Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD DR. Pirngadi Medan

(1)

GAMBARAN CITRA TUBUH PASIEN PASKA AMPUTASI DI

POLIKLINIK BEDAH ORTHOPEDI RSUP H. ADAM MALIK

MEDAN DAN RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Rosa Rifka Sitorus

091121011

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Judul : Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD DR. Pirngadi Medan

Nama : Rosa Rifka Sitorus Nim : 091121011

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

Abstrak

Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran citra tubuh pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan. Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien paska amputasi yang berobat jalan ke Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan. Analisa data menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari setengah responden (53,8%) gambaran citra tubuh pasien paska amputasi adalah negatif. Untuk itu disarankan pada perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal pada pasien paska amputasi. Hal ini dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang gambaran citra tubuh pasien paska amputasi mencakup penjelasan tentang perubahan fungsi tubuh yang akan dialami pasien paska amputasi serta memberikan motivasi bagi pasien dan memfasilitasi dalam meningkatkan koping pasien paska amputasi agar pasien paska amputasi dapat menerima keadaan tubuhnya dan memiliki citra tubuh yang positif.

Kata Kunci: Gambaran Citra tubuh, Pasien Paska Amputasi.


(4)

Segala Puji dan Syukur Peneliti Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan Karunia Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD DR. Pirngadi Medan.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, MKes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU

2. Bapak Dudut Tanjung, S.Kp, M.Kep, SpKMB, selaku dosen pembimbing I proposal 3. Bapak Achmad Fathi, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen Pembimbing I skripsi

4. Ibu Evi karota Bukit, S.Kp, MNS selaku pembantu dosen pembimbing II proposal dan skripsi

5. Ibu Jenny Purba, S.Kp, MNS selaku dosen penguji proposal dan skripsi

6. dr. M.Nur Rasyid Lubis, SpB, FINACS selaku Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberi izin kepada saya melakukan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan

7. dr. Suhelmi, SpB selaku kepala SMF Bedah RSUD DR. Pirngadi Medan yang telah memberi izin kepada saya melakukan penelitian di RSUD DR. Pirngadi Medan

8. Kedua orang tua peneliti, terima kasih atas segala pengorbanan dan perjuangan ayahanda dan ibunda, setiap tetesan keringat telah menjadikan motivasi dan dorongan kuat dalam menggapai kesuksesan ananda, serta sentuhan kasih sayang dan doa menjadi inspirasi yang mampu melahirkan goresan-goresan indah setiap ananda melangkah.


(5)

9. Terima kasih kepada abang, kakak, dan adik saya atas support dan semangat yang selalu diberikan

10.Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman Fkep ’09 jalur B semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya dan terima kasih atas kebersamaannya, support serta semangat yang selalu kalian berikan.

Kiranya Tuhan yang akan membalas setiap kebaikan semua pihak yang telah menolong peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Januari 2011 Peneliti


(6)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Prakata ... iii

Daftar isi ... v

Daftar lampiran... viii

Daftar Tabel ... ix

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1. Latar belakang ... 1

2. Rumusan masalah ... 4

3. Tujuan penelitan ... 5

4. Manfaat penelitian ... 6

Bab 2. Tinjauan pustaka ... 7

1. Konsep Perubahan Citra Tubuh ... 7

1.1 Pengertian ... 7

1.2 Gangguan citra Tubuh ... 9

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh ... 12

1.4 Negatif dan Positif Citra Tubuh ... 13

1.5 Tanda dan Gejala Gangguan Citra tubuh ... 14

1.6 Pengkajian ... 14

1.7 Diagnosa Keperawatan ... 14

1.8 Rencana Tindakan Keperawatan ... 15

1.9 Evaluasi ... 16

2. Konsep Amputasi ... 18

2.1 Pengertian Amputasi ... 18

2.2 Faktor Penyebab terjadinya amputasi ... 19

2.3 Tipe Amputasi ... 20


(7)

2.3.2 Amputasi Tertutup ... 20

2.4 Penatalaksanaan... 21

2.4.1 Tingkat Amputasi ... 21

2.4.2 Sisa Tungkai ... 21

2.4.3 Amputasi Bertahap ... 22

2.5 Komplikasi ... 22

2.6 Indikasi Amputasi ... 23

2.7 Prosedur ... 23

2.8 Pengkajian psikologis, social, dan spritual ... 25

Bab 3. Kerangaka konseptual ... 27

1. Kerangka konseptual ... 27

2. Defenisi Konseptual ... 28

3. Defenisi Operasional ... 28

Bab 4. Metodologi penelitian ... 29

1. Desain penelitian ... 29

2. Populasi dan sampel penelitian ... 29

2.1 Populasi ... 29

2.2 Sampel ... 29

3. Lokasi penelitian... 30

4. Pertimbangan etik ... 30

5. Instrumen penelitian ... 31

6. Uji validitas dan reabilitas ... 32

7. Pengumpulan data ... 33

8. Analisa data ... 34

Bab 5. Hasil dan Pembahasan... 35

1. Hasil Penelitian... 35

1.1 Karakteristik Responden... 35

1.2 Gambaran Citra tubuh pasien paska amputasi ... 36

2. Pembahasan... 41

2.1 Gambaran citra tubuh pasien ... ... 41

2.2 Potensi pasien paska amputasi ... 42


(8)

2.4 Persepsi pasien paska amputasi ... 43

2.5 Sikap pasien paska amputasi ... 44

BAB 6. Kesimpulan dan Saran ... 45

1. Kesimpulan ... 45

2. Saran ... 46


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Tabel gambaran citra tubuh pasien paska amputasi

2. Surat ijin penelitian dari pendidikan ke RSU dr. Pirngadi Medan. 3. Surat balasan dari RSU dr Pirngadi ke pendidikan.

4. Surat ijin penelitian dari pendidikan ke RSUP H. Adam Malik Medan. 5. Surat balasan dari RSUP H. Adam Malik Medan ke pendidikan. 6. Kisi-kisi instrumen

7. Lembar persetujuan menjadi responden 8. Instrumen/kuesioner

9. Lembar jadwal penelitian 10.Taksasi dana

11.Hasil uji reabilitas 12.Daftar riwayat hidup


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik...38

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Potensi Pasien ...39

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Perasaan Pasien...40

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Persepsi Pasien...41


(11)

Judul : Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD DR. Pirngadi Medan

Nama : Rosa Rifka Sitorus Nim : 091121011

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

Abstrak

Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran citra tubuh pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan. Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien paska amputasi yang berobat jalan ke Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan. Analisa data menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari setengah responden (53,8%) gambaran citra tubuh pasien paska amputasi adalah negatif. Untuk itu disarankan pada perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal pada pasien paska amputasi. Hal ini dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang gambaran citra tubuh pasien paska amputasi mencakup penjelasan tentang perubahan fungsi tubuh yang akan dialami pasien paska amputasi serta memberikan motivasi bagi pasien dan memfasilitasi dalam meningkatkan koping pasien paska amputasi agar pasien paska amputasi dapat menerima keadaan tubuhnya dan memiliki citra tubuh yang positif.

Kata Kunci: Gambaran Citra tubuh, Pasien Paska Amputasi.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang dihadapi pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Masalah yang dihadapi oleh pasien yang mengalami amputasi tidak hanya pada upaya memenuhi kebutuhan fisik semata, tetapi lebih dari itu, perawat berusaha untuk mempertahankan integritas diri pasien secara utuh, sehingga tidak menimbulkan komplikasi fisik selama kegiatan intraoperatif, tidak mengakibatkan gangguan mental, pasien dapat menerima dirinya secara utuh dan diterima dalam masyarakat (Harnawatiaj, 2008).

Amputasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan seluruh tubuh dengan mengorbankan bagian tubuh yang lain. Terdapat berbagai sebab mengapa dilakukan amputasi. Tujuh puluh persen amputasi dilakukan karena penyumbatan arteri yang sebagian besar disebabkan oleh diabetes melitus; 30% amputasi dilakukan karena adanya trauma; 5% amputasi dilakukan karena adanya tumor dan 5% lainnya karena cacat kongenital (Aldiavanza, 2008).

Amputasi dapat dianggap sebagi jenis pembedahan rekonstruksi drastis, digunakan untuk menghilangkan gejala, memperbaiki fungsi dan menyelamatkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien. Bila tim keperawatan kesehatan mampu berkomunikasi dengan gaya positif, maka pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpartisipasi aktif dalam rencana rehabilitasi (Suzanne & Brenda, 2001).

Penyebab terjadinya amputasi yaitu faktor multipel organ tubuh yang tidak mungkin diperbaiki, gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat, infeksi yang berat,


(13)

atau berisiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya, adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif dan deformitas organ (Harnawatiaj, 2008).

Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti, sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskletal dan sistem kardiovaskuler. Lebih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis, seperti penurunan citra diri (Aldiavanza, 2008).

Amputasi merupakan prosedur rekontruksi yang akan mengubah citra tubuh pasien, perawat yang telah membangun hubungan saling percaya dengan pasien sebaiknya berkomunikasi mengenai penerimaan pasien yang baru menjalani amputasi. Pasien didorong untuk melihat, merasakan, dan kemudian melakukan perawatan pada sisa tungkai. Kekuatan dan sumber daya pasien diidentifikasi untuk memfasilitasi proses rehabilitasi. Pasien dibantu dengan hati-hati untuk mencapai kembali tingkat fungsi kemandirian sebelumnya. Pasien yang diterima sebagai manusia seutuhnya lebih mampu kembali ke tanggung jawab perawatan diri, konsep diri meningkat dan perubahan citra tubuh dapat diterima (Suzanne & Brenda, 2001).

Citra tubuh merupakan bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi penampilan, dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap dirinya (Wahit & Nurul, 2008).

Pasien akan mengalami gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi, pasien menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh, mengungkapkan negatif tentang tubuhnya dan depresi sehingga perlu dilibatkan dalam melakukan perawatan diri yang langsung berupa perawatan luka, mandi, menggunakan pakaian dan memberi dukungan moral, mendorong antisipasi, meningkatkan


(14)

adaptasi pada perubahan citra tubuh, meningkatkan status mental pasien dan memfasilitasi penerimaan terhadap diri (Harnawatiaj, 2008).

Kehilangan ekstremitas memerlukan penyesuaian besar, persepsi pasien mengenai amputasi harus dipahami oleh tim perawatan kesehatan. Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri permanen yang harus diselaraskan sedemikian rupa sehingga tidak akan kehilangan perasaan berharga dirinya. Amputasi sering merupakan akibat dari cidera, pasien memerlukan banyak dukungan psikologis untuk menerima perubahan mendadak citra diri dan menerima stress akibat hospitalisasi, rehabilitasi jangka panjang, dan penyesuaian gaya hidup. Pasien ini memerlukan waktu untuk mengatasi perasaan mereka mengenai kehilangan permanen tadi. Reaksi mereka susah diduga dan dapat berupa kesedihan terbuka dan bermusuhan (Suzanne & Brenda, 2001).

Masalah ini penting untuk diteliti karena pada dasarnya pasien yang mengalami amputasi akan mengalami perubahan citra tubuh akibat kehilangan sebagian dari anggota tubuhnya yaitu apakah pasien yang telah mengalami amputasi dapat menerima keadaan fisiknya sebagaimana adanya (citra tubuh positif) atau malah merasa tidak menerima dan menilai buruk keadaan fisiknya bahkan memiliki perasaan rendah diri (citra tubuh negatif).

Pada saat pertama kali peneliti melakukan survey awal ke Rumah Sakit untuk mendapatkan data awal, peneliti juga sempat melakukan wawancara dengan pasien paska amputasi yang sedang berobat jalan ke Poliklinik Bedah Orthopedi. Peneliti menanyakan bagaimana perasaan dan pandangan pasien tersebut dengan keadaannya seperti sekarang ini. Hasil yang didapat peneliti setelah melakukan wawancara yaitu pasien paska amputasi tersebut merasa bahwa dia memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas akibat perubahan bentuk tubuhnya dan dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain terhadap


(15)

dirinya sehingga terkadang pasien tersebut menganggap bahwa hal tersebut merupakan tanda kegagalan pribadi baginya.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran citra tubuh pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran citra tubuh pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan.

3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi gambaran citra tubuh pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan.

3.2 Tujuan khusus

3.2.1 Mengidentifikasi gambaran cita tubuh pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan berdasarkan potensi pasien paska amputasi

3.2.2 Mengidentifikasi gambaran cita tubuh pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah

Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan berdasarkan perasaan pasien paska amputasi

3.2.3 Mengidentifikasi gambaran cita tubuh pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan berdasarkan persepsi pasien paska amputasi


(16)

3.2.4 Mengidentifikasi gambaran cita tubuh pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan berdasarkan sikap pasien paska amputasi

4. Manfaat Penelitian.

a. Bagi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi institusi pendidikan keperawatan terutama di bidang keperawatan medikal bedah.

b. Bagi Praktik keperawatan

Sebagai bahan informasi tentang gambaran citra tubuh pada pasien paska amputasi sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal.

c. Bagi Penelitian Keperawatan.

Sebagai penambah informasi dan sebagai dasar untuk penelitian yang akan datang dalam ruang lingkup yang sama.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Perubahan Citra tubuh 1.1 Pengertian

Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu (Hidayat, 2007).

Pada pasien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi. Stresor pada tiap perubahan adalah perubahan ukuran tubuh, berat badan yang turun akibat penyakit, perubahan bentuk tubuh, tindakan invasif, seperti operasi dan suntikan daerah pemasangan infus. Perubahan struktur, sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasangan alat di dalam tubuh. perubahan fungsi berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh, keterbatasan gerak, makan, kegiatan, penampilan dan cara merias diri berubah, pemasangan alat pada tubuh pasien (infus, traksi, respirator, suntik, pemeriksaan tanda vital, dan lain-lain) (Harnawatiaj, 2008).

Menurut Honigman dan Castle, body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsikan dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan bagaimana kira-kira penilaian orang lain


(18)

terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif (Dewi, 2009).

Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005).

Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2004). Sejak lahir individu mengeksplorasikan bagian tubuhnya, menerima reaksi tubuhnya dan menerima stimulus orang lain. Pandangan realistis terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan menigkatkan harga diri. Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh secara dinamis. Persepsi orang lain dilingkungan pasien terhadap tubuh pasien turut mempengaruhi penerimaan pasien pada dirinya (Keliat, 1998).

Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap dirinya. Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain:


(19)

b) Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspek psikologis individu tersebut.

c) Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain terhadap dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap dirinya.

d) Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri.

e) Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat mencapai kesuksesan dalam hidup (Mubarak, Wahit & Chayatin, 2008).

1.2 Gangguan Citra Tubuh

Citra tubuh membangun sebuah kompleks yang didefenisikan oleh kita “persepsi, pikiran dan perasaan mengenai pengalaman tubuh” yang tertanam dan dibentuk dalam konteks sosial budaya kita tidak hanya menyediakan rasa diri, citra tubuh juga mempengaruhi bagaimana kita berpikir, bertindak dan berhubungan dengan orang lain, yang tiba-tiba perubahan dalam satu penampilan fisik sebagai hasil dari pekerjaan yang berhubungan dengan amputasi dapat hadir signifikan dan kompleks sebagai tantangan psikologis (Wald & Alvaro, 2004).

Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti visual menghindari kontak dengan sisa ekstremitas, mengabaikan kebutuhan perawatan diri dari sisa ekstremitas dan menyembunyikan sisa ekstremitas lain.


(20)

Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu proses rehabilitasi dan berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2004).

Individu yang mempunyai gangguan bentuk tubuh bisa tersembunyi atau tidak kelihatan atau dapat juga meliputi suatu bagian tubuh yang berubah secara signifikan dalam bentuk struktur yang disebabkan oleh rasa trauma atau penyakit. Beberapa individu boleh juga menyatakan perasaan ketidakberdayaan, keputusasaan, dan kelemahan, dan boleh juga menunjukkan perilaku yang bersifat merusak terhadap dirinya sendiri, seperti penurunan pola makan atau usaha bunuh diri. (Kozier, 2004).

Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan mewawancarai dan mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya (Kozier, 2004).

Respon pasien terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan meliputi perubahan dalam kebebasan. Pola ketergantungan dalam komunikasi dan sosialisasi. Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:

1. Respon penyesuaian: menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock, kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan)

2. Respon mal-adaptip: lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan dengan kelainan bentuk atau keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri. Perilaku yang


(21)

bersifat merusak, berbicara tentang perasaan tidak berharga atau perubahan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa:

1. Respon penyesuaian: merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian (membuat keputusan) dalam mengembangkan perilaku kepedulian yang baru terhadap diri sendiri, menggunakan sumber daya yang ada, interaksi yang saling mendukung dengan keluarga.

2. Respon mal-adaptip: menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa kepeduliannya terhadap yang lain yang terus-menerus bergantung atau dengan keras menolak bantuan.

Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:

1. Respon penyesuaian: memelihara pola sosial umum, kebutuhan komunikasi dan menerima tawaran bantuan, dan bertindak sebagai pendukung bagi yang lain.

2. Respon mal-adaptip: mengisolasikan dirinya sendiri, memperlihatkan sifat kedangkalankepercayaan diri dan tidak mampu menyatakan rasa (menjadi diri sendiri, dendam, malu, frustrasi, tertekan) (Carol, 1997).

1.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Citra Tubuh

Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga


(22)

mempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri (Potter & Perry, 2005).

1.4 Negatif dan Positif Citra Tubuh

Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai bentuk individu, perasan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu sebenarnya. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu merasakan malu, self-conscious, dan khawatir akan badannya. Individu merasakan canggung dan gelisah terhadap badannya (Dewi, 2009).

Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang. Individu merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori. Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya (Dewi, 2009).


(23)

1.5 Tanda dan gejala gangguan citra tubuh :

Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh yaitu menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif pada tubuh, preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan (Harnawatiaj, 2008).

1.6 Pengkajian

Pengkajian perubahan citra tubuh terintegrasi dengan pengkajian lain. Setelah diagnosa, tindakan operasi dan program terapi biasanya tidak segera tampak respon pasien terhadap perubahan-perubahan. Tetapi perawat perlu mengkaji kemampuan pasien untuk mengintegrasikan perubahan citra tubuh secara efektif (Keliat, 1998).

1.7 Diagnosa Keperawatan

Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk memonitor kemungkinan diagnosa aktual.

Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan (Keliat, 1998).

1.8 Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien sesuai


(24)

dengan kemampuan yang dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra tubuh, menerima perasaan dan pikirannya, menetapkan masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri (Keliat, 1998).

Setelah seluruh tujuan diatas tercapai maka pasien dapat mengintegrasikan pada konsep dirinya perubahan citra tubuh yang terjadi.

a. Membina hubungan perawat – pasien yang terapeutik. Biasanya dimulai pada saat diagnosa, berlanjut melalui proses integrasi, dan dapat diperkirakan sukses antara 1-2 tahun. Hubungan perawat – pasien yang saling percaya perlu untuk program pendidikan, dukungan, konseling dan rujukan.

b. Memberikan pendidikan kesehatan. Pada fase awal pasien disiapkan untuk menghadapi perubahan citra tubuh. Pada fase perubahan, bantu pasien untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi. Isi informasi berkaitan dengan cara-cara penyelesaian masalah, misalnya cara mengatasi rasa bersalah, perasaan negatif tentang diri dan sebagainya.

c. Dorong pasien untuk merawat diri dan berperan serta dalam proses keperawatan. Peran serta pasien dalam merawat diri akan mempercepat proses penerimaan terhadap perubahan tubuh yang dialami, hendaknya dilakukan secara bertahap dan berlanjut.’

d. Tingkatkan peran serta sesama pasien. Anggota kelompok pasien dengan masalah yang sama dapat memberikan dukungan bahwa apa yang dirasakan pasien adalah normal dan ada jalan keluarnya. Jika belum ada kelompok yang permanen, dapat dipilih pasien di ruangan yang mempunyai masalah yang sama dan telah menyelesaikan masalah dengan baik.


(25)

e. Tingkatkan dukungan keluarga pasien terutama pasangan pasien. Bantu pasangan mengatasi masalah sendiri sebelum ia membantu pasien. Waktu kunjungan yang teratur dan bergantian antar anggota keluarga, beri pendapat tentang makna perubahan tubuh pasien, dan membicarakannya dengan pasien. f. Membantu pasien memutuskan alternatif tindakan yang dapat mengurangi

seminimal mungkin perubahan gambaran tubuh.

g. Rehabilitasi bertahap untuk adaptasi terhadap perubahan, misalnya berjalan dengan tongkat pada amputasi (Keliat, 1998).

1.9 Evaluasi

Keberhasilan tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien dapat diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan sebelumnya, termasuk hubungan interpersonal dan sosial, pekerjaan dan cara berpakaian, mengemukakan perhatiannya terhadap perubahan citra tubuh, memperlihatkan kemampuan koping, kemampuan meraba, melihat, memperlihatkan bagian tubuh yang berubah, kemampuan mengintegritasikan perubahan dalam kegiatan (pekerjaan, rekreasi dan seksual), harapan yang disesuaikan dengan perubahan yang terjadi, mampu mendiskusikan rekonstruksi (Keliat, 1998).

Penyesuaian terhadap perubahan citra tubuh melalui proses seperti berikut: 1) Syok psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan

dapat terjadi pada saat pertama pembuatan stoma ditetapkan sebagai tindakan atau pada saat stoma telah ada (paska operasi). Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadapa ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan


(26)

perubahan tubuh membuat pasien menggunakan mekanisme pertahanan seperti mengingkari, menolak, projeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri. 2) Menarik diri, pasien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan

tetapi karena tidak mungkin maka pasien menghindari/lari secara emosional. Pasien menjadi positif, tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.

3) Penerimaan/pengakuan secara bertahap. Setelah pasien sadar akan kenyataan manka respon kehilangan/ berduka muncul. Setelah fase ini pasien mulai melakukan reintegrasi dengan citra tubuh yang baru.

4) Integrasi merupakan proses yang panjang dapat mencapai beberapa bulan, oleh karena itu perencanaan pulang dan perawatan dirumah perlu dilaksanakan. Pasien tidak sesegera mungkin dilatih (Keliat, 1998).

2. Konsep Amputasi

2.1. Pengertian Amputasi

Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh pasien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.

Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten


(27)

kardiovaskuler. Lebih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi pasien berupa penurunan citra- diri (Harnawatiaj, 2008).

Amputasi pada ekstremitas bawah sering dipergunakan sebagai akibat penyakit vaskuler perifer progresif (sering sebagai sisa diabetes melitus), ganggren, trauma (cedera remuk, luka bakar, luka bakar dingin atau luka bakar listrik), deformitas kongenital atau tumor ganas. Dari semua penyebab tadi, penyakit vaskuler perifer merupakan penyebab yang tertinggi pada amputasi ekstremitas bawah (Suzane & Brenda 2002).

Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien dari pada kehilangan ekstremitas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi yang sangat spesialistis. Alasan utama amputasi ekstemitas atas adalah trauma berat (cedera akut, luka bakar listrik, atau luka bakar dingin), tumor ganas, infeksi (gas ganggren, fulminan, atau osteomielitis kronis), dan malformasi kongenital (Suzane & Brenda 2001).

Pasien akan mengalami gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi, pasien menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh, mengungkapkan negatif tentang tubuhnya dan depresi sehingga perlu melibatkan dalam melakukan perawatan diri yang langsung berupa perawatan luka, mandi, menggunakan pakaian dan memberi dukungan moral, mendorong antisipasi, meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh, meningkatkan status mental pasien, memfasilitasi penerimaan terhadap diri (Harnawatiaj, 2008).


(28)

Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi seperti fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin diperbaiki, kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki, gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat, infeksi yang berat atau berisiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya, adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif, deformitas organ ( Harnawatiaj, 2008).

2.3. Tipe amputasi

2.3.1 Amputasi Terbuka

Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Yang memerlukan tekhnik aseptik ketat dan revisi lanjut.

2.3.2 Amputasi Tertutup

Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skait kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 m di bawah potongan otot dan tulang.

Berdasarkan pelaksanaannya, amputasi dibedakan menjadi: a) Amputasi Selektif/ Terencana

Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternative terakhir. b) Amputasi Akibat Trauma

Amputasi akibat trauma merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah


(29)

memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum pasien.

c) Amputasi Darurat

Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multipel dan kerusakan/ kehilangan kulit yang luas ( Harnawatiaj, 2008).

2.4. Penatalaksanaan

2.4.1Tingkat Amputasi

Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua faktor yaitu peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional.

Tujuan pembedahan adalah mempertahankan sebanyak mungkin panjang ekstremitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat dipasangi protesis.

2.4.2 Sisa Tungkai

a. Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amput asi, menghasilkan sisa tungkai yang tidak nyeri tekan, dengan kulit yang sehat untuk penggunaan protesis.


(30)

b. Balutan rigid tertutup. Balutan rigid tertutup sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak, mengontrol nyeri, dan mencegah kontraktur.

c. Balutan lunak. Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan inspeksi berkala puntung sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan dengan balutan. Hematoma (luka) puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.

2.4.3 Amput asi bertahap. Amputasi bertahap bisa dilakukan bila ada gangren atau infeksi (Henry, 2009).

2.5. Komplikasi

Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit. Karena adanya pembuluh darah yang besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan massif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan, dengan peredaran darah buruk atau terkontaminasi luka setelah amputasi traumatika, dimana risiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat prostetis dapat menyebabkan kerusakan kulit ( Suzane & Brenda, 2001).

Kejadian klinis umum sering menjadi sumber ketidak nyamanan untuk kebanyakan pasien adalah sensasi fantom limb. Rasional untuk fenomena ini tidak jelas tetapi diyakini berhubungan dengan inflamasi potongan ujung saraf. Meskipun jarang, sensasi fantom limb dapat menjadi kronis, masalah berat yang memerlukan intervensi lebih agresif seperti blok saraf, psikoterapi, terapi obat, stimulasi saraf listrik atau eksisi neuroma (Engram, 2000).


(31)

2.6. Indikasi Amputasi

Adapun indikasi amputasi yaitu penyakit vascular perifer yang tidak dapat direkonstruksi dengan nyeri iskemik atau infeksi yang tidak dapat ditoleransi lagi, nyeri atau infeksi yang tidak dapat di toleransi lagi dalam pasien yang tidak dapat bergerak dengan penyakit vaskuler perifer, infeksi yang menyebar secara luas dan tidak responsive terdapat terapi konservatif, tumor yang responsnya buruk terhadap terapi nonoperatif, trauma yang cukup luas sehingga tidak memungkinkan untuk direparasi.

2.7. Prosedur

2.7.1 Amputasi ibu jari kaki: Tingkat transfalangeal dapat digunakan jika nekrosis terletak dari distal ke proksimal sendi interfalangeal.

2.7.2 Amputasi transmetatarsal: Prosedur ini digunakan jika nekrosis memanjang dari proksimal ke proksimal sendi interfalangeal, tetapi distal dari kaput metatarsal pada permukaan plantar. Flap plantar panjang sering digunakan, memotong tulang metatarsal pada posisi tengah.

2.7.3 Amputasi syme: Prosedur ini biasanya digunakan jika kaki telah hancur oleh trauma. Amputasi ini menyelamatkan panjang ekstremitas, mengangkat kaki antara talus dan kalkaneus.

2.7.4 Amputasi dibawah lutut (BL): Prosedur ini umumnya dilakukan pada penyakit vascular perifer stadium akhir. Prosedur ini memberikan rehabilitasi yang sangat baik karena dapat menyelamatkan sendi lutut. Kontraktur lutut atau panggul merupakan kontra indikasi dari


(32)

prosedur ini. Teknik flap posterior panjang umumnya digunakan, dan suatu prosthesis kadang-kadang digunakan segera setelah operasi. 2.7.5 Amputasi di atas lutut (AL): Amputasi ini memegang angka

penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit vaskular perifer. Suatu amputasi AL yang tidak sembuh merupakan situasi yang tidak menyenangkan dengan mortalitas yang sangat tinggi. Flap kulit anterior dan posterior umumnya memberikan panjang yang sama, menggunakan insisi “mulut ikan”

2.7.6 Disartikulasi panggul dan hemipelvektomi: Prosedur ini biasanya dilakukan untuk tumor ganas dari tungkai. Mungkin kadang-kadang dilakukan pada penyakit vascular perifer, tetapi biasanya mempunyai hasil yang buruk.

2.7.7 Amputasi ekstremitas atas: Kebanyakan amputasi ini dilakukan dalam kasus-kasus trauma. Penyakit keganasan merupakan indikasi berikutnya yang paling umum. Penyakit penyumbatan arteri jarang yang membutuhkan amputasi ekstremitas atas; tetapi amputasi jari-jari sering dilakukan pada pasien dengan penyakit vaskular kolagen dan penyakit Buerger (Jong, 2005).

2.8. Pengkajian Psikologis, Sosial, dan Spiritual

Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis (respon emosi) pasien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada pasien melalui penilaian pasien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan pasien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga


(33)

dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang timbul. Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri pasien dengan memperhatikan tingkat persepsi pasien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri pasien dengan meninjau persepsi pasien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh pasien sendiri, pandangan pasien terhadap rendah dalam antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.

Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan bersama-sama dengan pasien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif. Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan pasien setelah pasien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri pasien untuk berusaha berbuat yang baik bagi kesehatan dirinya. (Harnawatiaj, 2008).


(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konsep

Pada kerangka konsep ini, amputasi merupakan prosedur rekontruksi yang akan mengubah citra tubuh pasien. Pasien yang telah menjalani amputasi cenderung mengalami perubahan citra tubuh akibat perubahan struktur, perubahan bentuk tubuh dan adanya keterbatasan dalam melakukan aktivitas. Fokus pasien terhadap bentuk fisiknya dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain terhadap dirinya sehingga melibatkan persepsi negatif tentang penampilan fisik mereka, perasaan malu yang kuat, kesadaran diri, dan ketidaknyamanan sosial dan akhirnya mengganggu proses rehabilitasi dan kontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial sehingga menyebabkan pasien paska amputasi cenderung mengalami perubahan citra tubuh (Suzanne & Brenda, 2001).

Pasien akan mengalami gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi, pasien menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh, mengungkapkan negatif tentang tubuhnya dan depresi sehingga perlu dilibatkan dalam melakukan perawatan diri yang langsung berupa perawatan luka, mandi, menggunakan pakaian dan memberi dukungan moral, mendorong antisipasi, meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh, meningkatkan status mental pasien, memfasilitasi penerimaan terhadap diri (Harnawatiaj, 2008).

Melalui penelitian ini akan dilihat bagaimana perubahan citra tubuh terhadap pasien paska amputasi sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu perubahan citra tubuh pasien paska amputasi akibat amputasi.


(35)

2. Definisi Konseptual

Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, potensi tubuh seta seluruh penampilan tubuh (Mubarak, 2008).

3. Definisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Citra tubuh Citra tubuh adalah

sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi

performance, potensi

tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh

Kuesioner 1. Positif 2. Negatif


(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan peneliti adalah deskriptif yaitu untuk mengidentifikasi gambaran citra tubuh pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien paska amputasi yang berobat jalan ke Poliklinik Bedah orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan. Dari hasil survey yang dilakukan di RSUP H. Adam malik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan, jumlah pasien paska amputasi yang berobat jalan ke poliklinik bedah Orthopedi pada tahun 2009 adalah sebanyak 30 orang selama setahun (Laporan RSUP H.Adam Malik Medan, 2009), dan 32 orang selama setahun (Laporan RSUD dr. Pirngadi Kota Medan, 2009).

2.2 Sampel

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convinience sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil responden yang tersedia pada saat itu dan telah memenuhi kriteria sampel yang ditentukan terlebih dahulu (Notoatmodjo, 2002). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 13 orang pasien paska amputasi yang berobat ke poliklinik bedah orthopedi selama peneliti melakukan penelitian 1 bulan di Poliklinik bedah orthopedi RSUP H. Amalik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan.


(37)

Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pasien paska amputasi yang berobat jalan ke poliklinik bedah orthopedi. 2. Bersedia menjadi responden penelitian.

3. Dapat berbahasa Indonesia dan dapat berkomunikasi dengan baik.

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Poliklinik Bedah orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan karena belum pernah ada penelitian yang dilakukan sebelumnya di Rumah Sakit tersebut mengenai gambaran citra tubuh pasien paska amputasi dan juga merupakan rumah sakit rujukan dan rumah sakit pendidikan tertinggi di propinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian mulai dari bulan Juni sampai Juli tahun 2010.

5. Pertimbangan Etik

Peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka hakikatnya sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam pertimbangan etik yaitu: Responden mempuyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak tanpa ada sanksi apapun, tidak menimbulkan penderitaan bagi responden, peneliti harus memberikan penjelasan dan informasi secara lengkap dan rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada responden, responden harus diperlakukan secara baik sebelum, selama dan sesudah penelitian, responden tidak boleh dideskriminasi jika menolak untuk melanjutkan menjadi subjek penelitian, data yang diberikan harus dirahasiakan untuk itu perlu adanya anonymity (tanpa nama) dan confidentiality (rahasia).


(38)

6. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuisioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen terdiri atas 2 bagian, bagian pertama mengenai data demografi responden yaitu umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, suku dan pekerjaan, Data demografi responden bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon responden dan mendeskripsikan ditribusi frekuensi dan presentase demografi terhadap gambaran citra tubuh pasien paska amputasi. Bagian kedua adalah kuisioner tentang gambaran citra tubuh pasien paska amputasi. Kuesioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran citra tubuh pasien paska amputasi. Kuesioner ini terdiri dari 20 pernyataan terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan positif terdiri dari 10 buah pernyataan yang terdapat pada pernyataan nomor 1, 3, 4, 10, 11, 12, 16, 18, 19, dan 20 sedangkan pernyataan negatif terdiri dari 10 pernyataan yang terdapat pada pernyataan nomor 2, 5, 6, 7, 8, 9, 13, 14, 15, dan 17. Pernyataan terstruktur menggunakan skala Guttman. Penilaian dari setiap pernyataan adalah 2. Jika memilih jawaban “Ya” memperoleh nilai 1, dan memperoleh nilai 0 jika memilih jawaban “Tidak”. Total skor tertinggi untuk gambaran citra tubuh adalah 20, dan terendah adalah 0. Semakin tinggi skor maka citra tubuh pasien paska amputasi semakin negatif.

Dalam penelitian ini indikator yang digunakan dalam mengkaji gambaran citra tubuh pasien paska amputasi di kategorikan atas 2 kelas. Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 20. Berdasarkan rumus statistika P = rentang dibagi dengan banyak kelas (menurut Sudjana, 2004), dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang dengan nilai terendah) sebesar 20 dan di


(39)

bagi atas 2 kategori kelas yaitu negatif dan positif. Maka di peroleh panjang kelas sebesar 10.

Dengan P= 10 dan nilai terendah adalah 0 sebagai batas bawah kelas pertama maka gambaran citra tubuh pasien paska amputasi dalam interval sebagai berikut:

0 – 10 = Positif 11– 20 = Negatif

7. Uji Validitas dan Reliabilitas 7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan kemampuan instrumen pegumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Dempsey, 2002). Pada penelitian ini menggunakan validitas isi, dimana validitas dikonsultasikan kepada seorang dosen yang memiliki keahlian atau kompetensi sesuai dengan topik penelitian ini (Setiadi, 2007).

7.2 Uji Realibilitas

Uji reabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Dalam penelitian ini digunakan reabilitas konsistensi internal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya pemberian instrumen hanya sekali dengan bentuk instrumen kepada satu subjek studi dan apabila digunakan berulang kali memberikan hasil yang sama. Dengan uji formula Cronbach Alpha harus >0,7 agar dianggap reliabel maka kuesioner ini layak digunakan (Polit, & Hungler, 1995).


(40)

Menurut Nursalam (2008) uji realibilitas dilakukan terhadap 10 orang yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebagai sampel tetapi tidak akan menjadi sampel pada penelitian. Uji Realibilitas dalam penelitian ini dicari dengan menggunakan Cronbach Alpha dan diperoleh hasil 0,80.

8. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada bagian Fakultas Ilmu Keperawatan Sumatera Utara. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke kantor RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU dr Pirngadi Medan. Setelah mendapat izin dari RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU dr Pirngadi Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses pengisisan kuesioner sebelum menanyakan kesediaannya untuk terlibat. Kemudian peneliti menanyakan apakah calon responden bersedia. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani informed consent (Surat Persetujuan). Setelah mendapat persetujuan responden pengumpulan data dimulai, kemudian peneliti menganalisa data.

9. Analisa Data

Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan perhitungan statistika deskriptif untuk gambaran citra tubuh pada pasien paska amputasi dimana data dianalisa dengan cara diperiksa terlebih dahulu atau di editing, untuk memeriksa apakah pertanyaan dalam kuisioner telah diisi sesuai petunjuk. Setelah diberi kode atau coding terhadap pertanyaan yang telah diajukan untuk mempermudah tabulasi dan analisa. Analisa yaitu menganalisa data yang terkumpul dengan menentukan persentase jawaban dari setiap responden. Selanjutnya peneliti memasukkan data ke dalam


(41)

komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi yang menggunakan program statistika.

Dari pengolahan data statistik deskriptif, data demografi akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat gambaran citra tubuh pasien paska amput asi.


(42)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Pada bab ini menggambarkan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan dari bulan Juni s/d Juli 2010 dengan jumlah responden 13 orang. Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini meliputi deskriptif. Karakteristik responden gambaran citra tubuh pasien paska amputasi di poliklinik bedah orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan.

1.1Karakteristik Responden

Tabel 1. menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia antara 38-48 tahun dengan rata-rata berumur 36 tahun (SD= 11,24), mayoritas responden bersuku jawa (53,8%). agama Islam (69,2%), Latarbelakang pendidikan sebagian besar responden adalah SMA (69,2%). responden sebagian besar bekerja sebagai karyawan (38,5%), mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 61,5% dan mayoritas penyebab amputasi pada responden adalah kecelakaan kerja dan diabetes melitus yaitu 38,4%.


(43)

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik (n=13)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Umur

16-26 Tahun 27-37 Tahun 38-48 Tahun 49-59 Tahun

Min: 16 Max: 52

3 3 5 2 23,1 23,1 38,4 15,4 Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi 1 2 9 1 7,7 15,4 69,2 7,7 Suku Batak Jawa Minang 5 7 1 38,5 53,8 7,7 Pekerjaan PNS/TNI/POLRI Wiraswasta Karyawan Petani Lainnya: Pelajar 1 2 5 3 2 7,7 15,4 38,4 23,1 15,4 Agama Islam Kristen 9 4 69,2 30,8 Jenis Kelamin

Laki-laki 8 61,5

Perempuan 5 38,5

Penyebab Amputasi: -Kecelakaan Kerja -Diabetes Melitus -Trauma -Penyumbatan Arteri 5 5 2 1 38,4 38,4 15,5 7,7


(44)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Potensi Pasien Paska Amput asi di Poliklinik Orthopedi RSUP.H.Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan (N=13)

No Pernyataan tentang potensi pasien paska amputasi

Ya Tidak

F % F %

1 Saya merasa bahwa potensi saya tidak berkurang setelah selesai operasi

4 30,7 9 69,2

2 Saya menyukai semua yang ada pada diri saya

11 84,6 2 15,3

3 Saya dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan keadaan seperti sekarang ini.

10 76,9 3 23,1

Dari tabel 2 di atas dapat dilihat kategori potensi pasien paska amputasi di poliklinik bedah orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menyukai semua yang ada pada dirinya (84,6%), mayoritas responden dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan keadaan nya sekarang ini (76,9%), dan lebih dari setengah responden merasa bahwa potensinya berkurang setelah selesai operasi (69,2%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Perasaan Pasien Pasca Amputasi di Poliklinik Orthopedic RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan (n=13)

No Pernyataan tentang perasaan pasien paska amputasi

Ya Tidak

F % F %

1 Saya merasa bahwa fungsi seluruh tubuh saya sudah tidak menarik lagi

12 92,3 1 7,7


(45)

seperti sekarang ini

3 Saya merasa sedih dengan keadaan tubuh saya seperti sekarang ini

10 76,9 3 23,1

4 Saya merasakan ketidaknyamanan sosial selama tinggal di lingkungan saya dengan keadaan fisik seperti sekarang ini.

3 23,1 10 76,9

5 Saya merasa bahwa tubuh saya seperti sekarang ini adalah sebuah tanda kegagalan pribadi

8 61,5 5 38,4

6 Saya merasa memiliki keterbatasan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan keadaan seperti sekarang ini

8 61,5 5 38,4

Pada tabel 3 di atas dapat dilihat kategori perasaan pasien paska amputasi di poliklinik bedah orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan. Berdasarkan hasil skor kuesioner maka dapat di kategorikan bahwa hampir seluruh responden merasa fungsi seluruh tubuhnya sudah tidak menarik lagi (92,3%). Sebagian besar responden (61,5%) yang merasa bahwa tubuhnya seperti sekarang ini merupakan tanda kegagalan pribadi baginya.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Persepsi Pasien Paska Amputasi di Poliklinik Orthopedi RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan (n=13)

No Pernyataan tentang perasaan pasien paska amputasi

Ya Tidak

Fr. % Fr. %

1 Saya mengalami perubahan terhadap diri saya ketika setelah selesai operasi

13 100 - -

2 Saya mengaggap bahwa diri saya tidak menarik


(46)

3 Keluarga saya tidak memberikan dukung moral kepada saya dengan keadaan saya seperti sekarang ini.

1 7,7 12 92,3

Pada tabel 4 di atas dapat dilihat tentang kategori persepsi pasien paska amputasi di poliklinik bedah orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan, Berdasarkan hasil skore kuesioner maka dapat dikategorikan bahwa seluruh responden mengalami perubahan terhadap dirinya ketika setelah selesai operasi sebanyak 13 orang dari 13 responden (100%), yang menganggap dirinya tidak menarik sebanyak 8 orang dari 13 responden (61,5%), dan hampir seluruh keluarga responden yang memberikan dukungan moral kepada responden dengan keadaan responden saat ini yaitu sebanyak 12 orang (92,3%).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Sikap Pasien Paska Amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan (n=13)

No Pernyataan tentang perasaan pasien paska i

Ya Tidak

F % F %

1 Orang lain di lingkungan saya tidak dapat menerima saya dengan keadaan saya seperti sekarang ini

1 7,7 12 9,23

2 Saya merasa tidak percaya diri dengan keadaan tubuh saya sekarang ini

6 46,2 7 53,8

3 Saya menolak untuk melihat bagian tubuh yang berubah

8 61,5 5 38,5

4 Saya menghindar dalam perawatan diri yang langsung berupa perawatan luka pada bekas operasi

- - 13 100


(47)

bercerita tentang perasaan yang saya alami terhadap diri saya kepada orang yang dekat degan saya.

6 Saya tidak ingin mendiskusikan perasaan saya tentang perubahan citra tubuh saya dengan orang yang dekat dengan saya

3 23,1 10 76,9

7 Saya menarik diri atas kenyataan yang terjadi pada diri saya

2 15,4 11 84,6

8 Saya tidak menerima dengan keadaan yang terjadi pada diri saya sendiri

10 76,9 3 23,1

Pada tabel 5 di atas dapat dilihat tentang kategori sikap pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan. Berdasarkan hasil skor kuesioner maka dapat dikategorikan bahwa responden tidak menerima dengan keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri sebanyak 10 orang (76,9%) dan menolak untuk melihat bagian tubuh yang berubah sebanyak 8 orang (61,5%).

2.Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran citra tubuh pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan tahun 2010 dapat ditemukan pembahasan sebagai berikut:

1.1 Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa gambaran citra tubuh pasien paska amputasi yang berobat jalan ke Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan adalah responden yang memiliki gambaran citra


(48)

tubuh yang positif 46,2% dan responden yang memiliki gambaran citra tubuh yang negatif sebanyak 53,8%.

Hal ini juga di dukung oleh Coulhoun (2001) yang mengatakan bahwa ada dua jenis gambaran citra tubuh yang terjadi pada pasien paska amputasi, yaitu gambaran citra tubuh yang positif merupakan adanya penerimaan diri. Hal ini disebabkan orang yang memiliki konsep diri positif dimana seseorang tersebut mengenal dirinya dengan baik, dapat menerima dan memahami kenyataan yang bermacam-macam tentang dirinya sendiri, dan gambaran citra tubuh yang negatif merupakan pandangan seseorang tentang dirinya benar-benar tidak teratur, tidak memiliki kestabilan dan keutuhan diri.

1.2. Potensi Pasien Paska Amputasi

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa potensi pasien paska amputasi yang berobat ke Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan, lebih dari setengah responden merasa bahwa potensi mereka berkurang setelah selesai operasi yaitu sebanyak 9 orang (69,2%). Hal ini kemungkinan disebabkan pada saat peneliti melakukan penelitian mayoritas responden menjawab pertanyaan kuesioner bahwa mereka mengalami penurunan kemampuan dalam melaksanakan sesuatu. Hal ini disebabkan karena mereka yang mayoritas bekerja tidak dapat bekerja seperti biasa lagi. Hal tersebut didukung oleh Harnawatiaj (2008) yang mengemukakan bahwa perubahan struktur, atau perubahan bentuk tubuh, serta perubahan fungsi akibat berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh, keterbatasan gerak dan keterbatasan dalam melakukan kegiatan menyebabkan seorang pasien yang paska amputasi merasa bahwa potensinya berkurang dan beberapa individu juga menyatakan adanya ketidakberdayaan terhadap dirinya.


(49)

2.3Perasaan Pasien Paska Amputasi

Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa perasaan pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan adalah hampir seluruh responden (92,3%) merasa bahwa fungsi seluruh tubuh nya sudah tidak menarik lagi, mayoritas merasa sedih dengan keadaan tubuhnya seperti yang dialaminya saat ini (76,9%) dan merasa malu dengan keadaan tubuhnya (69,2%).

Sesuai dengan pendapat Dewi (2009) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki citra tubuh negatif merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Hal tersebut juga didukung oleh Carol (1997) yang mengatakan bahwa respon penyesuaian terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan pasien paska amputasi yaitu menunjukkan rasa sedih dan dukacita.

2.4 Persepsi Pasien Paska Amputasi

Dari hasil penelitian di atas dilihat bahwa persepsi pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan adalah seluruh pasien mengalami perubahan terhadap dirinya ketika setelah selesai operasi (100%) dan menganggap bahwa dirinya tidak menarik lagi sebanyak 8 orang (61,5%).

Hal tersebut didukung oleh Sunaryo (2004) yang menjelaskan bahwa citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik secara sadar maupun tidak sadar dalam hal ini persepsi pasien paska amputasi yang mengalami perubahan terhadap dirinya dan menganggap bahwa dirinya tidak menarik lagi. Serta menurut Keliat (1998) bahwa cara individu memandang dirinya mempunyai dampak penting pada aspek psikologinya.


(50)

Pandangan realistis terhadap dirinya menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas, persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh secara dinamis.

2.5Sikap Pasien Paska Amputasi

Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa sikap pasien paska amputasi di poliklinik bedah orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan adalah mayoritas pasien paska amputasi tidak menerima dengan keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri (76,9%) dan menolak untuk melihat bagian tubuh yang berubah (61,5%)

Hal ini juga di dukung oleh Harnawatiaj (2008) yang mengatakan bahwa tanda dan gejala gangguan citra tubuh yaitu dimana individu tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi /akan terjadi, menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.

Sesuai dengan pendapat Coulhoun (2001) yang mengatakan bahwa pasien paska amputasi tidak memiliki kestabilan dan keutuhan diri, ia benar-benar tidak tahu siapa dirinya, apa kekuatan dan kelemahannya atau apa yang dihargai dalam hidupnya serta adanya penyimpangan dari aturan-aturan yang menurutnya merupakan cara hidup yang tepat.


(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian mengenai gambaran citra tubuh pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan Tahun 2010 dapat disimpulkan bahwa:

1.1 Pasien paska amputasi yang berobat jalan ke poliklinik bedah orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2010 memiliki gambaran citra tubuh yang positif sebanyak 6 orang (46,2%) dari 13 responden dan yang memiliki gambaran citra tubuh yang negatif sebanyak 7 orang (53,8%) dari 13 responden.

1.2 Lebih dari setengah (69,2%) pasien paska amputasi mengalami potensinya berkurang setelah selesai operasi yang disebabkan karena penurunan kemampuan dalam melaksanakan sesuatu hal yaitu dari yang biasanya bekerja menjadi tidak dapat bekerja atau terbatas dalam melakukan aktivitasnya

1.3 Hampir seluruh pasien (92,3%) paska amputasi yang merasa bahwa fungsi seluruh tubuhnya sudah tidak menarik lagi dan mayoritas responden (76,9%) merasa sedih dan malu dengan keadaan tubuhnya seperti yang dialaminya saat ini.

1.4 Seluruh pasien paska amputasi mengalami perubahan terhadap dirinya ketika setelah selesai operasi dan lebih dari setengah (61,5%) pasien paska amputasi menganggap bahwa dirinya tidak menarik lagi.

1.5 Mayoritas pasien (76,9%) paska amputasi memiliki sikap tidak menerima atau menolak dengan keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri. 45


(52)

2. Saran

Melihat gambaran citra tubuh pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan, peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:

2.1 Bagi Praktek Keperawatan

Dalam pengembangan profesionalisme keperawatan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal pada pasien paska amputasi. Hal ini dapat dilakukannya penyuluhan tentang gambaran citra tubuh pasien paska amputasi mencakup penjelasan tentang perubahan fungsi tubuh yang akan dialami pasien paska amputasi serta memberikan motivasi bagi pasien dan memfasilitasi dalam meningkatkan koping pasien paska amputasi agar pasien paska amputasi dapat menerima keadaan tubuhnya dan memiliki citra tubuh yang positif.

2.2 Bagi Peneliti selanjutnya

Peneliti berikutnya harus mengambil sampel yang lebih banyak lagi. Sebab dalam menelitian ini, peneliti memperoleh sampel yang relatif sedikit untuk penelitian deskriptif yaitu sebanyak 13 orang dan jumlah pasien yang diperoleh untuk dilakukan uji reabilitas hanya 5 orang sehingga peneliti melakuan uji reliabilitas dengan menambahkan 5 orang lagi dari sampel penelitian. Dalam hal ini peneliti mengharapkan peneliti berikutnya harus memperhatikan instrumen dan melakukan uji reliabilitas minimal pada 10 orang dan yang bukan menjadi sampel agar memperoleh hasil yang lebih optimal lagi. Dan peneliti berikutnya juga diharapkan dapat mencari literatur yang lebih banyak


(53)

lagi mengenai citra tubuh pasien paska amputasi untuk lebih mendukung dan memperkuat hasil penelitian.

2.3 Bagi Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan perlu diberikan pembahasan mengenai konsep diri pasien khususnya mengenai gambaran citra tubuh pasien paska amputasi dalam proses pembelajaran di kelas pada matakuliah keperawatan jiwa, dimana nantinya mahasiswa keperawatan akan mampu memberikan asuhan keperawatan dan pengaruhnya terhadap fisik dan psikologisnya. Dengan demikian mahasiswa keperawatan akan mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan yang optimal.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Aldiavanza. (2008). Amputasi. Diambil tanggal 12 Februari 2010 dari http://www.Askep- amputasi/html.

Carol. (1997). Fundamental of nursing: the art and science of nursing care. Philadelphia. New York: Lippincott.

Coulhoun. (2001). Konsep diri. Jakarta: EGC.

Dewi, R. (2009). Konsep diri. Diambil tanggal 17 februari 2010 dari

Dempsey, P.A. (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan, Edisi 4. Jakarta: EGC.

Engram, B. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Jakarta: EGC.

Harnawatiaj. (2008). Konsep-diri. Diambil tanggal 12 feburari 2010 dari

Harnawatiaj. (2008). Asuhan keperawatan pada Amputasi. Diambil tanggal 12 februari 2010 dari http:/www.askep-amputasi/2008/04/06.html.

Henry. (2009). Penatalaksanaan Amputasi. Jakarta: EGC.

Hidayat. (2007). Pengantar konsep dasar keperawatan. Salemba medika: Jakarta. Jong, W. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, B. (1998). Gangguan koping citra tubuh, dan seksual pada klien kanker. Jakarta: EGC.

Kozier. (2004). Fundamental of nursing: concepts, process and practice. New Jersey: Pearson prentice hall.

Mubarak, Wahit & Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Notoadmojo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan Cetakan Kedua.Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Polit, D.F & Hungler, B.P (2005). Nursing Research Principles and Methodes. 6th. ed. Philadelphia. Lippincott.


(55)

Potter, P.A & Perry A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta: EGC.

Setiadi. (2007). Riset Keperawatan. Graha ilmu: Yogyakarta.

Stuart & Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Sudjana, M.A. (2004). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi ketiga. Bandung: Tarsito.

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk perawat. Jakarta: EGC.

Suzane & Brenda. (2001). Buku Ajar Keperawatan medikal-Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Wahid & Nurul. (2008). Konsep diri. Jakarta: EGC.

Wald, J. & Alvaro, R. (2004). Faktor-faktor psikologis dalam pekerjaan yang

berhubungan dengan amputasi: Pertimbangan untuk rehabilitasi

konselor. Diambil tanggal 26 maret 2010 dari


(56)

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items


(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

KISI-KISI INSTRUMEN

1. Potensi: Kemampuan yang dimiliki setiap individu yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dalam berprestasi.

Indikator Citra Tubuh

2. Perasaan : Suatu pengalaman subjektif sadar mengenai emosi yang dialami individu yang terus berubah dari hari ke hari.

3. Persepsi: Pandangan individu terhadap dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologis, memandang secara nyata terhadap dirinya.

4. Sikap: Suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari pasien terhadap dirinya sendiri, serta kesiapan atau kesediaan untuk bertindak sesuai dengan keinginan individu.

No Indikator citra tubuh No item

1 Potensi 2, 18, 19

2 Perasaan 3, 4, 6, 9, 10, 20

3 Persepsi 1, 8, 13


(62)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

GAMBARAN CITRA TUBUH PASIEN PASKA AMPUTASI

DI POLIKLINIK BEDAH ORTHOPEDI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DAN RSUD dr.PIRNGADI MEDAN

Saya adalah Mahasiswi S1 Ekstensi Fakultas Keperawatan USU yang sedang melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran citra tubuh pasien paska amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan.

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang membahayakan. Jika Bapak/Ibu bersedia, selanjutnya saya mohon kesediaan Bapak/Ibu mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu.

Identitas pribadi Bapak/ Ibu sebagai responden akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga Bapak/Ibu berhak mengundurkan diri tanpa ada sanksi apapun. Jika ada yang kurang jelas silahkan bertanya langsung kepada peneliti.

Terima kasih atas pertisipasi Bapk/Ibu dalam penelitian ini. Tanda Tangan :


(63)

KUESIONER

Kode : Tgl/waktu :

Alamat : Peneliti :

Bagian I: Kuesioner Data Demografi

Petunjuk: Isilah titik di bawah ini dan beri tanda checklist (√) pada salah satu kotak

yang tersedia sesuai dengan jawaban menurut anda benar.

1. Umur : …… Tahun 2. Jenis Kelamin

1. Laki-laki

2. Perempuan 3. Agama:

1. Islam

2. Kristen

3. Budha

4. Hindu 4. Pendidikan:

1. SD

2. SMP

3. SMA

4. Perguruan Tinggi 5. Suku:

1. Batak

2. Jawa

3. Minang

4. Lainnya, sebutkan…… 6. Pekerjaan:

1. PNS/ TNI/POLRI


(64)

3. Karyawan

4. Petani

5. Pelajar

Bagian II. CITRA TUBUH

Petunjuk: Berilah tanda cek (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan keadaan dan yang anda alami saat sekarang ini.

No Pernyataan Ya Tidak

1 Saya mengalami perubahan terhadap diri saya ketika setelah selesai operasi

2 Saya merasa bahwa potensi saya tidak berkurang setelah selesai operasi

3 Saya malu dengan keadaan tubuh saya seperti sekarang ini

4 Saya merasa sedih dengan keadaan tubuh saya seperti sekarang ini

5 Orang lain dilingkungan saya tidak dapat menerima saya dengan keadaan saya seperti sekarang ini

6 Saya merasa bahwa fungsi seluruh tubuh saya sudah tidak menarik lagi

7 Saya merasa tidak percaya diri dengan keadaan tubuh saya sekarang ini

8 Saya menganggap bahwa diri saya tidak menarik

9 Saya merasakan ketidaknyamanan sosial selama tinggal di lingkungan saya dengan keadaan fisik seperti sekarang ini

10 Saya merasa bahwa tubuh saya seperti sekarang ini adalah sebuah tanda kegagalan pribadi

11 Saya menolak untuk melihat bagian tubuh yang berubah

12 Saya menghindar dalam perawatan diri yang langsung berupa perawatan luka pada bekas operasi


(65)

13 Keluarga saya tidak memberikan dukungan moral kepada saya dengan keadaan saya seperti sekarang ini.

14 Saya selalu mengurung diri dan tidak mau bercerita tentang perasaan yang saya alami terhadap diri saya kepada orang yang dekat dengan saya

15

Saya tidak ingin mendiskusikan perasaan saya tentang perubahan citra tubuh saya dengan orang yang dekat dengan saya

16

Saya menarik diri atas kenyataan yang terjadi pada diri saya sendiri

17

Saya tidak menerima dengan keadaan yang terjadi pada diri saya sendiri

18

Saya menyukai semua yang ada pada diri saya

19

Saya dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan keadaan seperti sekarang ini

20

Saya merasa memiliki keterbatasan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan keadaan seperti sekarang ini.


(66)

TAKSASI DANA 1. Persiapan Proposal

- Biaya tinta dan kertas Print Proposal Rp 150.000,- - Fotokopi Sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 20.000,- - Biaya buku sumber tinjauan pustaka Rp 80.000,- - Perbanyak Proposal Rp 50.000,- - Biaya internet Rp 50.000,- - Izin Survey Rp 42.000,- - Konsumsi saat sidang proposal Rp 50.000,-

2. Pengumpulan Data

- Izin Penelitian Rp 140.000,- - Penggandaan Kuesioner Rp 45.000,- - Biaya Transportasi Rp 40.000,-

3. Analisa Data & Penyusunan Laporan Perbaikan.

- Biaya kertas dan tinta print Rp 150.000,- - Penjilidan Rp 40.000,- - Penggandaan Rp 50.000,- - Biaya tidak terduga

JUMLAH Rp 1.007.000 ,-


(67)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rosa Rifka Sitorus Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 03 agustus 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jln. D.I. Panjaitan No 14 Tarutung Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 173104 Tarutung : Tahun 1994-2000 2. SMP Negeri 2 Tarutung : Tahun 2000-2003 3. SMA Negeri 2 Tarutung : Tahun 2003-2006 4. DIII Keperawatan Medistra : Tahun 2006-2009 5. S1 Keperawatan ekstensi USU : Tahun 2009-2011


(68)

(69)

(70)

(1)

13 Keluarga saya tidak memberikan dukungan moral kepada saya dengan keadaan saya seperti sekarang ini.

14 Saya selalu mengurung diri dan tidak mau bercerita tentang perasaan yang saya alami terhadap diri saya kepada orang yang dekat dengan saya

15

Saya tidak ingin mendiskusikan perasaan saya tentang perubahan citra tubuh saya dengan orang yang dekat dengan saya

16

Saya menarik diri atas kenyataan yang terjadi pada diri saya sendiri

17

Saya tidak menerima dengan keadaan yang terjadi pada diri saya sendiri

18

Saya menyukai semua yang ada pada diri saya

19

Saya dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan keadaan seperti sekarang ini

20

Saya merasa memiliki keterbatasan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan keadaan seperti sekarang ini.


(2)

TAKSASI DANA

1. Persiapan Proposal

- Biaya tinta dan kertas Print Proposal Rp 150.000,- - Fotokopi Sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 20.000,- - Biaya buku sumber tinjauan pustaka Rp 80.000,-

- Perbanyak Proposal Rp 50.000,-

- Biaya internet Rp 50.000,-

- Izin Survey Rp 42.000,-

- Konsumsi saat sidang proposal Rp 50.000,- 2. Pengumpulan Data

- Izin Penelitian Rp 140.000,-

- Penggandaan Kuesioner Rp 45.000,-

- Biaya Transportasi Rp 40.000,-

3. Analisa Data & Penyusunan Laporan Perbaikan.

- Biaya kertas dan tinta print Rp 150.000,-

- Penjilidan Rp 40.000,-

- Penggandaan Rp 50.000,-

- Biaya tidak terduga

JUMLAH Rp 1.007.000 ,-


(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rosa Rifka Sitorus

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 03 agustus 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jln. D.I. Panjaitan No 14 Tarutung Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 173104 Tarutung : Tahun 1994-2000 2. SMP Negeri 2 Tarutung : Tahun 2000-2003 3. SMA Negeri 2 Tarutung : Tahun 2003-2006 4. DIII Keperawatan Medistra : Tahun 2006-2009 5. S1 Keperawatan ekstensi USU : Tahun 2009-2011


(4)

(5)

(6)