Prosedur Persiapan Penelitian Teknik Analisa Data

analisa dibuat berdasarkan kategori umum yang telah dibuat peneliti sebelumnya. 3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1. Prosedur Persiapan Penelitian

Sebelum peneliti melakukan penelitian maka harus dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan keperluan penelitian. Berdasarkan hasil wawancara kemudian dibuat laporannya secara verbatim untuk mempremudah proses analisa lalu dilakukan analisa deskriptif. BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Sebagai tindak lanjut pengamatan di lapangan dan melalui observasi serta wawancara mendalam maka selanjutnya data yang telah didapat haruslah dianalisa yang kemudian digenaralisasi sebagai kesimpulan akhir. proses analisa data ini dilakukan dalam beberapa alur : Meliputi Gambaran umum subjek penelitian, Riwayat kasus, Analisa kasus dan perbandingan antar kasus. Subjek dalam penelitian berjumlah lima orang debgan rentang usia 28-50 tahun yang mana dalam usia ini subjek telah matang dari segi mental serta mampu menentukan arah hidupnya. Untuk menjaga kerahasiaan dan privacy sebagaimana diisyaratkan dalam etika penelitian ilmu-ilmu sosial maka nama-nama subjek sengaja di samarkan. Gambar 4.1 Gambaran Umum Subjek Nama Suku Bangsa Pendidikan Usia Pekerjaan Mubarok Irhamdi Nandito Risman Syah Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Iran S1 S1 S2 SMA S1 29 28 35 45 50 Mahasiswa PNS Karyawan Karyawan Guru

B. RIWAYAT KASUS DAN ANALISA KASUS

a. Kasus Mubarok Mubarok di lahirkan pada tahun 1978 sedang menjalankan kuliah di Universitas Bungkarno jakarta . Masa remajanyan di habiskan di jakarta dengan 11 adiknya yang masih kecil-kecil. Mubarok berasal dari keluarga yang taat beagama. kedua oarang tuanya tergolong orang yang suka menjalankan rutinitas keagamaan secar baik. Disamping itu budaya membaca di kelurganyapun amat baik tidak jarang adik-adiknya mendapatkan prestasi yang baik di sekolah Begitu pula dengan dirinya hobi membaca membuat ia di tunjuk oleh rekan- rekannya di HMI untuk menjadi Instruktur dalam setiap materi yang harus di berikan pada Traning LK. ” Saya tahu banyak tentang Syiah setelah saya bergabung di HMI dan banyak membaca literarur tentang Ali Sariati serta dari sana saya mulai tertarik dengan aliran tersebut yang mana menurut saya aliran ini penuh keterbukaan” menurut dia proses internalisasai yang terjadi tentang pemahaan keagaam di syiah ini banyak dia dapatkan dari buku-buku dan teman-teman di HMII. Dari situlah kemudian akhirnya di menyatakan untuk bisa menikuti ajaran yang diayakini benar itu. Selama ini Mubarok lebih sering berbincang-bincang dengan rekan-rekan seajaranya di lembaga islamic Cultural Center dimana setiap satu minggu sekali ada kajian yang selalu dia ikuti dalam rangka pendalamnya terhadap aliran tersebut tidak hanya itu di juga melakukan kursus bahasa persi dengan harapan dia bisa mempelajari syiah langsung dari sumbernya. ”Saya selama di ICC ini seduh hampir menguasai bahasa persi hal itu saya lakukan karena saya ingin mempelajari syiah dari sumbernya langsung ” di aliran ini di selalu mengikuti sholat berjamaa Rutin dan itupun harus di laksakana dengan Imam yang memang sudah di tunjuk dari semua ummat. ”Saya merasa bahwa aliran ini penuh dengan keterbukaan dan mau menerima kritikan ” dalam menjalani aktifitas dan kewajiab-kewajiban sebagai syiahisme ia pernah mendapat teguran dari orang tuanya Namun karena kemampuanya untuk menjelaskan dan keyakinannya bahwa apa yang ia jalani saat ini adalah benar pada khirnya Orang tuanya tersebut menerima dengan baik dan menyerahkansepenuhnya kepada yang bersangkutan. Menurut dia adab dalam berhubungan dengan pengikut wahabi adalah dengan cara baik sebab masing-masing aliran menurut dia memiliki pegangan dansumber yang sama yakni Al Quran dan hadist. Selama ini dia belum menunjukan kepada lingkungganya tentang keikutsertaanya dalam menjalakan ritual sebagi syiah, sebab ia tergolong orang yang tidak mudah bergaul dengan orang sekitar. Mubarok pernah bersinggungan langsung dengan teman-temannya yang beraliran Wahabi dimana ada teman sekolahnya yang beberapa tahun terakhir mendali ilmu di lembaga Ilmu dan bahasa LIPIA saudi arabia. Dia merasa bahwa memang banyak terdapat perbedaan antara syiah dan Wahabi tapi baginya Selama Al Quran bisa di jadikan pegangan maka tidak akan menjadi masalah jika kita berbeda aliaran. Di lingkungan kerja pun ia berhubungan dengan baik tidak ada rasa saling mencurigai antar meraka bahkan banyak teman-temannya yang menanyakan tentang bagaimana syiah itu sebenrnya dan dia berusaha untuk menjelaskanya. ” baik itu Syaih atau bukan kita tidak bisa memaksakan menyatakan ia sesat atau tidak sesat akan tetapi kita harus melihanya dari sisi sejauhmana pengikut wahabi tersebut mau berprilaku baik dengan sesama muslim bahkan jika perlu dengan sesama manusia walau ia berbeda pendapat. ” mubarok merasa bahwa selama ini dia tidak pernah membatasi diri dengan setiap orang, dia selalu bersikap terbuka terlebih dalam hal perbedan pendapat baginya beda pendapat itu biasa yang penting bagaimana dia mensikapinya dengan bijaksana. Analisa kasus Mubarok Analisa kasus mubarok diawali pada saat ia kuliah di Universitas Bungkarno dimana banyak rekan-rekan satu organisasinya yang tertarik dengan keterbukan aliran syiah lalu kemudia ia banyak membaca tentang literatur tentang aliran iani Mubarok sering datang ke ICC dimana is bisa bertemu dengan ulama yang bisa dijadikan rujukan dalam menjalankan ritual agama khususnya yang sesuai dengan apa yang di ajarkan oleh Imam-imam aliran tersebut. Internalisasi Norma Dari sini terlihat bahwa Mubarok berusaha untuk mentaati Norma yang memang harus di jalani di Aliran islam syiah ini Conform hal ini di indikasikan dimana ia rutin untuk datang ke ICC untuk belajar bahasa persi dan diskusi rutin tengan aliran ini dan baimana mereka mensikapi masyarakat yang melihat sebelah mata. Menurut mubarok sendiri hubungan antar sesama pengikut ajaran syiah itu layaknya kelurga dalam mensikapi aliran ialam wahabi sesama pengikut syiah haruslah bisa saling tolong menolong sepertihalnya jika dalam suatu hal ada sesuatu yang belum di ketahui dan menjadi kendala untuk bisa menjelaskanya kepada pengikut wahabi maka mereka bersedia untuk membantu untuk mecari jawabanya. Hal inilah yang kemudian memunculkan kohesivitas kelompok yang juga dialami oleh Mubarok. Dalam berinteraksi dengan pengikut aliran wahabi mubarok cenderung mengacu pada Al kuran dan hadits dimana dia merasa bahwa semua muslim bersaudara tergantung apakah ia mau menjalankan perintah agama atau tidak. Mubarokpun tidak segan untuk datang ke acara yang diadakan oleh temannya yang lulusan LIPIA. Dia menghargai temanya Namun untuk beberapa hal ia melakukan demikian semata-mata karena perintah Allah dan memang di benarkan oleh ajaran yang sela ini dia anut. Hal ini dapat di pahami sebagai interaksi non kontigen asimetris diama subjek yang melakukan interaksi berdasarkan acuan SOP Standar Operating Procedure. Mubarok merasa bahwa sesama muslim haruslah saling tolong menolong. Dengan adanya saling memberikan masukan tentunya hal tersebut membuat islam makin di lihat sebagai agama yang mulia. Dari sini peneliti melihat bahwa tidak ada rasa permusuhan yang di munculakan silaturahmipun masih di lakukanya dengan temat satu SMA yang jelas-jelas ia beraliran mazhab Wahabi. b. Kasus Irhamdi Irhamdi dilahirkan pada tahun 1979. Pria kelahiran jakarta ini merupakan lulusan Universitas Indonesia jurusan Perpustakaan dan sekarang sudah menjadi Pegawai Negeri sipil di Departemant pendidikan nasional. Bekerja sebagai liberian atau penjaga perpustakaan membuat ia mudah mendapatkan literaur tentang agama islam. Ia bercita-cita untuk mendirikan satu perpustakaan khusus tentang buku-buku islam yang nantinya buku-buku tersebut bersumber dari berbagai negara. Irhamdi adalah anak dari seadalah anak dari seorang ustaz yang lumayan terkenal di kawasan pejaten. Di belakang langgar ada sebuah Musholah yang di namakan Langar Kaca di sanalah ayah Irmadi mengajar setiap malam minggunya. ” Ayah saya adalah pengikut setia NU di keseharianya beliau suka membaca kitab kuning untuk kemudian di ajarkan kepada muri-mudnya di musholah. Ayah saya tergolong ustad kampung yang suka menjalankan rutinitas agama yang cenderung dekat dengan kebiasan Ahlil bait dia juga suka mengadakan Maulidan di Rumah rumah warga yang juga di motori oleh beliau sendiri’. Ayah saya pernah menyuruh saya untuk mencari buku-buku tentang Revolusi islam iran, hal-hal yang terkait dengan pemikiran-pemikiran yang berkembang di republik islam iran. Oleh karena seringnya saya mencarikan buku-buku tersebut maka saya sering pula membaca buku itu sehingga akhirnya saya tertarik dengan pemikiran-pemikiran yang di lontarkan oleh beberapa tooh-tokoh islam iaran tersebut dan membuat saya mau lebih dalam lagi mempelajari islamsyiah secara mendalam. Irhamdi tergolong anak yang cerdas di kampusnya ia menjadi Mahasiswa yang Vokal dan suka berdiskusi dngan teman-teman sekitarnya. Memiliki banyak literatur terkait dengan perkembangan dunia islam. Sampai saat ini dia sudah menjadi anggota tetap Islamic cultural Center yang setiap bulanya dia selalu memegang jadwal rutin kegiatan yang di lakukan lembaga tesebut. Irhamdi merupakan pengikut syiah yang bisa di katakan fanatik dan setia hal ini terungkap ketika ia bercerita teng keterlibatanya dalam membagun perpustakan yang di bua oleh Islamic Cultural Center : ” saya terlibat langusng dalam pembuatan dan pemilihan buku-buku yang di tempatkan di perpustakaan ini di perpustakaan yang ada di ICC ini sebagian merupakan coleksi buku-buku yang saya miliki di rumah. Sengaja saya berikan ke ICC karena saya ingin ajaran ini di kenal di masyarakat dengan baik dan bersumber dari Literatur yang bernar, walaupun ICC memiliki Percetakan sendidri yakni Al Huda saya merasa bahwa penting untuk juga memberikan masukan tentang buku-buku yang di cetak oleh percetakan lain”. Irhamdi Baru saja menikah dengan seorang Wanita yang memang sudah lama menganut Islam Syiah dengan ciri khas cadar di wajah Istri irhamdi menjadi sosok wanita yang begitu mempengaruhi kehidupan keseharianya. Dalam lingkungan keluarga banyak belajar dari istrinya yang memang keluarganya sudah memeluk islam syiah sejak lama. Beliau bertemu dengan istrinya tersebut ketika sedang ada sebuah kegiatan di ICC di malam bulan Ramadhan. Pada awalnya ia mengalami kesulitan untuk memperkenalakan calon istrinya dengan keluraga karena cadar yang menurut keluarga besarnya adalah satu hal yang tidak biaa walau di benarkan. Akhirnya dengan keyakinan yang mantap ia mencoba untuk memperkenalkan Robiah dengan kedua orang tuanya dan ternayat mereke menerima dengan baik. Dari situlah setiap harinya ritual syiah mulai melekat dalam diri saya. Mertua saya sangat menghargai saya dan selalu memberikan banyak masukan kepada irhamdi. Sosok mertua merupakan panutan yang selama ini dia jadikan acuan untuk menajalankan aktifitas beragama. Sebagai pengikut islam syiah Irhamdi suka bertemu dengan orang-orang yang secara jelas adalah pengikut wahabi. Kadang kala di tempat kerjanya mereka saling berdiskusi dengan cara yang amat keras dalam arti ada kecenderungan untuk memaksakan kehendak satu denganlainya ”saya pernah di cemooh karena sikap saya yang suka sholat dengan tidak berjamaah dengan teman-teman sepekerja. Walupun demikian saya merasa bahwa hal tersebut wajar karena belum banyak di Negara kita ini yang memahami pernbedaan secara baik” bagi irhamdi pengikut islam wahabi di indonesia tidaklah sama dengan pengikut wahabi di luar negeri . irhamdi melihat bahwa di negeri asalnya wahabi sangat menghargai perbedaan dan tidak memaksakan kehendak. Secara umum irhamdi tidak pernah minder sehingga membuat ia merasa terasingkan bahkan ia justru dominan dalam setiap kegiatan akan tetapi dalam hal menjalankan aktifitas ibadah ia cenderung suka menjalankanya hanya sendirisaja jika di bandingkan beribadah secara bersamaan dngan pengikut ajaran yang lain. Secara umum Irhamdi merasa bahwa kita semua bersaudara baik syiah ataupun sunni namun diatidak begitu menyukai jika ada orang memaksakan kehendak untuk supaya kita ikut atas pandanganya tersebut, Analisa kasus Irhamdi Analisa kasus irhamdi ini di mulai dari banyaknya literatur yang ia dapatkan serta bagimana ia membatu orang tuanya yang sedang mempelajarai ajaran islam tersebut dari situ lah muncul proses internalisasi akan ajaran tersebut. Proses pentaatan yakni selalu mengedepankan Al Qur’na dan Hadits itu kemudian membuat sebuah Konformitas dalam kehidupan kesehariannya. Interaksi yang intensif dengan sesama pengikut aliran syiah terlebih lingkungan keluargamertuanya. yang memang dari sejak lama sudah beraliran syiah. Kohesivitas dalam keluarga ini ditandai dengan timbulnya tingkah laku yang mengutamakan kelompok dan keluarga. Dalam kondisi seperti itu yakni dimana ia berusaha untuk membantu terbentuknya perpustakaan khusus tentang buku-buku syiah membentuk rasa solidaritas antar pengikut tersebut. Hubungan kerja antara irhamdi dengan kawanya yang beraliran wahabi dan secara terus menerus mencoba menegur secara keras Namun irhamdi tetap sabar dan menjaga hunbungan silaturahim tersebut membentuk interaksi non kontigen asimetris sebuah Hubungan yang bersifat Out grup. Irhamdi selalu berangapan bahwa agree disagrement antara syiah dan sunni membuat kedua ajaran itu baik secara silaturahim namun buruk dalam benturan pandangan dan kebudayaan. Sehingga tidak jarang hubungan silaturahim antar mereka putus.

c. Kasus Nandito