Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.8 Uji efektivitas krim Tabel 17. Uji Efektivitas Tabir Surya Ekstrak Etanol 70 Teh Hitam

Data dapat dilihat pada lampiran 7 Konsentrasi ppm Ee Ep Te Tp Kategori Penilaian Aktivitas 40 60 80 100 120 5,5424 4,2507 4,0064 3,7672 3,5195 2,6084 2,0116 1,6484 1,5653 1,5299 2,4829 1,9042 1,7948 1,6876 1,5766 3,7574 2,8977 2,3746 2,2548 2,2038 Proteksi ultra Proteksi ultra Proteksi ultra Proteksi ultra Proteksi ultra Tabel 18. Uji Efektivitas Krim Tabir Surya Formula Ee Ep Te Tp Kategori Penilaian Aktivitas KP KrT 1 KrT 2 KrT 3 0,0877 1,5510 0,9187 0,7161 0,0589 0,8536 0,5383 0,3143 0,0392 0,6948 0,4115 0,3208 0,0848 1,1229 0,7754 0,4527 Sunblock eritema Sunblock eritema Sunblock eritema Sunblock eritema Keterangan: Te = ∑ ∑ Tp = ∑ ∑ Ee = ∑ Ep = ∑

5.2 Pembahasan

Determinasi bahan dilakukan di Herbarium Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong-Bogor dan menunjukan bahwa tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku adalah daun teh Camellia sinensis L. yang termasuk dalam suku Camelliaceae Theaceae dengan marga Camellia. Proses pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi dengan menggunakan etanol 70 yang telah didestilasi sebelumnya. Penggunaan metode maserasi merupakan metode yang cukup efektif dalam mengekstraksi suatu simplisia, keuntungan menggunakan metode ini adalah dapat terhindar dari kerusakan senyawa aktif yang terkandung dalam suatu simplisia yang mungkin diakibatkan oleh faktor suhu. Akan tetapi dalam menggunakan metode ini ternyata masih banyak kekurangan di antaranya yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama dan membutuhkan pelarut yang cukup banyak. Proses maserasi dilakukan sebanyak 5x24 jam dengan sesekali pengocokan dan penggunaan pelarut yang baru hingga tidak ada lagi senyawa yang terekstrak yang ditandai dengan warna pelarut yang jernih atau hampir tidak berwarna. Tujuan penggunaan pelarut etanol 70 ini adalah untuk menarik senyawa metabolit sekunder dalam simplisia. Ekstrak cair yang telah diperoleh kemudian dipekatkan dengan menggunakan penguap vakum putar rotavapor pada suhu 40-50 °C sampai diperoleh ekstrak yang kental. Suhu 40-50 °C merupakan suhu optimum untuk bisa menguapkan pelarut etanol, karena jika kurang dari suhu tersebut dapat menjadikan proses evaporasi semakin lama, dan jika suhu yang digunakan lebih dari suhu tersebut dikhawatirkan akan terjadi bumping sehingga proses evaporasi tidak maksimal dan tidak efektif. Dari hasil proses ekstraksi yang dilakukan diperoleh ekstrak kental etanol yang berwarna hitam sebesar 164 gram dengan randemen 32,8 dari berat kering simplisia teh hitam Camellia sinensis L. Pada penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa ekstrak air teh hitam yang dibuat sediaan gel dapat berpotensi sebagai tabir surya Turkoglu. Cigirgil, 2007. Karena dalam penelitian ini sediaan tabir surya dibuat dalam bentuk sediaan krim yang menggunakan air lebih sedikit maka ekstrak yang digunakan adalah ekstrak etanol 70 teh hitam. Krim merupakan sediaan yang memiliki keuntungan berupa nilai estetikanya yang cukup tinggi dan tingkat kenyamanan dalam penggunaannya yang cukup baik. Di samping itu, sediaan krim ini merupakan sediaan yang mudah dicuci, bersifat tidak lengket, memberikan efek melembabkan kulit, serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik Ansel, 1989. Formula krim yang dibuat dibedakan berdasarkan variasi konsentrasi ekstrak yang digunakan yang terbagi dalam tiga konsentrasi yaitu 1 , 2 , dan 3 . Konsentrasi ekstrak yang digunakan ini diambil berdasarkan konsentrasi yang digunakan dalam penentuan panjang gelombang maksimum ekstrak. Formula krim juga dibuat tanpa menggunakan ekstrak sebagai kontrol negatif dan menggunakan benzofenon-3 3 sebagai kontrol positif. Pembuatan formula kontrol negatif untuk melihat perbedaan antara formula krim yang menggunakan ekstrak dan tidak. Sedangkan pembuatan formula kontrol positif untuk melihat perbedaan efektivitasnya sebagai tabir surya yang dibandingkan dengan yang menggunakan ekstrak dalam formula krim ini. Evaluasi stabilitas fisik sediaan krim dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 metode uji. Pertama, menggunakan evaluasi krim berdasarkan uji stabilitas penyimpanan pada suhu ruang 28±2 °C selama 4 minggu. Kedua, evaluasi krim berdasarkan metode uji dipercepat Cycling test. Cycling test merupakan simulasi perjalanan suatu sediaan farmasi pada saat di distribusikan, di mana sediaan akan berada pada suatu tempat yang berbeda, dan tempat tersebut dapat memiliki kondisisuhu yang berbeda Sarfaraz, 2004. Dari hasil pemeriksaan organoleptis dan sentrifugasi baik pada uji stabilitas penyimpanan suhu ruang 28±2 °C maupun pada uji cycling test, kelima formula KN, KP, KT 1 , KT 2 dan KT 3 krim tidak mengalami perubahan warna, bau, dan homogenitas. Hal tersebut menunjukan bahwa kelima formula krim memiliki penampilan yang baik dan memiliki kestabilan yang baik pula. Uji derajat keasaman atau kebasaan pH merupakan parameter fisikokimia yang harus dilakukan pada pengujian sediaan topikal dermal, karena pH sediaan dapat mempengaruhi efektivitas, stabilitas, dan kenyamanan penggunaan sediaan pada kulit. Apabila sediaan bersifat basa tidak masuk dalam rentang pH kulit 4,5-6,5 akan mengakibatkan kulit terasa licin, cepat kering, dan dikhawatirkan akan mempengaruhi elastisitas kulit, namun apabila sediaan bersifat asam dengan rentang pH di bawah rentang pH kulit akan mengakibatkan kulit mudah teriritasi Iswari, 2007. Dari hasil pengamatan pH baik pada uji stabilitas penyimpanan suhu ruang maupun pada uji cycling test menunjukkan nilai pH yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh salah satu basis krim yang memiliki nilai pH lebih tinggi. Salah satu basis krim tersebut adalah trietanolamin TEA yang memiliki gugus amin yang bersifat basa, dan tidak dipengaruhi oleh ekstrak etanol 70 teh hitam. Perbedaan pH sediaan dapat mempengaruhi efektivitas, jika pH basa menyebabkan pergeseran batokromik sedangkan jika pH asam terjadi pergeseran hipsokromik Nadim, 1990. Pergeseran panjang gelombang maksimum menyebabkan perubahan kemampuan menyerap UV sehingga mempengaruhi efektivitasnya. Dalam penelitian ini perbedaan pH sediaan tidak menyebabkan perbedaan efektivitas tabir surya yang bermakna. Hal ini disebabkan pada rentang pH tersebut belum terjadi pergeseran panjang gelombang maksimum. Sebab pergeseran panjang gelombang maksimum terjadi apabila pH sediaan di atas 9 atau di bawah 4 Nadim, 1990. Hasil uji pH pada kedua evaluasi stabilitas fisik ini juga mengalami penurunan. Hal ini belum diketahui penyebabnya, namun mungkin hal tersebut disebabkan wadah yang tidak kedap udara sehingga CO 2 dapat masuk ke dalam wadah, dan gas CO 2 bereaksi dengan air sehingga menyebabkan turunnya nilai pH. Pemeriksaan viskositas krim baik berdasarkan uji stabilitas penyimpanan pada suhu ruang maupun uji cycling test dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield pada kecepatan 12 rpm, dengan spindel no. 6. Kelima formula mengalami peningkatan nilai viskositas. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya kadar air pada sediaan. Viskositas sediaan setengah padat juga bisa meningkat dengan meningkatnya umur sediaan Lachman, 1994. Uji fotostabilitas sediaan tabir surya ini dilakukan dengan cara mengukur serapan yang dimiliki kelima formula krim baik sebelum maupun sesudah pemaparan dengan sinar UV. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa serapan sediaan mengalami penurunan yang dimulai pada menit ke-30 sampai dengan menit ke-120 dapat dilihat pada tabel 16. Hal ini mungkin disebabkan oleh konsentrasi ekstrak etanol 70 teh hitam sebagai bahan pelindung dari sinar UV yang semakin kecil karena mengalami kerusakan dengan adanya pengaruh penyinaran. Sesuai dengan data uji fotostabilitas bahwa semakin lama waktu penyinaran, ekstrak etanol 70 teh hitam yang rusak semakin meningkat sehingga tidak bisa lagi secara optimal melindungi kulit Iswari, 2007. Data yang diperoleh dianalisa secara statistik dengan perangkat lunak SPSS 17.0 menggunakan metode analisa varian satu arah ANOVA Lampiran 7. Metode ini digunakan untuk melihat adanya kesamaan atau perbedaan rata-rata penurunan persentase aktivitas krim tabir surya pada setiap formula. Untuk analisa data menggunakan metode ANOVA terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas, hal ini bertujuan untuk mengetahui homogenitas dan distribusi data yang normal atau tidak. Dari hasil uji tersebut dapat dilihat bahwa data pada menit ke-0, 30, 60, 90, dan 120 terdistribusi normal dan data pada menit ke-0, 30, 60, 90, dan 120 menit juga terlihat homogen karena tidak memiliki perbedaan yang bermakna p ≥ 0,05. Terhadap seluruh formula yang tidak memiliki perbedaan secara bermakna dilanjutkan uji beda nyata terkecil BNT dengan metode LSD, untuk menentukan formula mana yang memberikan nilai yang tidak berbeda secara bermakna dengan formula lainnya. Dari data hasil uji BNT tersebut diketahui bahwa pada menit ke-0, 30, 60, 90, dan 120 formula uji 1 dan 2 dan kontrol negatif KN tidak mempunyai efek yang hampir sama dengan kontrol positif KP, hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan yang bermakna dengan k ontrol positif p ≤ 0,05. Pada menit ke-0, 30, 60, 90, dan 120 formula uji 1 , 2 , dan 3 dan kontrol positif KP tidak mempunyai efek yang hampir sama dengan kontrol negatif KN, hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan yang bermakna dengan kontrol negatif p ≤ 0,05. Sedangkan pada menit ke-0, 30, 60, 90, dan 120 formula uji 3 mempunyai efek yang hampir sama dengan kontrol positif KP, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya perbedaan yang bermakna dengan kontrol positif p ≥ 0,05. Efektivitas krim tabir surya dilihat berdasarkan nilai persen transmisi eritema Te dan persen transmisi pigmentasi Tp. Serapan dari masing-masing formula diukur setiap 5 nm pada rentang panjang gelombang 292,5-372,5 nm, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas perlindungan yang diberikan dan untuk mengetahui kategori perlindungan yang diberikan oleh sediaan tabir surya. Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi dan perhitungan, baik nilai persen transmisi eritema maupun persen transmisi pigmentasi mengalami perubahan. Semakin besarnya konsentrasi ekstrak etanol 70 teh hitam yang ditambahkan ke dalam sediaan maka Te yang dihasilkan semakin kecil. Hal ini disebabkan karena kemampuan untuk menyerap sinar UV yang menjadi besar sehingga sinar UV yang dapat diteruskan ke permukaan kulit semakin kecil. Dari hasil perhitungan persen transmisi eritema dan persen transmisi pigmentasi seluruh formula uji KrT 1 , KrT 2 , dan KrT 3 berturut- turut memiliki nilai Te 0,6948; 0,4115; dan 0,3208, sedangkan Tp 1,1229; 0,7754; dan 0,4527. Dari data nilai Te dan Tp tersebut, ketiga formula krim termasuk tabir surya dengan kategori penilaian sebagai sunblock Balsam,1972. Karena syarat nilai persen transmisi eritama untuk sunblock Te1 dan persen transmisi pigmentasi Tp 3-40 sehingga semua formula uji hanya memenuhi pada Te saja Te 1, artinya sediaan krim yang mengandung ekstrak etanol 70 teh hitam hanya mampu menahan kulit agar tidak terjadi eritemakemerahan bukan menahan pigmentasi. Hal ini mungkin disebabkan karena pada formula krim yang mengandung ekstrak etanol 70 teh hitam memiliki daya serap pada UV B Zheng, 2008 dan diketahui bahwa UV B menyebabkan efek eritema pada kulit. Dengan adanya ekstrak etanol 70 teh hitam tersebut maka sinar UV B akan terserap sehingga efek eritemanya menurun.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Ekstrak etanol 70 teh hitam Camellia sinensis L. dapat dibuat menjadi sediaan krim yang baik dan stabil dengan menggunakan variasi konsentrasi ekstrak 1 , 2 , dan 3 . 2. Krim ekstrak etanol 70 teh hitam Camellia sinensis L. mempunyai efektivitas sebagai tabir surya, dengan ditunjukkan pada panjang gelombang ekstrak yang termasuk dalam daerah UV-B, yaitu 293,4 nm yang dikategorikan sebagai sunblock pada daerah eritema. Sediaan ini juga memiliki nilai fotostabilitas yang dapat dilihat dari hasil statistik, dimana formula uji 3 memiliki aktivitas yang hampir sama dengan formula kontrol positif.

6.2 Saran

Diperlukan penelitian lanjutan mengenai: 1. Uji fotostabilitas untuk pemaparan dengan sinar UV sebaiknya menggunakan sinar UV utuh sinar UV yang sesuai dengan UV sebenarnya agar hasil yang diperoleh lebih akurat. 2. Evaluasi stabilitas fisik nilai pH krim belum sesuai dengan pH kulit maka perlu dilakukan pengurangan penggunaan basa trietanolamin dalam formulasi krim untuk mendapatkan krim yang lebih baik. 3. Dilakukan uji efektivitas tabir surya pada konsentrasi ideal dengan metode in vivo.