Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigen

Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung kardiak output, kondisi pembuluh darah, latihan exercise, perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan hematokrit serta eritrosit dan kadar Hb Hidayat, 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi transportasi gas menurut Hidayat 2006 sependapat dengan pendapat menurut Lusianah 2012.

5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigen

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap. Sewaktu-waktu tubuh memerlukan oksigen yang banyak oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya: 5.1 Faktor fisiologi Setiap kondisi yang mempengaruhi fungsi kardiopulmonar secara langsung akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Klasifikasi umum gangguan jantung meliputi ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer. Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi, dan hipoksia Potter dan Perry, 2005. Sedangkan menurut Tarwoto dan Wartonah 2006, faktor fisiologi meliputi: 5.1.1 Menurunnya kapasitas pengingatan oksigen seperti anemia 5.1.2 Menurunnya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas 5.1.3 Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transfor oksigen menurun 5.1.4 Meningkatnya metabolism seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan lain-lain 5.1.5 Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru. 5.2 Faktor perkembangan Tahap perkembangan klien dan proses penuaan yang normal mempengaruhi oksigenasi jaringan Potter dan Perry, 2005. Universitas Sumatera Utara 5.2.1 Bayi prematur Bayi prematur beresiko terkena penyakit membrane hialin, yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan. Kemampuan paru untuk mensintesis surfaktan berkembang lambat pada masa kehamilan, yakni pada sekitar bulan ketujuh, dan bayi preterm tidak memiliki surfaktan. 5.2.2 Bayi dan toddler Bayi dan toddler beresiko terkena mengalami infeksi saluran napas atas sebagai hasil pemaparan yang sering pada anak-anak lain dan pemaran asap dari rokok yang diisap orang lain. Selain itu, selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang kongesti nasal, yang memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatnya potensi terjadinya infeksi saluran pernapasan Potter dan Perry, 2005. 5.2.3 Anak usia sekolah dan remaja Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernapasan dan faktor- faktor resiko pernapasan, misalnya menghisap asap rokok dan merokok. Individu yang mulai merokok pada usia remaja dan meneruskannya sampai usia dewasa pertengahan mengalami peningkatan resiko penyakit kardiopulmonar dan kanker paru Potter dan Perry, 2005. 5.2.4 Dewasa muda dan dewasa pertengahan Individu usia dewasa pertengahan dan dewasa muda terpapar pada banyak faktor resiko kardiopulmonar, seperti: diet yang tidak sehat, kurang latihan fisik, obat-obatan, dan merokok. Dengan mengurangi faktor-faktor yang dapat dimodifikasi ini, akan menurunkan resiko menderita penyakit jantung dan pulmonary Potter dan Perry, 2005. 5.2.5 Dewasa tua dan lansia Sistem pernapasan dan sistem jantung mengalami perubahan sepanjang proses penuan. Ventilasi dan transfer gas menurun seiring peningkatan usia. Perubahan osteoporosis pada rangka thoraks dan kifosis pada vertebra biasanya terjadi seiring penuan. Perubahan ini membuat paru-paru tidak mampu mengembang sepenuhnya, sehingga menyebabkan kadar oksigenasi lebih rendah Potter dan Perry, 2005. Universitas Sumatera Utara 5.3 Faktor lingkungan Lingkungan juga mempengaruhi oksigenasi. Insiden penyakit paru lebih tinggi di daerah yang berkabut dan di daerah perkotaan daripada di daerah perkotaan. Tempat kerja juga dapat meningkatkan resiko terkena panyakit paru seperti bekerja di pertekstilan, tempat produksi peralatan yang anti terbakar, di pergilingan, tempat produksi cat, plastic, dan beberapa perusahan kontruksi Potter dan Perry, 2005. Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian menyebabkan curuh jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami kontriksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen Asmadi, 2008. 5.4 Faktor perilaku Perilaku atau gaya hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kemampuan tubuh dalam memenuhi kebutuhan oksigen. Faktor- faktor perilaku atau gaya hidup yang mempengaruhi fungsi pernapasan meliputi nutrisi, latihan fisik, merokok, penyalahgunaan substansi, dan stress Potter dan Perry, 2005. Faktor-faktor menurut Potter dan Perry 2005 sependapat dengan pendapat menurut Tarwoto dan Wartonah 2006. 5.4.1 Nutrisi Nutrisi merupakan fungsi kardiopulmonar dalam beberapa cara. Misalnya: a Obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru dan peningkatan berat badan dapat meningkatkan kebutuhan oksigen untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh Potter dan Perry, 2005 dan Tarwoto dan Wartonah, 2006. b Klien yang kekurangan gizi atau gizi buruk mengalami kelemahan otot pernapasan dan menurunnya kerja ekskursi pernapasan sehingga efisiensi batuk menurun yang menyebabkan resiko terjadinya retensi sekresi paru Potter dan Perry, 2005. Gizi buruk juga menyebabkan anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang Tarwoto dan Wartonah, 2006. c Diet tinggi karbohidrat berperan penting dalam peningkatan beban karbondioksida pada klien yang mengalami retensi karbondioksida. Apabila karbohidrat dimetabolisme, maka akan dihasilkan sejumlah peningkatan beban Universitas Sumatera Utara karbondioksida, dan diekskresikan melalui paru-paru Potter dan Perry, 2005. Diet tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis Tarwoto dan Wartonah, 2006. 5.4.2 Latihan fisik Latihan fisik meningkatkan aktifitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen. Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, kemampuan individu untuk menghirup lebih banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan karbondioksida Potter dan Perry, 2005. 5.4.3 Merokok Menurut Potter dan Perry 2005, merokok dapat menyebabkan penyakit jantung, penyakit paru obstruksi kronik, dan kanker paru. Merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah perifer. Nikotin yang diinhalasi menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah dan menurunkan aliran darah ke pembuluh darah perifer. Resiko kanker paru 10 kali lebih kuat pada individu yang merokok daripada individu yang tidak merokok. Perokok pasif lebih mudah terkena kanker paru daripada perokok aktif. 5.4.4 Penyalahgunaan substansi Penggunaan alkohol dan obat-obatan lain secara berlebihan akan mengganggu oksigenasi jaringan dengan dua cara. Pertama, individu yang kronis menyalahgunakan substansi. Kondisi ini seringkali memiliki asupan nutrisi yang buruk. Kondisi menyebabkan penurunan asupan makanan-kaya besi yang kemudian menyebabkan penurunan produksi hemoglobin. Kedua, penggunaan alkohol dan obat-obatan tertentu secara berlebihan. Kondisi ini mendepresi pusat pernapasan, menurunkan frekuensi dan kedalaman pernapasan dan jumlah oksigen yang diinhalasi. Penyalahgunaan substansi, baik dengan cara merokok mengisap atau dengan cara inhalasi menghirup, misalnya substansi berupa bongkahan kokain atau uap yang berasal dari cat atau kaleng lem, mengakibatkan cedera langsung pada jaringan sehingga menyebabkan kerusakan paru maupun kerusakan oksigenasi yang permanen Potter dan Perry, 2005. Universitas Sumatera Utara

6. Pengaturan Pernapasan