun

 Sulit berkonsentrasi

4,14,24,34

5,25,54

44,53,61, 64 15,35,45

14 21,53%

3 Physiological distress  Perasaan kecewa  Perasaan tidak

berdaya atau takut  Perasaan tertekan

6,26,36 7,17,27 8,18,28 16,46,65 37,47,55 38,48,56

18 27,69

4 Innappropriate behaviours  Menghindar  Memaksakan diri

9,29,57 10,20,30

19,39,49 40,50,58

12 18,46

Total 33 32 65 100%

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR. 1. Validitas Alat Ukur

Azwar (2000) mendefinisikan validitas tes atau validitas alat ukur adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkannya untuk diukur, artinya derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes. Untuk mengkaji validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat alat ukur


(56)

54

berdasarkan arah isi yang diukur yang disebut dengan validitas isi (content validity).

Validitas isi menunjukkan sejauh mana item-item yang dilihat dari isinya dapat mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Validitas isi alat ukur ditentukan melalui pendapat professional (professional judgement) dalam proses telaah soal sehingga aitem-aitem yang telah dikembangkan memang mengukur (representatif bagi) apa yang dimaksudkan untuk diukur (Suryabrata, 2000).

2. Reliabilitas Alat Ukur

Pengujian reliabilitas terhadap hasil skala dilakukan bila item-item yang terpilih lewat prosedur analisis item telah dikompilasi menjadi satu. Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal (Cronbach’s alpha coeffecient), yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam skala. Teknik ini dipandang ekonomis dan praktis (Azwar, 2000).

Penghitungan koefisien reliabilitas dalam uji coba dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 15.0 For Windows.


(57)

55

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba skala kecemasan akademik dilakukan terhadap 100 orang subjek siswa. Adapun distribusi hasil uji coba skala akan dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel 2

Blue Print Skala kecemasan akademik Setelah Uji Coba

No Karakteristik Kecemasan Akademik

Item Jumlah

total

Presentase (%)

Fav Unfav

1. Pattrens of anxiety-engdering mental activity

Khawatir  Sulit untuk

menyesuaikan diri  Rendahnya percaya

diri 21, 31,49,62 2,22,42,52,63 23,43 1,11,41,51 12,32, 60 3,13,32

21 32,30 %

2 Misderected Attention  Melamun

 Sulit berkonsentrasi

4,14,24,34

5,25,54

44,53,61,6 4

15,35,45

14 21,53%

3 Physiological distress  Perasaan kecewa  Perasaan tidak

berdaya atau takut  Perasaan tertekan

6,26,36 7,17,27 8,18,28 16,46,65 37,47,55 38,48,56

18 27,69

4 Innappropriate behaviours  Menghindar  Memaksakan diri

9,29,57 10,20,30

19,39,49 40,50,58

12 18,46

Total 33 32 65 100%

Ket: Angka Aitem yang di cetak tebal adalah Aitem yang gugur

Dari blue print di atas diketahui setelah uji coba dari aitem skala kecemasan akademik dengan 100 orang subjek (n = 100) terdapat aitem yang


(58)

56

dianggap memiliki angka validitas yang memadai untuk dapat digunakan dalam penelitian dengan reliabilitas alpha () sebesar 0,956. Koefisien determinasi aitem-aitem yang valid bergerak dari 0.365 sampai 0.733.

Pada skala selanjutnya dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem-aitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur tidak diikutsertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem yang akan digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No Karakteristik Kecemasan Akademik

Item Jumlah

total

Presentase (%)

Fav Unfav

1. Pattrens of anxiety-engdering mental activity

Khawatir  Sulit untuk

menyesuaikan diri  Rendahnya percaya

diri 1,30,34,37,45 19,22,35 39 17,21,24 2,18 20,36,39

17 36,95%

2 Misderected Attention  Melamun

 Sulit berkonsentrasi

23,43,46

38

4,15,40,42

5,41,44

11 23,91%

3 Physiological distress  Perasaan kecewa  Perasaan tidak

berdaya atau takut  Perasaan tertekan

6 14,25 13 16,27 7,26 8,29

10 21,73%


(1)

79

lebih berorientasi pada masa depan dibandingkan anak perempuan dan oleh karena itu anak laki-laki memiliki kecemasan akademik yang lebih dibandingkan anak perempuan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ojha (2005) menyatakan bahwa 25% anak laki-laki memiliki kecemasan akademik yang sangat tinggi sedangkan hanya 6,7% perempuan memiliki kecemasan akademik yang tinggi. Dalam penelitian ini hasil tambahan bahwa mean siswi lebih besar dari mean siswa. Hal ini dapat dilihat dari skor mean siswi sebesar 113,19 dan skor mean siswa sebesar 111,25.


(2)

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian ini yang akan dilanjutkan dengan diskusi mengenai hasil yang diperoleh dan terakhir akan dikemukakan saran-saran yang dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan topik yang sama.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa:

1. Secara umum, kecemasan akademik yang dirasakan oleh siswa adalah lebih banyak berada dalam kategori sedang. Perincian kecemasan akademik pada siswa adalah dari jumlah subjek sebanyak 100 orang, 15 orang merasakan kecemasan yang rendah, 68 orang merasakan kecemasan sedang dan sebanyak 17 orang merasakan kecemasan yang tinggi.

2. Berdasarkan karakteristik-karakteristik kecemasan akademik yaitu pola-pola aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental, terganggunya perhatian, bahaya pada fisiologis dan perilaku yang tidak tepat dapat disimpulkan bahwa:

a. Secara umum, kecemasan akademik pada siswa berdasarkan karakteristik pola-pola aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental berada pada kategori Kecemasan yang sedang. Perincian kecemasan akademik pada siswa adalah 18 orang (18%) berada dalam kategori kecemasan


(3)

81

rendah, 52 orang (52%) berada dalam kategori kecemasan yang sedang dan 18 orang (18%) berada pada kecemasan yang tinggi.

b. Secara umum, kecemasan akademik pada siswa berdasarkan karakteristik terganggunya perhatian berada pada kategori Kecemasan yang sedang. Perincian kecemasan akademik pada siswa adalah 24 orang (24%) berada dalam kategori kecemasan rendah, 54 orang (54%) berada dalam kategori kecemasan yang sedang dan 22 orang (22%) berada pada kecemasan yang tinggi.

c. Secara umum, kecemasan akademik pada siswa berdasarkan karakteristik bahaya pada fisiologis berada pada kategori Kecemasan yang sedang. Perincian kecemasan akademik pada siswa adalah 22 orang (22%) berada dalam kategori kecemasan rendah, 53 orang (53%) berada dalam kategori kecemasan yang sedang dan 25 orang (25%) berada pada kecemasan yang tinggi.

d. Secara umum, kecemasan akademik pada siswa berdasarkan karakteristik perilaku yang tidak tepat berada pada kategori Kecemasan yang sedang. Perincian kecemasan akademik pada siswa adalah 24 orang (24%) berada dalam kategori kecemasan rendah, 65 orang (65%) berada dalam kategori kecemasan yang sedang dan 11 orang (11%) berada pada kecemasan yang tinggi.

e. Secara umum, skor mean kecemasan akademik berdasarkan jenis kelamin adalah skor mean pada wanita lebih besar daripada skor mean pria. Skor mean pada wanita sebesar 113,19 dan skor mean pada pria sebesar 111,25.


(4)

82

f. Secara umum, skor mean kecemasan akademik berdasarkan tingkatan kelas adalah skor mean pada kelas 2 adalah 112,36, skor mean pada anak kelas 3 adalah 112,30 sdan skor mean pada anak kelas 1 adalah 112,11.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis ingin mengemukakan beberapa saran, yaitu:

1. Saran metodologis

Bagi pihak-pihak yang berminat dengan penelitian sejenis atau untuk mengembangkan penelitian lebih jauh, hendaknya memperhatikan hal berikut:

a. Menambah referensi teori yang lebih luas agar hasil penelitian dapat digunakan untuk generalisasi yang lebih luas.

b. Dalam pemilihan subjek penelitian hendaknya ditambah dengan proses wawancara sehingga akan memungkinkan mendapatkan data yang mendalam dan lebih jelas.

2. Saran praktis

a. Sebagai referensi bagi masyarakat agar mendapatkan gambaran mengenai kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul.

b. Sebagai referensi bagi pihak sekolah, agar dapat memberikan informasi tentang kecemasan akademik. Hal ini bertujuan agar siswa yang merasakan kecemasan dapat mengatasi rasa cemas dengan cara yang positif atau baik.


(5)

83

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Khalek, A. M. (1996). The manual of the Arabic Scale of Optimism and Pessimism. Alexandra: Dar Al-Ma'rifa. (in Arabic).

Abdel-Khalek, A. M. (1998). Optimism and physical health: A factorial study. Journal of the Social Sciences, 26(2), 45-62. (in Arabic).

Azwar. Drs. Saifuddin, 2007 “Penyusunan Skala Psikologi,” Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Alpert, R. & Haber, R. N. (1960) Anxiety in academic achievement situations. Journal of Abnormal & Social Psychology, 61, 207-215.

Archer, J., & Lamnin, A. (1985). An investigation of personal and academic stressors in college campuses, Journal of College Student Personnel. 26(3), 210-215.

Arthur, N. (1998). The effects of stress, depression, and anxiety on postsecondary students’ coping strategies. Journal of College Student Development, 39(1), 11-22.

Dharma, Surya. (2008). Bimbingan dan Koseling di Sekolah. http://file.upi.edu/DirektoriBIMBINGAN DAN KONSELING-2.pdf. Tanggal Akses 2 April 2010

Hadi, S. (2000). Metodologi penelitian (Jilid 1). Yogyakarta : Andi Offset ______. (2000). Metodologi penelitian (Jilid 2). Yogyakarta : Andi Offset ______. (2000). Metodologi penelitian (Jilid 3). Yogyakarta : Andi Offset

Fiyanti, Agus Rahma. ( 2003). Hubungan Antara Kecemasan Kegagalan Dengan Motivasi Bersaing Pada Siswa Program Kelas Unggulan Di Smu Muhammadiyah I Gresik. http://episentrum.com/artikel/manajemen-peserta-didik-dalam-menghadapi-kreativitas-anak/#more-34. Tanggal Akses 13 April 2010

Moedjiarto. (2002). Sekolah Unggul: Metodologi untuk Mengikutkan Pendidikan. Jakarta : CV. Duta Graha Pustaka.

Moko, Murdiyat. (1997). Sebuah sekolah unggul cetak pribadi elitis?? Suara Merdeka [on-line] http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/03/17/0076.html Tanggal Akses 10 mei 2010

Munandar, Utami. Semiawan, Conny (1996): Optimizing Excellence In Human Resource Development. Jakarta: Universuty of Indonesia Press.


(6)

84

Nevid, J. S., Rathus, S. A. and Greene,B. 1997. “Abnormal Psychology in a Changing World “ Third Edition. Prentice–Hall, Inc

Rianti. (2000) selamat paskah dari anne L.rianti. http://episentrum.com/artikel/manajemen-peserta-didik-dalam-menghadapi-kreativitas-anak/#more-34. Tanggal Akses 2 April 2010

Spielberger, C. D. & Smith, L. H. (1966) Anxiety, stress, and position effects in serial-verbal learning. Journal of Experimental Psychology, 72, 589-595.

Tavlor, J. A. (1953) A personality scale of manifest anxiety. Journal of Abnormal & Social Psychology, 48, 285-290.

Ojha, V. 2005. Academic Anxiety in Relation to Sex Role Orientation of Early Adolescents

Between Ages 13-15 Years. Unpublished M.Sc. Dissertation, Jodhpur: JNV

University.

Ottens, Allen J. (1991) . Coping With Academy Anxiety (Rivised edition). New York: The Rosen Publishing Group, Inc

O’connor, Frances. (2008). Frequently Asked Questions About Academic Anxiety. New York: The Rosen Publishing Group, Inc