Pengaruh Konseling Terhadap Pengetahuan dan Pemilihan Alat Kontrasepsi Oleh Akseptor KB di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar Tahun 2008

(1)

PENGARUH KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN DAN

PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI OLEH AKSEPTOR KB

DI LINGKUNGAN II KELURAHAN SUMBER JAYA

KECAMATAN SIANTAR MARTOBA

PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2008

KINDI MEI ASTRINA

085102079

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BI DAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Pengaruh Konseling Terhadap Pengetahuan dan Pemilihan Alat Kontrasepsi Oleh Akseptor KB di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar Tahun 2008

Nama : Kindi Mei Astrina NIM : 085102079

Program : D-IV Bidan Pendidik

Pembimbing Penguji I

………..………. ……… Penguji I

(dr. Letta S. Lintang, SpOG) (Setiawan, S.Kep. MNS)

Penguji II

………. Penguji II

(Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns, M.Kep)

Penguji III

………Penguji III

(dr. Letta S. Lintang, SpOG)

Program D-IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini sebagai persyaratan kelulusan Sarjana Sains Terapan untuk D-IV Bidan Pendidik.

………. ……….

(Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns, M.Kep) (dr. Murniati Manik, M.Sc, SpKK)

NIP. 132 799 872 NIP. 130 810 201

Koordinator Ketua Pelaksana

Karya Tulis Ilmiah Program D-IV Bidan Pendidik


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Pengaruh Konseling Terhadap Pengetauan dan Pemilihan Alat Kontrasepsi Oleh Aksetor KB di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba

Pematangsiantar Tahun 2008

Karya Tulis Ilmiah

Dengan ini saya menyatakan bahwa, karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam karya tulis ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2009


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulius ilmiah yang berjudul pengaruh konseling terhadap akseptor KB dalam pemilihan alat kontrsepsi di Lingkungan IV Kelurahan Martoba Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar tahun 2008.

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna baik dari isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yaitu :

1. Prof. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Murniati, MSc, SpKK selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedoteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Letta. S. Lintang, SpOG selaku dosen pembimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

4. Setiawan, Skp, Mns selaku dosen penguji I dalam penyelesaian karya tulis ilmiah.

5. Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns.M.Kep selaku dosen penguji II yang juga membimbing dalam penyelesaian karya tulis ilmiah.


(5)

6. Dr. Maruli Pardede, MHA selaku ketua Yayasan Abdi Florensi Pematangsiantar yang selalu member dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.

7. Dr. Abadi Sinaga selaku Direktur Yayasan Abdi Florensia Pematangsiantar yang selalu member dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.

8. Debby S. Manurung, SST selaku Direktris Akbid Agatha Pematangsiantar, serta seluruh staff yang bekerja dibawah naungan Yayasan Abdi Florensia Pematangsiantar yang selalu member dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.

9. Bapak Sukarmin selaku kepala Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya yang banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian.

10.Ayahanda Waldi Djamhari, Ibunda Sulastri, dan adik-adikku yang tersayang Khais, Nazwa dan Hafid yang telah memberikan dukungan baik materi maupun doa serta semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah. 11.Bude Yusrini, Kakek Ruslan, dan Alm Kalinem serta seluruh keluarga yang telah

memberikan dukungan, doa serta semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.

12.Yang tersayang Muhammad Fadli Sirait, S.SOS, dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa dan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.

13.Arpagana Raja Simarmata dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dalam menyelesaikan karya tulis.

14.Teman-teman satu bimbingan (Davina, Dini dan Erin) yang selalu bersama dalam suka dan duka selama menyelesaikan karya tulis ilmiah.


(6)

15.Teman-teman D-IV Bidan Pendidik yang telah memberikan dukungan dan semua pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah di berikan, semoga mendapat anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin

Medan, Desember 2008 Peneliti


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI……….. iv

DAFTAR TABEL………. vii

DAFTAR SKEMA………... viii

DAFTAR LAMPIRAN……… ix

BAB I : PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang……….. 1

B. Perumusan Masalah………. 3

C. Tujuan Penelitian………. 3

1. Tujuan Umum………. 3

2. Tujuan Khusus………...………. 3

D. Manfaat Penelitian……… 4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA………. 5

A. Konseling……….. 5

1. Defenisi Konseling……… 5

2. Tujuan Konseling……….. 6

3. Langkah-langkah dalam Konseling……….. 6

4. Fungsi Konseling………. 8

5. Teknik Konseling……….. 9

B. Alat Kontrasepsi………. 9


(8)

2. MKBA………. 11

3. Senggama Terputus……….. 11

4. Metode Barrier………. 12

5. Kontrasepsi Hormonal………. 14

6. AKDR……….. 21

7. Sterilisasi……….. 26

C. Akseptor KB……….. 27

BAB III : KERANGKA PENELITIAN……….. 29

A. Kerangka Konsep……….. 29

B. Hipotesis………. 30

C. Defenisi Operasional……….. 30

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN………. 32

A. Desain Penelitian……… 32

B. Populasi dan Sampel……….. 32

1. Populasi……… 32

2. Sampel………. 33

C. Tempat Penelitian……… 34

D. Waktu Penelitian……… 34

E. Etika Penelitian……… 34

F. Instrumen Penelitian …..………. 35

G. Prosedur Pengumpulan Data……….. 36

H. Rencana Analisis Data……… 37


(9)

A. Karakteristik Responden………..………... 39

B. Pengaruh Konseling Terhadap Pengetahuan Responden……… 43

BAB VI : PEMBAHASAN………. 44

A. Interpretasi dan Diskusi Hasil……….. 44

1. Karakteristik Responden……… 44

2. Pengaruh Konseling terhadap Peningkatan Pengetahuan…….. 45

B. Keterbatasan Penelitian……… 46

C. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Kebidanan……… 46

BAB VII : KESIPULAN DAN SARAN………... 47

A. Kesimpulan………... 47

B. Saran………. 58 DAFTAR PUSTAKA


(10)

Daftar Tabel

Defenisi Operasional……….. 30 Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan data demografi di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar Tahun 2008……… 40

Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan konseling di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar Tahun 2008... 41

Tabel 5.3. Distribusi responden berdasarkan pemilihan alat kontrasepsi sebelum dan sesudah dilakukan konseling di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamata Siantar Martoba Pematangsiantar Tahun 2008……….. .………… 42

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi pengetahuan responden sebelum dan sesudah konseling di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamata Siantar Martoba Pematangsiantar Tahun 2008……….. 43


(11)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 : Kerangka Konsep Skema 2 : Desain Penelitian


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Content Validity Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 : Surat Balasan Pemberian Izin Penelitian

Lampiran 4 : Surat Keterangan Selesai melakukan Penelitian Lampiran 5 : Lembar Persetujuan menjadi Responden Lampiran 6 : Prosedur Pemberian Konseling

Lampiran 7 : Kuesioner data demografi Lampiran 8 : Kuesioner pengetahuan

Lampiran 9 : Lembar observasi pemilihan alat kontrasepsi sebelum konseling Lampiran 10 : Lembar observasi pemilihan alat kontrasepsi sesudah konseling Lampiran 11 : Rekap data SPSS

Lampiran 12 : Out Put data SPSS Lampiran 13 : Master Tabel


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Keluarga Berencana di Indonesia sudah ada sejak tahun 1957. Organisasi keluarga berencana pertama di Indonesia yaitu Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang diprakarsai oleh Bapak Soeharto, tetapi pemerintah belum memberikan dukungan sepenuhnya. Pemerintah Indonesia mulai menerima gagasan KB sejak tahun 1970 dengan membentuk Badan Koordinator Keluarga Berecana Nasional (BKKBN) yang pada awalnya langsung di prakarsai oleh Presiden sehingga lebih mantap dalam pelaksanaannya (Manuaba, 2001.hlm.432).

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, saat ini telah tersedia berbagai macam metode-metode pengendalian kesuburan, namun tidak ada satu pun metode kontrasepsi yang benar-benar aman dan efektif. Hal ini disebabkan masing-masing metode kontrasepsi mempunyai kesesuaian dan kecocokan yang berbeda dari setiap individu (Saifuddin,et al.2004.hlm.vi).

Ada banyak pilihan kontrasepsi yaitu metode amenorea laktasi (MAL), metode keluarga berencana alamiah, sanggama terputus, metode barrier, kontrasepsi hormonal, alat kontrasepsi dalam rahim, dan kontrasepsi mantap (Saifuddin,et al. 2004.hlm.xx).

Di Indonesia seperti yang dikemukakan kepala BKKBN Sumaryati Arjoso, bahwa saat ini sekitar 70% peserta Keluarga Berencana di Indonesia menggunakan


(14)

kontrasepsi hormonal, dimana menurut data yang ada tahun 2003 penggunaan

kontrasepsi suntikan 35,2%, pil 28,1%, dan implant 14,2% (Arjoso, 2004, diperoleh tanggal 10 November 2008).

Di Indonesia pemakai AKDR sekitar 4.024.273 (22,6%) dari semua pemakai metode kontrasepsi (Bimantara, 2003,hlm.1). Profil Dinas Kesehatan Sumatera Utara tahun 2006, menunjukkan hasil pelayanan KB baru kumulatif menurut metode

kontrasepsi medis operatif wanita (MOW) sebanyak 2,84% (Syarief, 2008, diperoleh tanggal 10 November 2008).

Dari survey pendahuluan pada tanggal 9 September 2008 di Lingkungan II Kelurahan Martoba Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar, diperoleh informasi 8 dari 20 orang pasangan usia subur belum menggunakan alat kontrasepsi dan di Lingkungan ini belum pernah diadakan penyuluhan tentang alat kontrasepsi.

Minimnya pengetahuan akseptor mengenai kontrasepsi ini menyebabkan penggunaan kontrasepsi yang tidak teratur. Hal ini secara tidak langsung akan berdampak terhadap peningkatan angka kematian ibu hamil, bersalin, angka kehamilan yang tidak diinginkan, dan gangguan kesehatan akibat efek samping kontrasepsi. Pencapaian peserta KB 50% PUS merupakan masa transisi, sedangkan bila mencapai 70-75% baru akan berarti dalam upaya pengaturan kelahiran dan jumlah yang dapat diatasi oleh pertumbuhan ekonomi (Manuaba, 2001.hlm.719)

Untuk dapat meningkatkan penerimaan metode keluarga berencana maka dalam memberikan pelayanan KB terlebih dahulu diadakan konseling yang akan memudahkan calon akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi yang sesuai.


(15)

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Konseling Terhadap Pengetahuan dan Pemilihan Alat Kontrasepsi Oleh Akseptor KB”.

B. Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian bagaimana pengaruh konseling terhadap pengetahuan dan pemilihan alat kontrasepsi oleh akseptor KB di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar tahun 2008.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh konseling terhadap pengetahuan dan pemilihan alat kontrasepsi oleh akseptor KB di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar Tahun 2008.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi karakteristik PUS tentang pemilihan alat kontrasepsi di Lingkungan Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar Tahun 2008.

b. Mengidentifikasi pengetahuan PUS sebelum dan sesudah diberikan konseling di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar Tahun 2008


(16)

c. Untuk mengidentifikasi jenis alat kontrasepsi yang dipilih oleh PUS sebelum dan sesudah diberikan konseling di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar Tahun 2008.

d. Mengidentifikasi pengaruh konseling terhadap pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi sebelum dan sesudah diberikan konseling di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar Tahun 2008.

D. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pelayanan kebidanan dalam memberikan konseling kepada calon akseptor KB dalam pemilihan alat kontrasepsi.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai masukan dan tambahan informasi bagi peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSELING 1. Defenisi

Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan Keluarga Berencana bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan

pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan (Saifuddin,et al. 2004.hlm.U-1).

Konseling adalah suatu bentuk wawancara untuk menolong (membantu) orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya (keinginannya, sikapnya, kekhawatiran, dan sebagainya) dalam usahanya untuk memehami dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya (Trismiati, 2004.hlm.9).

Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/upaya untuk mengatasi masalah tersebut (McLeod, 2006.hlm.10)


(18)

2. Tujuan Konseling

Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan emosional, mengarah pada kapasitas untuk lebih memilih kontrol rasional daripada perasaan dan tindakan. Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan yang bermakna dan memuaskan dengan orang lain. Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang selama ini ditahan atau ditolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat berkenaan dengan bagaimana penerimaan orang lain terhadap diri.

Pengembangan sikap positif terhadap diri, yang ditandai oleh kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek kritik diri dan penolakan. Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan. Membantu klien mencapai kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi. Menemukan pemecahan masalah tertentu yang tak bisa dipecahkan oleh klien seorang diri.

Membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan mengontrol tingkah laku. Mempelajari dan menguasai ketrampilan soaial dan interpersonal. Modifikasi atau mengganti kepercayaan yang tak rasional atau pola pemikiran yang tidak dapat diadaptasi, yang diasosiasikan dengan tingkah laku penghancuran diri (McLEOD, 2006.hlm.13).

3. Langkah Langkah Dalam Konseling

a. Pendahuluan

Langkah pendahuluan atau langkah pembuka merupakan kegiatan untuk menciptakan kontak, melengkapi data klien untuk merumuskan penyebab masalah, dan menentukan jalan keluar.


(19)

b. Bagian Inti/pokok

Bagian inti/pokok dalam konseling mencakup kegiatan mencari jalan keluar, memilih salah satu jalan keluar yang tepat bagi klien, dan melaksanakan jalan keluar tersebut.

c. Bagian Akhir

Bagian akhir kegiatan konseling merupakan kegiatan penyimpulan dari seluruh aspek kegiatan dan pengambilan jalan keluar. Langkah tersebut merupakan langkah penutupan dari pertemuan dan juga penetapan untuk pertemuan berikutnya (Uripni, 2002.hlm.68).

Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan satu tuju tersebut tidak perlu dilakukan secara berulang-ulang karena konselor harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut:

SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian

sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperoleh.

T : Tanyakan pada klien informasi entang dirinya. Bantu klien untuk berbicara

mengenai pengalaman Keluarga Berencana. Tanyakan Kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien.

U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beri tahu apa pilihan


(20)

TU : Ban TUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai

apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan.

J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya. U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan

klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan konterasepsi jika dibutuhkan (Saifuddin,et al. 2004.hlm.U-3,4).

4. Fungsi Konseling

a). Konseling dengan fungsi pencegahan merupakan upaya mencegah timbulnya masalah kesehatan.

b). Konseling dengan fungsi penyesuaian dalam hal ini merupakan upaya untuk membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, sosial, kultural, dan lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan.

c). Konseling dengan fungsi perbaikan dilaksanakan ketika terjadi penyimpangan perilaku klien atau pelayanan kesehatan dan lingkungan yang menyebabkan terjadi masalah kesehatan sehingga diperlukan upaya perbaikan dengan konseling.

d). Konseling dengan fungsi pengembangan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan upaya peningkatan peran serta masyarakat.


(21)

5. Teknik Konseling

a). Teknik/ Pendekatan Authoritarian atau Directive

Dalam proses wawancara konseling berpusat pada konselor. b). Teknik/ Pendekatan Non-Directive

Dalam pendekatan ini klien diberi kesempatan untuk memimpin wawancara dan memikul sebagian besar dan tanggung jawab atas pemecahan masalahnya sendiri.

c). Teknik/ Prndekatan Edetic

Dalam pendekatan edetic, konselor menggunakan cara yang dianggap baik

atau tepat, disesuaikan dengan konseli dan masalahnya (Uripni, 2002.hlm.67)

B. ALAT KONTRASEPSI 1. Metode Amenorea Laktasi

Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yanng mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI). MAL dapat dijadikan kontrasepsi bila ibu menyusui secara penuh (full breast feeding), ibu belum mendapatkan haid, dan usia bayi kurang dari 6 bulan. MAL hanya efektif selama 6 bulan saja, untuk selanjutnya, harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.

Cara kerja dari MAL adalah penundaan/penekanan ovulasi. Keuntungan dari MAL yaitu efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan).


(22)

Tidak mengganggu senggama, tidak ada efek samping sistemik, tidak perlu obat atau alat, dan tanpa biaya.

Adapun keuntungan dari non kontrasepsi untuk bayi yaitu mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat ASI), sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal, dan terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula, atau alat minun yang di pakai. Selain itu untuk ibu yaitu dapat mengurangi perdarahan pascapersalinan, mengurangi resiko anemia, dan meningkatkan hubungan psikologik antara ibu dan bayi.

Keterbatasan penggunaan MAL yaitu perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pascapersalinan, mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial, efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai engan 6 bulan, dan tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS.

Beberapa cacatan dari konsensus Bellagio (1988) untuk mencapai keefektifitasan 98% yaitu :

a. Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1-2 teguk air/minuman pada upacara adat/agama).

b. Perdarahan sebelum 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid).

c. Bayi menghisap secara langsung.


(23)

e. Kolostrum diberikan pada bayi, pola menyusui on demand dan dari kedua payudara, sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari, dan hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam (Saifuddin,et al. 2004.hlm.MK-1).

2. Metode Keluarga Berencana Alamiah

Pasangan sukarela menghindari senggama pada masa subur ibu. Oleh karena itu, ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung. Metode ini efektif bila dipakai dengan tertib dan tidak ada efek samping. Metode keluarga berencana alamiah berdasarkan kesadaran penuh dari siklus reproduksi ibu tersebut.

Mekanisme kerja dari metode ini yaitu menghindari senggama pada masa subur, pada fase siklus menstruasi dimana kemungkinan terjadi konsepsi/kehamilan. Kontrasepsi ini dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan, tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi, tidak ada efek samping, dan murah atau tanpa biaya.

Sebagai kontraseptif sedang (9-20 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian). Catatan untuk Metode ini bila aturan ditaati kegagalan 0% (kegagalan metode/ method failure dan 0-3% kegagalan pemakai/user’s failure, yaitu pasangan dengan sengaja atau tanpa melanggar aturan untuk mencegah kehamilan). Kefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikuti instruksi. Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan metode ini yang paling efektif secara benar (Saifuddin,et al. 2004.hlm.MK-7).


(24)

3. Senggama Terputus

Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Cara kerja dari metode ini yaitu alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.

Kontrasepsi ini efektif bila digunakan dengan benar, efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun). Efektivitas akan jauh

menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis (Saifuddin,et al. 2004.hlm.MK-15).

4. Metode Barrier a. Kondom

Kondom merupakan selubun/sarung karet yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu.

Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan. Kondom mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan ke pasangan yang lain. Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali


(25)

berhubungan seksual, secara ilmiah hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.

b. Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari karet yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. Cara kerja dari diafragma yaitu menahan sperma agar tidak mendapatkanakses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida.

Efektivitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka kegagalan 6-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama). Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan.

c. Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma, dikemas dalam bentuk busa (aerosol), tablet vagina, suppositoria, atau dissolvable film, dan krim. Cara kerja yaitu menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan pembuahan sel telur.

Efetivitas kurang (3-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama). Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan. Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual. Pengguna harus menunggu 10-15 menit sesudah aplikasi


(26)

sebelum melakukan hubungan seksual. Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam (Saifuddin,et al. 2004.hlm.MK-17-24).

5. Kontrasepsi Hormonal

Berdasarkan jenis dan cara pemakaianya di kenal empat macam kontrasepsi hormonal yaitu kontrasepsi pil, kontrasepsi suntikan, implant, dan alat kontrasepsi dalam rahim yang mengandung hormon esterogen.

a. Kontrasepsi Oral (Pil)

Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi untuk wanita yang berbuat tablet,

mengandung hormon. Pada dasarnya terdapat dua jenis pil kontrsepsi oral yaitu pil kombinasi dan pil yang berisi hanya progesteron saja.

1). Pil Kombinasi

Merupakan pil kontrasepsi oral kombinasi yang menggunakan esterogen dan

progesteron untuk mencegah kehamilan. 1). Mekanisme kerja

Mekanisme kerja pil kombinasi adalah dengan cara menekan gonadotropin releasing hormon.Pengaruhnya pada hifofisis terutama adalah penurunan sekresi luitenezing hormon (LH), dan sedikit folikel stimulating hormon. Dengan tidak adanya puncak LH, maka ovulasi tidak terjadi. Disamping itu, ovarium menjadi tidak aktif, dan pemasakan folikel terhenti.Lendir sevik juga mengalami perubahan, menjadi lebih kental, gambaran daun pakis menghilang, sehingga penetrasi sperma menurun (Siswosudarmo,et al, 2001.hlm.15).


(27)

2). Jenis pil kombinasi

Ada tiga jenis pil kombinasi :

a). Pil monofasik, berisi esterogen dan progesteron dalam jumlah sama yang digunakan selama 21 hari.

b). Pil bifastik, adalah pil 21 hari yang berisi esterogen dalam jumlah yang sama selama penggunaan paket tetapi ada pil yang memiliki dua kadar progesteron yang berbeda di dalamnya.Biasanya pil ini di beri kode yang dengan warna yang berbeda.

c). Pil trifasik, adalah pil 21 hari yang berisi jumlah esterogen yang bervariasi (biasanya dua kadar yang berbeda) selama paket penggunaan tetapi memiliki tiga kadar progesteron, yang berbeda di dalamnya, yang di beri kode warna. 3). Efektiffitas

Pada pemakaian yang seksama, pil kombinasi 99% efektif mencegah kehamilan. Namun, pada pemakaian yang kurang seksama, efektifitasnya masih mencapai 93% (Everett, 2008, hlm.119).

4). Keuntungan

Mudah menggunakannya. Cocok untuk menunda kehamilan pertama dari pasangan usia subur yang masih muda. Mengurangi dismenoroe pada saat menstruasi. Dapat mencegah defisiensi zat besi. Mengurangi resiko kanker ovarium. Tidak mempengaruhi produksi ASI.


(28)

5). Efek samping

Gangguan menstruasi, mual muntah, sakit kepala, berat badan bertambah, sindrom pra menstruasi seperti payudara tegang, libido berkurang, jerawat, hipertensi (Speroff, 2005, hlm.90).

2). Kontrasepsi Pil Progestin

Kontrasepsi ini sering juga disebut mini pil. Merupakan pil yang hanya mengandung hormon progesteron, tetapi dosisnya lebih rendah dibandingkan progestin yang ada pada pil kombinasi.

1). Mekanisme kerja

Cara kerja utama kontrasepsi ini adalah dengan mengentalkan lendir serviks, sehingga menghambat penetrasi sperma untuk masuk lebih jauh. Disamping itu progestin juga menghambat ovulasi, mengganggu motilitas tuba sehingga sehingga transfortasi sperma terganggu, dan mengganggu perubahan fisiologis endometrium sehingga menghalangi nidasi (Saifuddin,et al. 2004, hlm.MK 47).

2). Efektifitas

Bagi ibu yang menyusui, sampai sembilan bulan post partum keefektifan pil mencapai 98,5%.Bagi ibu yang tidak menyusui dan sedang dalam masa interval turun menjadi 96% (Siswosudarmo, et al.2001, hlm.18).


(29)

3). Keuntungan

Manfaat pil ini sama dengan pil kombinasi,selain itu pil ini lebih kecil

menyebabkan peningkatan tekanan darah dan nyeri kepala (Cunningham,et al.2006, hlm 1712).

4). Efek samping

Hampir 30-60% mengalami gangguan haid, perubahan berat badan, mual, payudara tegang, pusing, resiko kehamilan ektopik tinggi(4 dari 100 kehamilan), jerawat (Saifuddin,et al. 2004, hlm.MK 49).

3). Kontrasepsi Suntikan

Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi untuk wanita yang diberikan dalan

bentuk suntikan yang mengandung hormon. Terdapat dua jenis suntikan kontrsepsi oral yaitu suntikan kombinasi dan suntikan progestin.

a. Suntikan Kombinasi

Suntikan kombinasi adalah kontasepsi kombinasi esterogen dan progesteron

yang di berikan secara I.M. 1). Jenis suntikan kombinasi

Ada dua jenis kontrasepsi suntikan kombinasi :

a) Suntikan kombinasi yang berisi 25 mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol spinoat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali atau yang biasa di sebut cyclofem.

b) Suntikan yang berisi 50 mg noretrindon enantat dan 5 mg estradiol vaerat yang di beri secara I.M. sebulan sekali.


(30)

2). Cara kerja

Mekanisme kerja kontrasepsi ini adalah dengan cara : menekan ovulasi, membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu, perubahan pada endrometrium sehingga implantasi terganggu, menghambat transfortasi gamet oleh tuba.

3). Effektifitas

Sangat efektif 0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan (Saifuddin,et al. 2004, hlm.MK 33).

4). Keuntungan

Mengurangi jumlah perdarahan, mengurangi nyeri saat haid, mencegah anemia, khasiat terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium, mencegah kehamilan ektofik, mengurangi penyakit payudara dan kista ovarium, mencegah kehamilan ektofik dan penyakit radang panggul.

5). Efek samping

Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, spotting, atau perdarahan selama 10 hari, sakit akibat suntikan, mual, sakit kepala, nyeri payuda ringan, dan keluhan ini akan hilang sesudah suntikan ke dua dan ke tiga, penambahan berat badan (Saifuddin,et al. 2004, hlm.MK 33).


(31)

b. Suntikan Progesteron

Suntikan progesteron adalah kontrasepsi yang berisi hormon progesteron yang di berikan secara I.M.

1) Jenis suntikan progestin

Ada dua jenis kontrasepsi suntikan yang berisi progestin :

a) Depo medrosiprogesteron asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA, yang di berikan tiga bulan secara I.M.

b) Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan secara I.M.

2) Cara kerja

Mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir tipis dan atropi, menghambat transportasi gamet oleh tuba.

3) Effektifitas

Kedua kontasepsi ini mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, jika penyuntikan dilakukan secara teratur.

4) Keuntungan

Efektivitas tinggi, tidak mengganggu ASI, tidak ditemukan efek samping yang disebabkan esterogen seperti mual, menurunkan terjadinya penyakit payudara, mencegah radang panggul, mencegah kanker endometrium dan KET (Saifuddin,et al. 2004, hlm.MK 40).


(32)

5) Effek samping

Perdarahan yang tidak menentu, terjadinya amenore yang berkepanjangan, berat badan bertambah, sakit kepala, rasa sakit akibat suntikan, kembalinya kesuburan lama (Hartanto, 2004, hlm.26).

4). Kontrasepsi Implant

Implant adalah jenis kontrasepsi dalam bentuk kapsul yang mengandung hormon progesteron yang dimasukkan di bawah kulit.

a. Mekanisme kerja

Membuat lendir serviks lebih kental, sehingga mengganggu penetrasi spermatozoa untuk masuk lebih dalam lagi. Mengganggu motilitas tuba, sehingga transport sperma maupun sel telur terganggu. Mengganggu kapasitas sperma sehingga kemampuan membuahi menurun. Mengganggu pemasakan endometrium sehingga mengganggu implantasi sel telur. Mengganggu keseimbangan hormon esterogen,

progesteron, dan gonadotropin, sehinnga menghambat ovulasi (Siswosudarmo,et al, 2001.hlm.25 – 26 ).

b. Jenis – jenis implant

1) Norplan

Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang di isi dengan 36 mg levonolgestrel dengan lama kerjanya 5 tahun

2) Implanon

Terdiri dari satu batabg putih lentur dengan panjang kira – kira 40 mm, dan siameter 2 mm, yang di isi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.


(33)

3) Jedena dan indoplan

Terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg levonolgester dengan lama kerjanya 3 tahun

c. Efektifitas

Kontasepsi implant ini sangat efektif 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan. d. Keuntungan

Efektifitas tinggi, tidak mengganggu ASI, mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah darah haid, mengurangi resiko penyakit radang panggul, menurunkan angka kejadian endometriosis, menurunkan kejadian kanker payudara.

e. Effek samping

Gangguan siklus menstruasi, meningkatnya jumlah darah haid, nyeri kepala,

perubahan berat badan, mual, nyeri payudara (Saifuddin,et al, 2004.hlm.MK52 - MK54).

6. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim(AKDR)

a. Defenisi

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah suatu alat berukuran kecil, terbuat dari plastik yang dibalut dengan kawat halus tembaga dengan benang monofilament pada ujung bawahnya (Darmani, 2003.hlm.3)

b. Jenis – Jenis AKDR

1). AKDR yang Mengandung Tembaga

AKDR yang mengandung tembaga umumnya dilisensi untuk digunakan 5 – 10 tahun dengan sedikit variasi dari satu negara ke negara lain(Glasier, 2006.hlm.118).


(34)

Dua macam AKDR tembaga yang masih tersedia (kecuali di Amerika Serikat) adalah Tcu-200 dan Multiload-250.

Nova-T sama dengan Tcu-200, mengandung 200 mm2 tembaga meskipun demikian Nova-T mempunyai inti perak pada kawat tembaganya, lengan yang fleksibel, dan sebuah lengkung besar yang juga fleksibel pada ujung bawah guna menghindari cedera jaringan serviks.

Multiload-375 mempunyai 375 mm2 kawat tembaga yang meliliti batangnya. Lengan yang fleksibel dirancang untuk meminimalisasi ekspulsi. Generasi AKDR modern di Cina mencakup cincin baja tahan karat dengan kawat tembaga yang melepaskan indometasin (sangat efektif dengan angka ekspulsi yang rendah serta jumlah kehilangan darah yang lebih sedikit).

Tcu-380A adalah alat berbentuk T, dengan kerangka polietilen yang memiliki 380 mm2 daerah permukaan tembaga yang terpasang. Kawat tembaga elektrolitik murni yang mengelilingi batang 36 mm ini memiliki berat 176 mg, dan bungkus-lengan pada lengan horisontalmemiliki berat 66,5 mg. Sebuah monofila ment polietilen diikat menembus bola 3 mm yang terdapat pada batang, menghasilkan dua benang putih untuk deteksi dan pengangkatan. Bola pada bagian bawah batang membantu mengurangi resiko perforasi serviks (Speroff, 2005.hlm.208-9).

2). AKDR yang Melepas Hormon

Sistim intrauterus penghasil levonorgestrel (AKDR-LNg).Alat ini serupa dengan progestasert, tetapi mengandung levonogestrel. Alat ini mengandung 52 mg LNG yang


(35)

dilepas dengan kecepatan 20 µg/hari. Keunggulan utamanya adalah keharusan mengganti yang hanya setiap 5 tahun, dibanding dengan progestasert yang setiap tahun.

AKDR ini adalah potietilen yang berbentuk T yang batangnya terbungkus oleh campuran polidimetilsiloksan/ levonorgestrel. Campuran ini dilapisi oleh suatu

membrane permaebel yang mengatur kecepatan pembebasan hormon

(Williams, 2006.hlm.1719).

3). AKDR Secara Kimiawi Inert

AKDR ini terdiri dari bahan tidak terserap, terutama polietilen, dan dibubuhi oleh barium sulfat agar radioopak. World Health Ogranization (WHO) tidak menganjurkan pemasangan AKDR inert karena AKDR yang mengandung tembaga atau melepaskan hormon jauh lebih efektif (Glasier, 2006.hlm.118).

4). AKDR Masa Depan

Modifikasi AKDR tembaga sedang diteliti di seluruh dunia. Ombrelle-250 dan Ombrelle-380 yang dirancang lebih fleksibel untuk mengurangi ekspulsi dan efek samping telah dipasarkan di Perancis. AKDR tanpa kerangka, FlexiGard (dikenal sebagai Cu-Fix), terdiri dari 6 bungkus-lengan tembaga (330 mm2 tembaga), yang terangkai pada benang bedah nilon (polipropilen) dan disimpul pada satu ujung. Pada saat penyisipan, simpul tersebut didorong ke dalam miometrium menggunakan jarum yang dikaitkan, yang bekerja seperti tombak harpoon miniatur. Karena tidak memilki kerangka, alat ini diharapkan mempunyai angka keharusan pengangkatan karena perdarahan atau nyeri yang rendah, tetapi karena penyisipan lebih sulit dilakukan, terdapat angka ekspulsi yang lebih tinggi (Speroff, 2005.hlm.208).


(36)

c. Mekanisme Kerja AKDR

Semua AKDR menimbulkan reaksi benda asing di endometrium, disertai peningkatan produksi prostaglandin dan infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingkatkan oleh tembaga, yang mempengaruhi enzim-enzim endometrium, metabolisme glikogen, dan penyerapan estrogen serta menghambat transportasi sperma. Pada pemakai AKDR yang mengandung tembaga, jumlah spermatozoa yang mencapai saluran genitalia atas berkurang.

Perubahan cairan uterus dan tuba mengganggu viabilitas gamet, baik sperma maupun ovum yang diambil dari pemakai AKDR yang mengandung tembaga meperlihatkan degenerasi mencolok (WHO,1997). Pengawasan hormon secara dini memperlihatkan bahwa tidak terjadi kehamilan pada pemakai AKDR modern yang mengandung tembaga. Dengan demikian, pencegahan implantasi bukan merupakan mekanisme kerja terpenting kecuali apabila AKDR yang mengandung tembaga digunakan untuk kontrasepsi pascakoitus. LNG-IUS menginduksi atrofi dan produksi mucus serviks antagonis, yang akan meningkatkan efektifitasnya (Glasier, 2006, 119).

Sesudah pengangkatan AKDR, lingkungan intrauterine yang mormal akan pulih dengan cepat. Dalam penelitian-penelitian berskala besar, tidak ada penundaan untuk mencapai kehamilan pada laju yang normal terlepas dari durasi penggunaan, yang menyangkal klaim bahwa penggunaan AKDR berkaitan dengan infeksi yang menyebabkan infertilitas (Speroff, 2005.hlm.210).

d. Keuntungan AKDR

Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya sangat tinggi, 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). AKDR


(37)

dapat efektif segera sesudah pemasangan, dan sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat. Merupakan metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti). Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil. Tidak ada efek samping hormonal dengan AKDR CuT-380A, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Dapat dipasang segera sesudah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi). Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih sesudah haid terakhir). Tidak ada interaksi dengan obat-obatan dan membantu mencegah kehamilan ektopik (Saifuddin,et al. 2004.hlm.MK-73).

e. Kerugian AKDR

1). Efek samping yang umum terjadi

Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang sesudah 3 hari), haid lebih lama dan banyak, perdarahan (spooting) antarmenstruasi, dan saat haid lebih sakit.

2). Komplikasi lain

Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari sesudah pemasangan. Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan penyebab anemia. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar). Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas.

Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR, seringkali membuat takut perempuan selama pemasangan. Sedikit nyeri dan


(38)

perdarahan terjadi segera sesudah pemasangan AKDR, biasanya menghilang dalam 1-2 hari. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri, petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan).

Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal. Perempuan harus memeriksa benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian peremouan tidak mau melakukan ini (Saifuddin,et al. 2004.hlm.MK-74).

7. Metode Kontrasepsi Sterilisasi wanita

a. Pengertian

Sterilisasi wanita adalah satu-satunya metode kontrasepsi wanita yang permanen (Everett, 2007.hlm.252).

Sterilisasi wanita biasanya dilakukan dengan menyumbat kedua tuba falopii yang dapat dicapai baik dengan laparotomi atau mini laparotomi atau, yang lebih sering laparoskopi (Glasier & Gebbie. 2005.hlm.191).

Sterilisasi adalah cara pengendalian fertilitas yang paling lazim dipakai oleh pasangan umur lebih dari 30 tahun dan adanya rasa takut terhadap resiko kehamilan pada umur lebih dari 30 tahun (Siswadi. 2006.hlm.53).

b. Keuntungan dan kerugian 1. Keuntungan.

Permanen dan efektif, tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding), tidak bergantung pada faktor sanggama, baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius, pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi


(39)

lokal, tidak ada efek samping dalam jangka panjang, tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium). (Saifuddin. 2003. MK-79).

2. Kerugian.

Melibatkan prosedur pembedahan dan anastesi dan tidak mudah kembali subur (Everett. 2007.hlm253).

c. Efek samping dan komplikasi sterilisasi

WHO, efek samping dan komplikasi akibat tindakan operasi sterilisasi dibagi dalam komplikasi minora dan mayor. Komplikasi minor antara lain adalah rasa sakit pada tempat irisan, demam, perdarahan ringan, dan infeksi luka. Komplikasi mayor adalah perdarahan banyak yang membutuhkan operasi yang lebih jauh atau transfusi, perlukaan usus atau kandung kencing, infeksi panggul berat, sepsis dan kematian (Siswosudarmo,et al. 2001.hlm.67-68).

d. Keefektifan

Sterilisasi wanita adalah bentuk metode kontrasepsi yang sangat efektif dengan angka kegagalan 1-5 per 1000 kasus, yang berarti efektifitasnya 99,4%-99,8% per 100 wanita per tahun (Everett. 2007.hlm.252).

C. AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA

Akseptor dapat diartikan sebagai klien dan juga komunikan.Klien adalah manusia yang membutuhkan perhatian dan bantuan (Saifuddin,et al. 2004.hlm.U-2). Komunikan adalah pihak lain yang diajak berkomunikasi, yang merupakan sasaran dalam kegiatan komunikasi atau orang yang menerima informasi (Uripni, 2002.hlm.13).


(40)

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian dari akseptor keluarga berencana adalah manusia yang membutuhkan segala informasi mengenai keluarga berencana.

Pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan kedua-duanya memiliki kesuburan yang normal namun tidak menghendaki kehamilan, merupakan akseptor program kelurga berencana yang memerlukan kontrasepsi yang efektif. Para wanita muda yang tidak menginginkan kehamilan, dan mereka aktif melakukan hubungan seksual tanpa memperdulikan usia mereka yang masih muda, dianjurkan untuk menjadi akseptor keluarga berencana (Williams, 2006.hlm.1109).


(41)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian tentang pengaruh konseling terhadap pengetahuan dan pemilihan alat kontrasepsi oleh akseptor KB di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar Tahun 2008.

Skema 1 : Kerangka Konsep

Variabel independen dalam penelitian ini adalah konseling dan variabel dependen adalah peningkatan pengetahuan PUS dalam pemilihan alat kontrasepsi. Penelitian ini terdiri dari 1 kelompok yang diidentifikasi berdasarkan pengetahuan dan pemilihan alat kontrasepsi sebelum dan sesudah diberikan konseling. Hasil yang diharapkan adalah konseling dapat memberikan pengaruh kepada responden dalam pemilihan alat kontrasepsi.

Input : Pengetahuan PUS

Intervensi : Konseling

Output :

• Peningkatan Pengetahuan PUS

• Pemilihan Alat Kontrasepsi


(42)

B. Hipotesis

Ada pengaruh konseling terhadap pengetahuan tentang alat kontrasepsi oleh akseptor KB.

C. Defenisi Operasional

NO Variabel Defenisi Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1 Independen : Konseling KB Suatu bentuk wawancara yang menyatu dengan pelayanan KB 2 Dependen :

Pengetahuan PUS Segala sesuatu yang diketahui oleh PUS tentang metode kontrasepsi

Kuesioner Wawancara Pengetahuan = .... Rasio

4 Pemilihan alat kontrasepsi Keinginan akseptor untuk menggunakan alat kontrasepsi Lembar Observasi

Wawancara 0=Tidak Menggunakan 1=Kondom

2=Pil

3=Suntik 1 bulan 4=Suntik 3 bulan 5=Implant 6=Spiral 7=Sterilisasi

Nominal

5 Usia Umur yang

dihitung sejak lahir hingga penelitian

dilakukan

Kuesioner Wawancara 1 = 21-25 tahun 2 = 26-30 tahun 3 = 31-35 tahun

Interval

6 Paritas Jumlah persalinan

yang pernah dialami oleh ibu

Kuesioner Wawancara 1 = 1 anak 2 = 2 anak 3 = 3 anak

Nominal

7 Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi

Kuesioner Wawancara 1 = Tidak Bekerja 2 = Bekerja


(43)

kebutuhan hidup 8 Pendidikan Jenjang

pendidikan yang formal

Kuesioner Wawancara 1 = SD 2 = SLTP 3 = SLTA 4 = PT

Ordinal

9 Penghasilan Pendapatan PUS

Kuesioner Wawancara 1 = <1.000.000

2=1.000.000–2.000.000 3 = >2.000.000

Nominal

10 Agama Kepercayaan yang dianut PUS

Kuesioner Wawancara 1 = Islam 2 = Protestan 3 = Katolik 4 = Budha 5 = Hindu

Nominal

11 Suku Keturunan dari adat istiadat

Kuesioner Wawancara 1 = Batak 2 = Jawa 3 = Minang 4 = dll


(44)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini konseling tentang alat kontrasepsi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan PUS dalam memilih alat kontrasepsi. Jenis penelitian ini adalan Quasy-Eksperimen dengan menggunakan one group pretest-postest desain untuk mengidentifikasi pengetahuan dan pemilihan alat kontrasepsi oleh akseptor KB sebelum dan sesudah diberikan konseling. Desain ini digambarkan :

Pretest Perlakuan Postest

01 X 02

Skema 2 : Desain Penelitian

Keteranagan :

01 : Pasangan usia subur (PUS) yang akan memilih alat kontrrasepsi sebelum diberikan konseling

02 : Pasangan usia subur (PUS) yang akan memilih alat kontrasepsi sesudah diberikan konseling

X : Intervensi (pemberian konseling) tentang semua jenis alat kontrasepsi


(45)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pasangan usia subur (PUS) di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar. Data dari kelurahan tahun 2008 sebanyak 79 PUS.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi. Adapun teknik pengambilan sampel ini dengan menggunakan rumus :

n =

1 + N (d2) N

Keterangan : n = Jumlah sampel N = Besar populasi

d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,05) Perhitungan sample :

n =

1 + N (d2) N

n =

1 + 79 (0,052) 79

n =

1 + 0,1975 79

n =

1,1975 79


(46)

Sampel yang diperoleh adalah 65 orang. Teknik pengambilan sampel digunakan

simple random sampling. Sampel ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut :

1. Ibu PUS dari usia 20-35 tahun

2. Sudah pernah menggunakan alat kontrasepsi 3. Bersedia menjadi responden penelitian

4. Belum pernah mengikuti konseling tentang alat kontrasepsi

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar tahun 2008. Karena di lingkungan ini dari 20 orang PUS yang telah di survey awal belum mengetahui semua jenis alat kontrasepsi, sehingga diperlukan pemberian konseling tentang alat kontrasepsi.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2008 – Februari 2009

E. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan sesudah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran USU dan izin dari. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaiatan dengan permasalahan etik yaitu memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilakan menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak


(47)

bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga. Data-data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian bagi peneliti dan tidak akan diberitahuakn kepada siapapun.

F. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Penelitian

Alat pengumpulan data berupa kuesioner yang dibuat peneliti berdasarkan literatur yang ada. Kuesioner yang dibagikan terdiri dari tiga bagian, yaitu : bagian pertama adalah data demografi, bagian kedua adalah kuesioner untuk mengetahui pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi, sedangkan bagian ketiga adalah kuesioner untuk mengobservasi pemilihan alat kontrasepsi sebelum dan sesudah diberikan konseling.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum menggunakan instrumen penelitian, maka perlu dilakukan uji coba terhadap instrumen penelitian dengan cara content validity yaitu dengan cara memberikan kuesioner kepada orang yang lebih ahli dalam kebidanan yaitu spesialis kandungan. Uji validitas ini bertujuan untuk mendapatkan alat ukur yang benar-benar sahih dan terandal. Pada content validity pertama, ada perbaikan pada soal no 14 dan 15 tentang sterilisasi. Pada content validity kedua instrumen sudah dinyatakan valid dengan skor 0,8.

Sedangkan uji reliabilitas instrumen dilakukan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukuran yang digunakan dapat di andalkan. Uji reliabilitas


(48)

dengan menggunakan komputerisasi yaitu program SPSS, Hasil analisa yang didapatkan bahwa r hitung > r tabel. Hal ini menyatakan bahwa kuesioner reliabilitas dapat dilihat pada

lampir.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah mendapatkan izin dari institusi pendidikan dan dari Kepala Lingkungan. Kemudian peneliti melaksanakan penelitian bekerjasama dengan Kepala Lingkungan untuk mengetahui jumlah ibu PUS. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian dan meminta persetujuan dari responden dengan menandatangani informed

consent. Kemudian peneliti membagikan kuesioner pada responden untuk

mengidentifikasi pengetahuan dan pemilihan alat kontrasepsi sebelum diberikan konseling. Apabila responden yang tidak dapat hadir, maka peneliti akan mendatangi rumah responden untuk memberikan kuesioner. Sesudah semua data terkumpul dari hasil observasi pertama, peneliti mengidentifikasi pengetahuan dan pemilihan alat kontrasepsi oleh akseptor sebelum diberikan konseling.

Selang waktu satu minggu, peneliti bekerjasama dengan responden untuk diberikan konseling tentang semua jenis alat kontrasepsi yang dilakukan selama 1 x 60 menit secara interpersonal. Pada minggu berikutnya, peneliti membagikan kuesioner yang sama kepada responden untuk mengidentifikasi pengetahuan dan pemilihan alat kontrasepsi oleh akseptor sesudah diberikan konseling. Sesudah semua data terkumpul dari hasil observasi kedua, peneliti mengobservasi pemakaian alat kontrasepsi sesudah diberikan konseling.


(49)

H. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, yakni melihat pemilihan alat kontrasepsi sebelum dan sesudah diberikan konseling. Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan proporsinya, sedangkan data yang bersifat numerik dicari mean, median dan standar deviasinya.

2. Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh konseling terhadap pengetahuan alat kontrasepsi oleh akseptor KB. Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik uji t-dependent yakni membandingkan data sebelum dan sesudah diberikan konseling, dan diperoleh mean perbedaan pretest dengan postest. Taraf signifikan 95% ( α = 0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis : apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima, apabila (p) > 0,05 maka hipotesis ditolak. Data yang disajikan dalam bentuk tabel agar dapat dengan mudah dilihat pengaruh konseling terhadap pengetahuan akseptor KB.


(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil penelitian tentang pengaruh konseling terhadap pengetahuan dan pemilihan alat kontrasepsi oleh akseptor KB yang dilakukan di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba dilakukan melalui pengumpulan data mulai tanggal 23 Desember 2008 sampai dengan 15 Februari 2009. Jumlah responden adalah 72 orang. Responden diberikan kuesioner pada minggu pertama, lalu kuesioner dikumpulkan kembali. Pada minggu kedua responden diberikan konseling tentang alat kontrasepsi. Selanjutnya, pada minggu ketiga kuesioner yang sama dibagikan kembali kepada responden, lalu kuesioner dikumpulkan.

1. Karakteristik Responden

Untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti digunakan analisis univariat. Dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi pengetahuan akseptor KB sebelum dan sesudah diberikan konseling. Selain itu, dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi jenis alat kontrasepsi yang dipilih oleh akseptor KB.


(51)

Hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden berusia 26-30 tahun sebanyak 27 orang (37,5%). Berdasarkan paritas paling banyak mempunyai 2 anak sebanyak 30 orang (41,7%). Berdasarkan pekerjaan mayoritas responden tidak bekerja sebanyak 62 orang (86,1%). Berdasarkan pendidikan paling banyak pada pendidikan SMA sebanyak 26 orang (36,1%). Berdasarkan penghasilan mayoritas responden mempunyai penghasilan < 1 juta sebanyak 58 orang (80,6%). Berdasarkan agama keseluruhan responden beragama islam sebanyak 65 orang (100%). Berdasarkan suku mayoritas responden suku jawa sebanyak 59 orang (81,9%), dapat dilihat pada tabel 5.1.

Berdasarkan pengetahuan responden sebelum dan sesudah konseling dapat digambarkan rata-rata pengetahuan responden sebelum dilakukan konseling adalah 9,18, median 10,00, dengan standar deviasi 3,67. Pengetahuan responden terendah 1 dan tertinggi 15. Sedangkan rata-rata pengetahuan responden sesudah dilakukan konseling adalah 12,58, median 13,00, dengan standar deviasi 2,01. Pengetahuan responden terendah 7 dan tertinggi 15, dapat dilihat pada tabel 5.2.

Berdasarkan jenis kontrasepsi yang dipilih akseptor KB sebelum intervensi mayoritas menggunakan alat kontrasepsi pil sebanyak 25 orang (34,7%). Berdasarkan jenis kontrasepsi yang dipilih akseptor KB sesudah intervensi mayoritas menggunakan alat kontrasepsi pil sebanyak 25 orang (34,7%), dapat dilihat pada tabel 5.3.


(52)

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik data demografi akseptor KB di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba

Pematangsiantar tahun 2009 (N=72)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia :

- 21 – 25 tahun - 26 – 30 tahun - 31 – 35 tahun

22 27 16 30,6 37,5 22,2 Paritas :

- 1 anak - 2 anak - 3 anak

25 30 10 34,7 41,7 13,9 Pekerjaan :

- Tidak Bekerja - Bekerja 62 3 86,1 4,2 Pendidikan : - SD - SMP - SMA

- Perguruan Tinggi

14 23 26 2 19,4 31,9 36,1 2,8 Penghasilan :

- < 1 juta - 1 – 2 juta - > 2 juta

58 6 1 80,6 8,3 1,4 Agama : - Islam - Protestan - Katolik - Budha - Hindu 65 - - - - 100 - - - - Suku : - Batak - Jawa - Minang 5 59 1 6,9 81,9 1,4


(53)

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan konseling di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba

Pematangsiantar tahun 2009 (N = 72)

Konseling Mean Median SD Min-Maks N

Pengetahuan sebelum 9,18 10,00 3,67 1-15 65

Pengetahuan sesudah 12,58 13,00 2,01 7-15 65

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemilihan alat kontrasepsi oleh akseptor KB sebelum dan sesudah dilakukan intervensi di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya

Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar tahun 2009 (N = 72) Karakteristik Sebelum Konseling Sesudah Konseling

Frekuensi Persentase (%)

Frekuensi Persentase (%) Jenis Kontrasepsi yang

dipilih sebelum intervensi : - Tidak Menggunakan - Kondom - Pil

- Suntik 1 bulan - Suntik 3 bulan - Implant - Spiral - Sterilisasi 6 1 25 8 22 2 1 0 8,3 1,4 34,7 11,1 30,6 2,8 1,4 0 6 1 25 8 22 2 1 0 8,3 1,4 34,7 11,1 30,6 2,8 1,4 0


(54)

2. Analisis Pengaruh Konseling Terhadap Pengetahuan Akseptor

Analisis bivariat digunakan untuk menguji pengaruh konseling terhadap pengetahuan dan pemilihan alat kontrasepsi oleh akseptor KB. Dalam menganalisa data

secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik uji

t-dependent yakni membandingkan data sebelum dan sesudah diberikan konseling, dan

diperoleh mean perbedaan sebelum dan sesudah intervensi. Taraf signifikasi 95% (α = 0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis : apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 maka Ho ditolak, apabila (p) > 0,05 maka Ho gagal ditolak.

Hasil penelitian diperoleh perbedaan rata-rata frekuensi pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi adalah -3,400 dengan standar deviasi 3,592. Hasil uji statistik didapatkan nilai p adalah 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan pengetahuan responden sebelum dan sesudah konseling, dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4

Pengaruh konseling terhadap pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan konseling di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba

Pematangsiantar tahun 2009 (N = 72)

Variabel Mean Standar

Deviasi

P. Value Pengaruh konseling terhadap

pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi


(55)

B. Pembahasan

1. Pengaruh konseling terhadap peningkatan pengetahuan akseptor KB

Dari hasil uji statistik diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada peningkatan pengetahuan akseptor KB sebelum dan sesudah diberikan konseling dengan taraf signifikan 0,000 (P < 0,05).

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rumondang H. Sinaga (2004) menunjukkan bahwa konseling berpengaruh terhadap pendidikan akseptor tentang pemilihan alat kontrasepsi.

Konseling didefenisikan sebagai suatu proses hubungan seorang dengan seorang dimana yang seorang dibantu oleh yang lain untuk meningkatkan pengertian dan kemampuannya dalam menghadapi masalah (Ketaren, 2008.hlm.10)

Konseling dengan fungsi pengembangan ditujukan untuk meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan upaya peningkatan peran serta masyarakat(Uripni, 2002.hlm.67).

Konseling juga merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/upaya untuk mengatasi masalah tersebut (McLeod, 2006.hlm.10)

Dengan adanya konseling tentang alat montrasepsi juga menambah wawasan akseptor dari yang awalnya hanya mengetahui beberapa jenis alat kontrasepsi menjadi lebih mengetahui jenis alat kontrasepsi yang lain.


(56)

2. Pemilihan alat kontrasepsi oleh akseptor KB

Dari hasil penelitian, berdasarkan jenis alat kontrasepsi yang dipilih akseptor KB tidak ada perubahan sebelum dan sesudah konseling. Alat kontrasepsi yang digunakan responden mayoritas pil (41,7%). Di Indonesia seperti yang dikemukakan kepala BKKBN Sumaryati Arjoso, bahwa saat ini sekitar 70% peserta Keluarga Berencana di Indonesia menggunakan kontrasepsi hormonal. Dari hasil penelitian yang diperoleh sebagian besar akseptor menggunakan alat kontrasepasi hormonal pil sebanyak 25 orang (34,7%).

Tidak adanya perubahan dalam pemilihan alat kontrasepsi oleh akseptor KB karena responden sudah merasa cocok dengan alat kontrasepsi yang digunakan saat ini. Selain itu, pemberian konseling tentang semua alat kontrasepsi terlalu singkat bila dilakukan hanya dalam waktu 1 x 60 menit, yang tidak memungkinkan untuk terjadinya perubahan tingkah laku responden.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah Quasy-eksperimen yang bersifat one group

pretest-postest. Yakni yang hanya menguji pengaruh konseling terhadap satu kelompok yang

diberi intervensi. Sebaiknya pada penelitian berikutnya dilakukan menggunakan desain dengan dua kelompok, yakni kelompok kontrol dan intervensi, agar pengaruh konseling yang diteliti lebih terlihat perbedaannya dan hasilnya lebih bermakna.


(57)

2. Waktu pemberian konseling

Waktu pemberian konseling yang terlalu singkat, sehingga tidak terjadi perubahan tingkah laku responden dalam memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan. Sebaiknya dilakukan dengan waktu lebih dari 1 x 60 menit sehingga informasi yang disampaikan dapat merubah tingkah laku responden dalam memilih alat kontrasepsi.

C. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Kebidanan

1. Pada Pelayanan Kebidanan

Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa konseling berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan akseptor KB. Jadi, konseling dapat digunakan sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan pada akseptor KB untuk dapat memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan akseptor, tanpa paksaan, dan akseptor juga tahu efektifitas serta efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi yang telah dipilihnya.


(58)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh konseling terhadap pengetahuan dan pemilihan alat kontrasepsi oleh akseptor KB di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Pematangsiantar tahun 2008 ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Mayoritas responden berusia 26-30 tahun (37,5%). Berdasarkan paritas paling banyak mempunyai 2 anak (41,7%). Berdasarkan pekerjaan mayoritas responden tidak bekerja (86,1%). Berdasarkan pendidikan paling banyak pada pendidikan SMA (36,1%). Berdasarkan penghasilan mayoritas responden mempunyai penghasilan < 1 juta (80,6%). Berdasarkan agama keseluruhan responden beragama islam (100%). Berdasarkan suku mayoritas responden suku jawa (81,9%).

2. Rata-rata pengetahuan responden sebelum dilakukan konseling adalah 9,18, median 10,00, dengan standar deviasi 3,67. Pengetahuan responden terendah 1 dan tertinggi 15. Sedangkan rata-rata pengetahuan responden sesudah dilakukan konseling adalah 12,58, median 13,00, dengan standar deviasi 2,01. Pengetahuan responden terendah 7 dan tertinggi 15


(59)

3. Berdasarkan jenis kontrasepsi yang dipilih akseptor sebelum dan sesudah intervensi tidak ada perubahan dan mayoritas menggunakan alat kontrasepsi pil (34,7%).

4. Hasil uji statistik diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada peningkatan pengetahuan akseptor KB sebelum dan sesudah diberikan konseling dengan taraf signifikan 0,000 (P < 0,05).

B. Saran

1. Bagi pelayanan kebidanan

Agar dapat menerapkan informasi dari hasil penelitian ini dalam melakukan pelayanan kebidanan dan menggunakan konseling sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan sebelum akseptor memutuskan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang akan dipilihnya.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Agar penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menggunakan desain penelitian bersifat quasy eksperimen dengan 2 kelompok sampel yakni kelompok kontrol dan kelompok intervensi agar diperoleh hasil yang lebih baik.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta

Arjoso, S.(2004). Pemakaian Alat Kontrasepsi Non Hormonal Rendah, http: Pembaharuan.com/news/kesra, diperoleh tanggal 10 November 2008

Cunningham, F.G., et al. (2006). Obstetri Williams, Edisi 21, Jakarta : EGC

Darmani, B. C. (2003). Hubungan Sitologi Serviks Uteri dengan Pemakaian AKDR Cu

T380A Jangka Panjang. USU Digitized by Library, 3

Everet, S. (2007). Buku Saku Kontrasepsi Seksual Reproduktif, Edisi 2, Jakarta : EGC Glasier, A., Gebbie,A. (2005). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta :

EGC

Hartanto. (2006). Ragam Metode Kontrasepsi, Jakarta : EGC

H. Rumondang (2004). Efektifitas Konseling KB terhadap Pengetahuan Ibu tentang

Pemilihan Alat Kontrasepsi yang sesuai, Medan: S1 Keperawatan

Ketaren Nurlela. (2008). Bahan Ajar Administrasi Pendidikan dan Bimbingan

Konseling, Medan: FISIPPOL USU

Manuaba, I. B. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan

KB, Jakarta : EGC

………(2002). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana

Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC

McLeod, J. (2006). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Notoadmojo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi 3, Jakarta : Rineka Cipta

Saifuddin, B. A., et al. (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal, Jakarta : YBPSP

Sastroasmoro, S. (2006). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta : Sagung Seto

Siswosudarmono, H.R.,et al. (2001) Teknologi Kontrasepsi, Yogyakarta : Gajah Mada University Press


(61)

Speroff, L., Darney, P. (2003). Pedoman Klinis Kontrasepsi, Edisi 2, Jakarta : EGC Syarief, S. (2008). Kontrasepsi Hormonal, http//mucrojiahmad.blog.spot.com diperoleh

tanggal 10 November 2008

Trismiati. (2004). Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor Kontrasepsi Mantap di RSUD Dr. Sardjito. Yogyakarta


(62)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Kindi Mei Astrina / 085102079 adalah mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang pengaruh konseling terhadap pengetahuan dan pemilihan alat kontrasepsi oleh akseptor KB di .Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar Tahun 2008. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesedian ibu-ibu untuk menjadi responden dalam penelitian saya. Selanjutnya saya mohon mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu.

Partisipasi ibu-ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi ibu dan semua informasi yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Medan, Desember 2008

Peneliti Responden


(63)

PROSES PEMBERIAN KONSELING 1. Proses penyebaran kuesioner sebelum konseling

Tanggal 23 Desember 2008, mendapatkan izin dari kepala lingkungan II untuk melaksanakan penelitian. Tanggal 24 – 28 Desember 2008 menyebarkan kuesioner kepada masing-masing 10 responden per hari. Dan pada tanggal 29 Desember 2008 menyebarkan kuesioner kepada 12 responden.

2. Proses pengumpulan kuesioner sebelum konseling

Pada tanggal 31 Desember semua kuesioner dikumpulkan.

3. Proses pemberian konseling

Pada tanggal 8 – 13 Januari 2009 memberikan konseling kepada 10 responden per hari. Dan pada tanggal 14 Januari 2009 memberikan konseling kepada 12 responden. Dengan protokol pemberian konseling terlampir.

4. Proses penyebaran kuesioner sesudah konseling

Tanggal 18 – 23 Januari 2009 menyebarkan kuesioner kepada masing-masing 10 responden per hari. Dan pada tanggal 24 Januari 2009 menyebarkan kuesioner kepada 12 responden.

5. Proses pengumpulan kuesioner sesudah konseling


(64)

PROTOKOL PEMBERIAN KONSELING

Materi Konseling : Alat Kontrasepsi

Hari/Tanggal : / - - 200 Waktu Konseling : 1 x 60 menit

Tempat : Rumah Responden

1. Mengucapkan salam dan perkenalan diri kepada responden. 2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemberian konseling

3. Menjelaskan tentang semua alat kontrasepsi sesuai prosedur, dengan metode interpersonal (bertatap muka antara konselor dan konseli), yang meliputi :

• Metode amenorea laktasi

• Metode keluarga berencana alamiah

• Senggama terputus

• Metode barrier

• Kontrasepsi hormonal

• Alat kontrasepsi dalam rahim

• Sterilisasi

4. Menunjukkan gambar-gambar alat kontrasepsi dengan menggunakan poster alat kontrasepsi.


(65)

PROSEDUR PEMBERIAN KONSELING KB

Materi Konseling : Alat Kontrasepsi

Hari/Tanggal : / - - 200 Waktu Konseling : 1 x 60 menit

Tempat : Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba Kota Pematangsiantar

A. Tujuan

1. Umum

Mengetahui pengaruh konseling terhadap pengetahuan dan pemilihan alat kontrasepsi oleh akseptor KB.

2. Khusus

a. Untuk mengidentifikasi karakteristik PUS tentang pemilihan alat kontrasepsi.

b. Mengidentifikasi pengetahuan PUS sebelum dan sesudah diberikan konseling.

c. Untuk mengidentifikasi jenis alat kontrasepsi yang dipilih oleh PUS sebelum dan sesudah diberikan konseling.

d. Mengidentifikasi pengaruh konseling terhadap pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi sebelum dan sesudah diberikan konseling.

C. Sub Pokok Bahasa 1. MAL

2. MKBA

3. Senggama Terputus 4. Kontrasepsi Pil 5. Kontrasepsi Suntik 6. Kontrasepsi Implant 7. Kontrasepsi dalam Rahim 8. Sterilisasi

D. Kegiatan Pemberian Konseling

N O

Tahap Kegiatan Konseling Metode Kegiatan Calon Akseptor

Media dan Alat

1 2 3 4 5 6

1 Pendahuluan • Menjelaskan cakupan materi

• Menjelaskan Manfaat

Ceramah Memperhatikan

2 Penyajian Menguraikan tentang :

• MAL

• MKBA

• Senggama Terputus

Ceramah Memperhatikan bertanya


(66)

N O

Tahap Kegiatan Konseling Metode Kegiatan Calon Akseptor

Media dan Alat

1 2 3 4 5 6

• Kontrasespsi pil

• Kontrasepsi Suntik

• Kontrasepsi Implant

• Kontrasepsi dalam Rahim

• Sterilisasi

3 Penutup Umpan balik Ceramah Memperhatikan menjawab


(67)

KUESIONER

Nomor Responden : Tanggal :

A. Kuesioner Demografi :

1. Usia :  …. …tahun 2. Paritas :  1 orang  2 orang  3 orang

3. Pekerjaan :  Tidak Bekerja  Bekerja

4. Pendidikan :  SD  SMP  SMA

 Perguruan Tinggi 5. Penghasilan :  < 1.000.000

 1.000.000 – 2.000.000  > 2.000.000

6. Agama :  Islam  Protestan  Katolik  Budha

 Hindu  Batak


(68)

 Jawa  Minang

 dll

A. Kuesioner Pengetahuan Responden Tentang Alat Kontrasepsi


(69)

a. Mencegah kehamilan dan membatasi jumlah anak b. Menambah jumlah anak

c. Mempercepat kehamilan d. Menambah pendapatan

2. Apakah yang dimaksud dengan metode Metode Amenorea Laktasi (MAL) ? a. Kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) b. Menghindari senggama pada masa subur

c. Kontrasepsi yang berbentuk tablet d. Kontrasepsi dalam rahim

3. Apakah yang dimaksud dengan Metode Keluarga Berencana Alamiah ? a. Kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) b. Kesukarelaan menghindari senggama pada masa subur ibu. c. Kontrasepsi yang berbentuk tablet

d. Spiral

4. Apakah yang dimaksud dengan senggama terputus ?

a. Metode dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi

b. Kesukarelaan menghindari senggama pada masa subur ibu. c. Kontrasepsi yang berbentuk tablet

d. Spiral

5. Apakah yang dimaksud dengan kondom ?


(70)

c. Kontrasepsi yang berisi hormon d. Kontrasepsi susuk

6. Apakah yang dimaksud kontrasepsi hormonal ? a. Kontrasepsi yang berisi hormon

b. Spiral

c. Kontrasepsi Mantap

d. Kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) 7. Ada berapakah jenis kontrasepsi pil ?

a. 1 b. 2 c. 3 d. 4

8. Ada berapakah jenis kontrasepsi suntik ? a. 1

b. 2 c. 3 d. 4

9. Dimanakah tempat penyuntikan kontrasepsi suntik ? a. Tangan

b. Paha c. Bokong d. Perut

10.Apakah yang dimaksud dengan kontrasepsi implant ? a. Kontrasepsi berbentuk susuk


(71)

b. Spiral

c. Kontrasepsi mantap d. Senggama Terputus

11.Dimanakah tempat pemasangan implant ? a. Lengan kanan

b. Lengan kiri c. Paha d. Perut

12.Apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi dalam rahim ? a. Kontrasepsi berbentuk susuk

b. Kontrasepsi mantap

c. Alat kontrasepsi berbentuk spiral d. Kontrasepsi yang berbentuk tablet

13.Dimanakah tempat pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim ? a. Dalam rahim

b. Lengan kanan c. Lengan kiri d. Paha

14.Apakah yang dimaksud dengan kontrasepsi mantap ? a. Sterilisasi

b. Kontrasepsi berbebtuk susuk c. Alat kontrasepsi dalam rahim


(72)

15.Apakah yang dilakukan tenaga kesehatan bila menggunakan alat kontrasepsi mantap ?

a. Disuntik b. Minum Pil c. Dioperasi

d. Memakai kondom

B. Kuesioner Pemilihan Alat Kontrasepsi Oleh Responden

Berilah tanda silang pada point alat kontrasepsi yang akan digunakan : (0) Tidak Menggunakan

(1) Kondom (2) Pil

(3) Suntik 1 bulan (4) Suntik 3 bulan (5) Implant (6) Spiral (7) Sterilisasi


(73)

CURICULUM VITAE

Nama : Kindi Mei Astrina

Tempat/ Tanggal Lahir : Cilacap/ 17 Mei 1987

Agama : Islam

Anak Ke : 1 dari 4 bersaudara

Alamat : BPS Sri Suka Rahayu Jl. Medan KM 4,5 S.Jaya II Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar

Riwayat Pendidikan

No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun Lulus

1 2 3 4 5 6 TK YPHI

SD Negeri 125138 SMP Negeri 1 SMU Negeri 2

D-III Akademi Kebidanan AGATHA D-IV Bidan Pendidik

Pematangsiantar Pematangsiantar Pematangsiantar Pematangsiantar Pematangsiantar Medan 1993 1999 2002 2005 2008 2009 Riwayat Pekerjaan

No Tempat Bekerja Tahun

1 Sebagai staff pengajar di Akademi Kebidanan AGATHA Pematangsiantar


(1)

 Jawa  Minang

 dll

A. Kuesioner Pengetahuan Responden Tentang Alat Kontrasepsi


(2)

a. Mencegah kehamilan dan membatasi jumlah anak b. Menambah jumlah anak

c. Mempercepat kehamilan d. Menambah pendapatan

2. Apakah yang dimaksud dengan metode Metode Amenorea Laktasi (MAL) ? a. Kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) b. Menghindari senggama pada masa subur

c. Kontrasepsi yang berbentuk tablet d. Kontrasepsi dalam rahim

3. Apakah yang dimaksud dengan Metode Keluarga Berencana Alamiah ? a. Kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) b. Kesukarelaan menghindari senggama pada masa subur ibu. c. Kontrasepsi yang berbentuk tablet

d. Spiral

4. Apakah yang dimaksud dengan senggama terputus ?

a. Metode dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi

b. Kesukarelaan menghindari senggama pada masa subur ibu. c. Kontrasepsi yang berbentuk tablet

d. Spiral

5. Apakah yang dimaksud dengan kondom ?

a. Sarung karet yang dipasang pada alat kelamin pria b. Kontrasepsi spiral


(3)

c. Kontrasepsi yang berisi hormon d. Kontrasepsi susuk

6. Apakah yang dimaksud kontrasepsi hormonal ? a. Kontrasepsi yang berisi hormon

b. Spiral

c. Kontrasepsi Mantap

d. Kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) 7. Ada berapakah jenis kontrasepsi pil ?

a. 1 b. 2 c. 3 d. 4

8. Ada berapakah jenis kontrasepsi suntik ? a. 1

b. 2 c. 3 d. 4

9. Dimanakah tempat penyuntikan kontrasepsi suntik ? a. Tangan

b. Paha c. Bokong d. Perut

10. Apakah yang dimaksud dengan kontrasepsi implant ? a. Kontrasepsi berbentuk susuk


(4)

b. Spiral

c. Kontrasepsi mantap d. Senggama Terputus

11. Dimanakah tempat pemasangan implant ? a. Lengan kanan

b. Lengan kiri c. Paha d. Perut

12. Apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi dalam rahim ? a. Kontrasepsi berbentuk susuk

b. Kontrasepsi mantap

c. Alat kontrasepsi berbentuk spiral d. Kontrasepsi yang berbentuk tablet

13. Dimanakah tempat pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim ? a. Dalam rahim

b. Lengan kanan c. Lengan kiri d. Paha

14. Apakah yang dimaksud dengan kontrasepsi mantap ? a. Sterilisasi

b. Kontrasepsi berbebtuk susuk c. Alat kontrasepsi dalam rahim d. Kontrasepsi dalam bentuk tablet


(5)

15. Apakah yang dilakukan tenaga kesehatan bila menggunakan alat kontrasepsi mantap ?

a. Disuntik b. Minum Pil c. Dioperasi

d. Memakai kondom

B. Kuesioner Pemilihan Alat Kontrasepsi Oleh Responden

Berilah tanda silang pada point alat kontrasepsi yang akan digunakan : (0) Tidak Menggunakan

(1) Kondom (2) Pil

(3) Suntik 1 bulan (4) Suntik 3 bulan (5) Implant (6) Spiral (7) Sterilisasi


(6)

CURICULUM VITAE

Nama : Kindi Mei Astrina

Tempat/ Tanggal Lahir : Cilacap/ 17 Mei 1987

Agama : Islam

Anak Ke : 1 dari 4 bersaudara

Alamat : BPS Sri Suka Rahayu Jl. Medan KM 4,5 S.Jaya II Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar

Riwayat Pendidikan

No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun Lulus

1 2 3 4 5 6 TK YPHI

SD Negeri 125138 SMP Negeri 1 SMU Negeri 2

D-III Akademi Kebidanan AGATHA D-IV Bidan Pendidik

Pematangsiantar Pematangsiantar Pematangsiantar Pematangsiantar Pematangsiantar Medan 1993 1999 2002 2005 2008 2009 Riwayat Pekerjaan

No Tempat Bekerja Tahun

1 Sebagai staff pengajar di Akademi Kebidanan AGATHA Pematangsiantar


Dokumen yang terkait

Pengaruh Budaya Akseptor Kb Terhadap Penggunaan Kontrasepsi Iud Di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

10 67 153

Analisa Tingkat Evektivitas Pengguna Alat Kontrasepsi Berdasarkan Tingkat Kegagalan Peserta KB Di Kecamatan Siantar Martoba Dan Sitalasari Pematangsiantar Tahun 2009-2010

0 44 55

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor KB di kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010

1 44 122

Karakteristik Akseptor KB Di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009

4 62 169

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Akseptor KB dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat 2009

1 66 69

Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Pada Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

4 39 171

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD DAN NON IUD PADA AKSEPTOR KB Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD Dan Non IUD Pada Akseptor KB.

0 3 12

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD DAN NON IUD PADA AKSEPTOR KB Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD Dan Non IUD Pada Akseptor KB.

0 2 13

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING PADA AKSEPTOR KB TERHADAP KETEPATAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Pemberian Konseling pada Akseptor KB terhadap Ketetapan Pemelihan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Tegal

0 0 14

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR KB TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KECAMATAN TOPOYO KABUPATEN MAMUJU TENGAH

0 0 135