Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Penelitian

Saputra Elfian Tarigan : Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, 2010. perikanan laut, meliputi sektor penangkapan dan budidaya ikan, dengan kewenangan di wilayah laut sejauh 4 mil. Sesuai dengan pelaksanaan UU. No. 22 Tahun 1999, dan UU. No. 32 Tahun 2002, Perikanan darat terdiri dari budidaya ikan air payau meliputi: udang dan ikan, budidaya air tawar meliputi : pemasaran ikan hias serta kolam-kolam pemancingan, dan perairan umum meliputi : waduk, sungai, dan rawa.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan alternatif pekerjaan nelayan di daerah penelitian ? 2. Bagaimana pengaruh karakteristik sosial-ekonomi umur, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga nelayan terhadap pendapatan alternatif nelayan di daerah penelitian ? 3. Seberapa besar kontribusi pendapatan alternatif terhadap total pendapatan nelayan di daerah penelitian ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perkembangan Alternatif pekerjaan nelayan di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik sosial-ekonomi umur, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga nelayan terhadap pendapatan alternatif nelayan didaerah penelitian. 3. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pendapatan alternatif terhadap total nelayan di daerah penelitian. Saputra Elfian Tarigan : Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, 2010.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi nelayan dalam menjalankan pekerjaan dan kegiatanya. 2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan. Saputra Elfian Tarigan : Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, 2010. II.TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1.Tinjauan Pustaka Seiring dengan tradisi itu ada satu hal yang turut mendampingi potret kehidupan nelayan di pesisir pantai Batu Bara ini yakni tingkat kesejahteraan masyarakat yang memprihatinkan. Padahal hidup sebagai nelayan sudah mereka geluti sejak nenek moyang namun tidak mampu mengangkat taraf ekonomi yang lebih sejahtera. Bahkan sebagian besar nelayan tetap memiliki ketergantungan dengan tengkulak apabila akan berangkat ke laut Badan Infokum Sumut. Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, karena sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar matahari dapat tembus sampai ke dasar laut, sehingga organisme di laut dapat tumbuh dengan subur. Menurut Satria 2001, habitat perairan laut dapat dibagi kedalam dua kelompok wilayah perikanan, yaitu daerah pantai dan laut terbuka lepas pantai. Kabupaten Batu Bara dan Kota Tanjung Balai merupakan dua daerah kawasan pesisir pantai selatan Sumatera Utara yang dikenal sejak dahulu keberadaan masyarakat nelayan. Hal itu jeli terlihat dari jumlah penduduk di daerah ini sebagaimana dari jumlah penduduk di daerah ini sebagian besar menggantungkan hidupnya dari hasil laut. Ribuan penduduknya berprofesi sebagai nelayan sejak daerah tersebut terbentuk. Sejak dahulu keberadaan nelayan di Kecamatan Talawi ini sudah berperan dalam membantu kehidupan Saputra Elfian Tarigan : Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, 2010. masyarakatnya, sehigga turun temurun sebagai nelayan sampai saat ini masih terjadi di kalangan masyarakatnya Badan Infokum Sumut Masalah pembangunan nelayan adalah masalah manajemen pengembangan masyarakat pesisir yang meliputi tiga masalah yaitu : masalah sosial ekonomi rumah tangga nelayan, masalah kenapa mereka miskin dan selanjutnya bentuk intervensi yang bagaimana diperlukan. Selanjutnya jika didasarkan pada dimensi waktu, maka kebijakan pembangunan rumah tangga nelayan dibagi menjadi tiga dimensi waktu yaitu; kebijakan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek Elfindri, 2002. Dengan adanya usaha perikanan di arael pemukiman mereka, nelayan memperoleh mata pencaharian baru yang menjamin kelangsungan hidupnya. Sehubungan dengan itu, perlu diciptakan suasana saling keterkaitan antar penduduk lokal dengan usaha perikanan. Hal ini hanya dapat diperoleh melalui pengkajian tentang adat istiadat, kebiasaan dan kapan saatnya mengerjakan pertanian-nya sendiri. Tenaga kerja lokal yang hidup dan bekehidupan di sekitar area lokasi usaha perikanan dapat berpengaruh pada biaya investasi. Tenaga kerja yang berasal dari penduduk lokal ini dapat menurunkan biaya investasi karena pada umumnya mereka memiliki rumah sendiri dan memiliki sumber mata pencaharian lain Kusnadi, 2000. Produksi ikan bersifat musiman, terutama ikan laut yang produksi ikan yang sangat melimpah sedangkan pada saat lain sangat rendah. Oleh karena itu diperlukan cara-cara pengawetan atau pengolahan yang mampu memproses ikan dengan cepat dan cermat terutama pada saat produksi sedang melimpah agar surplus ikan dapat diselamatkan Widodo, 2006. Saputra Elfian Tarigan : Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, 2010. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut sebagian besar adalah berupa ikan segar yang segera dijual kepada konsumen, namun pada saat produksi melimpah seringkali hasil produksi tidak dapat terjaul seluruhnya, sedangkan ikan laut memiliki sifat mudah rusakbusuk sehingga dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar, oleh karena itu perlu dilakukan pekerjaan alternatif pembuatan ikan asin untuk meningkatkan usaha perikanan nelayan melalui proses pengolahan Afrianto, dan Liviawaty, 1991. Dalam rumah Tangga nelayan, lapangan kerja diluar penangkapan ikan seperti industri pengolahan dan perdagangan baik yang berkaitan dengan input ikan atau tidak dapat meningkatkan perluasan kesempatan kerja secara total berupa masukan waktu rumah tangga untuk kegiatan produktif. Untuk kelompok istri dan anak-anak misalnya ketika partisipasi lapangan kerja mereka relatif rendah, dan pada saat bersamaan anak-anak mereka juga perlu mendukung untuk pembentukan pendapatan di masa waktu luang Elfindri, 2002. Menurut Elfindri, 2002, Tingkat pendapatan yang diterima serta kontribusi untuk nelayan dengan usaha penangkapan ikan tanpa motor atau lebih dikenal sebagai nelayan tradisional dan nelayan ABK Anak Buah Kapal, masih lebih rendah dibandingkan apabila kegiatan off-fishing tersebut dilakukan oleh nelayan yang berstatus penangkapan ikan dengan kapal motor. Saputra Elfian Tarigan : Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, 2010. 2.2.Landasan Teori Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan kerja Mulyadi, 2005. Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupanya tergantung langgsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatanya Imron, 2003. Alternatif pekerjaan nelayan adalah suatu pekerjaan nelayan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya dengan pekerjaan lainya seperti : mengolah ikanmenjual ikan, bertaniberkebun, tambakmenambak, berternak, berdagang komoditas non ikan, dlln. Persoalan kemiskinan yang menimpa nelayan diharapkan akan dapat terjawab dengan serangkaian kegiatan yang terintegrasi sedemikian rupa sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi masalah yang dialami oleh masyarakat nelayan Imron, 2003. Pekerjaan nelayan adalah pekerjaan yang sangat berat. Mereka yang menjadi nelayan tidak dapat membayangkan pekerjaan yang lain yang lebih mudah, sesuai kemampuan yang mereka miliki.keterampilan sebagai nelayan bersifat amat sederhana dan hampir sepenuhnya dapat dipelajari dari orang tua mereka sejak mereka masih kanak-kanak. Apabila orang tua mampu, mereka pasti akan berusaha menyekolahkan anak setinggi mungkin sehingga tidak harus menjadi nelayan seperti orang tua mereka. Tetapi dari kasus-kasus keluarga yang Saputra Elfian Tarigan : Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, 2010. diteliti, ternyata kebanyakan mereka tidak mampu membebaskan diri dari profesi nelayan Mubyarto, 2003. Menurut Mulyadi 2005, sesungguhnya nelayan bukanalah suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi 3 tiga kelompok yaitu : 1. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. 2. Nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. 3. Nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasianya tidak melibatkan orang lain. Berdasarkan karakteristik masyarakat nelayan, di bedakan antara budidaya ikan dan penangkapan ikan.Budidaya ikan dalam pola kerjanya lebih menyerupai pertanian atau perternakan dari pada penangkapan ikan. Penangkapan ikan dilain pihak bergantung pada kemudahan bersama open access para nelayan yang mempunyai hak yang sama terhadap sumber daya karena tangkapan nelayan harus berpindah pindah dari suatu tempat yang lain ketempat lain. Sebaliknya, memanen hasil budidaya ikan lebih terkontrol Pollnac,1988. Tabel 3. Tingkat Pendidikan di Kabupaten Batu Bara No INDIKATOR 2006 20007 1 Angka Partisipasi Murni SDMI 94,77 97 2 Angka Partisipasi Murni SMPMTs 108,69 114 3 Angka Partisipasi Murni SMAMA 31,13 44,05 4 Rata-rata Lama Sekolah Tahun 9 Thn 9 Thn 5 Angka Partisipasi Tingkat Buta Huruf 0,5 0,39 Sumber : Dinas PendidikanPengajaran Kab.Batu Bara 2008 Saputra Elfian Tarigan : Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, 2010. Dalam hal pendidikan, yang paling menarik ditemukan di Kabupaten Batu Bara adalah persentase penduduk yang melanjutkan sekolah terus bertambah tiap tahunya dan angka partisipasi tingkat buta huruf cenderung bertambah, rata-rata tingkat buta huruf dialami penduduk nelayan itu sendiri. Tabel 4. Jumlah Rumah Tangga Nelayan yang Menggunakan Alat Penangkap Ikan Laut Menurut Jenisnya tiap Kecamatan No Kecamatan Jenis Alat yang Digunakan Tanpa Perahu Perahu Tanapa Perahu Dengan Motor Motor 1 2 3 4 1. Medang Deras - 65 2875 2. Sei Suka - 34 618 3. Air Putih - - - 4. Lima Puluh - 25 634

5. Talawi - 27

320 6. Tanjung Tiram - 58 982 7. Sei Balai - - - Jumlah - 209 5429 Sumber : Dinas`Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batu Bara 2008 Sumber daya pesisir dan kelautan adalah merupakan aset yang penting bagi Indonesia sebagai negara Bahari. Aset tersebut akan mejadi lebih berarti ketika sumber daya manusia SDM yang terdiri dari nalayan, pengusaha, pedagang, ilmuan dan industriawan beserta lautan dan pesisir dikembangkan fungsinya masing-masing secara tepat dan dengan mengembangkan sumber daya manusia nelayan diharapkan proses perbaikan kehidupan nelayan dapat dimulai untuk dapat disejajarkan dengan masyarakat yang hidup pada sektor lainnya. Mashuri, 1993. Pendekatan pengembangan Sumber Daya Manusia masyarakat nelayan, baik aspek pelayan pendidikan maupun aspek pelayanan kesehatan perlu dilakukan secara sistematis, dan disesuaikan dengan masa-masa produksi dan Saputra Elfian Tarigan : Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, 2010. reproduksi rumah tanga nelayan. Bila proses pengembangan SDM nelayan dapat didahulukan dalam proses pembangunan satu daerah, maka dengan sendirinya konsep pengembangan wilayah pesisir dan kelautan akan berhasil, ketika manusia yang menggantungkan hidupnya kepada sumber kelautan dan pesisir terlebih dahulu mendapatkan peningkatan cadangan modal yaitu ilmu pengetahuan knowledge dan kesehatan healthty Sen, 2001. Pemanfaatan sumber daya perikanan yang ada diharapakan dapat meningkatakan kesejahteraan nelayan. Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab rendahanya tingkat pendapatan nelayan, antara lain alat tangkap yang tidak produktif, modal untuk pengembangan usaha, keterbatasan sumberdaya, dan lain-lain. Semua faktor ini dapat mempengaruhi penurunan produktivitas. Secara tidak langsung dengan produktivitas yang rendah, maka keuntungan yang didapatkan nelayan berkuranag Waridin, 2007. Upaya peningkatan pendapatan nelayan tidak terlepas dari pola penguasaan unit penangkapan dan pola bagi hasil dalam kegiatan usaha penangkapan ikan, status penguasaan alat seperti perahu biasanya menentukan besarnya bagi hasil yang diterima, baik bagi nelayan maupun oleh pemilik perahu dan alat tangkap Silaen, 1994. Berdasarkan teori ekonomi makro, usaha nelayan pada prinsipnya dapat digolongkan ke dalam bentuk perusahaan. Hal ini dikarenakan, untuk memproduksi secara umum diperlukan modal, tenaga kerja, teknologi dan kekayaan alam. Penggunaan teknologi yang efisien dipengaruhi oleh keterampilanpendidikan yang dimiliki Ramli, 1988. Saputra Elfian Tarigan : Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, 2010. Faktor produksi adalah faktor yang mutlak diperlukan dalam proses produksi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen yaitu: tanah, modal, tenaga kerja dan skill atau manajemen. Masing-masing faktor manajemen mempunyai fungsi berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka produksi tidak berjalan Waridin 2007. Dalam proses produksi, tenaga mnusia dikombinasikan dengan faktor- faktor lain untuk menghasilkan barang dan jasa. Dengan kata lain maka terjadilah kesempatan kerja dan penggunaan tenaga kerja. Peningkatan produktivitas dipengaruhi oleh kemampuan armada penangkapan dan komponen-komponen yang ada didalamnya. Faktor-faktor produksi terpilih tersebut dapat mengoptimalkan hasil tangkapan. Peningkatan yang optimal ini memiliki asumsi bahwa ikan yang menjadi target penangkapan tidak mendapatkan tekanan eksploitasi yang berlebih sehingga kelestarian sumberdaya tetap terjaga Pollnac,1988. Untuk memperbaiki kesejahteraan nelayan maka perlu adanya peningkatan pendapatan nelayan melaui peningkatan produktivitas, dan efesiensi penggunaan biaya produksi pada berbagai jenis perahu dan alat tangkap perikanan Waridin 2007. Proses penjualan ikan berbeda antara nelayan tradisional dengan nelayan kapal motor. Pada nelayan tradisional, proses pelelangan dilakukan di tepi panatai dan pedagang pengumpul sudah menunggu untuk melakukan tawar-menawar. Harga ikan dapat berubah dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sedangkan untuk jenis ikan yang ditangkap dengan kapal motor biasanya nelayan pemilik kapal akan berfungsi langsung sebagai tauke yang membawa hasil tangkapan ketempat Saputra Elfian Tarigan : Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, 2010. pelelangan. Harga ikan ditentukan pada proses pelelangan dengan tawar-menawar dan pembeli yang tertinggi akan mengambil ikan tersebut Statistik perikanan Indonesia dalam angka 1992. Kontribusi pendapatan dengan kegiatan off-fishing merupakan salah satu bentuk strategi oleh rumah tangga nelayan dalam meningkatkan pendapatan total keluarga. Jenis pekerjaan off-fishing yang dilakukan diantaranya: mengeringkan ikan, pertanian, berdagang, dan jenis pekerjaan lainya. Ternyata belum setengah dari nelayan yang melakukan kegiatan off-fishing untuk menambah total pendapatan kelurga. Elfindri, 2002. Tingkat pendapatan yang diterima serta kontribusi untuk nelayan dengan usaha penangkapan ikan tanpa motor atau lebih dikenal sebagai nelayan tradisional dan nelayan ABK Anak Buah Kapal, masih lebih rendah dibandingkan apabila kegiatan off-fishing tersebut dilakukan oleh nelayan yang berstatus penangkapan ikan dengan kapal motor Elfindri, 2002. 2.3.Kerangka Pemikiran Perikanan sebagai salah satu sub sistem dari sistem pertanian, mempunyai peranan yang penting dalam mendorong pertumbuhan sektor pertanian di masa mendatang, serta mempunyai posisi yang penting dalam pemunuhan kebutuhan gizi, protein, penciptaan kesempatan kerja dan pengembangan wilayah. Disamping itu perikanan juga menduduki posisi penting dilihat dari sudut wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional serta Pengisian Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ZEEI. Saputra Elfian Tarigan : Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, 2010. Karakteristik sosial-ekonomi nelayan yakni umur, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan kelurga. Karakteristik tersebut akan mempengaruhi kehidupan nelayan dan alternatif diantaranya: tambakmenambak, berataniberkebun, berternak, komoditas non ikan dan lain-lain. Selain melaut nelayan juga memiliki pekerjaan alternatif dalam mensejahterakan kehidupan nelayan dan keluarga nelayan. Nelayan memiliki berbagai alaternatif diantaranya: tambakmenambak, berataniberkebun, berternak, komoditas non ikan dan lain-lain. Alternatif pekerjaan nelayan juga mempengaruhi nelayan dengan perbedaan tingakat pendapatan dan biaya produksi setiap komoditi dan usaha nelayan. Maka dapat dikatakan tinggirendah pendapatan nelayan dan alternatif nelayan. Rumah tangga nelayan pada umumnya memiliki persoalan yang lebih komplek, dalam peningkatan kontribusi pendapatan alternatif dan total pendapatan dibandingkan dengan rumah tangga pertanian. Rumah tangga nelayan memiliki ciri-ciri khusus seperti pengunaan wilayah pesisir dan kelautan common property sebagai faktor produksi, jam kerja yang harus mengikuti siklus bulan yaitu dalam 30 hari satu bulan yang dapat dimanfaatkan untuk melaut hanya 20 hari sisanya mereka relatif menganggur. Selain daripada itu pekerjaan menangkap ikan adalah merupakan pekerjaan yang penuh resiko, karena itu hanya dapat dikerjakan oleh lelaki, hal ini mengandung arti keluarga yang lain tidak dapat membantu secara penuh. Dengan persoalan yang demikian tentunya kita harus memahami bahwa rumah tanga nelayan memerlukan perhatian yang multi dimensi. Tantangan yang terbesar adalah bagaimana membangun sektor ini agar dapat mengangkat harkat Saputra Elfian Tarigan : Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, 2010. dan martabat kehidupan masyarakat nelayan maupun masyarakat lainnya yang terkait dengan sumber daya kelautan dan pesisir. Secara singkat dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut: Saputra Elfian Tarigan : Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, 2010. Skema Kerangka Pemikiran Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : Ada pengaruh Ada hubungan

2.4 Hipotesis Penelitian

NELAYAN Pekerjaan Alternatif : - TambakMenambak - Pengrajin - Berternak - Berdagang Komoditas ikan dan komoditas non ikan - Dan lain-lain Penerimaan Pendapatan Alternatif Total Pendapatan Keluarga Pekerjaan Utama : - Melaut Penerimaan Pendapatan Utama Biaya Produksi Biaya Produksi Karakteristik Sosial Ekonomi: - Umur - Tingkat Pendidikan - Jumlah Tanggungan Keluarga Saputra Elfian Tarigan : Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, 2010. 1. Ada pengaruh karakteristik sosial-ekonomi umur, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga nelayan terhadap tingkat pendapatan alternatifnya. 2. Kontribusi pendapatan nelayan terhadap total pendapatan diluar pekerjaan nelayan alternatif 50. III.METODE PENELITIAN Saputra Elfian Tarigan : Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, 2010.

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian