2.2.2. Wahabi 2.2.2.1.
Pengertian Wahabi .
Wahhabi atau Wahabi adalah gerakan satu kaum yang bertujuan untuk memurnikan kembali ajaran agama Islam berdasarkan petunjuk Allah SWT, Nabi
Muhammad SAW sebagai utusan serta berdasarkan pemahaman yang para kaum Salafush shaleh yakni orang orang yang terdahulu yang shaleh dan
mendapatkan petunjuk dalam urusan agama Islam. Nama Wahhabi atau Wahabi disandarkan kepada nama Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang
melakukan usaha untuk memurnikan kembali ajaran Islam dari budaya bid’ah dan takhayul yang dianggapnya telah meracuni umat Islam pada saat itu.
Gerakan ini dimulai pada abad ke 18 M 1744 M di daerah Nejed dan Hijaz yang dikenal sekarang sebagai Arab Saudi. Hal ini sesuai dengan Hadits shahih
bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Akan ada pada setiap zaman kaum yang berusaha memurnikan ajaran agama Islam. Usaha pemurnian ajaran
agama Isalm ini benar benar dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW serta para Sahabatnya dilanjutkan oleh pengikutnya, kaum tabiin dan tabiut tabiin.
Dalam periode selanjutnya dikenal ulama-ulama yang berusaha untuk memurnikan kembali ajaran agama Islam, di antaranya adalah para penulis
hadits-hadits shahih, yaitu Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, kemudian para ulama seperti Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim, Syaikh Abdul Qadir
Jailani dan terus dilanjutkan sampai pada masa kini diantaranya oleh Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al Albany dan Syaikh Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz dan lain sebagainya.
Selain dinamakan Wahhabi, kelompok ini menamakan dirinya dengan istilah Salafy yang penyebutannya berdasarkan pada Salafush Saleh, seperti yang
diungkapkan diatas adalah kaum terdahulu yang shaleh baik dan mendapatkan petunjuk dalam urusan agama. Kaum terdahulu disini adalah berdasarkan jarak
terdekat dengan masa kenabian yakni :
•
Para Sahabat yakni yang langsung mendapatkan ajaran Nabi.
•
Tabiin yakni generasi sesudah para sahabat.
•
Tabiut Tabiin yakni generasi sesudah para tabiin Namun demikian, penyebutan salafy disini adalah tidak terbatas kepada
sesuadah para tabiin tetapi juga bagi kaum muslimin yang mengikuti mereka.
2.2.2.2. Ajaran Wahabi
Berdasarkan pengertian di atas, inti ajaran wahabi dan salafy sebenarnya adalah sama yakni mengamalkan ajaran agama berdasarkan Alquran dan Hadits serta
bertumpu pada pemahaman para Salafush Shaleh tanpa terikat dengan salah- satu Madzhab, tetapi mengambil ajaran-ajaran yang berada dalam madzhab
tersebut yang sesuai dengan Al Quran dan Hadits, terutama hadits yang derajatnya baik dan tidak ada pertentangan didalamnya. Hal ini sesuai dengan
wasiat dari para Imam madzhab yang empat yakni Imam Hanafi, Imam Malik,
Imam Syafii dan Imam Hambali yakni Apabila ada ajaran atau pendapat yang bertentangan dengan hadits dan sunnah Nabi yang shahih kuat dan benar,
maka ikutilah ajaran hadits tersebut dan buang jauh-jauh pendapatku.”
Dalam pelaksanaan ajaran agama, kaum wahabi atau salafy mengambil dalil hukum syariat berdasarkan;
•
Al Quran yang merupakan firman Allah dan kitab suci kaum muslimin.
•
Hadits yang berisi sunnah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
•
Ijma yakni kesepakatan para ulama kaum muslimin yang tidak ada pertentangan didalamnya dan tidak menyalahi Al Quran dan Hadits.
•
Qiyas atau analogi yakni pengambilan hukum suatu kasus berdasarkan hukum kasus yang lain, yang terdapat kesamaan ciri dan sebab
didalamnya, bila tidak ada hukum yang khusus yang membahas secara tersendiri.
Pengambilan hukum hukum ini berlaku baik dalam masalah Aqidah atau keyakinan serta masalah Muammalah atau interaksi antar manusia. Sehingga
benar benar murni dan menghindari bidah yakni segala sesuatu yang baru dalam ajaran agama yang menyelisihi apa-apa yang diajarkan oleh Allah SWT,
Nabi Muhammad SAW dan pemahaman Salafush shaleh.
Sementara dalam masalah dunia, ajaran wahhabi atau salafy mengambil manfaat dari kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang dapat
dimanfaatkan bagi kehidupan ummat manusia dan tidak membahayakan sebagai sarana beribadah dan muammalah bagi manusia. Namun untuk hukum-hukum
muammalah, karena masalah interaksi sosial berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, maka tata caranya adalah berdasarkan empat ketentuan
di atas serta ditinjau dari segala sisi agar dalam kegiatan muamalah terhindar dari hal-hal yang syubhat yakni yang tidak jelas antara yang halal dan haram.
Berdasarkan dalildefinisi ini kaum wahhabi atau salafy menganggapklaim kelompoknya sebagai kaum Ahlu Sunnah wal Jamaah.
2.2.2.3. Sejarah dan perjalanan Wahabi
Dalam sejarahnya gerakan ini dipenuhi oleh kekerasan, terutama pada tahun 1765 saat bergabungnya Muhammad bin Saud agen Inggris yang ditugaskan
melemahkan Turki Utsmani ke dalam kelompok ini, hingga menjadi kuat, namun ummat Islam kebanyakan menyayangkan gerakan ini menjadi ekstrem dan
fanatik, terbukti mereka keluar masuk desa dan kota sekitar Najed untuk meminta para penduduk membaiat. Saat itu terjadi perlawanan yang kurang
berimbang dari sebagian penduduk hingga tidak kurang dari 300 orang lebih meninggal dunia.
Pada tahun 1801 Masehi, kelompok ini membunuh ribuan kaum Muslimin di Karbala Irak. Tercatat lebih dari 5.000 orang Islam meninggal saat itu. Pada
sebagian besar penduduk muslim sekte ini tidak mendapat simpati, karena berlebihan dalam fanatisme dan ekstrem. Melihat dari gerakan mereka yang
cenderung eksklusif dan penuh kekerasan, maka menjadi wajar gerakan ini sulit untuk diterima masyarakat muslim, terutama Syiah.
2.2.2.3. Sejarah dan perjalanan Wahabi sampai ke Indonesia.
Wahabi sebagai sebuah ajaran berkembang dengan luas sampai ke Indonesia dimana Muhammadiah sebagai pelopor dan obor bendera ajaran tersebut.
Bermula dari KH. Ahmad dahlan yang kemudian mendirikan Organisasi terbesar kedua dengan dasar pelurusan ajaran agama yang pada intinya adalah
penyebaran ajaran islam wahabi di Indonesia. Sampai saat ini ajaran ini sudah merekat dan akrab di masyarakat Indonesia.
2.3. Proposisi Teoritis
Sebagaiamana umumnya penelitian yang mengunakan metode kualitatif, maka setelah melakukan penelaahan teori yang relevan dengan masalah penelitian itu
sendiri, maka seorang peneliti mesti menyusun prosisi teoritis dari beragam teori tersebut sebagai prinsip-prinsip yang secara teoritis mendasari masalah yang di
teliti. Prosisi teori ini kemudian dilihat koherensinya dengan data-data empirik yang di tentukan oleh seorang peneliti di lapangan. Dari sinilah seorang peneliti
dapat menarik sebuah generalisasi atas penelitian yang dilakukannya. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini ada dua hal .
Pertama Bagaimana Pola Interaksi Sosial yang di gunakan oleh pengikut ajaran Islam syiah dalam berinteraksi dengan pengikut wahabi.
Kedua seperti apa Ukhuwah Pengikut Syiah dan pengikut wahabi di daerah pejaten barat jakarta selatan.