Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat

(1)

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI

DISTRIBUSI RASKIN

(Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

Oleh :

YANITA SARI 030304042 SEP-AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISBIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI

DISTRIBUSI RASKIN

(Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

Oleh :

YANITA SARI 030304042 SEP-AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing :

(Dr.Ir.Rahmanta Ginting, M.Si) (Ir.Iskandarini, MM) Ketua Anggota

PROGRAM STUDI AGRIBISBIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

RINGKASAN

YANITA SARI (030304042) dengan judul skripsi “ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI DISTRIBUSI RASKIN” Studi kasus penelitian dilakukan di Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat. Penelitian dibimbing oleh Bapak Dr.Ir.Rahmanta Ginting, MS dan Ibu Ir.Iskandarini, MM. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang ditentukan secara purposive. Metode penelitian yang digunakan adalah metode acak sederhana

(Simple Random Sampling). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah Analisis Deskriptif dan menggunakan persamaan matematis.

Dari hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Harga RASKIN yang diterima oleh rumah tangga miskin berbeda dengan harga yang ditetapkan oleh Pemerintah. Hal ini menunjukkan terjadinya perbedaan harga yang didalamnya dibebankan biaya-biaya dan keuntungan yang diperoleh oleh pelaksana distribusi.

2. Program pendistribusian RASKIN memberikan surplus kepada penerima manfaat beras miskin karena harga RASKIN yang berlaku pada kondisi keseimbangan lebih rendah dari pada harga yang seharusnya mereka bayarkan.

3. Tingkat keefektifan program pendistribusian RASKIN yaitu sebesar 33,4% menyatakan distribusi RASKIN tepat sasaran, jumlah, harga, waktu dan administrasi dan 51,2% menyatakan distribusi RASKIN tidak tepat sasaran, jumlah, harga, waktu dan administrasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendistribusian RASKIN di Desa Securai Utara tidak efektif.

4. Tingkat efisiensi pendistribusian beras RASKIN di Desa Securai Utara sudah efisien karena saluran pendistribusian yang pendek yaitu langsung dari produsen ke konsumen sehingga biaya yang ditimbulkan cukup rendah.


(4)

RIWAYAT HIDUP

YANITA SARI dilahirkan di Pangkalan Susu, pada tanggal 30 Januari 1985, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Fachruddin dan Ibu Maryati.

Pendidikan yang pernah ditempuh yaitu :

1. Tahun 1991 memasuki Sekolah Dasar dan tamat pada tahun 1997 dari SD Swasta DP YKPP Pangkalan Susu.

2. Tahun 1997 memasuki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Swasta DP YKPP Pangkalan Susu dan tamat pada tahun 2000.

3. Tahun 2000 memasuki Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMU Negeri 3 Medan dan tamat pada tahun 2003.

4. Tahun 2003 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian (SEP) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Analisis Efektivitas dan Efisiensi Distribusi Raskin” (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat).

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat menempuh ujian sarjana di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Ir. Rahmanta Ginting, MS., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan dorongan, masukan, bimbingan serta pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Ir. Iskandarini, MM., sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan dorongan, masukan, bimbingan serta pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Ir. Lily Fauziah, Msi., selaku Ketua Departemen SEP, FP-USU.

4. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Departemen SEP, FP-USU yang telah banyak menempa dan memperluas wawasan penulis dengan bekal ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.


(6)

5. Seluruh rekan-rekan SEP stambuk 2003 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberi bantuan, dorongan, semangat dan informasi kepada penulis selama dalam penelitian maupun penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang kusayangi, Ayahanda Fachruddin dan Ibunda Maryati yang telah memberikan dorongan moril, material, semangat dan kesabaran serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada saudara-saudaraku yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyk terima kasih.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Januari 2008


(7)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 10

2.2 Landasan Teori... 13

2.3 Kerangka Pemikiran... 20

2.4 Hipotesis Penelitian... 23

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24

3.2 Metode Pengambilan Sampel... 24

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4 Metode Analisis Data... 25

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 27

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian... 30


(8)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Harga RASKIN di Tingkat Rumah Tangga Miskin... 37

5.2 Keuntungan yang Diperoleh Rumah Tangga Miskin ... 40

5.3 Tingkat Keefektifan Distribusi RASKIN... 42

5.4 Efisiensi Pemasaran ... 48

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 52

6.2 Saran... 52 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

NO JUDUL Hal.

1. Daftar Pagu Raskin 2007 Kab/Kota Se Sumatera Utara... 6

2. Jumlah Rumah Tangga dan Rumah Tangga Miskin Menurut Desa/ Kelurahan Kecamatan Babalan Tahun 2005... 24

3. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Securai Utara Tahun 2007... 31

4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Securai Utara Tahun 2007... 31

5. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan Formal di Desa Securai Utara Tahun 2007... 32

6. Sarana dan Prasarana di Desa Securai Utara Tahun 2007 ... 33

7. Distribusi Sampel menurut Kelompok Umur Tahun 2007 ... 34

8. Distribusi Sampel menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007 ... 34

9. Distribusi Sampel menurut Jumlah Tanggungan Keluarga Tahun 2007 .... 35

10. Distribusi Sampel menurut Pekerjaan Kepala Keluarga Tahun 2007 ... 35

11. Distribusi Sampel menurut Pendapatan Kepala Keluarga Tahun 2007 ... 36

12. Totalitas Biaya dan Keuntungan dari pendistribusian RASKIN... 38

13. Perbedaan harga RASKIN di Tingkat Rumah Tangga Miskin... 38

14. Surplus yang diperoleh Rumah Tangga Penerima Beras Miskin ... 40

15. Persentase Tingkat Keefektifan Distribusi Beras Miskin ... 43


(10)

DAFTAR GAMBAR

NO JUDUL Hal.

1. Mekanisme Alur Distribusi RASKIN ... 15 2. Skema Kerangka Pemikiran Pendistribusian RASKIN ... 22


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

NO JUDUL Hal.

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat yang Menerima Beras

Miskin ... 57 2. Totalitas Biaya distribusi dan Keuntungan Pelaksana Distribusi di

Tingkat Dusun... 60 3. Totalitas Biaya distribusi dan Keuntungan Pelaksana Distribusi di Tingkat

Desa/Kelurahan ... 61 4. Tingkat Harga Beras di Pasar dan Harga RASKIN bagi RTM... 62 5. Hasil Kuesioner Pertanyaan tentang Tingkat Keefektifan


(12)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menjelang tahun 1997 Indonesia telah mencatat penurunan yang luar biasa dalam tingkat kemiskinan dibandingkan dengan pencapaian pada negara-negara kurang berkembang lainnya. Keberhasilan pengentasan kemiskinan dalam ukuran moneter atas kesejahteraan secara konsisten bersama-sama dengan perbaikan kesejahteraan yang diukur secara nonmoneter, seperti pendidikan dan indeks kesehatan. Perbaikan kesejahteraan rakyat terletak pada pertumbuhan ekonomi yang terus menerus selama tiga dekade yang menghasilkan serangkaian strategi pembangunan termasuk revolusi hijau sejak akhir tahun 1970-an, perdagangan bebas pada awal 1980-an, dan dibangunnya pertumbuhan ekonomi berorientasi ekspor yang dimulai sejak awal 1990 (Remi dan Tjiptoherijanto, 2002).

Krisis yang menekan perekonomian Indonesia pada pertengahan 1997, telah memberi pengaruh yang sangat merugikan bagi kondisi makro-ekonomi secara keseluruhan dan yang terpenting adalah kesejahteran rakyat. Jumlah penduduk yang berada dalam kemiskinan dipercayai naik secara drastis (Saifullah, 2001).

Steer (2006) mengemukakan bahwa pada bulan September 2006 angka kemiskinan di Indonesia telah meningkat dari 16,0 persen pada Februari 2005 menjadi 17,75 persen pada Maret 2006 tidak sejalan dengan turunnya angka kemiskinan secara teratur sejak krisis. Kenaikan harga beras sebesar 33 persen


(13)

tiga per empat dari empat juta orang tambahan yang jatuh miskin selama jangka waktu tersebut diakibatkan oleh kenaikan harga beras, sedangkan kenaikan harga BBM bukan merupakan faktor utama dalam kenaikan angka kemiskinan tersebut.

Menurut Badan Pusat Statistik (2006), kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan serba kekurangan yang dialami seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal kehidupannya. Standard minimal kebutuhan hidup ini berbeda antara satu daerah dengan daerah lain. Kebutuhan minimal tersebut meliputi kebutuhan untuk makanan terutama energi kalori sehingga kemungkinan seseorang bisa bekerja untuk memperoleh pendapatan. Patokan tingkat kecukupan kalori yang dijadikan acuan adalah sebesar 2.100 kalori setiap orang per hari untuk makanan.

Berdasarkan Pendataan Sosial Ekonomi tahun 2005, BPS membagi rumah tangga menurut kategori sangat miskin (apabila kemampuan untuk memenuhi kunsumsi makanan hanya mencapai 1900 kalori per orang per hari plus kebutuhan dasar non makanan), miskin (apabila kemampuan untuk memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai antara 1900 s/d 2100 kalori per orang per hari plus kebutuhan dasar non makanan), dan mendekati miskin (apabila kemampuan untuk memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai antara 2100 s/d 2300 kalori per orang per hari plus kebutuhan dasar non makanan) (BPS, 2006).

BPS juga menggunakan 14 variabel dalam pendataan sosial ekonomi penduduk untuk menentukan apakah suatu rumah tangga layak atau tidak layak dikategorikan miskin. Ke 14 variabel tersebut adalah luas bangunan, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas buang air besar, sumber air minum, sumber penerangan, jenis bahan bakar untuk memasak, frekuensi membeli daging, ayam dan susu


(14)

selama seminggu, frekuensi makan sehari-hari, jumlah stel pakaian baru yang dibeli dalam setahun, akses ke puskesmas/poliklinik, lapangan pekerjaan, pendidikan tertinggi kepala rumah tangga, serta kepemilikan beberapa aset.

Peranan beras dapat dilihat dari aspek sosial dan politik. Kerawanan pangan biasanya akan lebih mudah menyulut keresahan masyarakat. Pada tahun 1972/1973 saat terjadinya kerawanan pangan akibat kekeringan, saat itu suplai beras sangat terbatas dan hal tersebut juga terjadi di luar negeri. Akibatnya harga beras naik tajam dan mendorong terjadinya protes-protes masyarakat. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa masalah pangan tidak saja merupakan masalah individu dan bangsa secara menyeluruh. Pada kondisi penyediaan pangan tidak mencukupi masalah tersebut secara potensial dapat selalu timbul (Amang, 1993).

Kebijakan perberasan sebelum tahun 1998 salah satunya adalah adanya ceiling price yang menjadi batasan harga tertinggi tingkat konsumen agar Pemerintah melakukan Operasi Pasar Murni (OPM) untuk menurunkan harga beras. Kebijakan subsidi dalam harga beras ini diberikan kepada seluruh lapisan masyarakat baik yang miskin maupun yang mampu (general subsidy). Sejak Juli 1998, dengan mulainya krisis ekonomi, kebijakan subsidi beras diberikan khusus kepada kelompok masyarakat tertentu (targeted subsidy) melalui Operasi Pasar Khusus (OPK) yang kemudian berubah menjadi RASKIN (Beras untuk Keluarga Miskin). Dengan perubahan kebijakan subsidi dari general targeted ke targeted subsidy, subsidi hanya diberikan kepada masyarakat miskin (Sudarmono, 2006).

Kondisi ini oleh Amang dan Sawit (2001) dianggap sebagai indikasi bahwa Pemerintah ingin meninggalkan kebijakan subsidi harga beras kepada


(15)

justru lebih banyak menikmati subsidi dibandingkan kelompok menengah ke bawah. Dan melalui kebijakan OPK ini Pemerintah bermaksud mentransfer pendapatan kepada kelompok penduduk miskin atau berpendapatan rendah. Hasil dalam program OPK dalam masa krisis dilaporkan telah berhasil menahan laju penurunan konsumsi energi dan protein rumah tangga miskin masing-masing sebesar 8 dan 16 persen. Keberhasilan program OPK ini juga dapat dilihat dari meredanya gejolak kekurangan/kesulitan pangan pada masyarakat miskin baik diperkotaan maupun pedesaan.

Pada saat munculnya program OPK, Indonesia memang belum memiliki model bantuan pangan yang mantap seperti di negara-negara maju. Oleh karena itu maka pola OPK dianggap menjadi alternatif yang paling rasional. Setiap tahunnya OPK dievaluasi dan terus melakukan penyempurnaan. Pada tahun 2002, nama program diubah dengan RASKIN (Beras Untuk Keluarga Miskin) dengan tujuan agar lebih dapat tepat sasaran. (BULOG, 2006).

Lembaga Demografi UI menemukan bahwa kuantitas beras yang dibeli oleh KK Penerima Manfaat bervariasi antara 3,5 - 10 kg/KK, karena jumlah KK miskin yang membutuhkan lebih banyak dari pada jumlah beras yang didrop, tidak punya uang untuk membeli sebanyak 10 kg, tempat beli beras sulit dijangkau dan ada juga alasan kualitas beras yang kurang/tidak baik. Dalam studinya, Lembaga Demografi UI menyebutkan kendala pelaksanaan RASKIN seperti kurangnya dukungan dana operasional terutama untuk pengangkutan dari titik distribusi ke penerima manfaat, jumlah beras lebih sedikit dari pada jumlah KK yang membutuhkan, maupun kondisi geografis wilayah dengan tingkat kesulitan yang berbeda menurut wilayah (Anonimus, 2004).


(16)

Berdasarkan identifikasi dan inventarisasi data dari pemberitaan di media massa tahun 2002 dan 2003, setidaknya ada delapan kesalahan dalam penyaluran RASKIN, sehingga amat merugikan masyarakat miskin yang menerimanya.

Pertama, salah sasaran, RASKIN yang semestinya dibagikan kepada keluarga miskin, ternyata jatuh ke tangan kelompok masyarakat lain.. Kedua, mutu beras jelek, meski Pemerintah menjamin kualitas raskin berkondisi baik, namun banyak dikeluhkan, beras dibagikan apek, pera, kotor dan banyak kutu. Ketiga, dijual lagi ke pasar, RASKIN tidak dibagikan kepada yang berhak menerima, tetapi oleh oknum petugas dijual ke penadah. Keempat, jumlah berkurang, jumlah RASKIN yang dibagikan bukan dalam bentuk ukuran per kilogram, tetapi per liter, sehingga beras yang diterima jumlahnya kurang. Kelima, tidak sesuai harga, harga pembelian RASKIN yang semestinya Rp 1.000/kg, harus dibeli seharga Rp 1.300/liter (bukan kilogram).Kekurangan itu juga bisa terjadi karena penggunaan timbangan yang keliru dan berbeda dengan timbangan standar. Keenam, ada biaya tambahan, harga RASKIN yang semestinya dijual Rp 1.000/kg, terpaksa harus dibayar lebih, karena ada biaya tambahan seperti untuk biaya administrasi, ongkos angkut, dan lainnya. Ketujuh, kesalahan data, akibat tidak adanya koordinasi antara pemerintah baik dari pusat, provinsi, kabupaten sampai desa, jumlah orang miskin yang didata lebih besar dari yang sebenarnya, sehingga RASKIN yang dibagikan kurang. Kedelapan, menunggak setoran pembayaran, akibat tunggakan hasil penjualan RASKIN di suatu daerah yang tidak disetorkan ke BULOG, maka BULOG tidak mau menyalurkan lagi jatah RASKIN sebelum tunggakan dilunasi. Hal ini tentu amat merugikan penerima manfaat raskin, karena mereka membeli


(17)

Provinsi Sumatera Utara memiliki jumlah rumah tangga miskin yang cukup besar yaitu 944.972 KK. Angka tersebut menunjukkan adanya tingkat kemiskinan yang cukup tinggi. Sehingga dibutuhkan pagu RASKIN dalam jumlah yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga miskin di Provinsi Sumatera Utara. Adapun jumlah pagu RASKIN untuk rumah tangga miskin menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Daftar Pagu Raskin 2007 Kabupaten/Kota Se Sumatera Utara PAGU RASKIN 2007 KAB/KOTA SE SUMATERA UTARA

RTM Data BPS No. Kab/Kota Sangat

Miskin dan Miskin (KK) Hampir Miskin (KK) Jumlah (KK) Penyaluran ke-1 s/d 8

(kg)

1 Deli Serdang 20,903 71,277 92,180 6,879,730

2 Serdang Bedagai 16,695 29,867 46,562 3,517,680

3 Langkat 50,834 46,073 96,907 7,432,810

4 Karo 17,504 14,161 31,665 2,434,920

5 Dairi 18,009 12,302 30,311 2,339,500

6 Pak-pak Barat 2,862 2,737 5,599 428,920

7 Medan 38,044 49,792 87,836 6,681,320

8 Binjai 3,183 4,473 7,656 581,440

9 Tebing Tinggi 2,799 2,464 5,263 403,940

10 Simalungun 37,678 27,542 65,220 5,026,450

11 Tapanuli Utara 16,849 7,882 24,731 1,923,780

12 Pematang Siantar 5,608 6,300 11,908 908,920

13 Toba Samosir 8,955 9,574 18,529 1,415,870

14 Samosir 10,527 6,637 17,164 1,327,060

15 Humbang Hasundutan 9,680 6,025 15,705 1,214,590

16 Asahan 35,696 26,189 61,885 4,769,040

17 Tanjung Balai 2,786 6,483 9,269 696,530

18 Labuhan Batu 35,139 22,194 57,333 4,432,610

19 Madina 28,748 13,082 41,830 3,255,610

20 Tapanuli Selatan 46,149 19,563 65,712 5,121,190

21 Tapanuli Tengah 26,148 9,713 35,861 2,801,470

22 Nias 49,089 12,571 61,660 4,845,560

23 Nias Selatan 32,093 7,246 39,339 3,096,830

24 Padang Sidempuan 6,411 3,894 10,305 797,370

25 Sibolga 2,021 2,521 4,542 345,860

PROP. SUMUT 524,410 420,562 944,972 72,679,000


(18)

Berdasarkan data diatas, Kabupaten Langkat adalah daerah yang memiliki tingkat kemiskinan yang paling besar untuk Provinsi Sumatera Utara. Jumlah rumah tangga yang dikategorikan sangat miskin dan miskin sebesar 50,834 KK, dan rumah tangga yang tergolong hampir miskin sebesar 46,073 KK. Jumlah keseluruhan rumah tangga miskin yang memperoleh beras RASKIN untuk daerah Kabupaten Langkat adalah 96,907 KK dengan penyaluran pagu RASKIN sebanyak 7,432,810 kg selama 8 kali penyaluran dalam setahun. Pendataaan rumah tangga miskin dilaksanakan dengan tujuan khusus untuk memfasilitasi pemerintah guna memungkinkan penyaluran beras RASKIN untuk rakyat miskin.

Kegiatan distribusi beras miskin telah di mulai sejak tahun 1998 dimana program tersebut dapat memenuhi sebagian kebutuhan pangan (beras) sehingga diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin.

Penelitian ini dilakukan terkait dengan masalah keefektifan dan keefisienan dalam hal pendistribusian beras miskin di Kabupaten Langkat. Hal ini sangat diperlukan bagi para pengelola program RASKIN dalam mengevaluasi dan menilai efektivitas pelaksanaan program RASKIN.

Kajian menelaah tentang program subsidi RASKIN di Kabupaten Langkat masih sangat terbatas, khususnya di Desa Securai Utara Kecamatan Babalan. Oleh karena itu penelitian ini bermaksud untuk mengisi keterbatasan tersebut dengan lebih memfokuskan kajian pada masalah keefektifan dan keefisienan pelaksanaan distribusi RASKIN di daerah tersebut.


(19)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perbedaan harga antara harga patokan dengan harga aktual pada tingkat rumah tangga penerima beras miskin di daerah penelitian ? 2. Bagaimana surplus konsumen yang diperoleh rumah tangga miskin dari

program subsidi beras miskin di daerah penelitian ?

3. Bagaimana tingkat efektivitas program distribusi beras miskin di daerah penelitian ?

4. Bagaimana tingkat efisiensi distribusi dari penyaluran beras miskin hingga ke rumah tangga miskin di daerah penelitian ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perbedaan harga antara harga patokan dengan harga aktual pada tingkat rumah tangga penerima beras miskin di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui surplus konsumen yang diperoleh rumah tangga miskin dari program subsidi beras miskin di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui tingkat efektivitas program distribusi beras miskin di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui tingkat efisiensi distribusi dari penyaluran beras miskin hingga ke rumah tangga miskin di daerah penelitian.


(20)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam mengambil kebijakan khususnya yang berhubungan dengan distribusi beras miskin di Desa Securai Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat.

2. Sumbangan pemikiran dalam kajian program subsidi RASKIN terkait dengan keefektifan dan keefisienan pelaksanaan program tersebut.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup dan karenanya kecukupan pangan bagi setiap orang setiap waktu merupakan hak azasi yang layak dipenuhi

(Syafa’at dan Simatupang, 2006).

Selain itu Amang (1993) juga mengatakan bahwa pangan merupakan kebutuhan manusia yang dianggap strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional bahkan politis. Terpenuhinya kebutuhan pangan secara kuantitas dan kualitas merupakan hal yang sangat penting sebagai landasan bagi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam jangka panjang.

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun bahan makanan pokok padi dapat digantikan/disubtitusi oleh bahan makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan lain (Anonimus, 1990).

Beras memiliki urutan utama dari jenis bahan pangan yang dikonsumsi. Hampir seluruh penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan pangan utama, beras merupakan nutrisi penting dalam struktur pangan, karena itu peranan beras memiliki peranan strategis dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peranan beras dalam pembangunan jangka panjang (PJP) I masih cukup besar. Tahun 1968 peranan beras dalam tanaman pangan = 54,4 persen, dalam pertanian = 37 persen


(22)

dan dalam PDB = 18,8 persen pada tahun 1987 keadaan ini menjadi : 52 persen, 31,7 persen dan 8,1 persen (Tarigan, 1997).

Pangan pokok umumnya banyak mengandung karbohidrat sehingga berfungsi sebagai sumber kalori utama. Di Indonesia, di antara bahan pangan berkarbohidrat, yaitu padi-padian, umbi-umbian dan batang palma, beras merupakan sumber kalori yang terpenting bagi sebagian besar penduduk. Beras diperkirakan menyumbang kalori sebesar 6 – 80 persen dan protein 45 – 55 persen bagi rata-rata penduduk (Juliano, 1994).

Salah satu pihak yang perlu diperhatikan dalam penentuan kebijakan pangan, terutama beras adalah konsumen. Beras masih menjadi sumber pangan pokok bagi sebagian terbesar penduduk Indonesia. Partisipasi konsumsi beras di berbagai wilayah adalah di atas besaran 90 persen. Kepentingan konsumen perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan di bidang perberasan (Harianto, 2001).

Tim peneliti mendapatkan kenyataan bahwa sebagian besar rumah tangga tidak menyimpan pangan pokok, karena mereka mempunyai kecenderungan membeli pangan pokok (beras) setiap hari. Ini berarti rumah tangga berpendapatan rendah tidak mempunyai cadangan pangan, sehingga dapat dikatakan bahwa kehidupan mereka sangat rentan terhadap perubahan harga beras. Krisis ekonomi telah menurunkan ketahanan pangan rumah tangga. Sebagai gambaran, jumlah rumah tangga dan kecukupan pangan cukup di Jawa Tengah, menurun dari 86,7 persen menjadi 63,3 persen di kota dan dari 85,5 persen menjadi 70 persen di desa (Anonimus, 2001).


(23)

Persediaan pangan yang cukup secara nasional tidak menjamin adanya ketahanan pangan tingkat regional maupun rumah tangga atau individu. Walaupun secara nasional persediaan pangan mencukupi, munculnya kasus kerawanan pangan dan ditemukannya bayi dan anak balita berstatus gizi buruk di berbagai daerah di Indonesia merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri (Anonimus, 2002).

Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian serius karena keadaan ekonomi ini relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan. Golongan miskin menggunakan bagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan makanan, dimana untuk keluarga-keluarga di negara berkembang sekitar dua pertiganya (Suhardjo, 1996).

Hal ini juga diperkuat oleh Nainggolan (2005) yang mengatakan bahwa perbandingan kualitas konsumsi masyarakat perkotaan dan pedesaan menunjukkan bahwa masyarakat perkotaan memiliki kualitas konsumsi yang lebih baik. Kondisi ini mengindikasikan perlunya fokus masyarakat desa sebagai target perbaikan/peningkatan kualitas konsumsi sehingga mampu menaikkan rata-rata kualitas konsumsi secara nasional.

Masalah rawan pangan yang dialami sebagian besar penduduk desa semakin meningkat khususnya pada saat terjadi krisis ekonomi tahun 1997. Banyak masyarakat miskin yang tidak mampu membeli beras pada harga pasar. Menyadari sulitnya akses penduduk miskin terhadap beras yang disediakan melalui pasar bebas, mulai Juli 1998 pemerintah menerapkan kebijakan baru


(24)

berupa targeted price subsidy yang dikenal dengan Operasi Pasar Khusus (OPK) (Saifullah, 2001).

Saat ini pemasaran beras oleh BULOG terbanyak adalah untuk menunjang program OPK/RASKIN yang menyerap sekitar 75 persen cadangan beras BULOG. Sisanya disalurkan ke pasar umum karena umumnya petani menjual gabah di waktu panen dan pada waktu tidak panen mereka akan membeli beras lagi dari pasar (Sulaksono,2003).

Operasi Pasar Khusus Beras yang telah berlangsung sejak 1998, pelaksanaannya dinilai cukup relevan. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Steven R Tabor (2005) terhadap pelaksanaan OPK tahun 1998/1999 memperlihatkan bahwa program OPK dapat menahan penurunan konsumsi kalori 7 persen hingga 8 persen dan konsumsi protein 15 persen hingga 16 persen dari kemungkinan yang terjadi akibat rawan pangan di masyarakat . Dari segi efisensi program, model kebijakan OPK pembiayaannya lima kali lebih efisien dibandingkan dengan program sejenis yang diterapkan di beberapa negara. Untuk itu Tabor merekomendasikan program OPK tetap dilanjutkan.

2.2 Landasan Teori

Distribusi merupakan penambahan kegunaan waktu, tempat dan pemilikan barang yang mencakup juga pengangkutan barang-barang dari tempat asal atau produksi lanjutan ke tempat penjualan. Dalam hal ini ditribusi mencakup berbagai bidang manajemen khususnya seperti penjualan, pengiklanan, keuangan, pengangkutan dan pergudangan (Taff, 1994).


(25)

pemasaran dan biaya pemasaran lain. Peranan yang besar dapat ditunjukkan dengan kinerja yang baik terhadap fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan di setiap saluran (Purwadi, 2000).

Mekanisme pelaksanaan distribusi RASKIN yaitu :

1. Bupati/Walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) kepada Kadivre berdasarkan alokasi pagu RASKIN dan rumah tangga miskin penerima manfaat RASKIN dimasing-masing Kecamatan/Kelurahan/Desa. 2. SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka

waktu 3 (tiga) bulan, maka pagu dapat direlokasikan ke daerah lain dengan menerbitkan SPA baru yang menunjuk pada SPA yang tidak dapat dilayani.

3. Berdasarkan SPA, Kadivre menerbitkan SPPB (Surat Perintah Pengiriman Beras) untuk masing-masing Kecamatan/Kalurahan/Desa kepada SATKER (Satuan Kerja) RASKIN. Apabila terdapat tunggakan Harga Penjualan Beras (HPB) pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB periode berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan.

4. Berdasarkan SPPB, SATKER RASKIN mengambil beras di gudang penyimpanan Perum BULOG, mengangkut dan menyerahkan beras RASKIN kepada pelaksana distribusi di titik distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, harus sesuai dengan standar kualitas BULOG. Apabila tidak memenuhi standar kualitas maka beras dikembalikan kepada SATKER RAKIN untuk ditukar/diganti.


(26)

5. Serah terima beras RASKIN dari SATKER RASKIN kepada pelaksana distribusi di titik distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) yang merupakan pengalihan tanggungjawab.

6. Pelaksana Distribusi menyerahkan beras kepada rumah tangga miskin penerima manfaat RASKIN.

Adapun Mekanisme Alur RASKIN dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

GUDANG DIVRE SATKER RASKIN

PENERIMA MANFAAT PELAKSANA DISTRIBUSI

Gambar 1. Mekanisme Alur Distribusi RASKIN

Keefektifan distribusi Raskin dapat dinilai melalui indikator keberhasilan program Raskin yaitu :

1. Tepat Sasaran Penerima Manfaat

Raskin hanya diberikan kepada rumah tangga miskin penerima manfaat yang terdaftar dalam daftar penerima manfaat (DPM).

2. Tepat Jumlah

Jumlah beras Raskin yang merupakan hak penerima manfaat adalah sebanyak 10-15 Kg/RTM/bulan selama 10 bulan.

3. Tepat Harga


(27)

4. Tepat Waktu

Waktu pelaksanaan distribusi beras kepada RTM penerima manfaat sesuai dengan rencana distribusi.

5. Tepat Administrasi

Terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar dan tepat waktu. (BULOG, 2006).

Efisiensi dapat didefenisikan sebagai peningkatan rasio output-input yang dapat dicapai dengan cara yaitu pertama, output tetap konstan sedangkan input mengecil, kedua, output meningkat sedangkan input tetap konstan, ketiga, output meningkat dalam kadar yang lebih tinggi daripada peningkatan input, keempat,

output menurun dalam kadar yang lebih rendah daripada penurunan input (Rahim dan Dwihastuti, 2007).

Sistem distribusi yang efisien menjadi prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau. Perdagangan pangan yang adil diantara berbagai pelaku dengan kekuatan yang berbeda akan menjamin

return/keuntungan yang efisien dan adil. (Nainggolan, 2005).

Semua proses dalam distribusi pemasaran, mulai dari penampungan dari produsen sampai penyaluran barang ke konsumen membutuhkan biaya yang masing-masing tidak sama. Bila jarak antara produsen dengan konsumen pendek, maka biaya pengangkutan bisa diperkecil. Jika tidak terjadi perubahan bentuk ataupun perubahan volume atau mutu maka biaya pengolahan jadi tidak ada. Semakin panjang jarak dan semakin banyak perantara yang terlibat dalam distribusi, maka biaya distribusi semakin tinggi (Daniel, 2002).


(28)

Efisiensi pemasaran dapat terjadi yaitu pertama, jika biaya distribusi dapat ditekan sehingga keuntungan yang diperoleh dapat lebih tinggi, kedua, persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi,

ketiga, tersedianya fasilitas fisik yang mendukung proses pendistribusian (Rahim dan Dwihastuti, 2007).

Efisiensi pemasaran dinyatakan sebagai produk dari produsen menuju ke pasar sasaran melalui saluran distribusi yang pendek atau berusaha menghilangkan satu atau lebih mata rantai yang panjang dimana distribusi produk

berlangsung dengan tindakan penghematan biaya dan waktu (Downey dan Erickson, 1992).

Setiap lembaga pemasaran yang terlibat akan mengambil keuntungan untuk jasa yang mereka berikan. Kegiatan fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran akan mengakibatkan timbulnya biaya pemasaran. Besarnya biaya pemasaran akan berpengaruh terhadap harga beli konsumen, hal ini disebabkan biaya pemasaran yang timbul akan menjadi tambahan harga pada barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Semakin besar biaya pemasaran maka akan mengurangi efisiensi pemasaran. Oleh karena itu untuk meningkatkan efisiensi pemasaran adalah dengan memperkecil biaya pemasaran. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat, maka data yang diperoleh dianalisis dengan mengunakan rumus efisiensi pemasaran (Ep) (Downey dan Erickson, 1992) sebagai berikut :

Ep =

Biaya Pemasaran Nilai Produk yang Dipasarkan


(29)

Jika :

Ep ≥ 1 berarti tidak efisien Ep < 1 berarti efisien

Harga beras RASKIN yang telah ditetapkan Pemerintah yaitu sebesar Rp 1.000/kg. Namun harga tersebut dapat berbeda jika telah berada ditangan penerima manfaat beras RASKIN. Harga dapat berkisar antara Rp. 1.000 - 1.400 karena untuk biaya angkut/tranportasi dari titik distribusi ke penerima manfaat, serta ditetapkan beberapa kriteria di antaranya membebankan biaya ongkos kirim RASKIN kepada warga miskin, uang jaga malam selama beras berada di dalam gudang, uang pikul serta uang SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia). (Sulaksono, 2003).

Harga di tingkat retail (rumahtangga) adalah diwakili oleh harga di lembaga distribusi ditambah dengan biaya distribusi dan keuntungan lembaga penyalur. Secara matematis dapat dinotasikan dengan rumus sebagai berikut :

Prt = Pi + t + dimana :

Prt = harga di tingkat retail (rumahtangga) Pi = harga di tingkat lembaga distribusi t = biaya distribusi

= keuntungan oleh penyalur

Perbedaan harga patokan dengan harga tingkat retail (rumah tangga) dipergunakan dengan menghitung selisih kedua harga tersebut, yaitu :


(30)

P = Prt – Pp dimana :

P = perbedaan harga

Pp = harga patokan oleh pemerintah

Seorang konsumen yang rasional akan berusaha memaksimumkan kepuasan dalam menggunakan pendapatannya untuk membeli barang dan jasa. Untuk tujuan ini seseorang harus membuat pilihan-pilihan mengenai jenis barang yang dibelinya dan jumlah yang akan dibelinya (Sukirno, 2002).

Konsumen membeli barang karena pembelian membuat mereka lebih untung. Surplus konsumen (consumer surplus ) mengukur betapa lebih untungnya setiap individu secara agregat jika dapat membeli barang di pasar. Karena konsumen yang berbeda-beda menilai konsumsi barang tertentu secara berbeda. Jumlah maksimum yang bersedia mereka bayarkan untuk barang tersebut juga berbeda. Surplus konsumen merupakan perbedaan antara berapa yang bersedia dibayar konsumen untuk sebuah barang dan berapa yang sebenarnya dibayar konsumen apabila membeli barang tersebut. Dengan mudah surplus konsumen merupakan manfaat total yang diperoleh dari konsumsi suatu produk dikurangi dengan biaya total untuk membelinya (Pindyck dan Rubinfeld, 2003).

Konsumen surplus adalah selisih antara nilai total yang diberikan konsumen pada semua unit yang dikonsumsi dari suatu komoditi dan jumlah yang harus ia bayarkan untuk mendapatkan (membeli) jumlah komoditi tersebut (Sudarsono, 1995).


(31)

2.3. Kerangka Pemikiran

Beras untuk keluarga miskin atau sering disebut dengan RASKIN adalah salah satu program Pemerintah untuk membantu masyarakat yang termiskin dan rawan pangan agar mereka tetap mendapatkan beras untuk kebutuhan rumah tangganya. Distribusi RASKIN merupakan proses penyaluran beras kepada penduduk miskin yang telah terdata sebagai masyarakat yang berhak menerima beras RASKIN.

Beras yang akan didistribusikan ke masing-masing titik distribusi berasal dari gudang penyimpanan Perum BULOG yang akan diangkut oleh SATKER RASKIN dan menyerahkan beras RASKIN tersebut kepada pelaksana distribusi ditingkat kelurahan/desa di titik distribusi. Titik distribusi merupakan tempat atau lokasi penyerahan beras oleh SATKER RASKIN kepada pelaksana distribusi yaitu kepala desa/lurah. Rumah Tangga Miskin (RTM) yang menerima RASKIN harus sudah terdata terlebih dahulu sebagai rumah tangga yang berhak atas RASKIN yaitu berdasarkan data penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) yaitu subsidi Pemerintah sebelum adanya program RASKIN.

Harga beras RASKIN yang telah ditetapkan Pemerintah adalah Rp 1.000,00 per kilogram. Harga tersebut adalah harga di titik distribusi. Namun

harga tersebut bisa berbeda di tingkat rumah tangga penerima RASKIN, karena dibebankan biaya transportasi atau biaya angkutan serta biaya-biaya lainnya. Hal tersebut menimbulkan perbedaan harga ditingkat Pemerintah dan rumah tangga.

Adanya pelaksanaan program RASKIN memberikan surplus bagi rumah tangga miskin. Harga beras yang lebih murah merupakan kepuasan yang diterima


(32)

penerima subsidi beras miskin. Karna kepuasan yang diperoleh oleh rumah tangga miskin selalu lebih besar daripada pembayaran yang mereka keluarkan.

Keefektifan distribusi RASKIN ditinjau dari beberapa indikator yaitu ketepatan sasaran bagi rumah tangga yang benar-benar miskin, ketepatan jumlah beras yang diterima rumah tangga miskin yaitu sebanyak 10 kg/KK, ketepatan harga yaitu Rp 1000/kg di titik distribusi, ketepatan waktu pendistribusian serta terpenuhinya persyaratan administrasi dengan benar. Pendistribusian RASKIN akan efektif jika kelima indikator tersebut terpenuhi dan mekanisme pendistribusian berjalan dengan lancar.

Biaya pendistribusian merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan atau aktivitas penyaluran beras RASKIN ke tangan penerima manfaat beras RASKIN. Biaya ini meliputi biaya transportasi atau biaya angkutan, biaya susut,biaya menimbang, dll.

Distribusi RASKIN dianggap efisien jika mampu menyampaikan beras untuk keluarga miskin ke penerima manfaat dengan biaya distribusi yang serendah-rendahnya dan dalam waktu yang sesingkatnya. Tingkat efisiensi pemasaran dapat dihitung dengan perbandingan antara biaya distribusi/pemasaran dengan nilai jual produk yang dipasarkan. Dalam hal ini tingkat efisiensi pemasaran akan semakin efisien apabila nilai Ep semakin kecil.

Berdasarkan uraian diatas, maka untuk lebih memahami hal tersebut dapat dilihat skema kerangka pemikiran untuk penelitian ini.


(33)

Skema Kerangka Pemikiran Program Distribusi RASKIN

DISTRIBUSI RASKIN

BULOG

RUMAH TANGGA MISKIN

SURPLUS KONSUMEN YANG DIPEROLEH RUMAH

TANGGA MISKIN INDIKATOR TINGKAT

EFEKTIVITAS DISTRIBUSI RASKIN :

- TEPAT SASARAN

- TEPAT JUMLAH

- TEPAT HARGA

- TEPAT WAKTU

- TEPAT ADMINISTRASI

BIAYA DISTRIBUSI KEPALA

DESA

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Pendistibusian RASKIN PERBEDAAN

HARGA

EFISIEN/ TIDAK EFISIEN


(34)

2.4. Hipotesis Penelitian

1. Terdapat perbedaan harga antara harga patokan dengan harga aktual pada tingkat rumah tangga penerima beras miskin.

2. Terdapat surplus konsumen dari program distribusi RASKIN yang diperoleh rumah tangga miskin di daerah penelitian.

3. Program pendistribusian beras RASKIN di daerah penelitian tidak efektif. 4. Pendistribusian RASKIN di daerah penelitian sudah efisien.


(35)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (secara sengaja) yaitu di Desa Securai Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat. Penentuan daerah penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut memiliki populasi dimana terdapat program subsidi RASKIN, dan pembagian beras miskin sudah lama dilakukan sejak 1998 dan berlangsung hingga sekarang.

Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga dan Rumah Tangga Miskin Menurut Desa/Kelurahan Kecamatan Babalan Tahun 2005

No. Desa/Kelurahan Jumlah Rumah Tangga (KK)

Jumlah RT Miskin (KK)

Persentase RT Miskin (%)

1. Pelawi Utara 2.106 1.042 49,48

2. Securai Utara 1.843 1.040 56,43

3. Securai Selatan 1.641 1.227 74,77

4. Pelawi Selatan 1.608 845 52,55

5. Brd. Timur Baru 1.389 614 44,20

6. Brandan Barat 1.205 279 23,15

7. Brandan Timur 1.216 386 31,74

8. Teluk Meku 1.933 1.547 80,03

Jumlah 12.941 6.980 53,94

Sumber : Badan Pusat Statistik,2006.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Ada beberapa aturan induk untuk memperkirakan besar suatu sampel, yang paling umum adalah aturan 1/10 dari populasi yang diteliti. Akan tetapi kebanyakan aturan dalam penelitian sosial, banyak terdapat pengecualian, seperti lebih kecil dari 1/10. Hal ini tidak menimbulkan banyak masalah untuk para ahli statistik, terkait masalah efisiensi (Black, 1992).


(36)

Populasi dari penelitian ini yaitu semua rumah tangga miskin di Desa Securai Utara yaitu sebanyak 1040 KK. Besar sampel dari penelitian ini adalah 1/10 dari total populasi yaitu 100 rumah tangga. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses penelitian. Besar sampel tersebut diasumsikan dapat mewakili populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan acak sederhana (Simple Random Sampling).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga/instansi seperti BPS Sumatera Utara, Kantor Camat Babalan, Kantor Kepala Desa serta literatur yang mendukung penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

Hipotesis 1, mengindikasikan bahwa harga di tingkat retail (rumahtangga) adalah diwakili oleh harga di lembaga distribusi ditambah dengan biaya distribusi dan keuntungan lembaga penyalur RASKIN. Secara matematis dapat dinotasikan dengan rumus sebagai berikut :

Prt = Pi + t + dimana :

Prt = harga di tingkat retail (rumahtangga) (Rp) Pi = harga di tingkat lembaga distribusi (Rp)


(37)

= keuntungan oleh penyalur (Rp)

Selanjutnya, untuk melihat perbedaan harga patokan dengan harga tingkat retail (rumah tangga) dipergunakan dengan menghitung selisih kedua harga tersebut, yaitu :

P = Prt – Pp dimana :

P = perbedaan harga (Rp)

Pp = harga patokan oleh pemerintah (Rp)

Hipotesis 2, di analisis dengan menggunakan surplus konsumen. Surplus konsumen merupakan keuntungan yang diperoleh konsumen karena harga yang berlaku pada kondisi keseimbangan lebih rendah daripada harga yang mereka mau bayarkan. Semakin besarnya perbedaan harga tersebut maka semakin tinggi surplus konsumen yang diperoleh rumah tangga. Selisih antara harga optimal dengan harga yang harus dibayar merupakan surplus bagi konsumen. Besarnya surplus ini dihitung dari perbedaan harga ini dikalikan dengan kuantitas pembeliannya, dengan rumus sebagai berikut :

Sk = ( Pa - Pk) x Q 2

Dimana :

Sk = surplus konsumen (Rp) Pa = harga tertinggi di pasar (Rp) Pk = harga keseimbangan (Rp)


(38)

Hipotesis 3, digunakan analisis deskriptif yaitu dengan melihat pendistribusian beras miskin di Desa Securai Utara sesuai dengan indikator keefektifan distribusi RASKIN. Dikatakan efektif jika kelima indikator tersebut lebih besar atau sama dengan 80% dan jika dibawah 80% pendistribusian dikatakan tidak efektif.

Hipotesis 4, dianalisis dengan menghitung biaya distribusi di tingkat lembaga distribusi, dan nilai jual beras RASKIN yang dipasarkan . Untuk melihat tingkat efisiensi distribusi dihitung dengan menggunakan rumus Efisiensi Pemasaran (Ep) sebagai berikut :

Ep =

Biaya Pemasaran

Nilai Jual Produk yang Dipasarkan

kriteria :

Ep ≥ 1 berarti pendistribusian tidak efisien Ep < 1 berarti pendistribusian efisien (Downey dan Erickson, 1992).

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional a. Defenisi

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian maka dibuat batasan operasional, sbb :

1. Program beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN) adalah program Pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan kepada keluarga miskin melalui pendistribusian beras dalam jumlah dan harga


(39)

2. Efektivitas adalah kemampuan yang dilakukan berdasarkan indikator tertentu dalam mencapai tujuan program pendistribusian RASKIN yang telah ditetapkan.

3. Efisiensi Pemasaran adalah suatu keadaan yang digunakan dalam penilaian prestasi kerja dalam proses pemasaran atau pendistribusian beras RASKIN bagi semua lembaga yang terkait dalam pemasaran atau biaya pemasaran/pendistribusian dibagi dengan nilai jual beras RASKIN yang dipasarkan.

4. Distribusi beras miskin adalah penyaluran beras kepada penduduk miskin dengan harga Rp 1400/kg dan setiap kepala keluarga mendapat jatah 10 kg/KK.

5. Keluarga Miskin adalah masyarakat yang telah ditetapkan sebagai penerima manfaat RASKIN sesuai dengan Musyawarah Desa/Kelurahan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dan diketahui oleh Camat Setempatnya.

6. Pelaksana Distribusi adalah kelompok kerja di titik distribusi yang terdiri dari aparat Kecamatan Desa/Kelurahan yang ditunjuk oleh Camat,Kades/Lurah, dibantu oleh anggota masyarakat, atau institusi ekonomi kemasyarakatan lainnya yang bertugas dan bertanggung jawab menyampaikan beras kepada Penerima Manfaat Raskin.

7. Titik Distribusi adalah tempat atau lokasi penyerahan beras oleh SATKER RASKIN kepada Pelaksaan Distribusi di Desa/Kelurahan yang dapat dijangkau Penerima Manfaat Raskin, atau lokasi lain yang ditetapkan atas dasar kesepakatan secara tertulis antara Pemerintah Daerah dengan Divre/SubDivre.


(40)

8. Penerima Manfaat Raskin adalah Rumah Tangga Miskin (RTM) di Desa/Kelurahan yang berhak menerima beras Raskin, sebagai hasil seleksi Musyawarah Desa/Kelurahan yang terdaftar dalam Daftar Penerima Manfaat (DPM), ditetapkan oleh Kepala Desa/Kelurahan dan disahkan oleh Camat. 9. Surplus konsumen adalah keuntungan yang diperoleh masyarakat miskin

penerima beras RASKIN karena harga beras yang ditawarkan lebih rendah daripada harga yang mereka mau bayarkan di pasar.

10.BULOG adalah badan urusan logistik yang bertugas menyalurkan beras bersubsidi khusus untuk masyarakat miskin (RASKIN).

11.Biaya Distribusi adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga distribusi dalam menyalurkan beras RASKIN hingga ke penerima manfaat RASKIN

b. Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat.

2. Penelitian dilakukan pada tahun 2007.

3. Populasi adalah keseluruhan rumah tangga miskin di daerah penelitian yang menerima beras RASKIN.

4. Sampel yang diambil adalah perwakilan dari rumah tangga miskin penerima manfaat beras miskin di daerah penelitian.

5. Efektivitas dalam penelitian ini ditinjau berdasar atas 5 indikator yaitu sasaran, jumlah, harga, waktu dan administrasi dengan kriteria jika lebih besar atau sama dengan 80% dikatakan efektif dan jika berada dibawah 80% dikatakan tidak efektif.


(41)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian a. Keadaan Fisik dan Geografi

Desa Securai Utara terletak di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 2768 Ha. Jumlah penduduk Desa Securai Utara sebanyak 8835 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 1843 KK.

Daerah ini berada pada ketinggian 40 m dari permukaan laut. Desa Securai Utara berjarak 3,5 km dari ibukota kecamatan dengan waktu tempuh ¼ jam dan 40 km dari ibukota kabupaten dengan waktu tempuh 1 jam.

Adapun batas-batas desa penelitian adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Securai Selatan.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lama Baru - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pelawi Selatan - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Securai Selatan

b. Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Securai Utara berjumlah 8835 jiwa yang terdiri dari 4303 jiwa laki-laki (49%) dan 4532 jiwa perempuan (51%) dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 1843 KK. Etnis dominan adalah suku Jawa dan sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani.


(42)

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Securai Utara Tahun 2006

No. Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0 – 1 tahun 187 2.12

2 2 – 4 tahun 546 6.18

3 5 – 6 tahun 339 3.84

4 7 – 12 tahun 1144 12.95

5 13 – 15 tahun 575 6.51

7 16 – 18 tahun 603 6.83

8 19 – 25 tahun 1217 13.77

9 26 – 35 tahun 1194 13.51

10 36 – 45 tahun 1238 14.01

11 46 – 50 tahun 529 5.99

12 51 – 60 tahun 807 9.13

13 > 60 tahun 456 5.16

Total 8835 100.00

Sumber : Kantor Kepala Desa Securai Utara, 2006

Tabel 3 menunjukkan bahwa kelompok usia produktif 15 – 60 tahun sebanyak 5588 jiwa atau 63.25 %, sementara usia non produktif sebanyak 3247 jiwa atau 36.75 %. Hal ini memberikan indikasi bahwa ketersediaan tenaga kerja cukup besar. Penduduk Desa Securai Utara umumnya memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian. Lebih jelasnya pada tabel 4 dapat dilihat komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian.

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Securai Utara Tahun 2006

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 911 60.21

2 Buruh Tani 189 12.49

3 Buruh/Swasta 270 17.85

4 Pegawai Negeri 72 4.76

5 Pedagang 55 3.63

6 Montir 16 1.06

Total 1513 100.00

Sumber : Kantor Kepala Desa Securai Utara, 2006


(43)

maupun manusia yang paling mendukung adalah sektor pertanian sehingga pekerjaan dari sektor ini yang paling banyak untuk dikembangkan.

Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan Formal di Desa Securai Utara Tahun 2006

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Belum/Tidak Sekolah 850 9.62

2 Tidak Tamat SD 892 10.09

3 Tamat SD 2842 32.17

4 Tamat SLTP 2115 23.94

5 Tamat SLTA 1957 22.15

6 Tamat Akademi (D1 – S3 ) 179 2.03

Total 8835 100.00

Sumber : Kantor Kepala Desa Securai Utara, 2006

Tabel 5 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Securai Utara mempunyai tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD, tamat SD,tamat SLTP) sebanyak 5849 jiwa atau 66.20 %. Tingkat Pendidikan SLTA dan akademi sebanyak 2136 jiwa atau 24.18 %. Sehingga dapat diasumsikan bahwa penduduk di Desa Securai Utara memiliki tingkat pendidikan rendah karena penduduknya memiliki pendidikan rata-rata tamat SD saja.

c. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan desa. Semakin baik sarana dan prasarana pendukung maka akan mempercepat laju perkembangan desa tersebut.


(44)

Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Desa Securai Utara Tahun 2006 No. Sarana dan Prasarana Jumlah

1 SD dan TK 5

2 SLTP 3

3 SLTA 3

4 Jembatan 2

5 Mesjid 6

6 Musholla 5

7 Gereja 7

8 Pasar Umum 1

9 Toko/Kios 3

Sumber : Kantor Kepala Desa Securai Utara, 2006

Dari keadaan sarana dan prasarana di desa penelitian dapat diasumsikan bahwa kebutuhan masyarakat dibidang keagamaan, pertanian, kesehatan, sudah terpenuhi. Jadi dengan adanya sarana dan prasarana masyarakat tidak ketinggalan informasi.

4. 2 Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel yang dimaksud disini adalah meliputi karakteristik sosial dan ekonomi masyarakat yang menerima beras miskin yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, ukuran keluarga, pendapatan serta pekerjaan. Dari sampel ini juga dilihat bagaimana keefektifan dan keefisienan dalam penyaluran beras miskin tersebut, bagaimana proses pendistribusian, apakah sesuai dengan pedoman umum yang telah ditetapkan dalam pendistribusian beras RASKIN atau terdapat penyelewengan-penyelewengan yang terjadi dalam pendistribusian.

Secara keseluruhan akan disajikan Rekapitulasi Karakteristik Masyarakat yang mendapat beras miskin seperti yang tertera pada Tabel 7.


(45)

Tabel 7. Distribusi Sampel menurut Kelompok Umur Tahun 2007 No. Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah (orang)

1 ≤40 14

2 41 – 50 60

3 51 – 60 17

4 > 60 9

Jumlah 100

Rata- rata 48

Sumber : Analisis Data Lampiran 1

Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah sampel paling banyak pada kelompok umur 41 – 50 tahun dengan rata-rata umur sampel 48 tahun, dengan rata-rata tersebut dapat dilihat bahwa masyarakat yang mendapat beras miskin masih berada dalam kategori usia produktif sehingga masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.

Tabel 8. Distribusi Sampel menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007 No. Tingkat Pendidikan Jumlah

(orang)

1 SD 18

2 SMP 48

3 SMA 34

Jumlah 100

Sumber : Analisis Data Lampiran 1

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa sampel yang berpendidikan SD sebanyak 18 orang (18%), sedangkan yang berpendidikan SMA sebanyak 34 orang (34%). Tingkat pendidikan dari sampel yang paling banyak adalah yang berpendidikan SMP yaitu 48 orang (48%). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat pada daerah ini masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu setara SMP.


(46)

Tabel 9. Distribusi Sampel menurut Jumlah Tanggungan Keluarga Tahun 2007

No. Ukuran Keluarga (orang)

Jumlah (orang)

1 ≤ 4 63

2 5 – 6 29

3 ≥ 7 8

Jumlah 100

Rata-rata 4

Sumber : Analisis Data Lampiran 1

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah ukuran keluarga yang menjadi sampel adalah 1 – 8 orang dengan rata-rata 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki jumlah tanggungan yang sedang. Jumlah tanggungan akan berpengaruh terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan terutama terhadap anak usia produktif 15 – 60 tahun.

Tabel 10. Distribusi Sampel menurut Pekerjaan Kepala Keluarga Tahun 2007

No. Pekerjaan Kepala Keluarga

Jumlah (orang)

1 Wiraswasta/Pedagang 27

2 Petani/Buruh/Peternak 16

3 Tukang Becak 20

4 Mocok-mocok 22

5 Lain-lain 15

Jumlah 100

Sumber : Analisis Data Lampiran 1

Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa pekerjaan utama adalah Wiraswasta/Pedagang yaitu 27 orang (27%), kemudian Mocok-mocok 22% dan Tukang Becak 20%. Masyarakat yang mendapat beras miskin rata-rata tidak memiliki lahan mereka hanya bekerja sebagai buruh tani dan mocok-mocok. Hari ini mereka bekerja, besok belum tentu mereka bekerja sehingga penghasilan


(47)

Tabel 11. Distribusi Sampel menurut Pendapatan Kepala Keluarga Tahun 2007

No. Pendapatan Keluarga (Rupiah)

Jumlah (orang)

1 ≤ 350.000 6

2 351,000 – 450,000 19

3 451,000 – 600,000 58

4 > 600,000 17

Jumlah 100

Rata-rata 546,300

Sumber :Analisis Data Lampiran 1

Dari Tabel 11 dapat diketahui pendapatan keluarga yang mendapat beras

miskin pada sampel terbesar adalah berkisar Rp 451,000 – 600,000 perbulannya dengan jumlah rata-rata Rp 546,300 per bulannya. Ini dapat

dikategorikan bahwa pendapatan keluarga mereka rendah. Hal tersebut karena nilai pendapatan berada dibawah Upah Minimun Provinsi (UMP) yaitu sebesar Rp 761.000 per bulan.


(48)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan terhadap masyarakat yang mendapat beras miskin di Desa Securai Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat. Pada penelitian ini ditetapkan sampel sebesar 100 KK. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan dan keefisienan pendistribusian beras RASKIN di daerah penelitian.

5.1 Harga RASKIN di Tingkat Rumah Tangga Miskin

RASKIN merupakan subsidi pangan sebagai upaya Pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan pada keluarga miskin melalui pendistribusian beras dimana masing-masing keluarga akan menerima beras sebanyak 10 kg/KK dengan harga netto Rp 1000 per kg di titik distribusi.

Pemerintah menetapkan harga RASKIN sebesar Rp 1000 per kg dengan maksud dapat meringankan beban pengeluaran untuk pangan bagi warga yang kurang mampu atau rumah tangga miskin. Namun harga tersebut berbeda setelah sampai ke tangan penerima manfaat RASKIN. Hal itu karena terdapat biaya tambahan seperti untuk biaya angkut, upah menimbang, biaya kantong plastik dan lain sebagainya. Harga ditingkat rumah tangga penerima manfaat beras miskin diwakili oleh harga ditingkat BULOG ditambah dengan biaya-biaya selama proses pendistribusian dan keuntungan yang diperoleh oleh pelaksana distribusi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 12.


(49)

Tabel 12. Totalitas Biaya dan Keuntungan dari pendistribusian RASKIN Pagu RASKIN (kg) Harga RASKIN di Bulog per kg (Rp) Total Biaya Distribusi (Rp) Biaya Distribusi Per kg (Rp)

Total Keuntungan

(Rp)

Keuntungan Per Kg (Rp)

10400 1000 1,993,000 192 2,167,000 208

Sumber : Analisis Data Lampiran 2 dan 3

Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa pagu RASKIN untuk Desa Securai Utara yaitu 10400 kg dengan jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) yang menerima RASKIN sebanyak 1040 KK. Harga RASKIN yang telah ditetapkan oleh BULOG yaitu sebesar Rp 1000 per kg. Biaya-biaya yang terjadi selama proses pendistribusian yaitu biaya angkut dari Bulog, biaya susut beras, biaya transport hingga ke penerima manfaat, biaya menimbang dan biaya kantong plastik sebesar Rp 1,993,000 atau Rp 192 untuk tiap kilogramnya. Total biaya tersebut merupakan jumlah dari biaya distribusi yang terjadi ditingkat desa dan dusun yang masing-masing sebesar Rp 308,000 dan Rp 1,685,000. Dalam penyaluran beras miskin masing-masing pelaksana distribusi ditingkat desa dan dusun memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,772,000 dan Rp 395,000. Sehingga total keuntungan yang diperoleh yaitu Rp 2,167,000 atau Rp 208 per kilogramnya.

Adapun Harga RASKIN setelah berada di tangan penerima manfaat atau rumah tangga miskin dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Perbedaan harga yang Terjadi di Tingkat Rumah Tangga Miskin

Harga di RT Per Kg (Rp)

Harga Patokan Pemerintah (Rp)

Perbedaan Harga (Rp)

1400 1000 400


(50)

Harga ditingkat rumah tangga merupakan jumlah harga ditingkat lembaga distribusi dengan biaya distribusi dan keuntungan yang diperoleh dalam penyaluran RASKIN yang dapat dilihat dari hasil perhitungan dibawah ini :

Prt = Pi + t + = 1000 + 192 + 208 = 1400

Perbedaan harga diketahui dengan menghitung selisih antara harga tingkat rumah tangga dengan harga patokan Pemerintah, yaitu :

P = Prt – Pp = 1400 – 1000 = 400

Berdasarkan tabel 13 dan hasil perhitungan diatas diketahui bahwa harga ditingkat rumah tangga penerima beras miskin diperoleh sebesar Rp 1400 per kilogram. Harga tersebut menimbulkan perbedaan dengan harga patokan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah yaitu Rp 1000 per kilogram. Perbedaan harga tersebut yaitu sebesar Rp 400. Terjadinya perbedaan harga RASKIN di tingkat rumah tangga karena dibebankan biaya-biaya dan keuntungan yang diperoleh oleh pelaksana distribusi. Jika dilihat dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa keuntungan yang diperoleh oleh pelaksana distribusi lebih besar dari biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses pendistribusian. Seharusnya dalam pendistribusian beras bersubsidi ini keuntungan yang diambil dapat diminimkan atau ditiadakan. Sehingga perbedaan harga yang terjadi tidak terlalu besar dan tidak memberatkan rumah tangga penerima RASKIN. Karena jika rumah tangga


(51)

dibebankan biaya-biaya dan keuntungan dalam pendistribusian, program ini bukan merupakan suatu bentuk bantuan.

Harga RASKIN di tingkat rumah tangga miskin akan menjadi tidak wajar jika melebihi dari harga yang telah ditetapkan karna keuntungan dari pendistribusian yang besar. Biaya – biaya yang terjadi dalam pendistribusian sebenarnya dapat dialokasikan ke dalam anggaran APBD. Karena penyaluran RASKIN hingga ke penerima manfaat sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. Dengan begitu harga yang diterima oleh masyarakat miskin akan tetap murah yaitu Rp 1000 per kilogram.

5.2. Keuntungan yang Diperoleh Rumah Tangga Miskin

Surplus konsumen menunjukkan keuntungan yang diperoleh konsumen karena mereka membeli suatu komoditi. Keuntungan tersebut diperoleh oleh konsumen karena harga yang berlaku pada kondisi keseimbangan lebih rendah dari pada harga yang mereka mau bayarkan.

Surplus konsumen bagi setiap unit beras RASKIN yang dikonsumsi adalah selisih antara harga beras dipasar jika dibeli konsumen dengan harga beras RASKIN yang ditawarkan dikalikan dengan kuantitas beras RASKIN yang diperjual belikan. Tabel 14 menunjukkan surplus konsumen atau keuntungan yang diperoleh rumah tangga miskin dengan adanya subsidi RASKIN.

Tabel 14. Surplus yang diperoleh Rumah Tangga Penerima Beras Miskin Harga Beras

Di Pasar (Rp/kg)

Harga RASKIN Yang di Tawarkan

(Rp/kg)

Kuantitas RASKIN

(Kg)

Surplus Rumah Tangga

(Rp/KK)

4982 1400 5.97 10,692


(52)

Berdasarkan tabel diatas, surplus yang diperoleh rumah tangga miskin merupakan selisih harga beras yang harus dibeli dipasar dengan harga RASKIN dan dikalikan dengan kuantitas pembelian RASKIN yang dapat dilihat dari perhitungan dibawah ini :

Sk = ( Pa - Pk) x Q 2

= (4982 – 1400) x 5.97 2

= 10,692

Berdasarkan tabel 14 dan perhitungan diatas diketahui bahwa harga beras di pasar yang dikonsumsi oleh rumah tangga miskin yaitu Rp 4982 per kg yang merupakan hasil rata-rata yang diambil dari 100 sampel rumah tangga miskin. Harga tersebut merupakan harga yang seharusnya mereka bayarkan jika tidak ada subsidi pangan berupa beras miskin (RASKIN). Harga beras tersebut berkisar antara Rp 4800 per kg hingga Rp 5200 per kg. Sehingga diperoleh rata-rata sebesar Rp 4982 per kilogram. Sedangkan harga beras bersubsidi yang harus mereka korbankan untuk memperoleh beras RASKIN yaitu sebesar Rp 1400 per kg. Kuantitas RASKIN yang diterima setiap kepala keluarga berbeda mulai dari 5 kg hingga 10 kg. Hal tersebut bisa terjadi karena pagu beras yang disalurkan lebih kecil dibandingkan dengan jumlah kepala keluarga (KK) yang memperoleh manfaat beras miskin. Semakin bertambahnya jumlah rumah tangga miskin di Desa Securai Utara mengakibatkan pembagian beras dilakukan secara

merata atau pembagian tidak berdasarkan jumlah yang semestinya yaitu 10 kg/KK. Hasil rata-rata yang diperoleh dari 100 sampel untuk kuantitas


(53)

Berdasarkan data tersebut diperoleh surplus bagi rumah tangga miskin yang membeli beras dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga di pasar yaitu sebesar Rp 10,692 per kepala keluarga. Nilai tersebut merupakan keuntungan yang diterima oleh rumah tangga miskin dengan adanya subsidi Pemerintah di bidang pangan yaitu RASKIN. Dengan adanya beras miskin dengan harga senilai Rp1400 per kilogram, setidaknya dapat meringankan beban warga yang kurang mampu. Ini dapat dimaklumi dengan harga beras dipasar rata-rata senilai Rp 5000 per kilogram.

Surplus yang diperoleh rumah tangga miskin menunjukkan terjadinya kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh penerima manfaat RASKIN. Kelebihan kepuasan ini muncul dari adanya perbedaan antara kepuasan yang diperoleh penerima manfaat RASKIN dalam mengkonsumsi sejumlah beras dengan pembayaran yang harus dikeluarkannya untuk memperoleh beras tersebut. Kepuasan yang diperoleh oleh penerima manfaat RASKIN selalu lebih besar dari pada pembayaran yang mereka keluarkan.

5.3. Tingkat Keefektifan Distribusi RASKIN

Efektivitas pendistribusian beras RASKIN di nilai berdasarkan indikator-indikator tertentu dalam mencapai tujuan program pendistribusian RASKIN yang telah ditetapkan. Yang menjadi indikator-indikator keefektifan distribusi RASKIN ini yaitu ketepatan sasaran, jumlah, harga, waktu dan administrasi.

Adapun hasil analisis tingkat efektivitas pendistribusian RASKIN berdasarkan 5 indikator dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini.


(54)

Tabel 15. Persentase Tingkat Keefektifan Distribusi Beras Miskin

No. Indikator Tingkat Efektivitas

Tepat (%)

Tidak Tepat (%)

Jumlah (%)

1. Sasaran 57 43 100

2. Jumlah 1 99 100

3. Harga 0 100 100

4. Waktu 23 77 100

5. Administrasi 86 14 100

Rata-rata 33.4 66.6 100

Sumber : Analisis Data Lampiran 5

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 100 sampel yang mengatakan bahwa proses pendistribusian RASKIN yang tepat sasaran yaitu 57%. Untuk ketepatan jumlah beras RASKIN yang diterima RTM yaitu hanya 1%. Kemudian untuk harga, tidak ada sampel yang mengatakan bahwa RASKIN memiliki ketepatan harga Rp 1000,-. Untuk waktu pendistribusian 23% sampel mengatakan tepat waktu dan selebihnya tidak tepat waktu. Dan untuk persyaratan administrasi sekitar 86% dari sampel mengatakan administrasi pembayaran terpenuhi.

Tingkat keefektifan pendistribusian RASKIN dikatakan efektif jika kelima indikator yang menunjukkan tingkat efektivitas berada diatas atau sama dengan 80%. Dan jika berada di bawah 80% maka pendistribusian RASKIN dikatakan tidak efektif.

Tabel 15 menunjukkan bahwa 57% sampel mengatakan program pendistribusian RASKIN tepat sasaran. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa program pendistribusian RASKIN tidak efektif. Hal tersebut terjadi karena sasaran penerima manfaat RASKIN sudah tidak sesuai. Sasaran program RASKIN adalah rumah tangga miskin yang namanya telah terdaftar dalam Daftar


(55)

dikeluarkan oleh badan pusat statistik (BPS). Namun yang terjadi di lapangan bahwa RASKIN tidak hanya dibagikan kepada keluarga miskin tetapi juga dibagikan kepada kelompok masyarakat lain, akibatnya warga miskin yang berhak menerima RASKIN hanya kebagian 5 kg hingga 8 kg dari jatah semestinya yaitu 10 kg/KK. Selain itu dibeberapa dusun, pembagian beras RASKIN dilakukan secara merata termasuk kepada rumah tangga miskin yang namanya tidak terdaftar dalam DPM RASKIN dan kepada rumah tangga yang tidak tergolong miskin. Atas dasar musyawarah atau kebijaksaan desa terkait, RASKIN dibagikan sehingga terjadi salah sasaran. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kecemburuan sosial dari rumah tangga yang tidak menerima RASKIN.

Buruknya pencapaian sasaran menyebabkan target penyaluran semakin berkurang dari 10 kg menjadi 5 kg hingga 8 kg per rumah tangga miskin. Sebab banyak penerima manfaat diluar target. RASKIN disalurkan kepada mereka yang datang lebih awal dan mampu menebusnya. Masyarakat paling miskin hanya mampu menebus beras bersubsidi itu sekitar 5 kg per RTM. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bayu Dwi Radius dalam Kompas (24 Juli 2007) bahwa sejumlah rumah tangga miskin tidak mampu mengakses beras yang harganya Rp 1000 per kg disamping mereka tidak menyadari perlunya menyediakan dana tambahan. Akibatnya beras tidak sampai ke sasaran.

Kecilnya jumlah RASKIN yang diterima masyarakat miskin dikarenakan semakin bertambahnya jumlah keluarga miskin yang ada di daerah penelitian. Berdasarkan data BPS jumlah RT miskin di Desa Securai Utara adalah 1040 KK, namun kenyataannya dilapangan jumlah KK miskin mencapai hampir 1500 KK. Bisa dibayangkan melonjaknya angka tersebut, sehingga sewaktu pembagian


(56)

RASKIN semua RTM merasa berhak untuk mendapat RASKIN. Akibatnya dibeberapa daerah di Desa Securai Utara terjadi pembagian yang sama rata dengan jatah masing-masing KK sebanyak 5 kg dengan tujuan untuk menghindari keributan sewaktu pembagian RASKIN.

Sulitnya pembagian RASKIN dalam praktek dilapangan, karena selalu terjadi perbedaan angka kemiskinan yang dikeluarkan dari BPS maupun BKKBN. Perbedaan angka inilah yang menyulitkan dalam pembagian RASKIN. Namun dalam hal ini, data yang dipakai Pemerintah adalah data yang dikeluarkan dari BPS karena data tersebut sudah dilindungi dengan UU. Data BPS itu harus menjadi data basis untuk segala perencanaan, namun data BKKBNlah yang mendekati kebenaran di lapangan dalam kasus berkurangnya jumlah RASKIN yang diterima oleh setiap KK di Desa Securai Utara.

Disinilah persoalan itu terjadi, kriteria terhadap rumah tangga dikatakan miskin harus jelas. Sebab selama ini sosialisasi terhadap RT miskin itu tidak tersosialisasi dengan baik. Aparat desa harus tahu betul bahwa kriteria RT miskin yang ditetapkan pemerintah adalah masyarakat yang penghasilannya maksimum sebulan Rp 500,000,-, pola makan dari keluarga tersebut 1 – 2 kali per hari, atau RT miskin yang makan hanya satu kali itupun bukan beras tapi pengganti makanan pokok lainnya seperti ubi, singkong, gaplek, jagung dan sebagainya.

Jika masyarakat tidak termasuk dalam kriteria tersebut, maka dia tidak bisa digolongkan rakyat miskin dan dia tidak berhak menerima RASKIN. Namun kenyataan di lapangan, banyak masyarakat yang mengaku miskin, padahal mereka tidak termasuk kriteria itu.


(57)

Kekurangan jumlah beras yang diterima oleh rumah tangga miskin pada saat pendistribusian beras menyebabkan banyak keluarga yang mengeluh karena jumlah beras yang diberikan semakin tidak mencukupi kebutuhan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 15 yang menunjukkan bahwa hanya 1 orang (1%) dari 100 orang yang mengatakan bahwa jumlah RASKIN yang diterima oleh keluarga miskin adalah 10 kg/KK. Ini menunjukkan ketidak efektifan program pendistribusian RASKIN yang dilihat dari ketepatan jumlah beras yang diterima.

Harga RASKIN yang semestinya dijual kepada rumah tangga miskin yaitu sebesar Rp 1000 per kg netto di titik distribusi. Harga tersebut merupakan harga yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 100 sampel, tidak ada keluarga yang mengatakan RASKIN dijual seharga Rp 1000 per kilogramnya. Harga RASKIN yang dibeli oleh rumah tangga miskin yaitu Rp 1400 per kilogram, hal ini dikarenakan sebagian daerah di Desa Securai Utara medannya jauh, sehingga diperlukan biaya transportasi untuk menuju ke lokasi tersebut. Dapat disimpulkan untuk ketepatan harga program distribusi RASKIN tidak efektif.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap sampel, hanya 23 orang (23%) dari sampel yang mengatakan bahwa waktu pendistribusian beras RASKIN tepat waktu dan selebihnya mengatakan pendistribusian tidak tepat waktu. Hal tersebut menunjukkan terjadinya penyimpangan waktu penyaluran sehingga membuat program pendistribusian RASKIN tidak efektif. Hal ini karena sering terjadinya keterlambatan-keterlambatan dalam pendistribusian yang seharusnya 10 bulan dalam setahun berkurang menjadi 8 bulan dan jarak pendistribusian antar bulan berselang 2 hingga 3 bulan, sehingga rumah tangga penerima beras miskin merasa


(58)

kesulitan memperoleh beras jika terjadi keterlambatan dalam pendistribusian beras miskin. Karena program RASKIN sangat membantu rumah tangga miskin dalam mengatasi masalah pangan. Keterlambatan penyaluran RASKIN tersebut juga disebabkan karena keterlambatan pembayaran hutang oleh tim RASKIN di kecamatan/kelurahan/desa, maka pendistribusian RASKIN untuk bulan berikutnya menjadi terlambat.

Pembayaran administrasi RASKIN di Desa Securai Utara selalu berjalan lancar yang pada prinsipnya pembayaran dilakukan secara tunai namun apabila terdapat keluarga sasaran penerima manfaat tidak mampu membayar tunai, maka dapat dikecualikan dengan syarat kepala desa/lurah membuat jaminan tertulis dan pelunasannya selambat-lambatnya sebelum jadwal pendistribusian periode berikutnya. Hai ini sesuai dengan tabel 15 yang menunjukkan bahwa 86 orang (86%) dari sampel mengatakan pembayaran atas pembelian RASKIN dilakukan secara kontan pada saat transaksi pembelian RASKIN terjadi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendistribusian RASKIN dari segi ketepatan administrasi adalah efektif.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap kelima indikator yang menunjukkan tingkat efektivitas pendistribusian RASKIN diperoleh nilai dengan rata-rata sebesar 33.4% yang dapat disimpulkan bahwa program pendistribusian RASKIN tidak efektif karna banyaknya terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pendistribusian yang menyebabkan tujuan dari program RASKIN itu sendiri tidak tercapai.


(59)

5.4. Efisiensi Pemasaran

Setiap lembaga pemasaran yang terlibat akan mengambil keuntungan untuk jasa yang mereka berikan. Kegiatan fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran akan mengakibatkan timbulnya biaya pemasaran. Besarnya biaya pemasaran akan berpengaruh terhadap harga beli konsumen, hal ini disebabkan biaya pemasaran yang timbul akan menjadi tambahan harga pada barang yang ditanggung oleh konsumen. Efisiensi pemasaran menghitung biaya pemasaran dibagi dengan nilai produk yang dipasarkan. Adapun efisiensi pemasaran distribusi RASKIN dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Tingkat Efisiensi Pendistribusian RASKIN Total Pagu

RASKIN (Kg)

Harga Jual RASKIN per Kg (Rp)

Total Penjualan RASKIN (Rp)

Biaya Distribusi (Rp)

Efisiensi Pemasaran

10400 1400 14,560,000 1,993,000 0.136

Sumber : Analisis Data Lampiran 2 & 3

Efisiensi pemasaran merupakan perbandingan antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dipasarkan yang dapat dilihat dari perhitungan dibawah ini :

Ep =

Biaya Pemasaran

Nilai Jual Produk yang Dipasarkan

=

1.993.000 14.560.000 = 0.136


(60)

Berdasarkan tabel 16 diketahui bahwa total pagu RASKIN untuk daerah Desa Securai Utara yaitu 10400 kg dengan RTM sebesar 1040 KK. Harga RASKIN yang dijual di tingkat rumah tangga miskin yaitu Rp 1400 per kg yang mencakup biaya-biaya yang diperlukan dalam proses pendistribusian. Sehingga diperoleh total penjualan RASKIN kepada rumah tangga miskin yaitu sebesar Rp 14,560,000. Keseluruhan biaya distribusi yang dikeluarkan baik di tingkat desa maupun dusun yaitu Rp 1,993,000.

Efisiensi pemasaran menghitung biaya-biaya selama pendistribusian/ pemasaran dibagi dengan total penjualan terhadap konsumen akhir. Dari hasil perhitungan diketahui tingkat efisiensi pemasaran diperoleh sebesar 0.136 yang menunjukkan bahwa pendistribusian beras RASKIN adalah efisien. Dikatakan efisien karna hasil perhitungan efisiensi pemasaran (Ep) berada dibawah 1. Hasil perhitungan tersebut di dukung dengan biaya distribusi yang cukup rendah dibandingkan dengan nilai total penjualan RASKIN karena saluran pemasaran atau jalur pemasaran dalam pendistribusian RASKIN pendek yaitu pendistribusian

langsung dari BULOG ke rumah tangga miskin. Hal ini sesuai dengan teori Mubyarto (1885) dimana sistem pemasaran dianggap efisien bila mampu menyampaikan hasil-hasil produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, diketahui bahwa program distribusi RASKIN adalah efisien sedangkan jika ditinjau dari tujuan program tersebut, pendistribusian beras RASKIN dikatakan tidak efektif. Keadaan tersebut merupakan hal yang tidak sejalan. Efektivitas mengukur tingkat pencapaian


(1)

Yanita Sari : Anal aban, Kabupa

isis Efektivitas Dan E nsi Distribu n (Stud ecurai Utara, Ke matan

Bal ten Langkat, 2007

USU Repository © 2008

fisie si Raski i Kasus : Desa S ca

Lampiran 1. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Yang Menerima Beras Miskin

No. No. Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Ukuran Pendapatan

Sampel (Tahun) Keluarga (Rp/Bulan)

(Orang)

1 523 Siti Hadijah 36 SMP Pedagang 4 400,000 2 42 Sudir 41 SMP Tukang Becak 2 400,000 3 752 Suratmi 39 SMA Petani 3 600,000 4 315 Mhd. Ali 40 SMP Tukang Becak 3 500,000 5 260 Karsiah 58 SD Tidak Ada 2 300,000 6 994 Latifah Hanim 45 SMA Pedagang 4 500,000 7 866 Jainuddin 43 SMP Tukang Becak 5 500,000 8 938 Nursiah 44 SMA Tukang Becak 5 600,000 9 582 Syarifuddin Asmuni 48 SMP Dagang Ikan 6 600,000 10 392 Yusuf 40 SMP Tukang Becak 3 600,000 11 24 Wagiman 42 SMA Pedagang 3 600,000 12 561 M. Yusuf 36 SD Buruh tani 4 600,000 13 905 T.Situmorang 43 SMA Mocok-mocok 5 600,000 14 835 Deliana Samosir 38 SMP Dagang Roti 3 500,000 15 223 Miswanto 42 SD Petani 4 750,000 16 147 Sumiadi 35 SMP Peternak 4 600,000 17 400 Munah 71 SMP Tukang Kusuk 1 300,000 18 209 Ita 42 SD Mocok-mocok 2 500,000 19 816 Ahmadsyah 48 SMP Penjahit 5 700,000 20 787 Ilawati 40 SMA Mocok-mocok 4 600,000 21 118 Rum 47 SMP Tukang Becak 6 600,000 22 717 Sutrisno 48 SMP Mocok-mocok 5 600,000 23 499 Jamal 46 SD Buruh tani 5 600,000 24 491 Rukini 48 SMP Pedagang 3 600,000 25 301 Kasdi 60 SD Tukang Becak 6 600,000 26 945 Hamzah Malau 47 SMP Penjual Ikan 4 800,000 27 756 Ropina 48 SMA Mocok-mocok 6 600,000 28 379 Jhonson 56 SMP Wiraswasta 5 650,000 29 734 Titik Sariana 44 SMP Penjual Sayur 3 500,000 30 882 Masrullah 53 SMA Pedagang 4 600,000 31 305 Ismail 35 SMP Peternak 4 500,000 32 20 Jumena 68 SMP Tukang Becak 1 400,000 33 635 Muklis 53 SMA Pedagang 3 600,000 34 616 Sumiati 42 SD Tukang Becak 4 500,000 35 174 Liyas 46 SMP Tukang Becak 3 450,000 36 22 Nyaman 48 SMA Mocok-mocok 4 500,000 37 238 Rafe'ah 38 SMA Penjahit 8 800,000 38 476 Selamat 65 SMP Wiraswasta 4 600,000 39 949 Hajarul Aswad 50 SMA Pedagang 6 600,000 40 828 Eliyakim 63 SMP Wiraswasta 7 700,000


(2)

Lampiran 1. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Yang Menerima Beras Miskin

No. No. Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Ukuran Pendapatan

Sampel (Tahun) Keluarga (Rp/Bulan)

(Orang)

41 66 Susanti 55 SMA Mocok-mocok 6 500,000 42 358 Abdullah Harahap 56 SMA Wiraswasta 8 750,000 43 237 Deritawati 42 SD Mocok-mocok 6 650,000 44 466 Bustaman 45 SMP Mocok-mocok 3 500,000 45 736 Ijah 58 SMA Pedagang 2 600,000 46 939 Lasinem 65 SMP Mocok-mocok 5 600,000 47 607 M.Efendi 51 SMP Mocok-mocok 4 600,000 48 962 Hermansyah 35 SMP Tukang Becak 5 500,000 49 141 Leginem 48 SMP Tukang Becak 7 400,000 50 244 Wandi 35 SMP Mocok-mocok 4 500,000 51 618 Nasib 53 SD Tukang Becak 6 450,000 52 234 Farida 48 SMA Penjahit 5 600,000 53 392 Mariam 65 SMP Tidak Ada 1 300,000 54 19 Taing 40 SMP Pedagang 6 700,000 55 440 Ruslan 46 SMA Pekerja Kebon 3 480,000 56 124 Nurainun 42 SMP Mocok-mocok 3 600,000 57 852 Sartini 42 SD Pedagang 4 450,000 58 613 Syafruddin Harianto 41 SD Tukang Becak 2 400,000 59 99 Yuni 42 SMA Pekerja Kebon 7 700,000 60 782 Rahiman Lbs 43 SMP Mocok-mocok 3 500,000 61 989 Amir Hamzah 46 SD Dagang Roti 4 500,000 62 767 Agus Julham 43 SMP Mocok-mocok 5 600,000 63 654 Fahrudin 48 SMA Mocok-mocok 6 600,000 64 53 Supinah 63 SMP Tidak Ada 1 350,000 65 661 Kaharuddin 43 SMA Mocok-mocok 3 600,000 66 216 Minta karo-karo 44 SMP Pdgg Gula Aren 4 500,000 67 980 Palem Sibarani 48 SMP Buruh Tani 5 600,000 68 557 M.Nur Ressy 51 SMP Pedagang 5 400,000 69 814 Lolot Harap 49 SMP Penjual Ikan 8 700,000 70 727 Husman 61 SMP Tukang Becak 4 400,000 71 726 L. Simanjuntak 56 SMA Pedagang 5 650,000

72 698 Ali 42 SD Sopir 3 450,000

73 72 Akub 48 SMA Buruh Tani 5 600,000 74 755 Purworiati 45 SD Dagang Sayur 4 500,000 75 368 Dadang Ari Dharma 47 SMP Mocok-mocok 3 500,000 76 478 Husin 45 SMA Wiraswasta 5 650,000


(3)

Lampiran 1. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Yang Menerima Beras Miskin

No. No. Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Ukuran Pendapatan

Sampel (Tahun) Keluarga (Rupiah/Bulan)

(Orang)

77 998 Samsiah 46 SMP Pembantu 2 350,000 78 976 Kasman 46 SMA Mocok-mocok 4 600,000 79 469 Ainun Jariah 52 SMP Tukang Becak 4 500,000 80 788 Iyah 44 SD Pembantu 4 450,000 81 123 Ridwan 65 SD Tidak Ada 1 300,000 82 845 Eng Tarigan 48 SMA Pekerja Kebon 4 650,000 83 445 Rahayu Guntur 48 SMA Pedagang 8 700,000 84 246 Sumiah 46 SMA Pekerja Kebon 6 650,000 85 669 M.Sopiyan 47 SMA Mocok-mocok 6 600,000 86 395 Ngatini 38 SMP Pembantu 2 400,000 87 92 Jumaidi 48 SMA Mocok-mocok 5 600,000 88 359 Sukarmin 54 SMP Pekerja Kebon 4 600,000 89 274 Sri widya 46 SMP Tukang Becak 3 500,000 90 314 Zainab 44 SMP Pekerja Kebon 3 400,000 91 251 Riadi 44 SMA Mocok-mocok 3 600,000 92 776 Amaruddin 51 SMA Kuli Bangunan 4 650,000 93 857 Adul 43 SMA Pedagang 2 450,000 94 725 Abu Bakar Siddik 50 SMP Mocok-mocok 4 500,000 95 675 Hasanuddin 48 SMA Tukang Becak 3 600,000 96 536 Siti Aisyah 52 SMP Buka Warung 3 600,000 97 339 Leginah 48 SD Pembantu 3 450,000 98 806 Opung Reman 58 SMA Pedagang 7 700,000 99 539 Supriadi 45 SD Tukang Becak 3 450,000 100 412 Lastri 44 SMP Tukang Becak 4 400,000 Total 4762 415 54,630,000

Rataan 47.62 4.15 546,300

Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007


(4)

Lampiran 4. Tingkat Harga Beras di Pasar dan Harga RASKIN bagi RTM

No. No. Nama Harga Beras Harga Beras Jumlah Beras

Raskin

Sampel di Pasar /kg

(Rupiah)

Raskin /kg

(Rupiah) yang Diterima (kg)

1 523 Siti Hadijah 5000 1400 5

2 42 Sudir 5000 1400 6

3 752 Suratmi 5000 1400 5

4 315 Mhd. Ali 5000 1400 6

5 260 Karsiah 5000 1400 10

6 994 Latifah Hanim 5000 1400 5

7 866 Jainuddin 5000 1400 5

8 938 Nursiah 5000 1400 5

9 582 Syarifuddin Asmuni 4800 1400 5

10 392 Yusuf 5000 1400 7

11 24 Wagiman 5000 1400 6

12 561 M. Yusuf 5000 1400 5

13 905 T.Situmorang 5000 1400 5 14 835 Deliana Samosir 5000 1400 5

15 223 Miswanto 5200 1400 7

16 147 Sumiadi 5000 1400 6

17 400 Munah 4800 1400 10

18 209 Ita 5200 1400 6

19 816 Ahmadsyah 5200 1400 5

20 787 Ilawati 5200 1400 5

21 118 Rum 5000 1400 8

22 717 Sutrisno 5000 1400 5

23 499 Jamal 5000 1400 5

24 491 Rukini 5000 1400 5

25 301 Kasdi 5000 1400 10

26 945 Hamzah Malau 5200 1400 5

27 756 Ropina 5000 1400 5

28 379 Jhonson 5000 1400 7

29 734 Titik Sariana 5200 1400 5

30 882 Masrullah 5000 1400 5

31 305 Ismail 5000 1400 6

32 20 Jumena 5000 1400 10

33 635 Muklis 5000 1400 5

34 616 Sumiati 5000 1400 5

35 174 Liyas 4800 1400 8

36 22 Nyaman 4800 1400 7


(5)

Lampiran 4. Tingkat Harga Beras di Pasar dan Harga RASKIN bagi RTM

No. No. Nama Harga Beras Harga Beras Jumlah Beras

Raskin

Sampel di Pasar /kg

(Rupiah)

Raskin /kg

(Rupiah) yang Diterima (kg)

41 66 Susanti 5000 1400 7

42 358 Abdullah Harahap 5200 1400 6

43 237 Deritawati 5000 1400 6

44 466 Bustaman 5000 1400 5

45 736 Ijah 5200 1400 5

46 939 Lasinem 5000 1400 5

47 607 M.Efendi 5000 1400 5

48 962 Hermansyah 5000 1400 5

49 141 Leginem 5000 1400 8

50 244 Wandi 5000 1400 6

51 618 Nasib 4800 1400 5

52 234 Farida 5000 1400 10

53 392 Mariam 5000 1400 10

54 19 Taing 5200 1400 6

55 440 Ruslan 5000 1400 6

56 124 Nurainun 5200 1400 6

57 852 Sartini 5000 1400 5

58 613 Syafruddin Harianto 5000 1400 5

59 99 Yuni 5000 1400 6

60 782 Rahiman Lbs 4800 1400 5 61 989 Amir Hamzah 5000 1400 5 62 767 Agus Julham 5000 1400 5

63 654 Fahrudin 5000 1400 5

64 53 Supinah 5000 1400 10

65 661 Kaharuddin 5000 1400 5

66 216 Minta karo-karo 5000 1400 6 67 980 Palem Sibarani 5000 1400 5 68 557 M.Nur Ressy 5000 1400 5 69 814 Lolot Harap 5000 1400 5

70 727 Husman 5000 1400 5

71 726 L. Simanjuntak 5000 1400 5

72 698 Ali 5000 1400 5

73 72 Akub 5000 1400 8

74 755 Purworiati 5000 1400 5

Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007


(6)

Lampiran 4. Tingkat Harga Beras di Pasar dan Harga RASKIN bagi RTM

No. No. Nama Harga Beras Harga Beras Jumlah Beras

Raskin

Sampel di Pasar /kg

(Rupiah)

Raskin /kg

(Rupiah) yang Diterima (kg)

75 368 Dadang Ari Dharma 5000 1400 7

76 478 Husin 5000 1400 5

77 998 Samsiah 5000 1400 5

78 976 Kasman 5000 1400 5

79 469 Ainun Jariah 4800 1400 5

80 788 Iyah 4800 1400 5

81 123 Ridwan 5000 1400 10

82 845 Eng Tarigan 5000 1400 5 83 445 Rahayu Guntur 4800 1400 5

84 246 Sumiah 4800 1400 6

85 669 M.Sopiyan 5000 1400 5

86 395 Ngatini 5000 1400 6

87 92 Jumaidi 5000 1400 7

88 359 Sukarmin 4800 1400 8

89 274 Sri widya 4800 1400 6

90 314 Zainab 4800 1400 7

91 251 Riadi 4800 1400 8

92 776 Amaruddin 4800 1400 5

93 857 Adul 5000 1400 5

94 725 Abu Bakar Siddik 4800 1400 5

95 675 Hasanuddin 5000 1400 5

96 536 Siti Aisyah 5000 1400 5

97 339 Leginah 4800 1400 6

98 806 Opung Reman 5000 1400 5

99 539 Supriadi 4800 1400 5

100 412 Lastri 4800 1400 8

Total 498200 140000 597