Berdasarkan data tersebut diperoleh surplus bagi rumah tangga miskin yang membeli beras dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga
di pasar yaitu sebesar Rp 10,692 per kepala keluarga. Nilai tersebut merupakan keuntungan yang diterima oleh rumah tangga miskin dengan adanya subsidi
Pemerintah di bidang pangan yaitu RASKIN. Dengan adanya beras miskin dengan harga senilai Rp1400 per kilogram, setidaknya dapat meringankan beban
warga yang kurang mampu. Ini dapat dimaklumi dengan harga beras dipasar rata- rata senilai Rp 5000 per kilogram.
Surplus yang diperoleh rumah tangga miskin menunjukkan terjadinya kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh penerima manfaat RASKIN. Kelebihan
kepuasan ini muncul dari adanya perbedaan antara kepuasan yang diperoleh penerima manfaat RASKIN dalam mengkonsumsi sejumlah beras dengan
pembayaran yang harus dikeluarkannya untuk memperoleh beras tersebut. Kepuasan yang diperoleh oleh penerima manfaat RASKIN selalu lebih besar dari
pada pembayaran yang mereka keluarkan.
5.3. Tingkat Keefektifan Distribusi RASKIN
Efektivitas pendistribusian beras RASKIN di nilai berdasarkan indikator- indikator tertentu dalam mencapai tujuan program pendistribusian RASKIN yang
telah ditetapkan. Yang menjadi indikator-indikator keefektifan distribusi RASKIN ini yaitu ketepatan sasaran, jumlah, harga, waktu dan administrasi.
Adapun hasil analisis tingkat efektivitas pendistribusian RASKIN berdasarkan 5 indikator dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007
USU Repository © 2008
Tabel 15. Persentase Tingkat Keefektifan Distribusi Beras Miskin No.
Indikator Tingkat Efektivitas
Tepat Tidak Tepat
Jumlah
1. Sasaran 57
43 100
2. Jumlah 1
99 100
3. Harga 100
100 4. Waktu
23 77
100 5. Administrasi
86 14
100 Rata-rata
33.4 66.6
100
Sumber : Analisis Data Lampiran 5
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 100 sampel yang mengatakan bahwa proses pendistribusian RASKIN yang tepat sasaran yaitu 57.
Untuk ketepatan jumlah beras RASKIN yang diterima RTM yaitu hanya 1. Kemudian untuk harga, tidak ada sampel yang mengatakan bahwa RASKIN
memiliki ketepatan harga Rp 1000,-. Untuk waktu pendistribusian 23 sampel mengatakan tepat waktu dan selebihnya tidak tepat waktu. Dan untuk persyaratan
administrasi sekitar 86 dari sampel mengatakan administrasi pembayaran terpenuhi.
Tingkat keefektifan pendistribusian RASKIN dikatakan efektif jika kelima indikator yang menunjukkan tingkat efektivitas berada diatas atau sama dengan
80. Dan jika berada di bawah 80 maka pendistribusian RASKIN dikatakan tidak efektif.
Tabel 15 menunjukkan bahwa 57 sampel mengatakan program pendistribusian RASKIN tepat sasaran. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa program pendistribusian RASKIN tidak efektif. Hal tersebut terjadi karena sasaran penerima manfaat RASKIN sudah tidak sesuai. Sasaran program
RASKIN adalah rumah tangga miskin yang namanya telah terdaftar dalam Daftar Penerima Manfaat DPM sebagai penerima manfaat beras RASKIN yang telah
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007
USU Repository © 2008
dikeluarkan oleh badan pusat statistik BPS. Namun yang terjadi di lapangan bahwa RASKIN tidak hanya dibagikan kepada keluarga miskin tetapi juga
dibagikan kepada kelompok masyarakat lain, akibatnya warga miskin yang berhak menerima RASKIN hanya kebagian 5 kg hingga 8 kg dari jatah semestinya yaitu
10 kgKK. Selain itu dibeberapa dusun, pembagian beras RASKIN dilakukan secara merata termasuk kepada rumah tangga miskin yang namanya tidak
terdaftar dalam DPM RASKIN dan kepada rumah tangga yang tidak tergolong miskin. Atas dasar musyawarah atau kebijaksaan desa terkait, RASKIN dibagikan
sehingga terjadi salah sasaran. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kecemburuan sosial dari rumah tangga yang tidak menerima RASKIN.
Buruknya pencapaian sasaran menyebabkan target penyaluran semakin berkurang dari 10 kg menjadi 5 kg hingga 8 kg per rumah tangga miskin. Sebab
banyak penerima manfaat diluar target. RASKIN disalurkan kepada mereka yang datang lebih awal dan mampu menebusnya. Masyarakat paling miskin hanya
mampu menebus beras bersubsidi itu sekitar 5 kg per RTM. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bayu Dwi Radius dalam Kompas 24 Juli 2007 bahwa
sejumlah rumah tangga miskin tidak mampu mengakses beras yang harganya Rp 1000 per kg disamping mereka tidak menyadari perlunya menyediakan dana
tambahan. Akibatnya beras tidak sampai ke sasaran. Kecilnya jumlah RASKIN yang diterima masyarakat miskin dikarenakan
semakin bertambahnya jumlah keluarga miskin yang ada di daerah penelitian. Berdasarkan data BPS jumlah RT miskin di Desa Securai Utara adalah 1040 KK,
namun kenyataannya dilapangan jumlah KK miskin mencapai hampir 1500 KK. Bisa dibayangkan melonjaknya angka tersebut, sehingga sewaktu pembagian
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007
USU Repository © 2008
RASKIN semua RTM merasa berhak untuk mendapat RASKIN. Akibatnya dibeberapa daerah di Desa Securai Utara terjadi pembagian yang sama rata
dengan jatah masing-masing KK sebanyak 5 kg dengan tujuan untuk menghindari keributan sewaktu pembagian RASKIN.
Sulitnya pembagian RASKIN dalam praktek dilapangan, karena selalu terjadi perbedaan angka kemiskinan yang dikeluarkan dari BPS maupun BKKBN.
Perbedaan angka inilah yang menyulitkan dalam pembagian RASKIN. Namun dalam hal ini, data yang dipakai Pemerintah adalah data yang dikeluarkan dari
BPS karena data tersebut sudah dilindungi dengan UU. Data BPS itu harus menjadi data basis untuk segala perencanaan, namun data BKKBNlah yang
mendekati kebenaran di lapangan dalam kasus berkurangnya jumlah RASKIN yang diterima oleh setiap KK di Desa Securai Utara.
Disinilah persoalan itu terjadi, kriteria terhadap rumah tangga dikatakan miskin harus jelas. Sebab selama ini sosialisasi terhadap RT miskin itu tidak
tersosialisasi dengan baik. Aparat desa harus tahu betul bahwa kriteria RT miskin yang ditetapkan pemerintah adalah masyarakat yang penghasilannya maksimum
sebulan Rp 500,000,-, pola makan dari keluarga tersebut 1 – 2 kali per hari, atau RT miskin yang makan hanya satu kali itupun bukan beras tapi pengganti
makanan pokok lainnya seperti ubi, singkong, gaplek, jagung dan sebagainya. Jika masyarakat tidak termasuk dalam kriteria tersebut, maka dia tidak bisa
digolongkan rakyat miskin dan dia tidak berhak menerima RASKIN. Namun kenyataan di lapangan, banyak masyarakat yang mengaku miskin, padahal mereka
tidak termasuk kriteria itu.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007
USU Repository © 2008
Kekurangan jumlah beras yang diterima oleh rumah tangga miskin pada saat pendistribusian beras menyebabkan banyak keluarga yang mengeluh karena
jumlah beras yang diberikan semakin tidak mencukupi kebutuhan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 15 yang menunjukkan bahwa hanya 1 orang 1 dari 100
orang yang mengatakan bahwa jumlah RASKIN yang diterima oleh keluarga miskin adalah 10 kgKK. Ini menunjukkan ketidak efektifan program
pendistribusian RASKIN yang dilihat dari ketepatan jumlah beras yang diterima. Harga RASKIN yang semestinya dijual kepada rumah tangga miskin
yaitu sebesar Rp 1000 per kg netto di titik distribusi. Harga tersebut merupakan harga yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Tabel 15 menunjukkan bahwa dari
100 sampel, tidak ada keluarga yang mengatakan RASKIN dijual seharga Rp 1000 per kilogramnya. Harga RASKIN yang dibeli oleh rumah tangga miskin
yaitu Rp 1400 per kilogram, hal ini dikarenakan sebagian daerah di Desa Securai Utara medannya jauh, sehingga diperlukan biaya transportasi untuk menuju ke
lokasi tersebut. Dapat disimpulkan untuk ketepatan harga program distribusi RASKIN tidak efektif.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap sampel, hanya 23 orang 23 dari sampel yang mengatakan bahwa waktu pendistribusian beras RASKIN tepat
waktu dan selebihnya mengatakan pendistribusian tidak tepat waktu. Hal tersebut menunjukkan terjadinya penyimpangan waktu penyaluran sehingga membuat
program pendistribusian RASKIN tidak efektif. Hal ini karena sering terjadinya keterlambatan-keterlambatan dalam pendistribusian yang seharusnya 10 bulan
dalam setahun berkurang menjadi 8 bulan dan jarak pendistribusian antar bulan berselang 2 hingga 3 bulan, sehingga rumah tangga penerima beras miskin merasa
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007
USU Repository © 2008
kesulitan memperoleh beras jika terjadi keterlambatan dalam pendistribusian beras miskin. Karena program RASKIN sangat membantu rumah tangga miskin
dalam mengatasi masalah pangan. Keterlambatan penyaluran RASKIN tersebut juga disebabkan karena keterlambatan pembayaran hutang oleh tim RASKIN di
kecamatankelurahandesa, maka pendistribusian RASKIN untuk bulan berikutnya menjadi terlambat.
Pembayaran administrasi RASKIN di Desa Securai Utara selalu berjalan lancar yang pada prinsipnya pembayaran dilakukan secara tunai namun apabila
terdapat keluarga sasaran penerima manfaat tidak mampu membayar tunai, maka dapat dikecualikan dengan syarat kepala desalurah membuat jaminan tertulis dan
pelunasannya selambat-lambatnya sebelum jadwal pendistribusian periode berikutnya. Hai ini sesuai dengan tabel 15 yang menunjukkan bahwa 86 orang
86 dari sampel mengatakan pembayaran atas pembelian RASKIN dilakukan secara kontan pada saat transaksi pembelian RASKIN terjadi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pendistribusian RASKIN dari segi ketepatan administrasi adalah efektif.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kelima indikator yang menunjukkan tingkat efektivitas pendistribusian RASKIN diperoleh nilai dengan rata-rata
sebesar 33.4 yang dapat disimpulkan bahwa program pendistribusian RASKIN tidak efektif karna banyaknya terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam
pendistribusian yang menyebabkan tujuan dari program RASKIN itu sendiri tidak tercapai.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007
USU Repository © 2008
5.4. Efisiensi Pemasaran