dilakukan analisa statistik dengan uji Chi-square tidak dijumpai perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok pengobatan dengan nilai p=0,317 tabel 4.
Selain suhu tubuh, tanda klinis lain yang diperiksa pada subjek penelitian adalah pembesaran limpa. Pada pemeriksaan ini, sama sekali tidak dijumpai
pembesaran limpa selama penelitian berlangsung.
IV.1.3. Kepadatan Parasit Parasitemia Sebelum dan Sesudah Pengobatan
Keterangan : ACPR : Adequate Clinical and Parasitological Response
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Kepadatan Parasit dan Respon Pengobatan Ar – SP
Ar – Aq
No Mean ± SD
normalitas Mean ± SD
normalitas p
c
1
Kepadatan parasit
a. H0 344,76±350,38
0,000 378,70±361,14
0,000 0,278
b. H1 47,62±106,10
0,000 59,13±93,04
0,000 0,045
c. H2 11,43±28,33
0,000 13,04±31,61
0,000 0,871
d. H3 e. H7
f. H14 g. H28
2
Respon Pengobatan n = 42
n = 46
a. ACPR
100 100
b. ETF
c. LTF
ETF : Early Treatment Failure LTF : Late Treatment Failure
c
Uji Mann-Whitney Perbedaan yang bermakna
Titik Yuniarti : Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat-Sulfadioksin Pirimetamin Dengan Artesunat-Amodiakuin Pada Penderita Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi, 2007.
USU e-Repository © 2008
Pada pemeriksaan sediaan darah tipis dengan metode Giemsa pada H0 dijumpai jumlah kepadatan parasit parasitemia P.falciparum rendah dengan
jumlah rata-rata kepadatan pada kelompok pengobatan artesunat – sulfadoksin pirimetamin hanya 344,76ml dan 378,70ml pada kelompok pengobatan
artesunat – amodiakuin. Setelah dianalisa dengan uji Mann-Whitney tidak dijumpai perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok pengobatan pada H0
dengan nilai p=0,278 tabel 5.
50 100
150 200
250 300
350 400
H0 H1
H2 H3
H7 H14
H28 Hari pengamatan
K e
padat a
n par a
s it
m l
Parasitemia ar -aq Parasitemia ar - sp
Gambar 9. Perbandingan Nilai Rata-Rata Kepadatan Parasit
Pada gambar 9 juga dapat dilihat penurunan jumlah kepadatan parasit pada kedua kelompok pengobatan. Penurunan jumlah kepadatan parasit pada
kedua kelompok ini dijumpai perbedaan yang bermakna pada H1 dengan nilai p=0,045, sedangkan pada H2 tidak dijumpai perbedaan yang bermakna dengan
nilai p=0,871. Mulai pada H3 tidak dijumpai lagi parasit dalam darah.
Titik Yuniarti : Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat-Sulfadioksin Pirimetamin Dengan Artesunat-Amodiakuin Pada Penderita Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi, 2007.
USU e-Repository © 2008
Sementara itu pada respon pengobatan tidak terjadi kegagalan pengobatan. Pada kedua kelompok pengobatan tidak ada yang mengalami kegagalan
pengobatan, baik itu Early Treatment Failure ETF maupun Late Treatment Failure LTF. Semua subjek penelitian mengalami kesembuhan baik secara
klinis maupun parasitologis ACPR.
Tabel 6. Efek Samping Obat
Ar – SP Ar - Aq
No Efek Samping
n n p
a
1 Lemas kelelahan
5 12,0
24 52,2
0,000
2 Sakit kepala
8 19,0
23 50,0 0,002
3 Mual muntah
4 9,5
10 21,8 0,118
Keterangan :
Ar-SP : Artesunat-Sulfadoksin pirimetamin ; Ar-Aq : Artesunat-Amodiakuin
a
Uji Chi-square Perbedaan yang bermakna
Efek samping terbanyak yang ditemukan pada penelitian berupa lemas kelelahan sebanyak 24 orang 52,2 pada kelompok pengobatan artesunat –
amodiakuin, sedangkan pada kelompok artesunat – sulfadoksin pirimetamin hanya 5 orang 12. Setelah dilakukan analisa dengan uji Chi-square dijumpai
perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok pengobatan dengan nilai p=0,000 tabel 6.
Keluhan sakit kepala dijumpai sebanyak 23 orang 50 pada kelompok pengobatan artesunat – amodiakuin dan sebanyak 8 orang 19 pada kelompok
pengobatan artesunat – sulfadoksin pirimetamin. Dari hasil analisa statistik
Titik Yuniarti : Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat-Sulfadioksin Pirimetamin Dengan Artesunat-Amodiakuin Pada Penderita Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi, 2007.
USU e-Repository © 2008
dengan uji Chi-square dijumpai perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok pengobatan dengan nilai p=0,002 tabel 6.
Efek samping obat berupa gangguan pencernaan mual dan muntah pada kelompok pengobatan artesunat – amodiakuin hanya 10 orang 21,8, pada
kelompok pengobatan artesunat – sulfadoksin pirimetamin hanya 4 orang 9,8. Setelah dianalisa dengan uji Chi-square, maka pada kedua kelompok pengobatan
ini tidak dijumpai perbedaan yang bermakna dengan nilai p=0,118 tabel 6.
Tabel 7. Perubahan Hematologi Sebelum dan Sesudah Pengobatan H0 dan H14
No Ar – SP
Ar –Aq
Mean±SD normalitas
p
d
Mean±SD Normalitas p
d
p
c
1
Hemoglobin mgµl
0,000 0,009
a. H0 10,65±0,67
0,654 11,05±0,95 0,287
0,022
b. H14 11,33±0,81
0,135 11,40±0,81 0,160
0,727
2
Leukosit x103µl
0,000 0,063
a. H0 4.933±768
0,599 5.62±720 0,869
0,000
b. H14 5.493±748
0,184 5.93±903 0,591
0,016
3
Eritrosit x106µl
0,000 0,004
a. H0 3,74±0,27
0,888 3,83±0,49 0,212
0,328
b. H14 4,12±0,52
0,477 4,02±0,39 0,131
0,303
4
Trombosit x103µl
0,000 0,000
a. H0 180.714±26.813
0,614 178.478±26.074 0,400
0,693
b. H14 199.524
0,264 200 0,026
0,929
5 Eosinofil
0,740
e
0,003
e
a. H0 1,12±0,71
0,001 1,22±0,83 0,000
0,426
b. H14 1,17±0,54
0,000 0,83±0,61 0,000
0,007
c
6
Kadar Gula Darah mgµl
0,138 0,011
a. H0 98.55±16.15
0,437 107,50±19,51 0,711
0,022
b. H14 94,62±16,16
0,712 97,83±17,66 0,068
0,378
Keterangan : Ar-SP : Artesunat-Sulfadoksin pirimetamin ; Ar-Aq : Artesunat-Amodiakuin
b
Uji Mann-Whitney
c
Uji t tidak berpasangan
d
Uji t berpasangan
e
Uji Wilcoxon Perbedaan yang bermakna
Titik Yuniarti : Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat-Sulfadioksin Pirimetamin Dengan Artesunat-Amodiakuin Pada Penderita Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi, 2007.
USU e-Repository © 2008
Dari tabel di atas, tampak terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata dari komponen hematologi hemoglobin, leukosit, eritrosit, trombosit, dan
eosinofil pada kelompok pengobatan artesunat – sulfadoksin pirimetamin. Secara statistik terjadi perbedaan yang bermakna pada hemoglobin, leukosit,
eritrosit, dan trombosit p0,05 pada kelompok pengobatan ini. Pada kelompok pengobatan artesunat – amodiakuin terjadi peningkatan
nilai rata-rata dari hemoglobin, leukosit, eritrosit, dan trombosit. Secara statistik terjadi perubahan yang bermakna pada komponen hematologi dari hemoglobin,
eritrosit, trombosit, eosinofil, dan Kadar Gula Darah p0,05. Untuk Kadar Gula Darah terjadi penurunan nilai rata-rata pada kedua
kelompok pengobatan, tetapi secara statistik tidak terjadi perbedaan yang bermakna pada kelompok pengobatan artesunat – sulfadoksin pirimetamin dengan
nilai p = 0,138, sedangkan pada kelompok artesunat – amodiakuin terjadi perbedaan yang bermakna dengan nilai p = 0,011.
Secara statistik terjadi perbedaan yang bermakna pada leukosit dan eosinofil antara kelompok pengobatan artesunat – sulfadoksin pirimetamin
dengan kelompok artesunat – amodiakuin p0,05. Sedangkan pada eritrosit dan trombosit tidak terjadi perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok
pengobatan baik sebelum maupun sesudah pengobatan H0 dan H14 .
Titik Yuniarti : Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat-Sulfadioksin Pirimetamin Dengan Artesunat-Amodiakuin Pada Penderita Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi, 2007.
USU e-Repository © 2008
IV.2. Pembahasan