Asuhan Keperawatan Kasus PENGELOLAAN KASUS

B. Asuhan Keperawatan Kasus

1. Pengkajian Pasien di Rumah Sakit Berdasarkan penugasan sesuai dengan jadwal mahasiswa praktek di rumah sakit Pirngadi Medan, pada tanggal 2 Juni - 6 Juni 2014 di ruangan Tulip 3. Pada penugasan tersebut di temukan seorang pasien Tn. P dengan masalah medis CHF gagal jantung pasien tersebut diangkat oleh penulis menjadi pasien kelolaan. Pengkajian keperawatan pertama kali dilakukan pada tanggal 2 Juni 2014 pada pasien Tn. P di ruang Tulip 3 kamar 703 dengan diagnosa medis CHF gagal jantung. Pengkajian dilakukan pada pukul 15.00 WIB terkait biodata pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, dan pengkajian fisik. Saat pengkajian didapat data pasien adalah Tn. P yang tinggal di perumnas marindal, Medan. Alasan utama klien mencari bantuan kesehatan adalah karena sesak napas yang berat saat beraktifitas dan kelemahan yang dirasakan semenjak 1minggu terakhir. Pada saat melakukan pengkajian, klien berada pada kesadaran somnolen dimana klien tampak sadar saat berbicara dan seperti tertidur saat selesai bicara, kulit klien tampak pucat dan ekstremitas dingin, bibir pucat, dan kelemahan.Pada pukul 15.40 pengkajian keperawatan dihentikan Karena keadaan klien yang kurang baik. Pengkajian ulang dilakukan kepeda pasien pada saat melakukan injeksi tepatnya pukul 17.30, pengkajian tersebut mengenai sesak yang dirasakan. Hasil yang di dapat yaitu klien sesak napas saat melakukan aktifitas ringan, sesaknya hilang saat di pasang oksigen, riwayat penyakit pernapasan terdahulu tidak ada, kulit klien tampak pucat, batuk tidak ada, klien tampak terbaring lemah di tempat tidur, dan mengeluhkan kelemahan. Berdasarkan temuan tersebut diangkat masalah keperawatan ketidakefektifan pola pernapasan dan intoleransi aktivitas. Pada pukul 19.30 WIB dilakukan evaluasi terhadap intervensi tersebut. Hasil yang didapatkan yaitu pasien merasa lebih nyaman lagi saat diberi posisi semi fowler dan pemberian terapi oksigen, sesak yang dirasakan klien tidak seberat sebelumnya, pembatasan penggunaan energi dapat dilakukan dan klien mengatakan bahwa kebutuhan saat ini terpenuhi oleh bantuan keluarganya. Tanggal 3 Juni 2014 pukul 15.00 WIB melakukan evaluasi terhadap intervensi yang dilakukan. Saat melakukan evaluasi kondisi pasien ditemukan data tambahan yaitu keluhan pasien yang lemah saat beraktifitas. Klien mengatakan tenaganya tidak kuat lagi untuk melakukan aktifitas baik aktifitas ringan maupun berat dan klien Universitas Sumatera Utara merasa cepat lelah bahkan saat makan klien merasa lelah. Dari hasil pengkajian tersebut diangkat diagnosa keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Kemudian dilakukan pengkajian nutrisi dengan hasil asupan makanan tidak adekuat, berat badan turun dari 108 kg menjadi 74 kg, penyebab ketidak inginan makannya karena adanya mual-muntah, nyeri abdomen yang dirasakan dan kelemahan. Pada pukul 19.30 dilakukan evaluasi terhadap intervensi yang diberikan, dengan hasil pembatasan penggunaan energi dapat dilakukan dan klien mengatakan bahwa kebutuhan saat ini terpenuhi oleh bantuan keluarganya. Pada tanggal 4 Juni 2014 tepatnya pukul 09.00 WIB dilakukan evaluasi terhadap intervensi yang dilakukan sebelumnya dan ditemukan keluhan istri klien Ny. G bahwa Tn. P dalam beberapa hari belakangan ini sulit untuk makan sehingga dilakukan intervensi yang dapat meningkatkan keinginan makan klien. Pada pukul 13.00 klien mengeluhkan sesak napas, berat badan menurun dari 108 kg menjadi 74 kg, tanda vital, dan pola makan klien 3 kali sehari yakni pagi, siang, dan malam. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 15671, heart rate 90xmenit, rerpiratrory rate 28xmenit. Pada pukul 14.20 dilakukan evaluasi terhadap intervensi yang dilakukan dengan hasil diet tidak habis, mual masih ada dan sesak klien sudah berkurang. Tanggal 5 Juni 2014 pukul 09.00 WIB saat ingin melakukan evaluasi tindakan, klien tampak tidur lemah di atas tempat tidur. Saat ditanya kepada Ny. G klien saat ini sedang pingsan karena kadar gula darahnya turun, dan dokter jaga sudah melakukan pemeriksaan kadar gula darah dengan hasil 150 mgDl. ny. G mengatakan sudah lama kadar gula darahnya tidak turun dan kadar gula darah biasanya 200 mgDl. pada pukul dilakukan intervensi kepada pasien dengan diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada pukul 14.00 dilakukan evaluasi terhadap intervensi yang dilakukan. Pada tanggal 6 juni 2014 pukul 09.10 WIB klien diantarkan ke poli jantung untuk melakukan pemeriksaan EKG elektrokardiogram. Tanggal 06 juni 2014 pukul 09.10 WIB melakukan re-evaluasi terhadap rencana yang sudah dibuat dan ditemukan data baru dimana klien mengatakan muncul batuk yang berdahak tapi sulit untuk dikeluarkan dan mual. Keadaan ini mulai muncul pada hari kamis yakni sore hari. Dari data tersebut diangkat diagnosa bersihan jalan napas tidak efektifdan dilakukan intervensi kepada klien. Pukul 11.00 klien selesai melakukan pemeriksaan EKG dan dibawa kembali ke ruangan. Pada pukul 12.00 WIB melakukan intervensi Universitas Sumatera Utara kepada pasian dengan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas. Pada pukul 14.00 WIB dilakukan evaluasi terhadap intervensi yang dilakukan. 2. Analisa data Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 2 – 6 juni 2014, dari data-data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data objek dan data subjek. Tabel analisa data No Data Etiologi Masalah keperawatan 1. DS: - Klien mengatakan sesak saat beraktifitas - klien mengatakan lemas - klien mengatakan kehilangan tenaga untuk mengangkat tubuhnya DO: - klien berbaring di tempat tidur - klien melakukan aktifitas di tempat tidur - saat melakukan aktifitas klien dibantu oleh keluarga Gagal jantung Jantung gagal memompa Suplai darah menurun Metabolisme anaerob Asidosis metabolik Penimbunan asam laktat dan penurunan ATP Fatique Intoleransi aktifitas pemenuhan ADL 2. DS: Klien mengeluh sesak napas dan gangguan penglihatan Gagal jantung Gagal pemompaan jantung Pola napas tidak efektif Universitas Sumatera Utara DO: Kesadaran klien somnolen, warna kulit tidak normal yakni pucat, ketidak normalan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan, suara napas tambahan, perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan, dan batuk tidak ada. Tekanan diastole naik Bendungan atrium kanan hepar hepatomegali mendesak diafragma sesak napas pola napas tidak efektif 3. DS: - Klien menolak untuk makan - Merasa cepat kenyang - Berat badan turun dari 110 kg menjadi 74 kg DO: - Kurangnya minat terhadap makanan - Membran mukosa pucat Gagal jantung Tekanan sitem vena naik Tekanan vena jugularis naik Hipertensi vena Bendungan vena bilateral Pembengkakan hati Kongesti vena saluran cerna Mual muntah anoreksia Pemenuhana nutrisi kurang Universitas Sumatera Utara 4. Ds: - Dispnea - Klien mengatakan tidak bisa mengeluarkan sekret Do: - Gelisah - Sputum berlebihan - Sputum kental - Suara napas tambahan - Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan Gagal jantung Gagal pemompaan jantung backward failurun LEVD naik Tekanan pulmonalis meningkat tekanan paru meningkat Edema paru Ronki basah Iritasi mukosa paru Reflek batuk turun Penumpukan sekret Gangguan bersihan jalan napas Bersihan jalan napas tidak efektif Universitas Sumatera Utara 3. Diagnosa keperawatan Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawataan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah yaitu data subjek dan data objek yang telah di kaji. Dari hasil perumusan diangkat diagnosa keperawatan yang utama yakni intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan curah jantung yang rendah. Ini dijadikan prioritas karena gagal jantung chf identik dengan kelemahan dan ini menjadi salah satu ciri khas dari gagal jantung. Intoleransi aktivitas ini diangkat berdasarkan keluhan klien yang menyatakan kelemahan, berkurangnya tenaga, dan munculnya sesak napas saat klien melakukan aktivitas. Munculnya tanda – tanda tersebut dikarenakan ketidak mampuan jantung untuk memenuhi oksigen dalam tubuh yang mengakibatkan penumpukan karbondioksida yang mengakibatkan proses anaerob meningkat. 1. Tanggal 2 Juni 2014 ditegakkan diagnosa keperawatan: a Intoleransi aktivitas berhubungan dengan curah jantung yang rendah b Tidak efektifnya pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru 2. Tanggal 3 Juni 2014 ditegakkan diagnosa keperawatan a Tidak efektifnya pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru b Intoleransi aktivitas berhubungan dengan curah jantung yang rendah c Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan 3. Tanggal 4 Juni 2014 ditegakkan diagnosa keperawatan: a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan menurun 4. Tanggal 6 Juni 2014 ditegakkan diagnosa keperawatan: a. Ketidakefektifan jalan napas bd ketidakseimbangan jumlah produksi cairan Universitas Sumatera Utara 4. Perencanaan Keperawatan Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada Ny.W. Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat di tabel berikut: Tabel 2.2. Diagnosa keperawatan dan perencanaan keperawatan Diagnosa keperawatan Perencanaan Keperawatan Dx.1: Tujuan : - Klien dapat menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan - Mendemonstrasikan penghematan energi Kriteria hasil: 1. Toleransi aktivitas 2. Klien menunjukkan ketahanan dalam beraktifitas 3. Mengelola penghematan energi 4. Kebugaran fisik 5. Energi psikomotorik 6. Perawatan diri Intervensi Rasional 1. Kaji tingkat kelemahan pasien 2. Memberi anjuran tentang dan bantuan dalam aktivitas fisik 3. Mengatur penggunaan energi 4. Memanipulasi 1. Mengetahui tingkat ketergantungan klien 2. Mengatasi cedera 3. Mengurangi penggunaan energi berlebihan 4. Mencegah cedera pada Universitas Sumatera Utara lingkungan sekitar pasien 5. Menggunakan aktivitas atau protokol latihan 6. Membantu klien untuk melakukan AKS pasien 5. Mengembalikan kekuatan otot 6. Memenuhi kebutuhan AKS pasien Dx.2: Tujuan: pola pernapasan efektif Kriteria Hasil: a. Status ventilasi dan pernapasan yang tidak terganggu b. Tidak ada penyimpangan tanda vital dari rentang normal c. Kepatenan jalan napas Rencana Tindakan Rasional 1. Berikan oksigenasi sesuai program 2. Mempertahankan oksigen aliran rendah dengan nasal kanul, masker atau sungkup dengan kecepagan aliran 3 lmenit 3. Monitor jumlah pernapasan penggunaan otot bantu pernapasaan tanda vital, dan warna kulit. 4. Posisi pasien fowler 5. Laksanakan program pengobatan 6. Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk 1. Mempertahankan oksigen arteri 2. Mempertahankan keadekuatan oksigen 3. Mengetahui status pernapasan 4. Meningkatkan pengembangan paru 5. Meningkatkan pernapasan 6. Perlu adaptasi baru dengan kondisi sekarang Universitas Sumatera Utara memastikan keadekuatan fungsi ventilator mekanis 7. Pendidikan kesehatan : a. Perubahan gaya hidup b. Menghindari alergen c. Teknik bernapas b. Teknik relaksasi 7. Perlu adaptasi baru dengan kondisi sekarang Dx.3: Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan intake nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhan tubuh dan nafsu makan pasien kembali normal Kriteria hasil: 1. Intake nutrisi sesuai kebutuhan tubuhn 2. Mual dan muntah pasien berkuranghilang. 3. Nafsu makan pasien kembali normal Intervensi Rasional 1. Kaji status nutrisi pasien 2. Kaji bersama pasien penyebab penurunan nafsu makan 3. Lakukan pengkajian pola makan pasien. 4. Timbang berat badan sesuai indikasi 5. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan mulut yang baik 1. Untuk mengetahui status nutrisi pasien 2. Untuk memudahkan dalam intervensi 3. Mengetahui kebiasaan makan pasien dan mengetahui kemungkinan kesalahan pola makan pasien. 4. Meningkatkan nafsu makan pasien 5. Mengetahui status nutrisi pasien untuk pemberian nutrisi Universitas Sumatera Utara 6. Ukur intake makanan dalam 24 jam. 7. Beri pasien makan tapi sering dan diselingi dengan air hangat. 8. Diskusikan kepada pasien tentang pentingnya asupan nutrisi untuk proses kesembuhan. 6. Mengetahui kelebihan atau kekurangan intake makanan. 7. Hal ini membantu meningkatkan nafsu makan pasien dan mengurangi rasa mual dan muntah. 8. Untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi dan memotivasi pasien untuk mau makan. Dx. 4 Tujuan: kepatenan jalan napas Kriteria hasil : 1. Kemudahan bernapas 2. Frekuensi dan irama pernapasan 3. Pergerakan sputum keluar dari jalan napas 4. Pergerakan sumbatan keluar dari jalan napas Intervensi Rasional 1. Kaji status pernapasan klien suara napas, adanya batuk, sesak, sianosis 2. Atur posisi semi fowler atau fowler. 3. Ajarkan napas dalam dan batuk efektif 4. Berikan oksigen sesuai program dan cek kelancaran 1. Untuk mengetahui area yang mengalami penurunan ventilasi, akumulasi sekret, dan penurunan difusi oksigen paru 2. Memudahkan ventilasi paru 3. Memudahkan keluarnya sekret 4. Memperbaiki oksigenasi jaringan Universitas Sumatera Utara aliran oksigen 5. Anjurkan aktivitas fisik atau ambulasi tiap dua jam 6. Berikan pasien dukungan emosi. 7. Kolaborasi dengan ahli terapi pernapasan 8. Anjurkan pasien oral hygine 9. Berikan pendidikan kesehatan tentang efek merokok 5. Meningkatkan pergerakan sekresi 6. Mengatasi kecemasan pasien dan agar pasien bisa lebih tenang 7. Untuk menurunkan sesak napas 8. Memberikan rasa nyaman 9. Mencegah komplikasi paru- paru 5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Dari intervensi yang telah ditetapkan maka dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai dengan diagnosa keperawatan secara lengkap di Lampiran 2. Untuk diagnosa pertama yaitu intoleransi aktivitas yang ditegakkan tanggal 2 Juni 2014, dilakukan tindakan keperawatan dari intervensi yang telah ditetapkan. Tindakan yang dilakukan adalah pukul 16.00 mengkaji kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan melakukakan AKS dan AKSI, menganjurkan klien untuk meminta pertolongan, mengatur penggunaan energi, 16.30 berkolaborasi dengan keluarga dalam memanipuasi lingkungan sekitar pasien, dan membantu klien untuk melakukan AKS tabel 2.2. terdapat intervensi yang tidak dilakukan yaitu penggunaan aktifitas atau protokol latihan karena keadaan klien masih sangat lemah dan asupan nutrisi untuk pemenuhan energi tidak terpenuhi secara adekuat dan akan di lakukan pada hari berikutnya. Pada pukul 18.30 melakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dan hasilnya pasien merasa lingkungannya sudah aman untuk beraktifitas. Untuk diagnosa kedua yaitu tidak ketidakefektifan pola pernapasan yang ditegakkan tanggal 2 Juni 2014, dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien dari intervensi yang telah ditetapkan. Tindakan yang dilakukan adalah pukul 15.00 Universitas Sumatera Utara melakukan pengkajian identitas, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, dan masa lalu, dan riwayat kesehatan keluarga, pukul 17.40 mengkaji status pernapasan klien, memberikan oksigen 3 lmenit menggunakan nasal kanul, pukul 17.50 mengatur posisi klien semi fowler, dan 19.30 melakukan evaluasi terhadap intervensi yang diberikan siang tadi. Pada saat implemementasi, tidak semua intervensi yang ada dilakukan kepada pasien tabel 2.2. Adapun intervensi yang dilakukan adalah nomor 1-4 dan yang tidak dilakukan nomor 6-7. Alasan tidak dilakukannya intervensi nomor 6 yakni konsultasi dengan ahli terapi pernapasan tidak dilakukan karena tidak bisa bertemu dengan dokter atau ahli terapi pernapasan dan nomor 7 tidak dilakukan karena intervensi ini masih butuh persiapan akan teori yang terkait sehingga dijadikan intervensi yang akan dilakukan pada keesokan harinya. Setelah dilakukan tindakan keperawatan tanggal 3 Juni 2014 diagnosa pertamadan kedua telah teratasi namun masih tetap kontrol kebutuhan pemenuhan AKS klien dan mempertahankan oksigen aliran rendah menggunakan nasal kanul 3 lmenit. Pada pukul 15.00 dilakukan evaluasi terhadap tindakan sebelumnya. Pada pukul 16.00 dilakukan pengkajian tanda-tanda vital, mengatur posisi klien semi fowler, memberikan oksigen 3 lmenit,dan pada pukul 16.45 klien diajarkan pernapasan pursed-lip, pukul 17.00 mengatur posisi klien semi fowler, dan mempertahankan oksigen aliran rendah menggunakan nasal kanul dengan kecepatan aliran 3 lmenit.Pada pukul 19.30 dilakukan evaluasi terhadap intervensi yang dilakukan hasil yang didapatkan yaitu klien mengatakan sesaknya sudah berkurang dengan tanda- tanda vital: TD= 14570mmHg, HR= 80xmenit, RR= 20xmenit, Temp= 36C, klien tampak lebih tenang. Untuk diagnosa ketiga yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang ditegakkan tanggal 4 Juni 2014, pukul 09.00 dilakukan intervensi yang direncakan sebelumnya yaitu penganjuran klien untuk melakukan aktivitas ringan. Setelah diangkat diagnosa maka dilakukan pukul 10.00 WIB mengkaji status nutrisi pasien, mendiskusikan bersama pasien tentang penyebab penurunan nafsu makan, menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan mulut yang baik, menganjurkan makan dalam jumlah kecil dan sering secara teratur dan menyelingi dengan air hangat Tabel 2.2. Terdapat intervensi yang tidak dilakukan yakni intervensi nomor 4 yaitu timbang berat badan sesuai indikasi, karena keterbatasan alat yang tersedia di rumah sakit. Setelah dilakukan intervensi klien sudah mulai mau makan dan makanan yang dikomsumsi tidak habis. Universitas Sumatera Utara Pada tanggal 5 Juni 2014 pukul 09.00 WIB dilakukan pengukuran kadar gula darah kepada klien. Pukul 11.20 WIB setelah klien bangun diberikan minum minum teh manis dan makan buah sawo. Dari pengukuran didapatkan hasil gula darah turun yakni 170mgDl dan klien sudah mulai sadar. Pada pukul 12.00 dilakukan pemeriksaan KGD dengan hasil 200mgDl. Pada tanggal 6 Juni 2014 pukul 09.10 WIB klien dibawa ke poli jantung untuk melaksanakan pemeriksaan elektrokardiogram EKG. Pukul 13.00 mengkaji status pernapasan klien, mengatur posisi fowler atau semi fowler, mengajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif. Pada intervensi tabel 2.2 ada yang tidak dilakukan yakni nomor 5 karena intervensi sudah dilakukan sebelumnya. Implementasi dari tindakan yang berkaitan telah tertera dalam Lampiran II. Universitas Sumatera Utara 33

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Oksigenasi berkaitan dengan sistem pernapasan dalam tubuh kita. Dimana oksigenasi adalah pemenuhan kebutuhan jaringan tubuh terhadap oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh dalam mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai sel atau organ Hidayat, 2006 Setelah dialakukan pengkajian pada pasien Tn. P, dilakukan analisa data untuk memperoleh diagnosa keperawatan, diagnosa keperawatan yang diangkat : 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan curah jantung yang rendah 2. Tidak efektifnya pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan menurun 4. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan ketidakseimbangan jumlah produksi sputum Diagnosa utama yang diangkat adalah Intoleransi aktivitas karena gagal jantung chf identik dengan kelemahan dan ini menjadi salah satu ciri khas dari gagal jantung. Intoleransi aktivitas ini diangkat berdasarkan keluhan klien yang menyatakan kelemahan, berkurangnya tenaga, dan munculnya sesak napas saat klien melakukan aktivitas. Munculnya tanda – tanda tersebut dikarenakan ketidak mampuan jantung untuk memenuhi oksigen dalam tubuh yang mengakibatkan penumpukan karbondioksida yang mengakibatkan proses anaerob meningkat. Jadi masalah intoleransi harus dikontrol oleh perawat apabila menemukan pasien dengan gangguan jantung. Setelah dilakukan asuhan keperawatan, dari empat diagnosa yang diperoleh tidak dapat diatasi secara tuntas. Diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas tidak teratasi dan masih perlu pengontrolan ketat oleh perawat dan keluarga klien, diagnosa keperawatan tidak efektifnya pola pernapasan teratasi sebagian, diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh juga belum teratasi, dan diagnosa ketidakefektifan jalan napas belum teratasi karena diagnosa ini muncul pada akhir dinas namun akan dilanjutkan oleh perawat ruangan. Universitas Sumatera Utara