Sinar Matahari dan Melanogenesis

korpuskulum golgi sebagai reseptor raba, korpuskulum pacini sebagai reseptor tekanan, korpuskulum ruffini dan benda krauss sebagai reseptor suhu dan nervus end plate sebagai reseptor nyeri. Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor-reseptor tersebut dan diteruskan ke sistem saraf pusat dan selanjutnya diinterpretasi oleh korteks serebri. 5. Pengaturan suhu tubuh, kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot berkontraksi pembuluh darah kulit. Pada saat temperatur badan menurun terjadi vasokonstriksi sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan panas. 6. Pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen melanosit terletak di lapisan basal. Jumlah, tipe, ukuran, dan distribusi pigmen melanin akan menentukan variasi warna kulit sesorang. 7. Keratinisasi, proses keratinisasi ini berlangsung secara normal kira- kira selama 14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

2.4 Sinar Matahari dan Melanogenesis

Penyinaran matahari mempunyai dua efek, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Sinar ultraviolet merupakan bagian dari sinar matahari yang bertanggung jawab terhadap efek yang merugikan tersebut. Kerusakan kulit akibat sinar ultraviolet antara lain tergantung dari frekuensi dan lamanya sinar matahari mengenai kulit, intensitas sinar matahari, serta sensitivitas seseorang. Efek nyata penyinaran matahari, pertama-tama ialah kemerahan pada kulit eritema yang diikuti oleh warna cokelat kemerahan. Pada dasarnya, timbul warna cokelat kemerahan yang merupakan reaksi perlindungan terhadap kerusakan akibat sinar ultraviolet Balsam, 1972 Kulit yang terpapar oleh sinar matahari selama 6-20 jam akan menghasilkan eritema yang cepat atau lambat menimbulkan pencokelatan kulit tanning. Tanning cepat tampak jelas 1 jam setelah kulit terpapar matahari dan kemudian akan hilang kembali dalam waktu 4 jam. Hal ini mungkin disebabkan oleh reaksi oksidasi dari radikal bebas semiquinon yang tidak stabil di dalam melanin. Di sini tidak tampak adanya pembentukan melanosom baru. Tanning lambat terjadi 48-72 jam setelah kulit terpapar sinar matahari dengan panjang gelombang 320-500 nm. Reaksi serupa terjadi pada sunburn 290-320 nm. Hal ini disebabkan oleh pembentukan melanosom-melanosom baru secara perlahan, dan baru terlihat dalam waktu 72 jam. Sinar ultraviolet gelombang agak panjang serta sinar yang dapat dilihat, antara 320-700 nm, merupakan penyebab melanogenesis, tetapi gelombang-gelombang lebih pendek 290-320 nm masih merupakan inisiator paling efektif untuk melanogenesis Iswari, 2007. Berdasarkan panjang gelombang dan efek fisiologisnya, sinar ultraviolet dibedakan menjadi 3 bagian: Depkes RI, 1985 1. UV-A ialah sinar dengan panjang gelombang antara 400-315 nm dengan efektivitas tertinggi pada 340 nm, dapat menyebabkan warna coklat pada kulit tanpa menimbulkan kemerahan. 2. UV-B ialah sinar dengan panjang gelombang antara 315- 280 nm dengan efektivitas tertinggi pada 297,6 nm, merupakan daerah eritemogenik yang dapat menimbulkan sengatan surya sehingga terjadi reaksi pembentukan melanin awal. 3. UV-C ialah sinar dengan panjang gelombang dibawah 280 nm, dapat merusak jaringan kulit, tetapi sebagian besar telah tersaring oleh lapisan ozon dalam atmosfer. Secara alamiah kulit juga mempunyai mekanisme perlindungan terhadap sengatan surya ialah dengan penebalan stratum korneum dan pigmentasi kulit. Perlindungan terhadap sengatan surya ini disebabkan oleh peningkatan jumlah melanin dalam epidermis. Butir melanin yang terbentuk dalam sel basal kulit setelah penyinaran ultraviolet-B akan berpindah ke stratum korneum di permukaan kulit, kemudian teroksidasi oleh sinar ultraviolet-A. Jika kulit mengelupas, butir melanin akan lepas, sehingga kulit kehilangan pelindung terhadap sinar matahari Depkes RI, 1985. 2.5 Sediaan Krim Tabir Surya 2.5.1 Sediaan tabir surya