BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era perdagangan global dan perkembangan industri pada saat ini merupakan salah satu perkembangan yang sangat aktual serta memperoleh perhatian yang seksama dalam
masa sepuluh tahun terakhir ini, dan apabila dilihat kecenderungannya di masa yang akan datang adalah semakin meluasnya arus globalisasi baik di bidang sosial, ekonomi, budaya
maupun di bidang-bidang kehidupan lainnya. Perkembangan teknologi informasi dan transportasi telah menjadikan kegiatan di sektor perdagangan meningkat secara pesat dan
bahkan telah menempatkan dunia sebagai pasar tunggal bersama.
4
Perkembangan industri dan perdagangan tersebut secara tidak langsung menyebabkan dunia usaha menjadi arena
persaingan bisnis yang ketat dan selektif. Keberadaan teknologi modern yang mampu mempersingkat jarak, waktu, membuat negara-negara di dunia seakan menjadi satu, dan
di bidang perdagangan menyebabkan saling ketergantungan serta saling mempengaruhi. Apabila diperhatikan, era perdagangan global tersebut hanya dapat dipertahankan
jika terdapat iklim persaingan usaha yang sehat. Namun amat disayangkan dunia industri dan perdagangan nasional sendiri dewasa ini menunjukkan berbagai gejala persaingan
perebutan pasar yang tidak sehat, tidak simpatik, serta tidak mengindahkan nilai-nilai etis dalam perdagangan. Keadaan ini sering kali bukan hanya merugikan produsen, tetapi juga
merugikan masyarakat luas khususnya konsumen. Disinilah merek sebagai salah satu wujud karya intelektual memegang peranan yang amat penting di dalam mencegah
4
Lihat Penjelasan Umum Atas UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek
Miftahul Haq : Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Sengketa Pembatalan Pendaftaran Merek Berdasarkan…, 2007 USU e-Repository © 2008
terjadinya persaingan usaha tidak sehat, begitu pentingnya peran suatu merek dapat dilihat seperti yang ditegaskan OK. Saidin bahwa :
“Dengan merek, produk barang atau jasa sejenis dapat dibedakan asal muasalnya, kualitasnya serta keterjaminan bahwa produk itu original. Kadangkala yang
membuat harga suatu produk menjadi mahal bukan produknya, tetapi mereknya. Merek adalah sesuatu yang ditempelkan atau dilekatkan pada satu produk, tetapi
ia bukan produk itu sendiri. Seringkali setelah barang dibeli, mereknya tak dapat dinikmati oleh si pembeli. Merek mungkin hanya menimbulkan kepuasan saja
bagi pembeli. Benda materiilnyalah yang dapat dinikmati. Merek itu sendiri ternyata hanya benda immateril yang tak dapat memberikan apa pun secara fisik.
Inilah yang membuktikan bahwa merek itu merupakan hak kekayaan immateril”.
5
Selanjutnya merek juga memegang peranan yang amat penting bagi kelancaran
dan peningkatan perdagangan barang dan jasa, merek berfungsi sebagai tanda yang digunakan untuk membedakan produk barang dan atau jasa tertentu dengan yang
lainnya dalam rangka memperlancar perdagangan, menjaga kualitas, dan melindungi produsen dan konsumen.
6
Hal senada juga ditegaskan oleh Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah bahwa “suatu merek merupakan alat untuk membedakan barang dan jasa
yang diproduksi oleh suatu perusahaan dengan maksud untuk menunjukkan ciri dan asal usul barang indication of origin”.
7
Sedangkan menurut Insan Budi Maulana menegaskan bahwa “merek dapat dianggap sebagai roh bagi suatu produk barang atau
jasa”.
8
Merek sebagai tanda pengenal akan dapat menggambarkan jaminan kepribadian individuality dan reputasi barang dan jasa hasil usahanya sewaktu diperdagangkan.
9
5
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual Intellectual Property Rights, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004, hal 329-330.
6
http:www.asiamaya.comkonsultasi_hukumhakilingkup_haki.htm, diakses tanggal 13 Februari 2007.
7
Muhammad Djumhana, R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual, Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 149.
8
Insan Budi Maulana dikutip dalam Ridwan Khairandy, Perlindungan Hukum Merek Dan Problematika Penegakan Hukumnya, Kapita Selekta Hak Kekayaan Intelektual I, Pusat Studi Hukum UII
dan Yayasan Klinik HAKI, Yogyakarta, 2000, hal 114.
9
Ibid hal 114.
Miftahul Haq : Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Sengketa Pembatalan Pendaftaran Merek Berdasarkan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Lebih lanjut bila berbicara mengenai merek maka dapat dipahami bahwa persoalan merek tidak terlepas dari Hak Kekayaan Inteletual HaKI, yang merupakan
hak yang timbul atas hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia, pada intinya Hak Kekayaan Intelektual adalah hak untuk
menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual, sedangkan objek yang diatur di dalamnya adalah karya-karya yang timbul atau lahir dari kemampuan intelektual
manusia.
10
Sedangkan menurut A. Zen Umar Purba yang mengatakan bahwa : “Hak Kekayaan Intelektual “HKI” atau “HaKI” adalah konsep yang sederhana
dan logis. Sebab pada intinya ia mengatur tentang penghargaan atas karya orang lain, yang berguna bagi masyarakat banyak. Ini merupakan titik awal dari
pengembangan lingkungan yang kondusif untuk pengembangan invensi, kreasi, desain dan lain-lain bentuk karya intelektual. Hak kekayaan intelektual bersifat
privat. Namun hak kekayaan intelektual hanya akan bermakna jika diwujudkan dalam bentuk produk di pasaran, digunakan dalam siklus permintaan, dan
penawaran, dan karena itu memainkan suatu peranan dalam bidang ekonomi”.
11
Dengan demikian dapat dipahami bahwa merek merupakan salah satu bagian
yang cukup penting dalam bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual HaKI, khususnya dalam bidang perdagangan, karena pemberian suatu merek terhadap barang atau jasa
dapat menunjukkan kualitas atau mutu suatu barang atau jasa tersebut, serta juga dapat mencegah terjadinya peniruan, seperti yang diungkapkan oleh Sentosa Sembiring bahwa :
“Salah satu bidang kajian dalam HKI yang cukup berperan dalam bisnis pedagangan dewasa ini adalah merek Trademark, mengapa? Karena masalah
merek erat sekali kaitannya dengan produk yang ditawarkan oleh produsen baik berupa barang maupun jasa. Bagi konsumen timbul suatu prestise tersendiri bila ia
menggunakan merek tertentu. Jadi dalam masyarakat ada semacam anggapan,
10
Rizki Ismanto, M. Ali Aranoval, Kewenangan Pengadilan Negeri Dalam Memeriksa Kasus Tindak Pidana Paten Berdasarkan Kasus No. 38PID204PN. Jakarta Timur, Divisi Advokasi MaPPI FH
UI, http:www.pemantauperadilan.comAnalisaphp, diakses tanggal 12 Februari 2007.
11
A. Zen Umar Purba, Peta Mutakhir Hak Kekayaan Intelektual Indonesia, disampaikan pada acara Orientasi Kepailitan bagi Para Hakim Agung, diselenggarakan oleh Pusdiklat Mahkamah Agung RI,
tanggal 29 Januari 2002, Makalah Dirjen HaKI, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, hal 1.
Miftahul Haq : Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Sengketa Pembatalan Pendaftaran Merek Berdasarkan…, 2007 USU e-Repository © 2008
bahwa merek yang digunakan dapat menunjukkan status sosial sang pemakai merek....”.
12
Seperti yang telah dijelaskan bahwa suatu merek baik itu yang berbentuk merek dagangmerek barang dan merek perniagaan serta merek yang menunjukkan asal usul
barang, merupakan hal yang penting dalam kehidupan masyarakat selaku konsumen, terutama dalam lalu lintas perdagangan. Seiring dengan perkembangan dan semakin
majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, baik langsung maupun tidak langsung, telah membawa dampak yang cukup besar terhadap suatu produk yang diperdagangkan, karena
hal itu berkaitan dengan kualitas dan jaminan atas barangproduk yang ditawarkan kepada konsumen, dan dengan merek tersebut konsumen dapat membedakan antara produk yang
satu dengan produk yang lainnya, antara produk yang berkualitas dengan produk yang tidak berkualitas.
Karena demikian pentingnya peran merek dalam kehidupan pasar, seringkali merek menjadi komoditi yang sangat laku untuk diperdagangkan, sehingga memunculkan
praktek pemalsuan atau peniruan merek atas suatu produk yang laris dan berkualitas di pasar dewasa ini, yang jelas merek mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi sekali,
oleh sebab itulah maka merek perlu dilindunggi oleh hukum, baik oleh hukum nasional maupun hukum internasional.
13
Indonesia sebagai negara yang berdasarkan atas hukum rechtsstaat dan bukan berdasarkan atas kekuasan belaka machtsstaat,
14
telah pula berupaya memberikan perlindungan hukum di bidang Hak atas Kakayaan Intelektual HaKI, khususnya pada
12
Sentosa Sembiring, Prosedur dan Tata Cara Memperoleh Hak Kekayaan Intelektual di Bidang Hak Cipta Paten dan Merek, Yrama Widya, Bandung, 2002, hal 31.
13
Syafrinaldi, Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intetektual, UIR Press, Pekanbaru, 2001, hal 54.
14
Secara tegas di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada Pasal 1 ayat 3 menegaskan bahwa : “Negara Indonesia adalah negara hukum”.
Miftahul Haq : Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Sengketa Pembatalan Pendaftaran Merek Berdasarkan…, 2007 USU e-Repository © 2008
bidang merek sebagai bagian dari lingkup Hak atas Kakayaan Inteletual HaKI, perlindungan hukum terhadap merek diberikan dikarenakan merek memegang peranan
yang amat penting yang oleh karenanya memerlukan suatu sistem pengaturan yang lebih memadai dan baik agar dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan itulah dan juga sejalan dengan perjanjian-perjanjian internasional yang telah diratifikasi Indonesia,
15
serta pengalaman melaksanakan administrasi merek, maka diperlukan penyempurnaan Undang-Undang
Merek yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek-merek Perniagaan, yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 1992 Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 81 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 31
selanjutnya disebut Undang-Undang merek lama, dengan satu Undang-Undang tentang merek yang baru.
16
Adapun Undang-Undang yang mengatur tentang merek yang baru adalah Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek apabila diperhatikan telah berupaya memberikan perlindungan kepada pemegang hak atas merek terdaftar
semaksimal mungkin, seperti adanya keharusan pemilik merek untuk mendaftarkan mereknya sebelum memakai merek, agar terciptanya kepastian hukum kepemilikan
merek, juga mengenai sanksi yang akan dijatuhkan semakin diperberat, ini semua
15
Sebagai peserta Agreement, Establishing the World Trade Organization dan dengan sendirinya Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property RightsPersetujuan TRIPs, maka Indonesia
telah memiliki dan melaksanakan sistem hak kekayaan intelektual. Selain itu konvensi-konvensi internasional yang berkaitan dengan hak kekayaan intelektual yang telah diratifikasi Indonesia, yaitu Paris
Convention for the Protection of Industrial Property and Convention Establishing the World Intellectual Property Organization, Patent Cooperation Treaty PCT and Regulations under the PCT, Trademark Law
Treaty, Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works, WIPO Copyright Treaty, A. Zen Umar Purba, op.cit., hal 5.
16
Ahmadi Miru, Hukum Merek Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal 1-2.
Miftahul Haq : Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Sengketa Pembatalan Pendaftaran Merek Berdasarkan…, 2007 USU e-Repository © 2008
bertujuan agar dapat mengurangi pelanggaran-pelanggaran hak atas merek terdaftar, sehingga apabila dilihat secara teori hak atas merek bagi pemegang merek telah
dilindungi, namun amat disayangkan bila dilihat dalam prakteknya dilapangan masih cukup banyak pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
perkara-perkara yang terjadi berkaitan dengan pemalsuan maupun peniruan baik pada pokoknya maupun secara keseluruhan terhadap suatu merek terdaftar.
Dalam kehidupan dunia usaha sehari-hari dalam rangka mencapai pasaran bagi produk usaha, tidak jarang terjadi perbuatan melanggar hukum dan persaingan tidak sehat
seperti peniruan, pemalsuan atau pemakaian merek tanpa hak terhadap merek-merek tertentu, dan juga perbuatan-pebuatan tidak jujur lainnya.
Perbuatan melawan hukum yang dilakukan terhadap merek terdaftar sebagai bentuk usaha persaingan yang tidak jujur unfair competition itu antara lain berupa
praktek peniruan merek dagang, serta tindakan-tindakan atau indikasi-indikasi yang dapat mengacaukan publik berkenaan dengan sifat dan asal usul dari suatu merek.
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek yang merupakan penyempurnaan dari undang-undang merek yang telah ada sebelumnya
diharapkan mampu memberikan jaminan hukum seluas-luasnya, sehingga dapat melindunggi dari segala bentuk perbuatan-perbuatan melawan hukum tersebut.
Lebih lanjut apabila dilihat di lapangan selain daripada begitu banyaknya perbuatan melawan hukum atau pelanggaran yang dilakukan terhadap merek terdaftar
seperti praktek peniruan merek dagang, dan lain sebagainya, salah satu permasalahan yang sering menimbulkan sengketa antara pemegang merek yang satu dengan yang lain
adalah menyangkut mengenai adanya persamaan pada pokoknya antara merek yang satu
Miftahul Haq : Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Sengketa Pembatalan Pendaftaran Merek Berdasarkan…, 2007 USU e-Repository © 2008
dengan merek yang lain yang telah sama-sama terdaftar, sehingga mengakibatkan harus adanya suatu pembatalan terhadap salah satu merek yang dipersengketakan tersebut.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang merupakan penyempurnaan dari undang-undang merek yang telah ada sebelumnya, memberikan
penegasan bahwa apabila terjadi suatu sengketa terhadap suatu merek terdaftar, maka gugatan pembatalan pendaftaran merek tersebut dapat diajukan pada Pengadilan Niaga
17
, sedangkan untuk melaksanakan pembatalan suatu merek kewenangannya berada pada
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia HAM Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan mencoret merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek, dan
diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis berminat untuk melakukan
penelitian dalam tesis ini mengenai Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Sengketa Pembatalan Pendaftaran Merek Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
Tentang Merek Studi Kasus Pada Putusan-Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
B. Permasalahan