anaknya. Dan hakim boleh memutuskan beberapa jumlah nafkah yang harus diterima oleh isteri serta mengharuskan suami untuk membayarnya jika tuduhan-tuduhan yang
dilontarkan oleh isteri ternyata benar. Hal ini sesuai dengan firman Allah dala surat al-isra’ ayat 29 yaitu :
⌧
Artinya : “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya. karena itu kamu menjadi
tercela dan menyesal”. Maksud dari ayat tersebut adalah jangan terlalu kikir dan jangan pula pemurah
karena berlaku kikir dalam memberi nafkah keluarga sangat dikecam oleh Rasulullah SAW.
4. Batas Usia Pemberian Nafkah Hadanah
Dalam al-Qur’an dan hadits juga tidak diterangkan dengan tegas masa memberikan nafkah hadanah, hanya ada isyarat-isyarat ayat yang menjelaskan hal itu.
Oleh karena itu para ulama’ berijtihad sendiri dengan pedoman isyarat-isyarat tersebut.
Seperti mazhab Hanafi yang berpendapat bahwa masa nafkah untuk anak laki- laki berakhir pada saat tersebut tidak lagi memerlukan penjagaan dan telah dapat
mengurus keperluannya sendiri. Sedangkan masa untuk anak perempuan apabila ia
telah baligh atau telah dapat masa haid pertamanya.
20
Yaitu anak laki-laki telah berumur 7 tahun dan perempuan telah berumur 9 tahun.
21
Yang dijadikan ukuran ialah tamyiz dan kemampuan untuk berdiri sendiri. Jika sianak kecil dapat membedakan mana yang benar dan salah, tidak membutukan
pelayanan perempuan dan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, maka hadanah telah habis.
Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan diantara imam mazhab, dan untuk lebih jelasnya dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat tentang batasan seorang
anak berhak mendapatkan hadanah : a.
Golongan Hanafiyah mengatakan bahwa masa asuh anak adalah sampai 7 tahun dan menurut sebagian lainnya adalah 9 tahun
22
. b.
Golongan Malikiyah berpendapat bahwa masa hadnah berlangsung sejak dia lahir sampai dewasa. Jika ia punya ibu, maka ibulah yang mengasuhnya sampai dewasa
lalu gugurlah hak hadanah tersebut. Dan mengenai biaya nafkahnya tetap kewajiban atas ayah.
20
M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam suatu Analisi dari Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam
, h. 185
21
Sayid Sabiq, Fiqh a-Sunnah, h.187
22
MuhammadDjawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, Jakarta : PT. Lentera Basritama, 1996, cet. Ke-1 h. 417
c. Golongan Syafi’iyah mengatakan tidak ada batasan waktu bagian pengasuhan.
Sesungguhnya anak kecil berhak memilih antar ayah dan ibunya dan siapa yang dipilih olehnya, maka dialah yang berhak atasnya.
d. Golongan Hanabilah mengatakan bahwa masa hadanah baik laki-laki maupun
perempuan yang berumur 7 tahun
23
. Tetapi jika anak berumur 7 tahun dan kedua orang tuanya sepakat agar salah satu dari mereka yang mengasuhnya, maka
dibolehkan. Dan jika keduanya berselisih maka anak disuruh memilih. Didalam KHI pasal 98 ayat 1 dijelaskan bahwa batas usia anak untuk
mendapatkan pemeliharaan adalah sampai ia mampu berdiri sendiri atau dewasa 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum
pernah melangsungkan perkawinan.
5. Hak dan Kewajiban memberi Nafkah Hadanah