Teknik Pengambilan Subyek Karakteristik Subyek Alat bantu pengumpulan Data

3.2 Subyek Penelitian Menurut Strauss dalam Poerwandari,2001 dalam penelitian kualitatif tidak ada ketentuan baku mengenai subyek yang harus dipenuhi. Satu subyek dapat digunakan dalam suatu penelitian studi kasus asalkan data yang didapatkan cukup. Karena dalam penelitian ini menggunakan pola multiple case design, maka jumlah subyek yang digunakan terdiri dari 4 orang. Subyek atau responden penelitian adalah kelompok ajaran Islam syiah didaerah pejaten barat.

3.2.1. Teknik Pengambilan Subyek

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan non probability sampling, yaitu dengan jenis purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Sampling yang purposive adalah sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan desain penelitian Nasution, 2001.

3.2.2. Karakteristik Subyek

Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah mereka yang bekerja dan terlibat dalam segala kegiatan yang berada di lembaga Islamic cultural center ICC yang merupakan anggota dari ajaran Islam syiah. 3.3 Pengumpulan Data

3.3.1. Metode dan Instrumen penelitian

Menurut Poerwandari 2001metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat beragam, disesuaikan dengan masalah, tujuan penelitian, serta obyek yang diteliti. Metode pengumpulan data yang digunakan antara lain wawancara, studi riwayat hidup, dan observasi. Menurut Moleong 1990 pengumulan data kualitatif menggunakan metode wawancara, observasi dan mempelajari dokumen. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, sebagai metode pendukung metode observasi partisipan karena penelitian ini bermaksud untuk memperoleh pengetahuan mengenai makna subyektif yang dipahami oleh individu untuk melakukan eksplorasi terhadap individu tersebut. Sebelum melakukan pengumpulan data, pada wawancara dan observasi, harus disadari bahwa peneliti telah memasuki area sensitif, ruang kepribadian yang berbeda, atau menghadapi subyek penelitian yang sama sekali belum diketahui karakternya. Oleh karena itu, adakalanya wawancara diawali dengan permohonan izin, pembuatankesepakatan mengenai kontrak waktu, tempat dan durasi waktu yang diperlukan.

1. Metode wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu Moeloeng, 1990. Dari hasil wawancara dengan para responden penelitian diharapkan dapat menggali dan mengetahui sajauh mana pola interaksi kelompok Islam syiah dengan kelompok Islam wahabi di daerah pejaten barat. Menurut Danim 2002 pada penelitian kualitatif, wawancara bermakna sebagai strategi utama mengumpulkan data, dan strategi penunjang teknik lain seperti observasi partisipan, analisis dokumen dan fotografi. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Danim 2002 kaidah- kaidah penyusunan instrumen penelitian kualitatif dapat dipakai dalam penelitian kuantitatif. Meski dua pendekatan itu berbeda filosofi dasarnya.

2. Metode Observasi

Penelitian ini juga menggunakan metode observasi sebagai penunjang dalam penelitian ini, dengan maksud ingin mencatat semua yang terjadi di lapangan tempat wawancara berlangsung. Observasi disebut pula dengan pengamatan, meliputi kagiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh indera, observasi bertujuan sebagai alat yang mendukung alat lainnya Moeloeng,1990.

3.3.2. Alat bantu pengumpulan Data

Untuk membantu peneliti dalam proses pengumpulan data, diperlukan alat-alat yan dapat membantu dan mempermudah tugas peneliti agar pengolahan bisa dilakukan dengan mudah. Alat bantu yang digunakan adalah pedoman wawancara, lembar observasi dan catatan wawancara. Pedoman wawancara adalah sebuah pertanyaan mengenai tema-tema atau topik yang mencakup adalam proses wawancara. Pedoman wawancara ini dibuat berdasarkan teori yang telah dikemukakan pada bab dua. Pedoman wawancara ini sangat penting perannya dan dibutuhkan peneliti dalam proses wawancara, hal ini agar mempermudah peneliti untuk mengorek jawaban dari subyek tanpa melenceng dari bahasan utama dan tujuan penelitian. Selain itu juga agar lebih memfokuskan peneliti dalam menggali data-data yang dibutuhkan dan juga dibutuhkan dalam proses analisis data. Alat perekam digunakan agar data-data yang telah didapat dalam proses wawancara tidak ada yang terlewatkan dalam peneliti. Selain itu juga agar lebih mempermudah peneliti dalam verbatim. Penggunaan alat perekam ini sebelumnya harus melalui persetujuan subyek. Apabila subyek merasa keberatan dengan penggunaan alat perekam maka peneliti tidak akan menggunakannya dalam proses wawancara.

3.4 Teknik Analisa Data

Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data, meng organisasikanya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Bogman dan Taylor dalam Moeloeng, 1990 mendefinisikan analisis data sebagai proses yang menerima usaha secara formal untuk menemukan tema yang merumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesisi itu. Dalam melakukan analisa data, ada beberapa hal yang dilakukan peneliti; 1. Peneliti menulis hasil wawancara secara verbatim serta membuat laporan observasi yang telah dilakukan pada subyek penelitian selama proses wawancara. 2. Analisa data setap subyek, kemudian menyimpulkan inti dari setiap jawaban subyek untuk menemukan tema-tema dan pola-pola jawaban yang muncul pada saat wawancara. 3. Peneliti menuliskan kesimpulan sementara. 4. Peneliti menyusun daftar yang berisikan daftar tema-tema dan kategori yang telah disusun sehingga menampilkan pola-pola hubungan antar kategori cross case, bukan lagi tunggal kasus yang kemudian akan dituangkan dalam bentuk analisa tertulis dalam baba empat. Penulisan