3.2.1 Trakea Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang kurang lebih
Sembilan sentimeter yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh
lingkaran tidak lengkap berupa cincin, dilapisi selaput lender yang terdiri atas epithelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing Hidayat,
2006. 3.2.2 Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabang atau kelanjutan dari trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar
daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus
atas dan bawah Hidayat, 2006. 3.2.3 Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus Hidayat, 2006.
4. Proses Oksigenasi
Menurut Hidayat 2006 dan Lusianah 2012, proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi gas, dan transportasi
gas. 4.1 Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer Hidayat, 2006. Masuknya atmosfer ke
dalam alveoli dan keluarnya karbondioksida dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi inspirasi-ekspirasi. Proses ventilasi terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara atmosfer dan alveolus paru Lusianah, 2012. Menurut Asmadi, 2008 efektivitas mekanisme ventilasi paru-paru dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain: 4.1.1 Konsentrasi oksigen atmosfer
Konsentrasi oksigen sanagt menentukan terhadap fungsi pernapasan. Konsentari oksigen atmosfer di daratan tinggi lebih rendah dibangdingkan
dengan konsentrasi di bawah permukaan laut. Kurangnya konsentrasi oksigen di dalam tubuh seseorang akan memunculkan tanda-tanda hipoksia Asmadi,
2008.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Kondisi jalan nafas Udara pernapasan keluar masuk tubuh melalui organ-organ respirasi yang
merupakan jalan napas. Kondisi jalan napas ini sangat menentukan terhadap efektivitas ventilasi. Jalan napas yang tidak paten baik dapat menyebabkan
mekanisme ventilasi menjadi tidak efektif. Penyebab ketidakpatenan jalan napas antara lain disebabkan oleh obstruksi mekanik seperti benda asing pada
trakheobronkhial, mukus yang tertahan, lidah yang menutupi jalan napas, dan reaksi alergi yang menyebabkan bronkospasme seperti pada asma Asmadi,
2008. 4.1.3 Kemampuan compliance dan recoil paru-paru
Compliance merupakan kemampuan paru untuk mengembang. Recoil adalah kembalinya paru-paru ke posisi semula setelah compliance. Kemampuan
compliance dan recoil ini sangat berpengaruh dalam menentukan efektif tidaknya proses ventilasi. Kemampuan ini bisa tidak sempurna disebabkan
antara lain oleh kerusakan jaringan paru seperti edema, tumor, paraseparalise, serta kifosis Asmadi, 2008.
4.1.4 Pengaturan pernapasan Banyak sedikitnya oksigen yang masuk dan karbondioksida yang keluar dari
paru-paru dalam proses ventilasi dipengaruhi pula oleh irama, kedalaman, dan frekuensi pernapasan. Irama pernapasan yang teratur menyebabkan terjadinya
keseimbangan antara jumlah oksigen yang dihirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan dari paru-paru. Namun bila sebaliknya, misalnya pada orang yang
lari ketakutan, irama napasnya menjadi tidak teratur sehingga mengakibatkan oksigen dihirup sedikit. Kedalaman pernapasan juga memengaruhi terhadap
ventilasi paru-paru. Kedalaman pernapasan ini mengindikasikan kemampuan inspirasi paru-paru. Frekuensi pernapasan merupakan jumlah compliance dan
recoil paru-paru dalam satu menit. Pada seseorang yang frekuensi pernapasannya di bawah frekuensi normal, maka oksigen yang dihirup juga akan
sedikit sehingga tubuh kekurangan oksigen Asmadi, 2008. Irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan ini sangat bergantung pada
kerja pusat pengaturan pernapasan yang terdapat pada medulla dan pons. Pusat pernapasan inilah yang mengatur kerja paru-paru. Ada tiga pusat pneumotaksis.
Ketiga pusat pengaturan pernapasan ini akan dibahas pada bahasan selanjutnya mengenai pengaturan pernapasan Asmadi, 2008.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Difusi Difusi merupakan proses pertukaran gas oksigen dengan karbondioksidaantara
alveoli dengan darah pada membran kapiler alveolar paru Lusianah, 2012. Menurut Asmadi, 2008 kecepatan difusi tersebut ditentukan oleh beberapa faktor
diantaranya: 4.2.1 Ketebalan Membran
Semakin tebal membrane alveolus, maka proses difusi semkin sulit. Tebalnya membrane alveolus misalnya oleh karena edema paru. Akibatnya gas-gas
pernapasan harus berdifusi tidak hanya melalui membrane alveolus, melainkan melalui cairan tersebut Asmadi, 2008.
4.2.2 Luas Permukan Membran Alveolus Penurunan luas permukaan paru-paru akan mengakibatkan kemampuan paru-
paru untuk berdifusi pun menurun. Hal tersebut berarti semakin luas permukaan membrane alveolus maka semakin banyak gas-gas pernapasan yang berdifusi
dan begitu pula sebaliknya. Penurunan luas permukaan paru akan mengganggu pertukaran gas pernapasan Asmadi, 2008.
4.2.3 Perbedaan Tekanan antara Kedua Sisi Membran Perbedaan tekanan antara kedua sisi membran merupakan perbedaan antara
tekanan parsial gas dalam alveolus dan tekanan gas dalam darah. Bila tekanan gas dalam alveolus lebih besar daripada tekanan gas dalam darah, maka terjadi
difusi dari alveolus ke dalam darah dan begitu sebaliknya. Tekanan gas yang tinggi dalam alveolus adalah tekanan oksigen sedangkan tekanan yang tinggi
pada kapiler darah adalah tekanan karbondioksida. Hal tersebut akan mengakibatkan oksigen berdifusi ke kapiler darah dan karbondiksida. Hal
tersebut akan mengakibatkan oksigen berdifusi ke kapiler darah dan karbondioksida berdifusi ke alveolus Asmadi, 2008.
4.3 Tranfortasi Gas Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O
2
kapiler ke jaringan tubuh dan CO
2
jaringan tubuh kapiler. Pada proses transportasi, O
2
akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin 97 dan larut dalam plasma 3,
sedangkan CO
2
akan berikantan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin 30, larut dalam plasma 5, dan sebagian menjadi HCO
3
yang berada dalam darah 65 Hidayat, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung kardiak output, kondisi pembuluh darah, latihan exercise, perbandingan sel
darah dengan darah secara keseluruhan hematokrit serta eritrosit dan kadar Hb Hidayat, 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi transportasi gas menurut
Hidayat 2006 sependapat dengan pendapat menurut Lusianah 2012.
5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigen