Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
41
3.7 Pengukuran Volum dan Massa Sampel
Pengukuran volum sampel dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, yaitu dengan mengukur diameter dan tebal sampel. Hasil pengukuran volum sampel
ditunjukkan pada Tabel 4.2. Pengukuran massa sampel dilakukan dengan menggunakan neraca Ohauss.
Pengukuran ini untuk membandingkan massa sampel sebelum dan sesudah dibakar, hingga diperoleh persentasi penyusutannya, yang ditunjukkan pada Tabel 4.1.
3.8 Pengukuran Porositas dan Densitas
Pengukuran densitas dilakukan dengan membandingkan massa dan volume sampel setelah dibakar. Pengukuran porositas dilakukan dengan merendam sampel di
dalam air selama satu hari 24 jam, kemudian massa sampel yang telah direndam tersebut ditimbang, lalu dihitung besarnya porositas dengan menggunakan persamaan
2.3 dan densitas dengan menggunakan persamaan 2.4.
3.9 Pengujian Kekerasan, Kuat Tekan dan Kuat Impak
Pengujian kekerasan dilakukan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan, yaitu dengan menggunakan Equatip Hardness Tester. Hasil pengujian langsung
tertera di monitor alat dalam satuan BH Brinell Hardness, yang kemudian dikonversikan ke VH Vickers Hardness menurut persamaan 2.5. Dan pengujian
kuat tekan dilakukan dengan menggunakan alat Universal Tokyo Testing Machine.
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
42
3.10 Analisa Kualitatif XRD
Analisa mikrostruktur dilakukan dengan menggunakan X- Ray Difraction XRD yang ada di LIPI - Tangerang, dengan spesifikasi alat :
Nama alat : X-Ray Difractometer – Philips
Type : PW1835 NC9430
Tegangan Kerja : V = 40 KV
Arus : I = 30 mA
Radiasi : CO
K
: = 1,78897 Å
3.11 Pengujian Absorbsi Gas Buang
Uji absorbsi gas buang dilakukan di PT.Astra International TSO Auto 2000 Jl. Gatot Subroto Medan dengan menggunakan Gas Analyzer, yang bekerja secara
komputerisasi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan sampel yang berbentuk silinder dengan cara menempatkan sampel di dalam knalpot kendaraan dengan
bantuan baut, kemudian dimasukkan sensor pendeteksi gas buang kedalam sampel. Pengujian untuk tiap sampel dilakukan selama 15 menit.
Gambar 3.3 Gas Analyzer
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Telah dilakukan pengukuran, pengujian dan analisa terhadap sampel dengan menggunakan jangka sorong, neraca Ohauss, equatip hardness tester, alat uji tekan,
Iber Test, XRD, gas analyzer.
4.1 Susut Massa
Data dari hasil pengukuran terhadap massa sampel sebelum dan sesudah dibakar {Lampiran B diolah dengan menggunakan persamaan 2.1 maka diperoleh
hasil seperti pada Tabel 4.1.
No Clay
M
sbl
gr
M
sdh
gr
Susut massa
1 281,46
210,50 25,21
2 10
276,07 212,17
23,15 3
20 270,21
213,50 20,99
4 30
265,46 215,00
19,01 5
40 261,04
219,53 15,90
6 50
258,15 228,50
11,49 Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Susut Massa
34
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
44
Susut massa berkisar antara 11,49 – 25,21. Grafik hubungan penambahan clay terhadap susut massa ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa semakin besar aditif clay yang diberikan maka akan semakin kecil persentase susut massanya. Hal ini dimungkinkan karena
berkurangnya persentase grit, dreg dan biosludge yang di dalamnya terdapat bahan yang dapat terbakar combustible material dan dapat menjadi hilang bila dipanaskan
pada suhu 1100
o
C. Gambar 4.1 Grafik Susut Massa-Persentase Clay
Susut Massa - Persentase Clay
10 15
20 25
30
10 20
30 40
50 Clay
S us
ut M
as s
a
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
45
4.2 Susut Volum Susut Bakar