Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor KB di kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010
SIANTAR MARIHAT TAHUN 2010
SKRIPSI Oleh :
NIM. 051000029 SANDRO ADI PALTI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(2)
KELURAHAN SUKA RAJA KECAMATAN SIANTAR MARIHAT
TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
NIM. 051000029 SANDRO ADI PALTI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(3)
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR KB DI
KELURAHAN SUKA RAJA KECAMATAN SIANTAR MARIHAT
TAHUN 2010
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:
NIM: 051000029 SANDRO ADI PALTI
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 29 Juni 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji
Prof. dr. Nerseri Barus, MPH NIP. 19450817 197302 2 001
Penguji II
Penguji I
Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH NIP. 130318031
drh. Rasmaliah, M.Kes NIP. 19590818 198503 2 002
Penguji III
NIP. 19640404 199203 1 005 Drs. Jemadi, M.Kes
Medan, September 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, MS
(4)
Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah penduduk. Salah satu usaha menurunkan jumlah penduduk dengan program keluarga berencana, diantaranya dengan menggunkan alat kontrasepsi hormonal yang terdiri dari pil, suntik dan implant. Berdasarkan PPLKB kelurahan Suka Raja, Akseptor KB 216. Jumlah akseptor KB hormonal 169 (77,76%)di Kelurahan Suka Raja.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal pada akseptor KB di kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan disain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB yang bertempat tinggal di Kelurahan Suka Raja, sampel semua akseptor KB yang bertrmpat tinggal di lingkungan 1 yang berjumlah 98 Akseptor. Lingkungan terpilih ditentukan secara purposve dengan pertimbangan lingkungan yang memiliki jumlah akseptor KB terbesar dan dan memenuhi sampel minimal. Analisis statistic dilakukan dengan analisis univariat, bivariat dan multivariate.
Dari hasil penelititan prevalens rate yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal 66,3%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada dua variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna yaitu umur (p=0,010), dan jumlah anak (p=0,008) dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal dan tidak ada hubungan asosiasi yang bermakna antara pendidikan (p=0,071), pekerjaan (p=0,473), pengetahuan (p=0,812), ketersediaan pelayanan KB (p=0,285), ketercapaian tempat pelayanan KB (p=0,711) dan keterjangkauan biaya pelayanan KB (p=0,348) dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal. Hasil analisis multivariate diperoleh faktor dominan yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal adalah jumlah anak dengan persamaan regresi logistic y= -2,499 + 0,074X1
Tingginya prevalensi penggunaan alat kontrasepsi hormonal perlu dilakukan peningkatan penyuluhan tentang penggunaan kontrasepsi yang lebih efektif (sterilisasi) terkhusus bagi akseptor yang sudah memiliki anak cukup (1-2 orang), untuk menghindari jumlah anak.
(5)
attempt to decrease the number of residents with family planning programs, such as by using a hormonal contraceptive device that consists of pills, injections and implants. Based on administrative PPLKB Suka Raja, 216 Acceptor contraception. The number of acceptors of hormonal 169 (77.76%) in Suka Raja.
This research aimed to analyze the factors associated with the use of hormonal contraceptives in family planning acceptors in the village of Suka Raja Sub Siantar Marihat Year 2010. This research was a descriptive cross sectional design. The population in this research are all family planning acceptors residing in village of Suka Raja, samples of all family planning acceptors live in an environment which amounts to 98 Acceptors. Selected environmental purposve determined by environmental considerations that have the largest number of acceptors and meet the minimum sample. Statistical analysis was done by univariate analysis, bivariate and multivariate.
From the results research, prevalence rates of hormonal contraceptive use 66.3%. Results of bivariate analysis shows that there are two variables that have a relationship significant association of age (p = 0.010), and the number of children (p = 0.008) with the use of hormonal contraceptives and there is no relationship significant between education association (p = 0.071), occupation (p = 0.473), knowledge (p = 0.812), availability of family planning services (p = 0.285), achievement for family planning service place (p = 0.711) and affordability of family planning service costs (p = 0.348) with the use of hormonal contraceptives. Results obtained by multivariate analysis of factors dominantly associated with hormonal contraceptive use is the number of children with logistic regression equation y = -2.499 + 0.074 X 1
The high prevalence of use of hormonal contraceptives need to intensify education about the use of more effective contraception (sterilization), particularly in view of acceptors who have children enough (1-2 people), to avoid the number of children.
(6)
Nama : SANDRO ADI PALTI Tempat/Tanggal Lahir : Kabanjahe/ 23 Agustus 1986
Agama : Kristen Protestan
Anak ke : 5 dari 6 bersaudara
Nama ayah : J.B Sinaga
Nama Ibu : O br Munthe
Alamat : Jln Nyiur 1 No 30 Perumnas Simalingkar Medan
Riwayat Pendidikan : SD Negeri 0404044 Kabanjahe (1992-1998) : SLTP Negeri 1 Kabanjahe (1998-2001) : SLTA Negeri 1 Kabanjahe (2001-1004) : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor KB di kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010”.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. dr Sori Muda Sarumpaet, MPH, selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU dan selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan saran, dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 3. Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
4. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes, dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Drs. Jemadi M.Kes. dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran, dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
(8)
6. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko M.Kes dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan nasehat selama perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Ibu Nurlita Hutajulu, selaku Lurah Kelurahan Suka Raja Kecamatan siantar Marihat
8. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
9. Kepada Orang Tua tercinta, Ayahanda (J.B Sinaga) dan Ibunda (O Munthe), Saudara saya (K’Lesta dan B’Sugito), (K’Yanti dan B’Bapilu), B’Ronaldi, B’Jefri dan Eldo dan (Fanny & Justin) yang telah memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat Phosophoros : B’Asron, K’Lince, Hendra, Desnal, Revin,Erik dan K’Laya dan ”Devon” (Shinta,Vitry,Bianca,Sara,Fies) yang selalu memberikan semangat, dukungan doa, maupun bantuan kepaada penulis.
11. Sahabat-sahabat di Peminatan Epidemiologi: Nduma, Melvida, Mena, Ester, Nency, Dessy, Asny, Hesty, Christin, Yenti, Irma, Faria, Esron, Robby yang memberikan dukungan, doa maupun bantuannya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Medan, Juni 2010 Penulis
(9)
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xii
Daftar Lampiran... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1. Tujuan Umum ... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Sejarah KB ... 6
2.2. Pengertian dan Tujuan Program KB ... 8
2.3. Keberhasilan Program KB di Indonesia ... 8
2.4. Alat Kontrasepsi... 10
2.5. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi ... 11
2.5.1.Metode Sederhana ... 11
2.5.2.Metode Modern ... 12
2.6. Kontrasepsi Hormonal ... 13
2.6.1. Pengertian Kontrasepsi Hormonal... 13
2.6.2. Mekanisme Kerja Estrogen ... 14
2.6.3. Mekanisme Kerja Progesteron ... 14
2.6.4. Sejarah Kontrasepsi Hormonal ... 15
2.6.5. Jenis-Jenis Kontrasepsi Hormonal ... 16
2.7. Determinan Pemilihan/Pemakaian Alat Kontrasepsi ... 28
2.7.1. Umur ... 28
2.7.2. Pendidikan ... 29
2.7.3. Pekerjaan ... 30
2.7.4. Tingkat Pengetahuan ... 31
2.7.5. Jumlah Anak ... 31
2.7.6. Kualitas Pelayanan KB ... 32
BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 34
(10)
3.2. Defenisi Operasional ... 34
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 38
4.1. Jenis Penelitian ... 38
4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 38
4.2.1. Lokasi Penelitian ... 38
4.2.2. Waktu Penelitian ... 38
4.3. Populasi dan Sampel ... 38
4.3.1. Populasi ... 38
4.3.2. Sampel ... 39
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 40
4.4.1. Data Primer ... 40
4.4.2. Data Sekunder ... 40
4.5. Teknik Analisis Data ... 40
4.5.1. Analisis Univariat ... 41
4.5.2. Analisis Bivariat ... 41
4.5.3. Analisis Multivariat ... 41
BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 43
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43
5.1.1. Geografis ... 43
5.1.2. Demografi ... 44
5.1.3. Sarana dan Prasarana ... 44
5.1.3.1. Sarana Kesehatan ... 44
5.1.3.2. Sarana Pendidikan... 45
5.2. Analisis Univariat ... 46
5.2.1. Karakteristik Responden ... 46
5.2.2. Karakteristik Lingkungan ... 48
5.2.3. Prevalens Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal ... 49
5.3. Analisis Bivariat... 51
5.3.1. Hubungan Umur dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal ... 51
5.3.2. Hubungan Pendidikan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormnal ... 52
5.3.3. Hubungan Pekerjaan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal ... 53
5.3.4. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal ... 54
5.3.5. Hubungan Jumlah Anak dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal .... 55
5.3.6. Hubungan Ketersediaan Pelayanan KB dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal ... 56
5.3.7. Hubungan Keterjangkauan Biaya Pelayanan KB dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal ... 57
5.4. Analisis Multivariat ... 58
BAB 6 PEMBAHASAN ... 59
6.1. Analisis Univariat ... 59
(11)
6.2. Analisis Bivariat ... 60
6.2.1. Hubungan Umur dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal ... 60
6.2.2. Hubungan Pendidikan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormnal ... 61
6.2.3. Hubungan Pekerjaan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal ... 63
6.2.4. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal ... 64
6.2.5. Hubungan Jumlah Anak dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal .... 65
6.2.6. Hubungan Ketersediaan Pelayanan KB dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal ... 67
6.2.8. Hubungan Keterjangkauan Biaya Pelayanan KB dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal ... 70
6.3. Analisis Multivariat ... 71
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 72
7.2. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kelurahan
Suka RajaTahun 2010……… ………43 Tabel 5.2. Distribusi Sarana Kesehatan di Kelurahan Suka Raja
Tahun 2010 ... 43 Tabel 5.3. Distribusi Sarana Pendidikan di Kelurahan Suka Raja
Tahun 2010 ... 44 Tabel 5.4. Distribusi Karakteristik Responden/ akseptor KB di Kelurahan Suka
Raja Kecamatan Siantar Marihat
Tahun 2010 ... 45 Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Lingkungan pada akseptor KB di Kelurahan
Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat
Tahun 2010 ... 47 Tabel 5.6. Distribusi Jenis Alat Kontrasepsi Yang Digunakan
Akseptor KB Di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010 ... 48 Tabel 5.7. Prevalens Pengguna Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor KB Di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010 ... 48 Tabel 5.8. Prevalens Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada
Akseptor KB Berdasarkan Umur, Ratio Prevalens, 95% CI, Nilai χ2 dan
ρ Di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010 49 Tabel 5.9. Prevalens Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada
Akseptor KB Berdasarkan Pendidikan , Ratio Prevalens, 95% CI, Nilai
χ2
dan ρ Di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010 ... 50 Tabel 5.10. Prevalens Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada
Akseptor KB Berdasarkan Pekerjaan , Ratio Prevalens, 95% CI, Nilai χ2 dan ρ Di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010 ... 51
(13)
Tabel 5.11. Prevalens Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor KB Berdasarkan Pengetahuan , Ratio Prevalens, 95% CI, Nilai χ2 dan ρ Di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010 ... 52 Tabel 5.12. Prevalens Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada
Akseptor KB Berdasarkan Jumlah Anak , Ratio Prevalens, 95% CI, Nilai
χ2
dan ρ Di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010 ... 53 Tabel 5.13. Prevalens Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada
Akseptor KB Berdasarkan Ketersediaan Pelayanan KB , Ratio
Prevalens, 95% CI, Nilai χ2 dan ρ Di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010 ... 54
Tabel 5.14. Prevalens Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada
Akseptor KB Berdasarkan Keterjangkauan Biaya Pelayanan KB , Ratio Prevalens, 95% CI, Nilai χ2 dan ρ Di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat
Tahun 2010 ... 56 Tabel 5.15. Identifikasi Variabel Dominan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Pada Akseptor KB di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010 ... 57 Tabel 5.16. Variabel Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Hormonal Pada Akseptor KB di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010. ... 57
(14)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1 Diagram Pie Proporsi Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun
2010 ... 59 Gambar 6.2. Diagram Bar Prevalensi Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal
Pada Akseptor KB berdasarkan Umur di Kelurahan Suka Raja
Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010 ... 60 Gambar 6.3. Diagram Bar Prevalensi Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi
Hormonal Pada Akseptor KB berdasarkan Pendidikan di Kelurahan
Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010 ... 61 Gambar 6.4. Diagram Bar Prevalensi Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi
Hormonal Pada Akseptor KB berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan
Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010 ... 63 Gambar 6.5. Diagram Bar Prevalensi Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi
Hormonal Pada Akseptor KB berdasarkan Pengetahuan di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010 ... 64 Gambar 6.6. Diagram Bar Prevalensi Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi
Hormonal Pada Akseptor KB berdasarkan Jumlah anak di Kelurahan
Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010 ... 65 Gambar 6.7. Diagram Bar Prevalensi Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi
Hormonal Pada Akseptor KB berdasarkan Ketersediaan Pelayanan
KB di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010 .... 67 Gambar 6.8. Diagram Bar Prevalensi Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi
Hormonal Pada Akseptor KB berdasarkan Ketercapaian Tempat Pelayanan KB di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat
Tahun 2010 ... 68 Gambar 6.9. Diagram Bar Prevalensi Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi
Hormonal Pada Akseptor KB berdasarkan Keterjangkauan Biaya Pelayanan KB di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian 2. Master Data
3. Out put Kuesioner
4. Surat Permohonan Izin Peninjauan Riset/ Wawancara/ The Job Training dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
5. Surat Keterangan selesai Penelitian dari Kelurahan Suka Raja
(16)
Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah penduduk. Salah satu usaha menurunkan jumlah penduduk dengan program keluarga berencana, diantaranya dengan menggunkan alat kontrasepsi hormonal yang terdiri dari pil, suntik dan implant. Berdasarkan PPLKB kelurahan Suka Raja, Akseptor KB 216. Jumlah akseptor KB hormonal 169 (77,76%)di Kelurahan Suka Raja.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal pada akseptor KB di kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan disain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB yang bertempat tinggal di Kelurahan Suka Raja, sampel semua akseptor KB yang bertrmpat tinggal di lingkungan 1 yang berjumlah 98 Akseptor. Lingkungan terpilih ditentukan secara purposve dengan pertimbangan lingkungan yang memiliki jumlah akseptor KB terbesar dan dan memenuhi sampel minimal. Analisis statistic dilakukan dengan analisis univariat, bivariat dan multivariate.
Dari hasil penelititan prevalens rate yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal 66,3%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada dua variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna yaitu umur (p=0,010), dan jumlah anak (p=0,008) dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal dan tidak ada hubungan asosiasi yang bermakna antara pendidikan (p=0,071), pekerjaan (p=0,473), pengetahuan (p=0,812), ketersediaan pelayanan KB (p=0,285), ketercapaian tempat pelayanan KB (p=0,711) dan keterjangkauan biaya pelayanan KB (p=0,348) dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal. Hasil analisis multivariate diperoleh faktor dominan yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal adalah jumlah anak dengan persamaan regresi logistic y= -2,499 + 0,074X1
Tingginya prevalensi penggunaan alat kontrasepsi hormonal perlu dilakukan peningkatan penyuluhan tentang penggunaan kontrasepsi yang lebih efektif (sterilisasi) terkhusus bagi akseptor yang sudah memiliki anak cukup (1-2 orang), untuk menghindari jumlah anak.
(17)
attempt to decrease the number of residents with family planning programs, such as by using a hormonal contraceptive device that consists of pills, injections and implants. Based on administrative PPLKB Suka Raja, 216 Acceptor contraception. The number of acceptors of hormonal 169 (77.76%) in Suka Raja.
This research aimed to analyze the factors associated with the use of hormonal contraceptives in family planning acceptors in the village of Suka Raja Sub Siantar Marihat Year 2010. This research was a descriptive cross sectional design. The population in this research are all family planning acceptors residing in village of Suka Raja, samples of all family planning acceptors live in an environment which amounts to 98 Acceptors. Selected environmental purposve determined by environmental considerations that have the largest number of acceptors and meet the minimum sample. Statistical analysis was done by univariate analysis, bivariate and multivariate.
From the results research, prevalence rates of hormonal contraceptive use 66.3%. Results of bivariate analysis shows that there are two variables that have a relationship significant association of age (p = 0.010), and the number of children (p = 0.008) with the use of hormonal contraceptives and there is no relationship significant between education association (p = 0.071), occupation (p = 0.473), knowledge (p = 0.812), availability of family planning services (p = 0.285), achievement for family planning service place (p = 0.711) and affordability of family planning service costs (p = 0.348) with the use of hormonal contraceptives. Results obtained by multivariate analysis of factors dominantly associated with hormonal contraceptive use is the number of children with logistic regression equation y = -2.499 + 0.074 X 1
The high prevalence of use of hormonal contraceptives need to intensify education about the use of more effective contraception (sterilization), particularly in view of acceptors who have children enough (1-2 people), to avoid the number of children.
(18)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah penduduk. Permasalahannya yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang makin meningkat, persebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas penduduk yang masih rendah. Salah satu usaha untuk menekan pertumbuhan penduduk adalah dengan jalan mengurangi jumlah kelahiran.1
Penduduk Indonesia sebelum tahun 1960-an berada di peringkat keenam setelah Cina, India, USSR, Amerika Serikat, dan Jepang. Namun setelah 1960-an Indonesia naik ke peringkat yang kelima menggeser posisi Jepang. Pergeseran ini terutama disebabkan oleh belum berhasilnya Indonesia menurunkan laju pertumbuhan penduduk, sementara Jepang telah berhasil.2
Untuk mengendalikan pertumbuhan yang semakin meningkat, di Indonesia dilaksanakan Program Kependudukan Keluarga Berencana yang operasionalnya dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN); dimulai pada tahun 1970 berdasarkan struktur organisasi yang ditetapkan dengan Keppes No. 8/1970. adapun yang menjadi sasaran dalam Pelaksanaan Program Kependudukan Keluarga Berencana adalah mereka yang tergolong pada Pasangan Usia Subur (PUS).3
Pada tahun 2003 di Indonesia, jumlah PUS sebanyak 5.918.271 pasang. Dari jumlah ini sebanyak 11,72 % (693.469 peserta) merupakan peserta KB baru dan sebanyak 77,80 % (4.604.160 peserta) merupakan akseptor KB aktif. Menurut SDKI
(19)
2002-2003 kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntikan (49,1 %), pil (23,3 %), IUD/spiral (10,9 %), implant (7,6 %), MOW (6,5 %), kondom (1,6 %), dan MOP (0,7 persen).2 Tahun 2007 peserta KB mencapai 5,6 juta , diikuti peningkatan pada tahun 2008 menjadi 6,5 juta akseptor, dan diperkirakan tahun 2009 akseptor mampu mencapai angka 7 juta orang.5
Pada tahun 2007 di Sumut, jumlah PUS 1.964.236 pasang. Dari jumlah ini 63,64 % (1.250.028 peserta) merupakan peserta KB aktif dan sebanyak 12,49 % (245.271 peserta) merupakan peserta KB baru. Berdasarkan peserta KB aktif, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah pil (35,64 %), suntikan (33,39 %), kondom (14.18 %), IUD/spiral (10.82 %), MOW (4,48 %), dan MOP (1,49 %). Berdasarkan peserta KB baru, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah suntikan (39,99 %), pil (37,38 %). 6
Pada tahun 2009 di kota Siantar , jumlah PUS 34.183 pasang. Proporsi penggunaan kontrasepsi 17,62 % (7.322 peserta) merupakan peserta KB baru dan sebanyak 56,00 % (23.272 peserta) merupakan peserta KB aktif. Berdasarkan peserta KB aktif , kontrasepsi yang digunakan adalah suntik (29,90 %), pil (25,14 %), IUD/spiral (11,60 %), MOP/MOW (13,75 %), implant (11.06 %) dan kondom (8,51 %). Berdasarkan peserta KB baru, kontrasepsi yang digunakan adalah suntik (33,95 %), pil (31,31 %), IUD/spiral (5,14 %), MOP/MOW (15,43 %), implant (5,31 %) dan kondom (9,68 %).7
Pada Tahun 2008 Di Kecamatan Siantar Marihat, jumlah PUS 2.810 pasang , dengan peserta KB baru 15,72% (575 peserta) dan peserta KB aktif 56,93 % (2.235 peserta). Berdasarkan peserta KB aktif , kontrasepsi yang digunakan adalah pil (25,43
(20)
%), suntik (29,62 %), IUD/spiral (5,00 %), MOP/MOW(9,00 %), implant (15,87 %) dan kondom (15,00 %). Berdasarkan peserta KB baru, kontrasepsi yang digunakan adalah pil (25,33 %), suntik (35,06 %), IUD/spiral (0,67 %), kondom (2,48 %), implant (0,22 %) dan MOP/MOW (0,00 persen).7
Dari data PLKB / Pengelola KB Kelurahan Suka Raja Tahun 2010 tercatat sebanyak 364 PUS, dengan Peserta KB Aktif sebanyak 59,34 % (216 peserta). Sedangkan menurut Estándar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, Penggunaan KB Aktif Minimal 70 % dari Pasangan Usia Subur. Berdasarkan peserta KB aktif, kontrasepsi adalah pil (23,14 %), suntik (41,66 %), Implant (12,96 %), IUD/spiral (2,77 %), kondom (6,94 %) MOP/MOW (4,62%) dan metode alamiah (7,87 %).8
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa dari peserta KB aktif dan KB baru, penggunaan Kontrasepsi Hormonal yang terdiri dari Pil, Suntik dan Implant di Indonesia yaitu 80 % dan di kelurahan Suka Raja yaitu 77,76 %. Penggunaan KB Hormonal memiliki persentase yang tinggi.
Sedangkan yang diharapkan adalah penggunaan alat kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi yaitu kontrasepsi sterilisasi yang terdiri dari MOP (sterilisasi pria) dan MOW (sterilisasi wanita) dimana tingkat keberhasilannya 99 % dan keuntungannya adalah tidak adanya mortalitas/kematian. Kontrasepsi Permanen sangat kecil mempengaruhi morbiditas/ komplikasi penyakit lain, pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit, tidak menggangu hubungan seksual, tidak harus selalu diingat-ingat dalam menggunakan atau mengkonsumsinya, tidak harus selalu ada persediaan di rumah dan sifatnya permanen.9
(21)
Sedangkan penggunaan alat kontrasepsi hormonal bukan kontrasepsi mantap dan mempengaruhi kesehatan dan aksepstor sering lupa mengkonsumsi. Untuk itu perlu diketahui faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal pada PUS di Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat.
1.2 Perumusan Masalah
Belum diketahui faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal pada Akseptor KB di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal pada akseptor KB di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010
(22)
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prevalens rate penggunaan alat kontrasepsi hormonal pada akseptor KB di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010. b. Untuk mengetahui hubungan karakteristik host (umur, pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan, jumlah anak ) dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal pada akseptor KB di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Sianta Marihat Marelan Tahun 2010.
c. Untuk mengetahui hubungan karakteristik environment (Ketersediaan Pelayanan KB, Keterjangkauan biaya Pelayanan KB ) dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal pada akseptor KB di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010.
d. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal pada aksptor KB di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan bagi Program Penyuluhan Lapangan Keluarga Berencana (PPLKB) dalam peningkatan pelayanan KB di Kelurahan Suka Raja .
b. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan FKM-USU Medan dan penelitian yang sejenis berikutnya
(23)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah KB
Keluarga berencana bukanlah sesuatu yang baru, karena menurut catatan dan tulisan yang berasal dari Mesir kuno, Yunani kuno, Tiongkok kuno dan India, hal ini telah dipraktekkan berabad-abad yang lalu, namun caranya masih kuno dan primitif. Cara keluarga berencana yang pertama dilakukan adalah dengan jalan berdoa dan memakai jimat anti hamil, sambil meminta dan berharap supaya wanita jangan hamil. 10
Pada zaman Yunani kuno, Soranus dan Ephenus membuat tulisan ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran yaitu mengeluarkan semen (air mani) dengan membersihkan vagina dengan kain dan minyak. Selain itu, ada juga yang memasukkan rumput, daun-daunan, ke dalam vagina untuk menghalangi masuknya sperma ke dalam rahim.10
Gerakan keluarga berencana bermula dari kepeloporan beberapa tokoh baik di dalam maupun diluar negeri. Awal abad 19 di Inggris, upaya keluarga berencana muncul atas prakarsa Maria Stopes (1880-1950) yang menaruh perhatian terhadap kesehatan ibu. Maria Stopes menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh di Inggris.8 Dia menyarankan pemakaian cap dari karet, dikombinasikan dengan supositoria yang mengandung bubuk kinine; dapat juga spons yang dibubuhi sabun bubuk.11
(24)
Di Amerika Serikat, Margareth Sanger (1883-1966) merupakan pelopor Keluarga Berencana modern yang dikenal dengan program birth control-nya.12 Dia menganjurkan untuk menggunakan kondom atau cap yang dikombinasikan dengan penyemprotan setelah senggama.11
Pada tahun 1917 didirikan National Birth Control League dengan Margareth Sanger sebagai ketuanya. Sejak saat itulah berdiri perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.12
Di Indonesia keluarga berancana modern mulai dikenal pada tahun 1953. Pada tanggal 23 Desember 1957 berdirilah sebuah wadah dengan nama Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), dan merupakan pelopor pergerakan keluarga berencana nasional.12 PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui cara mengatur atau menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan dan membri nasehat perkawinan. Kegiatan penerangan dan pelayanan sangat terbatas, karena banyaknya kesulitan dan hambatan yang melarang penyebarluasan gagasan Keluarga Berencana.12
Berdasarkan hasil penandatanganan Deklarasi Kependudukan PBB tahun 1967, maka dibentuklah Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) sebagai lembaga semi pemerintah. Dan pada tahun 1970, ditetapkan sebagai Badan Pemerintah melalui Keppres no.8 tahun 1970 dan diberi nama badan koordinasi keluarga berencana nasional (BKKBN) yang bertanggung jawab kepada presiden, dan bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pengawasan dan penilaian pelaksanaan program keluarga berencana.
(25)
2.2. Pengertian danTujuan Program KB
Menurut WHO (World Health Organization) expert committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamian yang tidak diingankan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri sertamenentukan jumlah anak dalam keluarga. 13
Berdasarkan UU no 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga berencana adalah suatu upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.2
Misi program KB adalah “membangun dan melestarikan kembali pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB nasional yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai.” Sedangkan tujuan utama program KB Nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas.10
2.3. Keberhasilan Program KB di Indonesia
Gerakan keluarga berencana nasional sebagai salah satu kegiatan pokok dalam upaya mencapai keluarga berkualitas diarahkan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dengan cara penurunan angka kelahiran untuk mencapai
(26)
keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi sehingga terwujud peningkatan kesehatan keluarga.14
Program KB menjamin bahwa setiap orang atau pasangan mempunyai akses informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak. Diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan yang masuk dalam kategori resiko tinggi. Bila kehamilan diinginkan dan berlangsung pada keadaaan dan saat yang tepat akan menjamin keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya.15
Hal ini sesuai dengan visi program KB nasional tahun 2007 yaitu seluruh keluarga di Indonesia mengikuti program KB, dengan mewujudkan misi yaitu “ Mewujudkan Keluarga Berkualitas 2015”, salah satu misi yang dikerjakan dalam rangka mencapai visi tersebut adalah dengan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.11
Indonesia telah berhasil dalam menekan angka pertumbuhan penduduknya. Angka kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR) 2,6 pada tahun 2002, dan pada tahun 2007, angka TFR tetap 2,6. Data sensus tahun 2000 diperoleh jumlah penduduk sebesar 206,2 juta jiwa dengan laju perumbuhan penduduk sebesar 1,49% atau lebih rendah dari laju pertumbuhan penduduk periode 1970-1980 (2,32%) dan periode 1980-1990 (1,97%). 1,11 Jumlah penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk tahun 2005 adalah berjumlah 218,9 juta jiwa.16 Sedangkan penduduk Indonesia tahun 2008 berjumlah sekitar 219 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan 1,3 persen per tahun.5 Di Sumatera Utara tercatat jumlah penduduk sebanyak 12,3 juta jiwa lebih, dan
(27)
merupakan jumlah penduduk terbanyak ke empat di Indonesia, setelah propinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.11
Penurunan TFR ini pada umumnya sebagai akibat dari meningkatnya pemakaian alat kontrasepsi (prevalensi) pada pasangan usia subur. Pada tahun 1971, angka prevalensi kurang dari 5 %, meningkat menjadi 26 % pada tahun 1980, 48 % pada tahun 1987, 57 % tahun 1997 dan tahun 2003 sebesar 60 % (SDKI 2002-2003).17
2.4. Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.12
Daya guna kontrasepsi terdiri atas daya guna teoritis atau fisiologik
(theoretical effectiveness), daya guna pemakaian ( use effectiveness), dan daya guna
demografik (demografic effectiveness). Daya guna teoritis merupakan kemampuan suatu cara kontrasepsi bila dipakai dengan tepat, sesuai dengan instruksi dan tanpa kelalaian. Daya guna pemakaian adalah perlindungan terhadap konsepsi yang ternyata pada keadaan sehari-hari yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ketidak hati-hatian, tidak taat asas, motivasi, keadan sosial-ekonomi-budaya, pendidikan, dll. Daya guna demografik menunjukkan berapa banyak kontrasepsi diperlukan untuk mencegah suatu kelahiran.12
Prinsip kerja kontrasepsi pada dasarnya cara kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma). Ada tiga
(28)
cara untuk mencapai tujuan ini, baik yang bekerja sendiri maupun bersamaan. Pertama adalah menekan keluarnya sel telur (ovulasi), kedua menahan masuknya sperma ke dalam saluran kelamin wanita sampai mencaapai ovum dan ketiga adalah menghadangi nidasi. Contoh pertama adalah kontrasepsi steroid, baik pil, suntikan, maupun implant. Contoh kedua terdiri atas kondom, mangkok vagina, spermisida, dan ligasi tuba dan vas deferens. Khusus diterapkan pada laki-laki adalah sanggama terputus dan vasektomi, di mana pada kedua cara tersebut, sperma tidak pernah mencapai saluran kelamin wanita. Contoh ketiga adalah IUD atau AKDR.
2.5. Jenis- Jenis Alat Kontrasepsi
Ada beberapa pandangan yang membedakan jenis-jenis metoda kontrasepsi sehingga para pengguna dan tenaga kesehatan dapat mengetahui kontrasepsi secara baik, misalnya antara metoda kontrasepsi sementara dan metoda kontrasepsi permanen.
Menurut Hanafi (2004) jenis-jenis metode kontrasepsi adalah : 2.5.1. Metode Sederhana
a. Kontrasepsi Tanpa Menggunakan alat a.1. KB Alamiah
Yang termasuk dalam KB alamiah adalah metode kalender ( Ogino Knous ), metode suhu badan ( Termal ), metode lendirserviks ( Billings ), metode simpto-termal dan pantang berkala
(29)
a.2. Coitus Interruptus (Senggama terputus)
Adalah suatu metode kontrasepsi di mana sanggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksterna wanita.
b. Kontrasepsi Dengan Menggunakan Alat b.1. Kondom
Adalah merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produk hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.
b.2. Spermisid
Adalah bahan kimia yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Spermisida menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembunuhan sel telur. Spermisida dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal atau krim. Spermisida kurang efektif untuk mencegah kehamilan apabila digunakan sendiri. Akan tetapi akan sangat efektif apabila digunakan dengan metode lainnya seperti diafragma dan kondom. b.3. Barrier intra-vaginal (Diafragma)
Diafragma adalah suatu mangkok dangkal yang terbuat dari karet lunak yang dipakai oleh wanita menempel di mulut rahim, untuk mencegah sel mani agar tidak masuk ke dalam rahim. Spermisida yang dipakai bersamaan dengan diafragma akan membantu membunuh sel-sel mani dan juga melindungi terhadap ancaman penularan gonorrhea dan chlamydia. Diafragma terdapat dalam berbagai ukuran, dan diperlukan pemeriksaan oleh petugas kesehatan untuk menentukan ukuran diafragma yang cocok.
(30)
2.5.2. Metode Modern a. Kontrasepsi Hormonal
Yang termasuk dalam kontrasepsi hormonal adalah Pil Oral Kombinasi, Mini Pil, Injeksi (suntikan), dan Implant (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)
b. Kontrasepsi tanpa Hormonal
Yang termasuk dalam kontrasepsi tanpa hormonal adalah Intra Uterine Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan Kontrasepsi Mantap (Sterilisasi).
2.6 Kontrasepsi Hormonal
2.6.1 Pengertian Kontrasepi Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron.4
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Kebanyakan jenis hormon yang terkandung dalam kontrasepsi hormional adalah jenis hormon sintetik, kecuali yang terkandung dalam depo medroksiprogesteron asetat (depo MPA), yang jenis hormonnya adalah jenis progesteron alammiah. Kebanyakan kontrasepsi hormonal diberikan secara oral (kontrasepsi oral). Sediaan yang mengandung progesteron saja dapat berupa pil, depo dalam bentuk injeksi, AKDR, atau implan. Kontrasepsi oral yang mengandung progesteron saja adalah minipil. Saat ini telah tersedia jenis kontrasepsi injeksi yang mengandung estrogen dan progesteron . Kontrasepsi oral
(31)
adalah jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan karena memang bentuk inilah yang paling efektif mencegah kehamilan.4
2.6.2 Mekanisme kerja estrogen : 10
Estrogen mempunyai khasiat kontrasepsi dengan jalan mempengaruhi ovulasi, perjalanan ovum, atau implantasi.
Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya menghambat FSH dan LH. Ovulasi tidak selalu dihambat oleh pil kombinasi yang mengandung estrogen 50 mikrogram atau kurang. Kalaupun daya guna preparat ini tinggi (95-98% menghambat ovulasi), hal itu adalah pengaruh progesteron di samping estrogen.
Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi (dietil stilbestrol, etinil estradiol) yang diberikan pada pertengahan siklus haid. Jarak waktu diantara konsepsi dan implantasi rata-rata 6 hari. Biopsi endometrium yang dilakukan sesudah pemberian estrogen dosis tinnggi pasca-konsepsi menunjukkan efek antiprogesteron yang dapat menghambat implantasi. Perjalanan ovum dipercepat dengan pemberian estrogen pascaa konsepsi.
2.6.3. Mekanisme kerja progesteron :10
Fungsi progesteron ialah menyiapkan endometrium untuk implantasi dan mempertahankan kehamilan.
Disamping itu, progesteron mempunyai khasiat kontrasepsi, sebagai berikut: i. Lendir serviks mengalami perubahan menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi
(32)
ii. Kapasitasi sperma dihambat oleh progesteron. Kapasitas diperlukan oleh sperma untuk membuahi sel telur dan menembus rintangan di sekeliling ovum.
iii. Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam tuba akan terhambat.
iv. Implantasi dihambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi. Walaupun ovulasi dapat terjadi, produksi progesteron dari korpus iuteum akan berkurang, sehingga implantasi dihambat.
v. Penghambatan ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium. 2.6.4 Sejarah Kontrasepsi Hormonal12
Pengaruh korpus luteum yang menghambat ovulasi telah diketahui pada awal abad ke 20. Pada tahun 1921 Haberlandt melakukan transplantasi ovarium binatang percobaan yang sedang hamil kepada binatang lain dari spesies yang sama. Ia menemukan kemandulan sementara pada binatang yang menerima transplantasi. Pada tahun 1930 Allen melakukan isolasi progesteron, dan pada tahun-tahun berikutnya Bickenbach dan von Masseencbach menemukan bahwa progesteron, testosteron, dan estrogen dapat menghambat ovulasi. Walaupun demikian, sampai tahun 1950 hormon steroid ini belum mendapat tempat sebagai obat antifertilitas, tetapi banyak diselidiki untuk menghasilkan kortison.
Barulah pada tahun 1950-an setelah Pincus, Chang, dan Rock menemukan bahwa pemberian progesteron per os pada hari ke 5 sampai ke 25 daur haid dapat menghambat ovulasi, hormon steroid ini dipakai untuk keperluan kontrasepsi. Percobaan pertama pemakaian kontrasepsi oral dengan noretinodrel dan mestranol di
(33)
Puerto Rico pada tahun 1956 membuktikan daya guna yang sangat tinggi sebagai kontrasepsi.
Semenjak itu perkembangan kontrasepsi hormonal berlangsung terus. Tahun 1960 pil kombinasi estrogen-progesteron mulai digunakan. Tahun 1963 pil skuensial diperkenalkan. Sejak tahun 1965 sampai sekarang banyak diadakan penyesuaian dosis atau penggunaan progesteron saja, sehingga muncul pil mini, dll. Perkembangan ini pada umunya bertujuan mencari suatu kontrasepsi hormonal yang mempunyai daya guna tinggi, efek samping minimal, dan keluhan pasien yang sekecil-kecilnya.
2.6.5. Jenis-jenis Kontrasepsi Hormonal a. Pil Oral Kombinasi
Pil Oral Kombinasi (POK) adalah salah satu metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan dan mengandung dosis kombinasi yang berisi dosis rendah estrogen dan progesterone. POK mengandung dosis yang lazim 20-35 mg.12
a.1 Jenis Pil Oral Kombinasi
Jenis Pil Oral Kombinasi ada tiga jenis yaitu : a.1.1. Pil Monofasik
Pil kombinasi ini paling banyak digunakan , karena pil monofasik mengandung estrogen dan progesterone yang sama jumlah besarnya selama 21 hari waktu pil digunakan, Misalnya :Brevinor, eugynon 30, Femodene, femodette, Loestrin 20, Loestrin 30, Marvelin, Mercilon, Microgynon, Minult, Ovranette, Ovysmen, Ovram, Ovran 30, Norinny-1 dan Yasmin. Saat ini yang sering digunakan ada tiga macam pil yaitu Mercilon, fenodete dan Loestrin 20
(34)
a.1.2. Pil Bifasik
Pil ini adalah pil 21 hari yang berisi estrogen dalam jumlah sama selama penggunaan paket tetapi ada pil yang memiliki dua kadar progresteron berbeda didalamnya.Biasanya pil ini diberi kode dengan nama yang berbeda, Misalnya : Binovum
a.1.3. Pil Trifasik
Pil ini adalah pil 21 hari yang berisi estrogen,ang bervariasi (biasanya dua kadar yang berbeda) selama paket penggunaan tetapi memiliki tiga kadar progesteron yang berbedadidalamnya, yang diberi kode warna. Misalnya ;ogynon, synphase, Trinovum, Trimordiol, Tro-Minulet,dan Triadence. 12
a.2 Mekanisme Kerja Pil Oral Kombinasi : 18
Titik tangkap utama kontrasepsi oral kombinasi adalah pada hipotalamus dengan menekan gonadotropin releasing hormon. Pengaruhnya pada hipofisis terutama adalah penurunan sekresi luteinizing hormon (LH), dan sedikit follice
stimulating hormon. Dengan tidak adanya puncak LH, maka ovulasi tidak terjadi. Di
samping itu, ovarium menjadi tidak aktif, dan pemasakan folikel terhenti. Lendir serviks juga mengalami perubahan,menjadi lebih kental, gambaran daun pakis menghilang, sehingga penetrasi sperma menurun. Pil progestin saja (POS) tidak menghambat hipotalamus dengan sempurna sehingga banyak di antara wanita masih berovulasi.
(35)
a.3 Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi a.3.1 Keuntungan Pil Oral Kombinasi
Keuntungan utama pil adalah keefektifannya yang sangat tinggi apabila digunakan dengan tepat dan benar. Pil memenuhi unsur sederhana, mudah penggunaannya, tidak memerlukan intervensi medis, tidak memerlukan pemeriksaan dalam pemakaiannya, tidak menggangu senggama. Penelitian tentang pil sudah cukup banyak sehingga pil diyakini melindungi wanita terhadap penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan oleh beberapa mekanisme antara lain mengurangi jumlah darah menstruasi sehingga mengurangi medium kultur untuk beberapa jenis kuman. Pil juga menyebabkan angka kejadian kehamilan ektopik menjadi lebih kecil karena dengan mencegah ovulasi secara otomatis kemungkinan kejadian keamilan ektopik juga menurun. Tidak diragukan lagi bahwa pil menurunkan kejadian tumor ovarium dan tumor jinak payudara dan kanker endometrium. Pil juga menjadikan siklus haid lebih teratur, mengurangi rasa sakit (dismenorea), dan menurunkan jumlah darah yang hilang sehingga mengurangi insidensi anemia.
a.3.2. Kerugian Pil Oral Kombinasi10
Di samping keuntungan yang ada, pil mempunyai beberapa kerugian antara lain harus diminum setiaphari, sehingga ketidakdisiplinan pemakaian menyebabkan kegagalan tinggi. Harga pil relatif lebih mahal dibanding cara kontrasepsi lainnya dan pil tidak bisa dipakai pada wanita yang sedang menyusui. Efek samping pil masih cukup banyak seperti perdarahan bercak (break-through bleeding), amenorea, nausea,nyeri payudara,sakit kepala, kenaikan berat badan, perubahan emosi, retnsi
(36)
cairan sampai hipertensi,dan memperberat risiko penyakit kardiovaskuler terutama bagi perokok berat.
Ketidak praktisan pil ditambah dengan efek samping yang masih relatif banyak menyebabkan kelangsungan pemakaian rendah. Angka kelangsungan pemakaian sampai akhir tahun pertama kadang-kadang kurang dari 50 %. Pil kombinasi juga berinteraksi dengan obat lain seperti rifampisin, fenitosin, barbiturat dan griseovulvin. Pemakaian obat tersebut mengurangi keefektifan pil karena menurunkan absorpsi dan/atau menggangu mekanisme kerjanya.
Hubungan antara pil kombinasi dengan kanker leher rahim (ca cervix) masih agak kontroversi. Banyak studi mengatakan bahwa ada hubungan antara pemakaian pil dengan risiko munculnya kanker serviks, bahkan setelah faktor seksual (misal banyaknya partner dan kapan mulai sanggama) diperhitungkan. Penelitian lain ada yang menunjukkan bahwa apabila faktor tersebut diperhitungkan risiko terjadinya kanker seviks tidak meningkat. Dengan kontroversi ini, kita harus lebih berhati-hati memberikan pil kombinasi bagi wanita yang berisiko terhadap kanker serviks, misal dengan melakukan pemeriksaan sitologi seviks (Pap’s smear) terlebih dahulu. Setiap kelainan pada pemeriksaan sitologi sebaiknya tidak diberikan pil kombinasi.
b. Mini Pil
Dalam bahasa aslinya disebut progestin-Only Pills atau disingkat POP atau minipil atau Breastfeeding Pill. Dalam bahasa Indonesia kita menyebut Pil Hanya Progestin atau Pil Progestin saja (PHP atau PPS), atau mini pil atau pil menyusui. Ditengah pertengahan tahun 1960an,sebagai alternatif terhadap pilkombinasi. Pil ini mengandung dosis progestin yang lebih rendah dibandingkan dengan progestin yang
(37)
ada didalam pil kombinasi dan sama sekali tidak berisi estrogen. Di Indonesia dipasarkan dengan nama dagang Exluton (buatan Organon) yang mengandung 0,5 mg linestrenol (bandingkan dengan Ovostat yang mengandung 1,0 mg linestrenol dan 50 µg etinil estradiol). Pil mini diminum terus menerus setiap hari, meskipun sedang dalam keadaan menstruasi. 18
Mini Pil, yang berisikan microdose progestin saja, ternyata tidak memenuhi apa yang sebelumnya diharapkan daripadanya yaitu sebagai penerus dari kontrasepsi Pil-Oral Kombinasi. Diseluruh dunia, mini Pil tidak mendapatkan penerimaan yang luas, baik dari pihak wanita maupun dari pihak petugas medis KB. Dari lebih 50 juta akseptor kontrasepsi oral, hanya 1 dari 150 yang menggunakan Mini-Pil . Mini Pil bukan menjadi pengganti dari Pil Oral Kombinasi, tetapi hanya sebagai suplemen/tambahan yang digunakan oleh wanita – wanita yang ingin menggunakan kontrasepsi oral tetapi sedang menyusui atau untuk wanita yang harus menghindari etrogen oleh sebab apapun.13
b.1. Jenis Mini Pil.19
Jenis Mini Pil tergantung progestin yang terdapat didalamnya, digolongkan menjadi 2 golongan :
b.1.1. Analog Progesteron
Chlormadinone asetat dan Megestrol asetat, Kedua Preparat ini sekarang tidak dipakai lagikarena ternyata dapat menyebabkan benjolan/nodule payudara pada binatang percobaan anjing beagle
(38)
b.1.2. Derivate testosteron (19-norsteroid),
Norethindrone, Norgestrel, Ethynodiol dan Lynestrenol (Exluton)
b.2 Mekanisme Kerja.19
Cara Kerja Mini-Pil belum jelas benar. Tampaknya cara keja Mini Pil tergantung pada kombinasi beberapa mekanisme, antara lain :
b.2.1. Mencegah tejadinya ovulasi pada beberapa siklus
i. Dari penelitian-penelitian ternyata bahwa Mini-Pil hanya mencegah terjadinya ovulasi pada 15-40 % dari siklus haid.
ii. Pencegahan ovulasi disebabkan gangguan pada sekresi hormon LH oleh kelenjar hypophyse, sehingga tidak terjadi puncak mid-siklus. (pada keadaan normal terjadi puncak sekresi LH pada pertengahan siklus dan ini menyebabkan pelepasan ovum dari folikelnya).
iii. Tetapi, meskipun terjadi perubahan kadar hormon LH, tampaknya ovulasi kadang-kadang masih dapat terjadi.
b.2.2. Perubahan dalam motilitas tuba
Transpor ovum melalui saluran tuba mungkin dipercepat sehinga mengurangi kemungkian terjadinya fertilisasi.
b.2.3. Perubahan dalam fungsi corpus luteum
Mungkin tidak terjadi perkembangan corpus luteum yang berfungsi bekas folikel setelah ovulasi, atau corpus luteum berfungsi abnormal dimana sekresi progesterone sangat sedikit sekali sehingga tidak terjadi konsepsi normal dan/atau implantasi.
(39)
b.2.4. Perubahan lendir serviks, yang menggangu motilitas atau daya hidup spermatozoa
Progestin mencegah penipisan lendir serviks pada pertengahan siklus sehingga lendir serviks tetap kental dan sedikit, yang tidak memungkinkan penetrasi spermatozoa, spermatozoanya akan dimobilisir, pergerakannya sangat lambat sehingga hanya sedikit atau sama sekali tidak ada spermatozoa yang mencapai cavum uteri.
b.2.5. Perubahan dalam endometrium sehingga implantasi ovum yang telah dibuahi tidak mungkin terjadi
Bila tetap terjadi ovulasi dan fertilisasi, Mini-Pil masih mungkin mencegah kehamilan melalui efeknya terhadap endometrium. Mini-Pil menggangu berkembangnya siklus endometrium sehingga endometrium berada dalam fase yang salah atau menunjukkan sifat-sifat ireguler atau atrofis, sehingga endometrium tidak dapat menerima ovum yang telah dibuahi.
b.3. Keuntungan, Kerugian dan Kontra-Indikasi Mini-Pil19 b.3.1. Keuntungan dan Kerugian Mini -Pil
Pada prinsipnya keuntungan dan kerugian Mini-Pil sama dengan Pil kombinasi. Pil ini dapat digunakan untuk ibu menyusui, karena progesteron tidak mengganggu produksi ASI. Hanya harus diingat, keefektifan pil ini menurun bila seorang ibu berhenti menyusui. Karena pil ini tidak menekan ovulasi secara mutlak, maka bagi seorang ibu yang pernah menderita kista ovarium, pil ini tidak menjamin terulangnya kembali kista. Juga bagi ibu yang pernah menderita kehamilan ektopik, pil ini tidak mencegah kemungkinan kehamilan ektopik yang baru, karena ia terutama
(40)
mencegah kehamilan intra-uterin, dan tidak menekan ovulasi. Kelebihannya dibanding pil kombinasi antara lain adalah efek sampingnya pada umumnya lebih kecil, ganngguan kardiovaskuler lebih sedikit, termasuk kemungkinan menyebabkan hipertensi lebih kecil. Efek terhadap metabolisme karbohidrat lebih sedikit, sehingga pil progestin saja merupakan alternatif yang baik untuk wanita diabetes.
b.3.2. Kontra-Indikasi Mini Pil
i. Umumnya kontra-indikasi absolut Mini-Pil adalah sama dengan konttra- indikasi absolut POK
ii. Karena Mini-Pil sering menyebabkan perdarahan ireguler, maka perdarahan abnormal per vagina yang tidak diketahui penyebabnya merupakan salah satu kontra-indikasi utama untuk pemakaian Mini-Pil, terutama untuk wanita yang usianya lebih tua
iii. Mini-Pil jangan diberikan pada wanita yang mempunyai penyakit Mononucleosis akut atau penyakit-penyakit hepar.
c. Injeksi/ Suntikan
Suntikan progestin pertama ditemukan pada awal tahun1950-an, yang pada mulanya digunakan untuk pengobatan endometriosis dan kanker endometrium(carcinoma endometri). Baru pada awal tahun 1960, uji klinis pengunaan suntikan progestin untuk keperluan kontrasepsi dilakukan. Ada beberapa preparat progestin yang pernah dicoba sebagai bahan kontrasepsi, tetap pada saat ini hanya dua jenis suntikan progestin yang banyak dipakai, yakni depo medroksiprogesteron asetat (DPMA) dan noretisteron enantat (NET-EN). DMPA telah beredar di lebih dari 90 negara, meskipun FDA (food and Drug Administration,
(41)
semacam POM nya Amerika Serikat) baru menerimanya pada awal tahun 1960an dan NET-EN pada saat ini telah digunakan sekitar 40 negara. Meskipun kontroversi tentang keamanan penggunaan DMPA pernah merebak di awal tahun 1980-an, tetapi sampai sekarang tidak terdapat bukti bahwa DMPA mempunyai risiko efek samping yang lebih besar dibanding kontrasepsi hormonal lainnya. Yang jelas, dengan tidak terdapatnya estrogen pada jenis kontrasepsi ini efek samping yang biasanya muncul karena pegaruh estrogen tidak ada.18
c.1. Jenis Kontrasepsi Injeksi / Suntikan.19
Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarang banayak dipakai adalah :
c.1.1. DMPA (Depot Medroxprogesterone asetat) = Depo-Provera
i. Dipakai di lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih dari 20 tahun dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita
ii. Diberikan sekali setiap-3 bulan dengan dosis 150 mg
c.1.2. NET-EN (Norethindrone enanthate) = Noristerat
i. Dipakai di lebih dari 40 negara, dengan jumlah akseptor kira-kira 1,5 juta wanita
ii. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (= 3 x suntikan pertama ) kemudian selanjutnya sekali setiap 12 minggu
(42)
c.2 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Injeksi / Suntikan.19 c.2.1. Primer : Mencegah Ovulasi
Kadar FSH dan LH menurun dantidak terjadi sentakan LH (LH surge). Respons kelenjar hypophyse terhadap gonadotropin-releasing hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus daripada di kelenjar hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan keadaaan hipo-estrogenik.
Pada pemakaian DMP, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjad oedematous. Dengan pemakaian jangka lama, endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanya didapatkan sedikit sekali jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan kembalimenjadi normal dalam waktu 90 hari suntikan DMPA yang terakhir
c.2.2. Sekunder
i. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa.
ii. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari ovarium yang telah dibuahi.Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi.
c.3 Keuntungan, Kerugian dan Kontra-Indikasi Injeksi / Suntikan
Dibandingkan dengan Pil kombinasi, KB suntik dalam kenyataan lebih efektif yakni mencapai lebih dari 99 % . Penelitian di DIY tahun 1992 menunjukkan angka kegagalan DMPA adalah empat dari 500 akseptor, atau hanya 0,8 per 100 tahun
(43)
wanita. Karena ia tidak mengandung estrogen, maka efek samping yang berhubungan dengan estrogen seperti penyakit kardiovaskuler, tromboemboli lebih kecil. KB suntik dirasakan lebih praktis karena hanya memerlukan suntikan ulang tiap tiga bulan untuk DMPA, atau delapan sampai 12 minggu untuk NET-EN. Obat ini bisa dipakai untuk wanita yang relatif tua (>35 tahun) tanpa kuatir risiko efek samping estrogen.Yang penting lagi adalah suntikan KB dapat diberikan pada wanita yang sedang menyusui. Bahkan terdapat banyak bukti yang mengatakan bahwa DMPA dan NET-EN menaikkan volume ASI dan memperpanjang masa laktasi. Jumlah hormon yang terekskresi lewat ASI adalah sangat kecil. Jumlah yang dikonsumsi bayi bervariasi antara 0,08 sampai 0,20 mg/kg berat badan/hari untuk DMPA, dan lebih kecil yang diserap, sehingga efek samping terhadap bayi adalah kecil sekali
Beberapa kerugian pada KB suntik dibandingkan dengan pil oral adalah ketidak praktisannya, karena harus melalui suntikan sehingga kemungkinan tertular penyakit lain seperti Hepatitis B, dan HIV (penyebab penyakit AIDS ) ada. Untuk mengurangi ini maka setiap penyuntikan harus menggunakan jarum suntik yang baru
(disposable). Gangguan perdarahan lebih banyak dijumpai pemakaian KB suntik.
Adanya amenorea tidak secara otomatis menunjukkan kehamilan. d. Implant atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
Implant, yang dipasarkan oleh Population Council dengan nama dagang Norplant adalah kontrasepsi subdermal yang menggunakan levonorgestrel (LNG) sebagai bahan aktifnya. LNG termasuk progestin yang banyak dipakai pada pil KB. Implant LNG terdiri dari enam kapsul, masing-masing berdiameter 2,4 mm dan panjang 34 mm. Tiap kapsul mengandung 36 mg LNG. Keenam kapsul melepaskan
(44)
80µg LNG setiap hari selama 6-18 bulan pertama, yang selanjutnya menurun samapai 30µg dan terus akan berlangsung sampai paling sedikit lima tahun.
d.1. Jenis Kontrasepi Implant 19 d.1.1. Non-Biodegradable Implant
i. Norplant (6 kapsul), berisi hormon Levonorgestrel, daya kerja 5 tahun ii. Norplant-2 (2 batang), daya kerja 3 tahun
iii. Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun
iv. Satu batang, berisi hormon 3-keto desogestel, daya kerja 2,5-4 tahun. d.1.2. Biodegradable Implant
i. Capronor
Suatu kapsul polymer berisi hormon Levonorgestel, dengan daya kerja 18 bulan
ii. Pellets
Berisi norethindrone dan sejumlah kecil kolesterol, daya kerja 1tahun. d.2. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Implant (AKBK).18
Seperti kontrasepsi lain yang hanya berisi progestin saja, Implant tampaknya mencegah terjadinya kehamilan melalui beberapa cara :
i. Menvegah ovulasi.
ii. Perubahan lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga menghambat pergerakan spermatozoa.
(45)
d.3. Keuntungan, Kerugian dan Kontra-Indikasi Implant d.3.1. Keuntungan Implant
Keuntngan pemakaian implant adalah keefektifannya yang sangat tinggi (one year pregnancy ratenya adalah 0,2 sampai 0,5 per 100wanita).Implant dengan cepat dapat menekan ovulasi (<24 jam), berjangka panjang,tidak menggangu hubungan seks, tidak menggangu laktasi, tidak memberikan efek samping estrogen, reversibilitasnya tinggi dll. Pemasangannya relatif mudah, hanya melalui sebuah operasi kecil meskipun pengangkatannya relatif agak lebih sukar. 18
d.3.2.Kerugian Implant
i. Pemasangan dan Pencabutan nya memerlukan intervensi bedah, meskipun bedah minor sehingga memerlukan ketrampilan khusus.
ii. Teknis asepsis (pencegahan infeksi) sebagaimana teknis asepsis untuk pembedahan pada umunya harus diperhatikan agar resiko infeksi bisa dihindari. Kadang-kadang terjadi perdarahan atau hematoma dan menimbulkan rasa sakit. iii. Keenam kapsul terlihat dibawah kulit sehingga menggangu ksmetik
iv. Pencabutannya relatif lebih sukar dibanding pemasangannya sehingga bila terjadi efek samping yang memerlukan pencabutan, klien harus datang ke petugas.
v. Implant menimbulkan efek samping androgenik seperti kenaikan berat badan,acne dan hirsutisme.18
(46)
d.3.3. Kontra-Indikasi Implant.
Kehamilan/diduga hamil, perdarahan traktus genitalia yang tidak diketahui penyebabnya, tromboflebitis aktif atau penyakit trombo-emboli, Penyakit hati jinak atau ganas, Karsinoma payudara / tersangka karsinoma payudara., tumor/neoplasmaginekologik dan penyakit Jantung, hipertensi,diabetes melitus.19
2.7. Determinan Pemilihan / Pemakaian Alat kontrasepsi 2.7.1. Umur
Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-35 tahun ), dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi bahwa resiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun dan meningkat lagi secara tajam setelah lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang sebaiknya dipakai disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut.18
Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda.
2.7.2. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu
(47)
orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga.15
Pendidikan juga mempengaruhi pola pikir pragmatis dan rasional terhadap adapt kebiasaan, dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapt lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan keinginan terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga akan meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat dinikmti bila ia mempunyai jumlah anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah.22
Penelitian Mashfufah (2006) dengan desain cross sectional menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan responden dengan penggunaan alat kontrasepsi, dengan nilai p=0,005.29
2.7.3. Pekerjaan
Pekerjaan sangat mempengaruhi tingkat ekonomi, dalam prakteknya sangat nyata dalam mempengaruhi perilaku masyarakat dalam kesehatan reproduksi. Hal ini tampak nyata khususnya pada saat terjadinya krisis moneter di Indonesia yang kemudian menjadi krisis multi-dimensi yang berkepanjangan hingga saat ini. Krisis moneter secara nyata berpengaruh pada rendahnya daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok pangan. Ironisnya, selain mahal, alat kontrasepsi menjadi langka.23
(48)
Menurut The Ford Foundation (2002) dalam Yustina memperlihatkan bahwa mahal dan langkanya alat kontrasepsi berdampak pada perilaku hubungan seksual suami istiri petani di pedesaan. Disisi lain, akibat ketidakmampuan menyisihkan sebagian pendapatannya yang relative minim untuk membeli alat kontrasepsi, banyak para ibu yang terpaksa menerima kehamilannya. Di tingkat makro, kondisi tersebut secara agregatif diperhitungkan akan berdampak pada kenaikan jumlah penduduk.23 2.7.4. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu sobjek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari dari pengetahuan akan lebih bertahan (long lasting) dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.24 Contohnya adalah mendapatkan informasi tentang KB, pengertian tentang KB, memilih metode KB. 2.7.5. Jumlak anak
Mantra (2003) mengatakan bahwa kemungkinan seorang istiri untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Semakin sering seorang wanita melahirkan anak, maka akan semakin memiliki risiko kematian dalam persalinan. Hal
(49)
ini berarti jumlah anak akan sangat memengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga secara maksimal.25
Soeradji, dkk. dalam Mutiara (1998) melaporkan bahwa pada awal program KB, penggunaan alat kontrasepsi adalah mereka yang telah mempunyai anak cukup banyak. Dengan berjalannya waktu dan pelaksanaan program maka lebih banyak wanita dengan paritas yang lebih kecil akan menggunakan alat kontrasepsi. Gejala ini melandasi pengaruh jumlah anak terhadap penggunaan alat kontrasepsi.21
2.7.6 Kualitas Pelayanan KB
Menurut Gunawan dalam Ida Yustina (2007) Pelayanan Kesehatan merupakan hubungan antara klien yang memerlukan layanan kesehatan (pasien) dan professional sebagai pemberi pemberi layanan. Adapun akses terhadap pelayanan kesehatan antara lain meliputi keterjangkauan lokasi tempat pelayanan, jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia, serta keterjangkauan terhadap informasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepsi diantaranya adalah tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya layanan kesehatan yang terjangkau. Adanya keterkaitan pendapatan dengan kemampuan membayar jelas berhubungan dengan masalah ekonomi, sedangkan kemampuan membayar dapat tergantung variabel non ekonomi seperti selera atau persepsi individu terhadap suatu barang dan jasa.23
Ketersediaan alat kontrasepsi terwujud dalam bentuk fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Untuk dapat digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah didapat.
(50)
Promosi metode tersebut melalui media, melalui kontak langsung oleh petugas program KB, oleh dokter dan sebagainya, dapat meningkatkan secara nyata pemilihan metode kontrasepsi.15
Menurut Penelitian Hutauruk (2006) dengan desain cross sectional menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara keterjangkauan biaya pelayanan dan ketersediaan pelayanan alat kontrasepsi dengan penggunaan alat kontrasepsi, dengan p=0,000.26
(51)
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep Penelitian Variable bebas
Variable terikat
3.2. Defenisi Operasional
3.2.1. Responden adalah wanita akseptor KB
3.2.2. Alat kontrasepsi hormonal adalah Alat kontrasepsi yang digunakan responden (istri) pada saat dilakukan penelitian yang terdiri dari Pil, Suntik dan Implant. Dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu :
1. Memakai 2. Tidak memakai Skala : Nominal
Karakteristik Lingkungan Ketersediaan pelayanan KB
Keterjangkauan biaya pelayanan KB Karakteristik Responden
Umur Pendidikan Pekerjaan
Tingkat Pengetahuan Jumlah Anak
Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal
(52)
3.2.3. Umur adalah ulang tahun terakhir responden saat diwawancarai ( dibulatkan pada yang lebih mendekati).
Untuk uji statistik. dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu : 1. risiko rendah <35 tahun
2. risiko tinggi ≥35 tahun Skala: ordinal
3.2.4. Pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir responden (Ibu) yang terbagi atas :
1. Tidak sekolah 2. SD/MI
3. SLTP/MTS 4. SLTA/MA
5. Pendidikan Tinggi : Akademi, universitas. Untuk uji statistik, variabel ini dikategorikan atas :
1. Pendidikan Tinggi : Jika pendidikan responden Tidak Sekolah s.d. SLTP/MTS
2. Pendidikan Tinggi : Jika Pendidikan responden SLTA/MA dan PT Skala : Ordinal
3.2.5. Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh responden secara rutinitas yang dikategorikan yaitu :
1. IRT 2. Petani 3. wiraswasta 4. Pegawai swasta 5. PN
Untuk uji statistik, variabel ini dikategorikan atas : 1. Tidak Bekerja : IRT
2. Bekerja : Petani, PNS, Pegawai swasta, wiraswasta Skala : Nominal
(53)
3.2.6. Tingkat Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang KB hormonal, yaitu :
1. Tinggi 2. Rendah
Tingkat pengetahuan diukur dengan skala pengukuran, digunakan sistem skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan sebanyak 25 yang akan dijawab responden dan diberikan skor jawaban sebagai berikut :
1. Benar diberi skor 1 2. Salah diberi skor 0
Dengan kategori sebagai berikut :30
1. Pengetahuan baik, apabila jawaban benar 61-100 % ( 15-25 pertanyaan) 2. Pengetahuan cukup, apabila jawaban benar 41-60 % (10-14 pertanyaan) 3. Pengetahuan kurang, apabila jawaban benar 0-40 % ( 0-9 pertanyaan ) Untuk uji statistik dikategorikan atas :
1. Tinggi, jika nilai jawaban benar > 60 % 2. Rendah, jika nilai jawaban benar ≤ 60 % Skala : Ordinal
3.2.7. Jumlah anak adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh responden dan yang masih hidup. Yang terdiri dari
1. 1 orang 2. 2 orang 3. 3 orang 4. 4 orang 5. 5 orang 6. >5 orang
Untuk uji statistik Dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu : 1. cukup 1-2 orang
(54)
Skala : Ordinal
3.2.8. Ketersediaan Pelayanan KB adalah tersedianya tempat untuk memperoleh pelayanan KB dengan jenis alat kontrasepsi , yaitu :
1. Tersedia 2. Tidak tesedia
Ketersediaan Pelayanan KB diukur dengan skala pengukuran dengan sistem skoring. Jumlah pertanyaan sebanyak 7 pertanyaan yang mempunyai pilihan jawaban ”tidak tersedia” diberi bobot 0” dan ”tersedia, diberi bobot 1 ”. Dengan demikian bobot nilai tertinggi 7 dan bobot terendah 0. Dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu :
1. Lengkap, apabila bobot nilai 7
2. Tidak lengkap, apabila bobot nilai 0-6 Skala : Ordinal
3.2.9. Keterjangkauan biaya pelayanan KB adalah kemampuan responden dalam biaya untuk menggunakan metode alat KB hormonal, yaitu:
1. Murah 2. Mahal
Keterjangkauan Pengukuran biaya pelayanan KB dilihat dari jika responden mengatakan tidak mengeluarkan biaya atau mengeluarkan biaya untuk pelayanan yang diterima, maka dikategorikan sebagai berikut
1. Murah, jika responden mengeluarkan biaya dan biaya tersebut terjangkau 2. Mahal, jika responden mengeluarkan biaya dan biaya tersebut tidak
terjangkau Skala : Ordinal
(55)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat dengan alasan lokasi ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai penggunaan alat kontrasepsi hormonal.
4.2.2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan Juni 2010.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB yang berada di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat yang berjumlah 364 pasang.
(56)
4.3.2. Sampel a. Besar sampel
Rumus ukuran sampel minimal untuk menaksir proporsi populasi adalah sebagai berikut :32
Z21-α/2 p.q n = d2
keterangan :
p : perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependent pada populasi (p=0,75) q : 1-p
Z21-α/2 : statistik Z (misalnya Z = 1,96 untuk α=0,05)
d : Delta, presisi, absolut atau marfi of error yang diinginkan di kedua sisi proporsi (0,09)
Maka besar sampel adalah : (1,96)2 x 0,75x0,25 n =
(0,09)2 n= 89
Jadi besar sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 89. Untuk memperhitungkan adanya kesalahan dan sebagainya maka pengambilan sampel diperbesar sebanyak 10 % sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 89 + 8,9 =98
(57)
b. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diambil dari populasi dengan metode pengambilan sampel secara non random, yaitu Purposive sampling. Oleh karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga peneliti, dipilih lingkungan 1 yang berjumlah 98 akseptor dengan alasan lingkungan yang paling banyak memiliki akseptor KB dan memenuhi jumlah sampel minimal dan penduduknya mempunyai karakteristik yang sama dengan penduduk di lingkungan lainnya dari segi pekerjaan, tingkat pendidikan, sosial ekonomi.
4. 4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer
Untuk pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner tertutup yang meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan, jumlah anak, ketersediaan pelayanan KB, Keterjangkauan biaya pelayanan KB.
4.4.2 Data Sekunder
Untuk data sekunder didapatkan dari Kantor Kelurahan berupa data jumlah akseptor KB.
4.5 Teknik Analisa Data28
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer yaitu program SPSS (Statistical Product and Service Solution) melalui tahapan editing, coding, dan entry data. Jenis analisis yang dilakukan adalah:
(58)
4.5.1 Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekwensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.
4.5.2 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menghitung ratio prevalens. Untuk mengetahui kemaknaannya diuji dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
4.5.3 Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat yang mempunyai kemaknaan statistik pada analisis bivariat, melalui analisis regresi logistik berganda (Multiple Logistic Regression) untuk mencari faktor risiko yang paling dominan pada beberapa variabel yang dilakukan secara bersama-sama terhadap penggunann KB Hormonal. Tahapan analisis
multivariat yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pemilihan variabel yang potensial untuk dimasukkan dalam model. Variabel yang dipilih atau yang dianggap berpengaruh terhadap penggunaan KB Hormonal adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,25.
2. Penentuan faktor-faktor penggunaan KB hormonal, variabel yang akan dimasukkan adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,05.
Analisis regresi logistik berganda dilakukan dengan memasukkan secara serentak variabel bebas menurut kriteria kemaknaan statistik tertentu (p < 0,25).
(59)
Variabel bebas tersebut akan dikeluarkan kembali secara bertahap (Backward
(60)
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Geografis
Kelurahan Suka Raja terletak di Kecamatan Siantar Marihat Kota pematang Siantar dengan luas wilayah 198 Ha denga orbitasi (jarak tempuh) antara suka Raja ke Kecamatan Siantar Marihat 800 m, ke ibukota Pematang Siantar 4 Km, sedangkan jarak tempuh dari Suka Raja ke ibukota provinsi Sumatera Utara 115 km.
Suka Raja ini mempunya 3 Lingkungan 3 RW 7 RT berbatsan dengan : Sebelah Utara : Kelurahan Pardamean
Sebelah Selatan : Kelurahan P. Marihat Sebelah Timur : Kelurahan P. Marihat Sebelah Barat : Kelurahan BP Nauli
(1)
Total Count 65 33 98
Expected Count 65.0 33.0 98.0
% within kategori
ketersediaan 66.3% 33.7% 100.0% % within jenis kb
responde 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.3% 33.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.142(b) 1 .285
Continuity
Correction(a) .731 1 .393
Likelihood Ratio 1.145 1 .284
Fisher's Exact Test .393 .196
Linear-by-Linear
Association 1.131 1 .288
N of Valid Cases 98
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.50.
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for kategori
ketersediaan (lengkap /
tidak lengkap) .632 .271 1.471
For cohort jenis kb
responde = hormonal .857 .645 1.139 For cohort jenis kb
responde = non hormonal 1.357 .771 2.389
(2)
keterjangkauan tempat pelayanan * jenis kb responde
Crosstab
jenis kb responde
Total hormonal non hormonal
keterjangkauan tempat pelayanan
murah Count 38 16 54
Expected Count 35.8 18.2 54.0
% within keterjangkauan tempat pelayanan
70.4% 29.6% 100.0% % within jenis kb
responde 58.5% 48.5% 55.1%
% of Total 38.8% 16.3% 55.1%
mahal Count 27 17 44
Expected Count 29.2 14.8 44.0
% within keterjangkauan tempat pelayanan
61.4% 38.6% 100.0% % within jenis kb
responde 41.5% 51.5% 44.9%
% of Total 27.6% 17.3% 44.9%
Total Count 65 33 98
Expected Count 65.0 33.0 98.0
% within keterjangkauan tempat pelayanan
66.3% 33.7% 100.0% % within jenis kb
responde 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.3% 33.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .881(b) 1 .348
Continuity
Correction(a) .524 1 .469
Likelihood Ratio .879 1 .349
Fisher's Exact Test .394 .234
Linear-by-Linear
Association .872 1 .351
N of Valid Cases 98
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.82.
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper
(3)
Odds Ratio for keterjangkauan tempat pelayanan (murah / mahal)
1.495 .644 3.472
For cohort jenis kb
responde = hormonal 1.147 .857 1.535 For cohort jenis kb
responde = non
hormonal .767 .440 1.335
N of Valid Cases 98
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Cases(a) N Percent
Selected Cases Included in Analysis 98 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 98 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 98 100.0
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
hormonal 0
non hormonal 1
Categorical Variables Codings
Frequency
Parameter coding
(1) pendidikan
responden
rendah 30 1.000
tinggi 68 .000
Block 0: Beginning Block
Classification Table(a,b)
Observed Predicted
jenis kb responde
Percentage Correct hormonal non hormonal
Step 0 jenis kb responde
hormonal
65 0 100.0
non hormonal 33 0 .0
(4)
a Constant is included in the model. b The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.678 .214 10.058 1 .002 .508
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables UMURK 6.565 1 .010
DIDIKK(1) 3.268 1 .071
JLHNDIKK 11.280 1 .001
Overall Statistics 13.950 3 .003
Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 14.397 3 .002
Block 14.397 3 .002
Model 14.397 3 .002
Step 2(a)
Step -.328 1 .567
Block 14.069 2 .001
Model 14.069 2 .001
Step 3(a)
Step -2.521 1 .112
Block 11.548 1 .001
Model 11.548 1 .001
a A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step.
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 110.817 .137 .189
2 111.145 .134 .185
3 113.666 .111 .154
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 1.467 6 .962
2 .127 2 .939
(5)
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
jenis kb responde = hormonal
jenis kb responde = non hormonal
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 12 11.518 1 1.482 13
2 14 15.526 5 3.474 19
3 6 6.147 2 1.853 8
4 7 6.440 2 2.560 9
5 7 6.668 3 3.332 10
6 6 6.353 4 3.647 10
7 8 7.217 6 6.783 14
8 5 5.131 10 9.869 15
Step 2 1 33 33.372 8 7.628 41
2 12 11.628 6 6.372 18
3 16 15.628 11 11.372 27
4 4 4.372 8 7.628 12
Step 3 1 49 49.000 19 19.000 68
2 16 16.000 14 14.000 30
Classification Table(a)
Observed Predicted
jenis kb responde
Percentage Correct hormonal non hormonal
Step 1 jenis kb responde
hormonal
60 5 92.3
non hormonal 23 10 30.3
Overall Percentage 71.4
Step 2 jenis kb responde
hormonal 59 6 90.8
non hormonal 21 12 36.4
Overall Percentage 72.4
Step 3 jenis kb responde
hormonal 55 10 84.6
non hormonal 20 13 39.4
Overall Percentage 69.4
(6)
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper
Step 1(a) UMURK .345 .600 .330 1 .566 1.412 .435 4.580
DIDIKK(1
) .793 .488 2.639 1 .104 2.209 .849 5.749
JLHNDIK
K .564 .275 4.203 1 .040 1.758 1.025 3.014
Constant -2.960 .783 14.299 1 .000 .052
Step 2(a) DIDIKK(1
) .769 .484 2.523 1 .112 2.158 .835 5.577
JLHNDIK
K .665 .214 9.658 1 .002 1.945 1.279 2.959
Constant -2.731 .668 16.690 1 .000 .065
Step 3(a) JLHNDIK
K .674 .211 10.210 1 .001 1.961 1.297 2.964
Constant -2.499 .633 15.570 1 .000 .082
a Variable(s) entered on step 1: UMURK, DIDIKK, JLHNDIKK.
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 2(a) Variables UMURK .331 1 .565
Overall Statistics .331 1 .565
Step 3(b) Variables UMURK .208 1 .648
DIDIKK(1) 2.572 1 .109
Overall Statistics
2.882 2 .237
a Variable(s) removed on step 2: UMURK. b Variable(s) removed on step 3: DIDIKK.
Step Summary(a,b)
Step
Improvement Model
Correct
Class % Variable Chi-square df Sig. Chi-square df Sig.
2
-.328 1 .567 14.069 2 .001 72.4% OUT:
UMURK 3
-2.521 1 .112 11.548 1 .001 69.4% OUT:
DIDIKK a No more variables can be deleted from or added to the current model.