Kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. Untuk itu suatu kuesioner harus dilakukan uji coba trial di lapangan. Syarat mutlak agar
diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, jumlah responden yang diuji coba paling sedikit 20 orang.
22
Validitas adalah menunjukkan bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa
yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor nilai tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Apabila semua pertanyaan itu mempunyai
korelasi yang bermakna construct validity. diharapkan nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu significant dan sesuai dengan tabel nilai product moment pada statistik. Sehingga semua
item pertanyaan yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang akan kita ukur valid.
Reliabilitas adalah sejauh mana suatu alat pengukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten
bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan mempergunakan alat ukur yang sama. Untuk itu sebelum digunakan untuk penelitian harus
dites diuji coba. Uji coba tersebut kemudian diuji dengan tes menggunakan rumus korelasi product moment. Rumus Korelasi Product Moment :
R = N
∑ X Y – ∑X . ∑Y √N∑X
2
– ∑X
2
N ∑Y
2
– ∑Y
2
Dimana nilai korelasi ini significant untuk tiap-tiap pertanyaan apabila sesuai dengan nilai tabel product moment statistik.
2.6. INDEKS FUNGSI SEKSUAL WANITA Female Sexual Function Index
Yang dimodifikasi
Indeks Fungsi Seksual Wanita adalah suatu instrumen multidimensi berupa kuesioner yang bersifat self-report yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya untuk mengukur fungsi
seksual wanita. Kuesioner Indeks Fungsi Seksual Wanita telah digunakan sejak tahun 1982 di berbagai institusi pendidikan dan kesehatan khususnya bidang psikiatri secara
internasional. Berdasarkan interpretasi klinik dari Female Sexual Function Index FSFI , Index fungsi seksual wanita terdiri dari 6 enam struktur yang dapat diukur :
16
1. Hasrat
Hasrat atau nafsu merupakan cerminan dasar psikologis tentang motivasi dan dorongan yang ditandai oleh khayalan seksual dan keinginan untuk melakukan aktivitas seksual.
3
2. Rangsangan
Perangsangan adalah suatu keadaan yang merupakan hasil respon sensoris terhadap stimulasi seksual dimana selanjutnya menjadi prominen timbulnya kesiapan organ-organ
seksual melakukan hubungan seksual.
17,18
3. Lubrikasi
Dalam hal ini lubrikasi yang terjadi adalah lubrikasi pada vagina, dimana lubrikasi ini merupakan proses sekresi mukus pada vagina yang dihasilkan oleh beberapa kelenjar
vestibular diantaranya Kelenjar Bartholin yang terdapat diantara hymen dan labia minora. Lubrikasi terjadi saat wanita terstimulasi seksual baik stimulasi yang dilakukan secara fisik
maupun stimulasi psikis.
2
Lubrikasi vagina dipengaruhi oleh : -
Hasrat seksual yang dipengaruhi psikis
-
Penggunaan obat-obatan atau larutan pencuci vagina
-
Dehidrasi
-
Menyusui
-
Menopause
4. Orgasme
Orgasme adalah puncak kenikmatan seksual ditandai dengan pelepasan ketegangan seksual dan kontraksi ritmik pada otot-otot perineal dan organ reproduktif pelvis. Pada wanita,
orgasme ditandai oleh 3 sampai 15 kali kontraksi involunter pada sepertiga bagian bawah dan oleh kontraksi uterus yang kuat dan lama, berjalan dari fundus turun ke serviks. Baik
wanita dan laki-laki mengalami kontraksi involunter pada sfingter internal dan eksternal. Kontraksi tersebut selama orgasme terjadi dengan interval 0,8 detik. Manifestasi lain adalah
gerakan volunter dan involunter pada kelompok otot-otot besar, termasuk otot wajah.
3
5. Kepuasan Seksual
Kepuasan seksual dideskripsikan sebagai kemampuan mencapai orgasme setiap kali melakukan hubungan seksual. Hal ini tercapai saat keadaan perangsangan maksimal a state
of maximal arousal. Kepuasan seksual dapat mengurangi stress dan dapat meningkatkan kedekatan hubungan emosional dengan pasangan.
18
6. Nyeri saat berhubungan seksual
Nyeri saat berhubungan seksual dyspareunia adalah nyeri saat melakukan hubungan seksual, baik disebabkan kelainan fisik maupun psikologis. Dyspareunia dapat digolongkan
menjadi 2 tipe nyeri : 1. Superficial Dyspareunia adalah nyeri yang berasal dari bagian luar dan dalam vaginas, sering berhubungan dengan trauma psikologis. 2. Deep Dyspareunia
adalah nyeri yang berasal saat penetrasi dari penis dan tempatnya spesifik. Nyeri ini dapat dihindarkan dengan perubahan posisi, sering disebabkan oleh penyakit-penyakit organik
Infeksi, Tumor, endometriosis
19
2.7. INSTRUMEN PENYARING Minnesota Multiphasic Personality Inventory - Lie Scale SKALA L-MMPI