berupa targeted price subsidy yang dikenal dengan Operasi Pasar Khusus OPK Saifullah, 2001.
Saat ini pemasaran beras oleh BULOG terbanyak adalah untuk menunjang program OPKRASKIN yang menyerap sekitar 75 persen cadangan beras
BULOG. Sisanya disalurkan ke pasar umum karena umumnya petani menjual gabah di waktu panen dan pada waktu tidak panen mereka akan membeli beras
lagi dari pasar Sulaksono,2003. Operasi Pasar Khusus Beras yang telah berlangsung sejak 1998,
pelaksanaannya dinilai cukup relevan. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Steven R Tabor 2005 terhadap pelaksanaan OPK tahun 19981999
memperlihatkan bahwa program OPK dapat menahan penurunan konsumsi kalori 7 persen hingga 8 persen dan konsumsi protein 15 persen hingga 16 persen dari
kemungkinan yang terjadi akibat rawan pangan di masyarakat . Dari segi efisensi program, model kebijakan OPK pembiayaannya lima kali lebih efisien
dibandingkan dengan program sejenis yang diterapkan di beberapa negara. Untuk itu Tabor merekomendasikan program OPK tetap dilanjutkan.
2.2 Landasan Teori
Distribusi merupakan penambahan kegunaan waktu, tempat dan pemilikan barang yang mencakup juga pengangkutan barang-barang dari tempat asal atau
produksi lanjutan ke tempat penjualan. Dalam hal ini ditribusi mencakup berbagai bidang manajemen khususnya seperti penjualan, pengiklanan, keuangan,
pengangkutan dan pergudangan Taff, 1994. Peranan saluran distribusi dalam pemasaran tercermin dari biaya distribusi
yang besarnya dapat melebihi biaya produksi, biaya promosi, biaya administrasi
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007
USU Repository © 2008
pemasaran dan biaya pemasaran lain. Peranan yang besar dapat ditunjukkan dengan kinerja yang baik terhadap fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan di
setiap saluran Purwadi, 2000. Mekanisme pelaksanaan distribusi RASKIN yaitu :
1. BupatiWalikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi SPA kepada
Kadivre berdasarkan alokasi pagu RASKIN dan rumah tangga miskin penerima manfaat RASKIN dimasing-masing KecamatanKelurahanDesa.
2. SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka
waktu 3 tiga bulan, maka pagu dapat direlokasikan ke daerah lain dengan menerbitkan SPA baru yang menunjuk pada SPA yang tidak dapat
dilayani. 3.
Berdasarkan SPA, Kadivre menerbitkan SPPB Surat Perintah Pengiriman Beras untuk masing-masing KecamatanKalurahanDesa kepada
SATKER Satuan Kerja RASKIN. Apabila terdapat tunggakan Harga Penjualan Beras HPB pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB
periode berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan. 4.
Berdasarkan SPPB, SATKER RASKIN mengambil beras di gudang penyimpanan Perum BULOG, mengangkut dan menyerahkan beras
RASKIN kepada pelaksana distribusi di titik distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, harus sesuai dengan standar kualitas BULOG. Apabila
tidak memenuhi standar kualitas maka beras dikembalikan kepada SATKER RAKIN untuk ditukardiganti.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007
USU Repository © 2008
5. Serah terima beras RASKIN dari SATKER RASKIN kepada pelaksana
distribusi di titik distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima BAST yang merupakan pengalihan tanggungjawab.
6. Pelaksana Distribusi menyerahkan beras kepada rumah tangga miskin
penerima manfaat RASKIN. Adapun Mekanisme Alur RASKIN dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
GUDANG DIVRE SATKER RASKIN
PENERIMA MANFAAT PELAKSANA DISTRIBUSI
Gambar 1. Mekanisme Alur Distribusi RASKIN
Keefektifan distribusi Raskin dapat dinilai melalui indikator keberhasilan program Raskin yaitu :
1. Tepat Sasaran Penerima Manfaat
Raskin hanya diberikan kepada rumah tangga miskin penerima manfaat yang terdaftar dalam daftar penerima manfaat DPM.
2. Tepat Jumlah
Jumlah beras Raskin yang merupakan hak penerima manfaat adalah sebanyak 10-15 KgRTMbulan selama 10 bulan.
3. Tepat Harga
Harga beras Raskin adalah sebesar Rp 1.000Kg netto di titik distribusi.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007
USU Repository © 2008
4. Tepat Waktu
Waktu pelaksanaan distribusi beras kepada RTM penerima manfaat sesuai dengan rencana distribusi.
5. Tepat Administrasi
Terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar dan tepat waktu. BULOG, 2006.
Efisiensi dapat didefenisikan sebagai peningkatan rasio output-input yang dapat dicapai dengan cara yaitu pertama, output tetap konstan sedangkan input
mengecil, kedua, output meningkat sedangkan input tetap konstan, ketiga, output meningkat dalam kadar yang lebih tinggi daripada peningkatan input, keempat,
output menurun dalam kadar yang lebih rendah daripada penurunan input Rahim dan Dwihastuti, 2007.
Sistem distribusi yang efisien menjadi prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang
cukup sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau. Perdagangan pangan yang adil diantara berbagai pelaku dengan kekuatan yang berbeda akan menjamin
returnkeuntungan yang efisien dan adil. Nainggolan, 2005. Semua proses dalam distribusi pemasaran, mulai dari penampungan dari
produsen sampai penyaluran barang ke konsumen membutuhkan biaya yang masing-masing tidak sama. Bila jarak antara produsen dengan konsumen pendek,
maka biaya pengangkutan bisa diperkecil. Jika tidak terjadi perubahan bentuk ataupun perubahan volume atau mutu maka biaya pengolahan jadi tidak ada.
Semakin panjang jarak dan semakin banyak perantara yang terlibat dalam distribusi, maka biaya distribusi semakin tinggi Daniel, 2002.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007
USU Repository © 2008
Efisiensi pemasaran dapat terjadi yaitu pertama, jika biaya distribusi dapat ditekan sehingga keuntungan yang diperoleh dapat lebih tinggi, kedua, persentase
perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, ketiga, tersedianya fasilitas fisik yang mendukung proses pendistribusian
Rahim dan Dwihastuti, 2007. Efisiensi pemasaran dinyatakan sebagai produk dari produsen menuju ke
pasar sasaran melalui saluran distribusi yang pendek atau berusaha menghilangkan satu atau lebih mata rantai yang panjang dimana distribusi produk
berlangsung dengan
tindakan penghematan
biaya dan
waktu Downey dan Erickson, 1992.
Setiap lembaga pemasaran yang terlibat akan mengambil keuntungan untuk jasa yang mereka berikan. Kegiatan fungsi pemasaran oleh lembaga-
lembaga pemasaran akan mengakibatkan timbulnya biaya pemasaran. Besarnya biaya pemasaran akan berpengaruh terhadap harga beli konsumen, hal ini
disebabkan biaya pemasaran yang timbul akan menjadi tambahan harga pada barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Semakin besar biaya pemasaran
maka akan mengurangi efisiensi pemasaran. Oleh karena itu untuk meningkatkan efisiensi pemasaran adalah dengan memperkecil biaya pemasaran. Untuk
mengetahui efisiensi pemasaran pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat, maka data yang diperoleh dianalisis dengan mengunakan rumus efisiensi
pemasaran Ep Downey dan Erickson, 1992 sebagai berikut :
Ep = Biaya Pemasaran
Nilai Produk yang Dipasarkan
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007
USU Repository © 2008
Jika : Ep
≥ 1 berarti tidak efisien Ep 1 berarti efisien
Harga beras RASKIN yang telah ditetapkan Pemerintah yaitu sebesar
Rp 1.000kg. Namun harga tersebut dapat berbeda jika telah berada ditangan penerima manfaat beras RASKIN. Harga dapat berkisar antara Rp. 1.000 - 1.400
karena untuk biaya angkuttranportasi dari titik distribusi ke penerima manfaat, serta ditetapkan beberapa kriteria di antaranya membebankan biaya ongkos kirim
RASKIN kepada warga miskin, uang jaga malam selama beras berada di dalam gudang, uang pikul serta uang SPSI Serikat Pekerja Seluruh Indonesia.
Sulaksono, 2003. Harga di tingkat retail rumahtangga adalah diwakili oleh harga di
lembaga distribusi ditambah dengan biaya distribusi dan keuntungan lembaga penyalur. Secara matematis dapat dinotasikan dengan rumus sebagai berikut :
Prt = Pi + t + dimana :
Prt = harga di tingkat retail rumahtangga
Pi = harga di tingkat lembaga distribusi
t = biaya distribusi
= keuntungan oleh penyalur Perbedaan harga patokan dengan harga tingkat retail rumah tangga
dipergunakan dengan menghitung selisih kedua harga tersebut, yaitu :
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007
USU Repository © 2008
P = Prt – Pp dimana :
P = perbedaan harga
Pp = harga patokan oleh pemerintah Seorang konsumen yang rasional akan berusaha memaksimumkan
kepuasan dalam menggunakan pendapatannya untuk membeli barang dan jasa. Untuk tujuan ini seseorang harus membuat pilihan-pilihan mengenai jenis barang
yang dibelinya dan jumlah yang akan dibelinya Sukirno, 2002. Konsumen membeli barang karena pembelian membuat mereka lebih
untung. Surplus konsumen consumer surplus mengukur betapa lebih untungnya setiap individu secara agregat jika dapat membeli barang di pasar. Karena
konsumen yang berbeda-beda menilai konsumsi barang tertentu secara berbeda. Jumlah maksimum yang bersedia mereka bayarkan untuk barang tersebut juga
berbeda. Surplus konsumen merupakan perbedaan antara berapa yang bersedia dibayar konsumen untuk sebuah barang dan berapa yang sebenarnya dibayar
konsumen apabila membeli barang tersebut. Dengan mudah surplus konsumen merupakan manfaat total yang diperoleh dari konsumsi suatu produk dikurangi
dengan biaya total untuk membelinya Pindyck dan Rubinfeld, 2003. Konsumen surplus adalah selisih antara nilai total yang diberikan
konsumen pada semua unit yang dikonsumsi dari suatu komoditi dan jumlah yang harus ia bayarkan untuk mendapatkan membeli jumlah komoditi tersebut
Sudarsono, 1995.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007
USU Repository © 2008
2.3. Kerangka Pemikiran