7.4 Fisioterapi dada Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri
atas perkusi, vibrasi, dan postural drainage. 7.5 Perkusi atau disebut dengan clapping adalah pukulan kuat, bukan berarti
sekuat-kuatnya, pada dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk. Tujuan dari teknik ini adalah untuk dapat melepaskan secret yang melekat
pada dinding bronkus. 7.6 Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat
yang diletakkan datar pada dinding dada klien. Vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mucus yang kental.
Sering dilakukan bergantian dengan perkusi. 7.7Postural drainage adalah salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari
berbagai segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik untuk melakukannya yaitu sekitar satu jam sebelum sarapan pagi dan
sekitar satu jam sebelum tidur pada malam hari. Postural drainage harus lebih sering dilakukan apabila lender klien berubah warna menjadi kehijauan dan kental atau
ketika klien menderita demam. 7.8 Napas Dalam dan Batuk
Napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri atas pernapasan abdominal diafragma dan purse lips breathing. Batuk efektif yaitu latihan batuk untuk
mengeluarkan secret. 7.9Suctioning Penghisapan Lendir
Suctioning adalah suatu metode untuk melepaskan sekrsei yang berlebihan pada jalan napas. Suctioning dapat diterapkan pada oral, nasofaringeal, tracheal, serta
endotrakheal atau trakheostomi tube. Tujuan dari suctioning adalah untuk membuat suatu jalan napas yang paten dengan menjaga kebersihannya dan sekresi yang
berlebihan.
8. Asuhan keperawatan
8.1 Pengkajian Untuk mengidentifikasi masalah oksigenasi dan mengumpulkan data guna
menyusun suatu rencana keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian keperawatan. Menurut Potter dan Perry, 2005 pengkajian keperawatan tentang
fungsi kardiopulmonar klien harus mencakup data yang dikumpulkan dari sumber-
Universitas Sumatera Utara
sumber yakni: Riwayat kerperawatan fungsi kardiopulmonal normal klien dan fungsi kardiopulmonal saat ini, kerusakan fungsi sirkulasi dan fungsi pernapasan pada masa
yang lalu, serta tindakan klien yang digunakan untuk mengoptimalkan oksigenasi.Pemeriksaan fisik status kardiopulmonal klien, termasuk inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi. Peninjauan kembali hasil pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan diagnostik, termasuk hitung darah lengkap, elektrokardiogram EKG,
dan pemeriksaan fungsi pulmonar, sputum, dan oksigenasim seperti arteri gas darah AGD atau oksimetri nadi. Pendapat yang diungkapkan oleh Potter dan Perry
tersebut di dukung juga oleh pendapat Tarwoto dan Wartonah 2006, dimana pengkajian keperawatan harus mencakup: pernapasan yang pernah dialami, riwayat
penyakit pernapasan, riwayat kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi jaringan klien
yang meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan teknik inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi Potter dan Perry,
2005. Data pemeriksaan fisik yang mungkin ditemukan pada pengkajian oksigenasi menurut Tarwowo-Wartonnah 2006 dan Potter dan Perry 2005 hanya sedikit
perbedaan. Pengkajian inspeksi status kardiopulmonar perlu mengidentifikasi pada mata adanya xantelasma, askus kornea, konjuntiva pucat, konjungtiva pada sianosis,
terdapat petekia di konjungtiva. Pada mulut perlu dikaji membran mukosa yang sianosis dan bernapas menggunakan mulut. Pemeriksaan vena di leher perlu dilihat
adanya distensi atau pembengkakan. Pemeriksaan pada hidung perlu dilihat penggunaan cuping hidung atau penggunaan pernapasan hidung. Pemeriksaan pada
kulit perlu diperisa sianosis perifer, sianosis pusat, turgor kulit yang berkurang, edema dependen, dan edema periorbital. Pada ujung jari dan bantalan kuku perlu
diperiksa sianosis, hemoragi pada tulang metakarpal, dan jari tabuh clubbing finger . Pengkajian dilakukan pada pola pernapasan. Pola pernapasan yang perlu dikaji
yakni takipnea, bradipnea, apnea, hipernea, kussmaul, cheynestokes, biot, dan apneustik Potter dan Perry, 2005 . Pengkajian pada gerakan dinding dada dilihat
retraksi-melesak ke dalam jaringan lunak dada antara dan di sekitar kartilaginosa dan tulang-tulang iga, seperti di ruang intraklavikular, di trakea, dan di daerah
substernum semakin memburuk disertai ketubuhan untuk meningkatkan usaha inspirasi. Pernapasan paradoks-bernapas dengan tidak sinkron, terdapat kontraksi
dada selama inspirasi dan ekspansi selama ekspirasi, peningkatan diameter anteroposterior Potter dan Perry, 2005 sedangkan hal yang di periksa pada
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan dada menurut Tarwoto-Wartonah 2006 meliputi retraksi otot bantu pernapasan, pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan kanan, tactil fremitus,
thrills, suara napas tidak normal, dan bunyi perkusi dullnes, hiperesonan. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat maka dilakukan lah pemeriksaan
diagnostikpenunjang. Pemeriksaan penunjang menurut Tarwoto-Wartonah 2006 dan Potter dan Perry 2005 tidak jauh berbeda. Pemeriksaan untuk menentukan
keadekuatan sistem konduksi jantung dapat dilakukan melalui elektrokardiogram, monitor holter, pemeriksaan stres latihan, pemeriksaan elektrofisioogis. Pemeriksaan
untuk menentukan kontraksi miokard dan aliran darah dilakukan ekokardiografi, skintigrafi, kateterisasi jantung dan angiografi. Pemeriksaan untuk mengukur
keadekuatan ventilasi dan oksigenasi dilakukan tes fungsi paru-paru dengan spirometri, kecepatan aliran ekspirasi puncak, pemeriksaan gas darah arteri,
oksimetri, dan hitung darah lengkap. Untuk memvisualisasi struktur sistem pernapasan dilakkukan pemeriksaan sinar-X pada dada, bronkoskopi, dan
pemindaian paru. Pemeriksaan untuk menentukan sel-sel abnormal atau infeksi dalam saluran pernapasan dilakukan pemeriksaan kultur tenggorok, spesimen
sputum, pemeriksaan kulit, dan torasentesis.
8.2 Analisa data Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien,
kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Pada saat melakukan pengkajian terdapat
beberapa tanda yang ditemukan yakni, penemuan dari keluhan pasien yaitu pasien mengeluhkan dispnea kesulitan bernapas dan juga dari data yang kita lihat yaitu
adanya suara napas tambahan, perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan, batuk tidak ada atau tidak efektif, sianosis, kesulitan untuk berbicara, pernurunan
suara napas, ortopnea, gelisah, sputum berlebihan, dan mata terbelalak, gas darah yang tidak normal, hipoksia, perubahan status mental, usaha napas ditandai dengan
napas cuping hidung, penggunaan otot aksesorius, pernapasan bibir mencucu gas darah abnormal, gas darah arteri yang tidak normal, pH arteri tidak normal, warna
kulit tidak normal, karbon dioksida menurun, diaforesis, hiperkapnia, hiperbarbia, hipoksia, hipoksemia, iritabilitas, gelisah, somnolen, takikardia. NANDA, 2012.
Universitas Sumatera Utara
8.3 Diagnosa Keperawatan Menurut NANDA 2005, Tarwoto-Wartonah 2006 menyebutkan bahwa
terdapat empat diagnosa yang dapat diangkat sebagai diagnosa yang berhubungan dengan masalah oksigenasi, yaitu:
1. Gangguan pertukaran gas
2. Ketidakefektifan pola napas
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
4. Menurunnya perfusi jaringan tubuh
8.4 Perencanaan Keperawatan 1
Ketidakefektifan bersihan jalan napas Intervensi keperawatan
a Kaji keefektifan pemberian oksigen, frekuensi, kedalaman, dan upaya
pernapasana b
Kaji faktor yang berhubangan dengan nyeri, batuk tidak efektif, mukus kental, dan keletihan
c Pantau status oksigen pasien
d Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam untuk
memudahkan pengeluaran sekret e
Anjurkan aktifitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran sekret f
Atur posisi pasien yang memungkinkan untuk pengembangan maksimal rongga dada
g Berikan pasien dukungan emosi
h Kolaborasi dengan ahli terapi pernapasan
2 Ketidakefektifan pola napas
Intervensi keperawatan a
Pantau adanya pucat dan sianosis b
Observasi dan dokumentasi ekspansi dada bilateral pada pasien yang terpasang ventilator
c Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
d Pantau pernapasan yang berbunyi seperti mendengkur
e Pantau pola pernapasan: bradipnea, takipnea, hiperventilasi, pernapasan
kussmaul
Universitas Sumatera Utara
f Auskultasi suara napas, perhatiakn area penurunan tidak adanya ventilasi
dan adanya suara napas tambahan g
Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan lapar udara h
Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola pernapasan
i Ajarkan teknik batuk efektif
j Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan
fungsi ventilator mekanis 3
Gangguan pertukaran gas Intervensi keperawatan
a Kaji suara paru: frekuensi napas, kedalaman, dan usaha napas, dan produksi
sputum sebagai indicator keefektifan penggunaan alat penunjang b
Pantau saturasi oksigen dengan oksimetri nadi c
Pantau hasil gas darah d
Observasi terhadap sianosis, terutama membrane mukosa mulut e
Auskultasi bunyi jantung f
Ajarkan kepada pasien teknik napas dalam dan relaksasi g
Ajarkan tentang batuk efektif h
Lakukan oral hygine secara teratur i
Atur posisi pasien untuk memaksimalkan potensial ventilasi j
Bersihkan sekret dengan menganjurkan batuk atau melalui penghisapan
Universitas Sumatera Utara
B. Asuhan Keperawatan Kasus