Gambaran Umum Mengenai Sengketa Merek

BAB II LATAR BELAKANG TERJADINYA SENGKETA GUGATAN PEMBATALAN

ATAS PENDAFTARAN MEREK PADA PENGADILAN NIAGA

A. Gambaran Umum Mengenai Sengketa Merek

Sebelum dibahas mengenai latar belakang terjadinya sengketa gugatan pembatalan atas pendaftaran merek, ada baiknya terlebih dahulu di tinjau pengertian sengketa atau perselisihan. 86 Perselisihan secara negatif dalam bahasa Indonesia sinonim dengan pertikaian, persengketaan, pertengkaran, perdebatan, percekcokan, permusuhan atau secara lebih tajam perkelahian, perperangan, pertempuran, persiteruan sedang dalam bahasa Inggris sinonim dengan conflict, fighting, af-fray, brawl, combat, feud, fray, fracas, war, row, discord, clash, quarrel, wrangle, argument, battle, contention, altercation, squabble. Banyaknya istilah yang sinonim dengan perselisihan walaupun ada perbedaan konteks dalam penggunaan istilah tersebut menggambarkan bahwa perselisihan memang bagian dari kehidupan manusia sehingga begitu banyak istilah yang dapat digunakan untuk mengungkapkannya. Lebih lanjut menurut Nader dan Todd sebagaimana dikutip oleh T.O. Ihromi, ada 3 tiga fase atau tahap dalam proses bersengketa : 1. Tahap Pra konflik atau tahap keluhan, yang mengacu kepada keadaan atau kondisi yang oleh seseorang atau suatu kelompok dipersepsikan sebagi hal yang tidak adil dan alasan-alasan atau dasar-dasar dari adanya perasaan itu. Pelanggaran terhadap rasa keadilannya itu dapat bersifat nyata atau imajinasi saja tergantung pada persepsi pihak yang merasa ketidakadilan tersebut. Dalam hal ini yang penting adalah pihak yang merasakan bahwa haknya dilanggar atau dia diperlakukan dengan salah. Situasi keluhan perasaan diperlakukan tidak adil ini mengandung suatu potensi untuk meningkat menjadi konflik atau justru menghindar. Perasaan diperlakukan tidak adil dapat lebih memuncak disebabkan oleh suatu konfrontasi atau eskalasi, dan 86 Istilah sengketa merupakan terjemahan dari kata dispute yang mengandung arti adanya perbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak atau lebih. Miftahul Haq : Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Sengketa Pembatalan Pendaftaran Merek Berdasarkan…, 2007 USU e-Repository © 2008 justru terelakkan karena secara sengaja kontak dengan lawan dihindari atau pihak kedua tidak memberi reaksi terhadap tantangan yang diajukan; 2. Tahap konflik yang ditandai dengan keadaan dimana pihak yang merasa haknya dilanggar memilih jalan konfrontasi, melemparkan tuduhan kepada pihak pelanggar haknya, atau memberitahukan kepada pihak lawannya tentang keluhannya. Kedua belah pihak sadar mengenai adanya suatu perselisihan pendapat antara mereka, dalam tahap ini kedua belah pihak berhadapan; 3. Tahap sengketa dispute, terjadi karena konflik mengalami eskalasi, berhubung karena adanya konflik itu dikemukakan secara umum. Suatu sengketa hanyalah terjadi bila pihak yang mempunyai keluhan semula atau seseorang atas namanya telah meningkatkan perselisihan pendapat yang semula dari pendekatan dua pihak menjadi hal yang memasuki bidang publik, ini dilakukan dengan sengaja dan aktif dengan maksud supaya ada sesuatu tindakan mengenai tuntutan yang diinginkan. 87 Lebih lanjut Bolton juga mengaskan bahwa setidaknya ada 10 sepuluh faktor yang dapat menjadi sumber konflik atau sengketa, 88 yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Menghambat tujuan pribadi; 2. Kehilangan status kedudukan; er; g adil dari sumber-sumber langka; dan berbenturan; 9. Kesalahpahaman atau salah mengerti; 10. Pembelaan harga diri. 89 3. Kehilangan otonomi kekuasaan; 4. Kehilangan sumber-sumb 5. Tidak mendapat bagian yan 6. Mengancam suatu nilai; 7. Mengancam suatu norma; 8. Kebutuhan yang berbeda 87 Nader, Todd, dikutip dalam T.O. Ihromi, Beberapa Catatan Mengenai Metode Kasus Sengketa, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1993, hal 209-210. 88 Menurut A. Mukti Arto yang mengemukakan bahwa sumber konfliksengketa akan mempengaruhi karakteristik dari konfliksengketa tersebut, dimana sumber yang paling dominan menimbulkan konfliksengketa akan menunjukkan karakteristik yang paling menonjol, sedangkan karakteristik dapat diklasifikasikan dalam tiga macam yaitu : 1. Karakter Formal, yaitu sifat konfliksengketa yang melekat pada hukum yang mengaturnya, yang timbul karena materi hukum itu sendiri, misalnya kurang jelas mengundang berbagai penafsiran, terjadinya kerancuan atau terdapatnya berbagai sistem hukum yang sama-sama berlaku dan sebagainya; 2. Karakter Material kebendaan yaitu sifat konfliksengketa yang melekat pada wujud dari barang sengketa itu sendiri, seperti ketidaksepahaman, perbenturan kepentingan, perebutan sumber-sumber, menghambat tujuan pribadi, kehilangan status atau kedudukan, kehilangan otonomi atau kekuasaan, tidak mendapat bagian yang adil, dan sebagainya yang bersifat material; 3. Karakter emosional, yaitu sifat konfliksengketa yang melekat pada emosi manusianya, seperti karena perasaan-perasaan negatif antar pihak-pihak, kemarahan, kesalahpahaman salah mengerti, serta perbedaan gaya hidup dan sebagainya., A. Mukti Arto, Mencari Keadilan, Kritik, dan Solusi Terhadap Praktek Peradilan Perdata di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal 39. 89 Ibid Miftahul Haq : Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Sengketa Pembatalan Pendaftaran Merek Berdasarkan…, 2007 USU e-Repository © 2008 Selanjutnya bila berbicara mengenai sengketa merek, maka sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa suatu sengketa merek itu timbul dikarenakan adanya perbuatan-perbuatan melawan hukum dan persaingan usaha yang tidak sehat atau tidak jujur unfair competition timbulnya hal tersebut dikarenakan perkembangan dan kebutuhan masyarakat pada umumnya yang semakin kompleks, termasuk bidang produksi barang dan jasa, yang di dalam pelaksanaannya produksi tersebut adakalanya terdapat hubungan hukum yang menimbulkan benturan kepentingan antara beberapa pihak terkait, sehingga mengakibatkan suatu sengketa. Perbuatan-perbuatan melawan hukum dan persaingan usaha yang tidak sehat atau tidak jujur unfair competition itu, dapat berupa peniruan, pemalsuan atau pemakaian merek tanpa hak terhadap merek-merek tertentu, serta tindakan-tindakan atau indikasi- indikasi lainnya yang dapat mengacaukan publik berkenaan dengan sifat dan asal usul dari suatu merek. Adapun beberapa variasi dari perbuatan persaingan curang yang menyangkut penggunaan merek, akan tetapi tidak semuanya dapat dikategorikan sebagai bentuk pemalsuan merek, antara lain : k bisa dikatakan sebagai 1. PARALEL IMPORT, yaitu masuknya barang-barang asli yang diimport oleh pihak ketiga yang bukan importir atau agen resmi. Dalam hal telah ditunjuk agen tunggal maka dengan adanya import paralel akan merugikan agen tunggal tersebut. Biasanya agency agrreement dibuat klausula tentang pinalti terhadap principal apabila agen bisa membuktikan tentang adanya import paralel ini. Seperti dalam kasus televisi SONY built up yang dimasukkan ke Indonesia dalam jumlah besar sehingga membuat perusahaan perakit yang resmi dirugikan. Dalam hal ini perbuatan tersebut tida counterfeiting karena barang maupun mereknya asli; 2. TRADE DRESS yaitu peniruan terhadap opmaak, warna dan bentuk kemasan yang tidak termasuk merek terdaftar. Contoh kasus TIIP-EX versus RE-TYPE, pihak merek terdaftar TIIP-EX merasa bahwa pendaftaran merek RE-TYPE merupakan peniruan terhadap opmaak dan desain kemasan barangnya Miftahul Haq : Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Sengketa Pembatalan Pendaftaran Merek Berdasarkan…, 2007 USU e-Repository © 2008 sebagaimana pemakaian sebenarnya. Dalam hal ini permohonan pendaftaran merek RE-TYPE dikabulkan oleh kantor merek, oleh karena pendaftaran merek TIIP-EX tidak mencakup trade dressnya, sehingga tidak ada alasan n perbuatan ini tidak dapat dikategorikan sebagai counterfeiting. Lebih lanjut apabila dilihat di lapangan selain daripada begitu banyaknya perbuatan melawan hukum atau pelanggaran yang dilakukan terhadap merek terdaftar seperti praktek peniruan merek dagang, dan lain sebagainya, salah satu permasalahan yang sering menimbulkan sengketa antara pemegang merek yang satu dengan yang lain adalah menyangkut mengenai adanya persamaan pada pokoknya antara merek yang satu dengan merek yang lain yang telah sama-sama terdaftar, sehingga mengakibatkan harus adanya suatu pembatalan terhadap salah satu merek yang dipersengketakan tersebut. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, sebenarnya telah mempunyai beberapa tindakan preventif untuk menanggulangi apabila keadaan-keadaan di atas terjadi, yakni antara lain : 1. Pembatalan pendaftaran merek, dimana gugatan pembatalan merek ini dapat diajukan oleh : a. Pemilik merek terdaftar; formal bagi kantor merek untuk menolak pendaftaran merek RE-TYPE; 3. OVERRUN, yaitu pembuatan barang-barang dengan merek asli oleh penerima lisensi melebihi jumlah yang diperkenankan dalam perjanjian lisensi selama berlakunya perjanjian lisensi. Perbuatan ini tidak bisa dikategorikan sebagai pemalsuan merek. Tindakan yang dapat diambil oleh pemberi lisensi adalah berdasarkan ketentuan-ketentuan pinalti yang terdapat di dalam perjanjian lisensi, yang hampir sama dengan penjualan barang sisa ekspor untuk pasar lokal dengan memakai merek asli seperti yang dipesan buyer luar negeri, dimana biasanya produsen membuat lebih dari jumlah yang dipesan dan setelah diekspor sisanya dijual di pasar domestik. Hal ini walau tidak dikehendaki oleh pemilik merek yang memesan barang-barang tersebut, namun demikia 90 90 Wahdini Syafrina S. Tala, Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Sengketa Merek Terkenal Studi Atas Putusan Pengadilan, Tesis, Magister Kenotariatan, Program PascaSarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2006, hal. 67-68. Miftahul Haq : Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Sengketa Pembatalan Pendaftaran Merek Berdasarkan…, 2007 USU e-Repository © 2008 b. Pemilik merek tidak terdaftar setelah terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada Direktorat Jenderal. 91 Sedangkan tenggang waktu untuk mengajukan pembatalan pendaftaran merek ke Pengadilan ini diatur dalam 3 tiga macam, yaitu : a. Selama jangka waktu 5 lima tahun sejak tanggal pendaftaran merek; dan b. Tanpa batas waktu. 92 2. Penghapusan pendaftaran merek Dalam hal penghapusan pendaftaran merek ini ada 3 tiga kemungkinan, yaitu : a. Penghapusan atas permintaan pemilik merek terdaftar, penghapusan ini berlaku untuk seluruh atau sebagian jenis barangjasa yang diajukan kepada Kantor Merek, sedangkan dalam hal merek lisensi, penghapusan harus dengan persetujuan pihak penerima lisensi; 93 b. Penghapusan atas prakarsa Kantor Merek, penghapusan ini dapat dilakukan dengan ketentuan jika merek tidak digunakan selama 3 tiga tahun berturut-turut dalam perdagangan barang dan atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir dan juga merek digunakan untuk jenis barang danatau jasa 91 Sebagaimana yang ditegaskan oleh Pasal 68 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang menyebutkan bahwa : 1 “Gugatan pembatalan pendaftaran merek dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, atau Pasal 6”; 2 “Pemilik Merek yang tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 setelah mengajukan Permohonan kepada Direktorat Jenderal”. 92 Sebagaimana yang ditegaskan oleh Pasal 69 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang menyebutkan bahwa : 1 “Gugatan pembatalan pendaftaran merek hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5 lima tahun sejak tanggal pendaftaran merek”; 2 “Gugatan pembatalan dapat diajukan tanpa batas waktu apabila merek yang bersangkutan bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum”. 93 Sebagaimana yang ditegaskan oleh Pasal 61 ayat 1 UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang menyebutkan bahwa : “Penghapusan pendaftaran merek dari Daftar Umum Merek dapat dilakukan atas prakarsa Direktorat Jenderal atau berdasarkan permohonan pemilik merek yang bersangkutan Miftahul Haq : Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Sengketa Pembatalan Pendaftaran Merek Berdasarkan…, 2007 USU e-Repository © 2008 yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek yang didaftar; 94 c. Larangan serupa lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; d. Penghapusan atas perintah Pengadilan. 3. Gugatan atas peniruan merek Perbuatan seperti pemalsuan, peniruan dan lain-lain dapat dituntut menurut ketentuan hukum perdata, Hal seperti ini dapat dilihat dalam pernyataan Pasal 1365 KUH Perdata, 95 yang juga sejalan dengan Pasal 76 ayat 1 Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 yang juga ada menyebutkan gugatan tentang kerugian, gugatan tersebut diajukan kepada Pengadilan Niaga. 96 Gugatan ganti rugi ini dapat bersifat materiil maupun immateriil. Sedangkan dalam hal penerima lisensi merek, penerima lisensi merek dapat mengajukan gugatan atas pelangaran merek baik secara sendiri ataupun bersama-sama dengan pemilik merek yang bersangkutan. 97 4. Penyelesaian Menurut Hukum Pidana Ini dapat dilihat ketentuannya pada Pasal 1339 KUHP, selain itu pada Pasal 90 sampai dengan Pasal 95 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek juga mengatur ketentuan pidana bagi pelanggaran merek baik berupa denda maupun penjara dan kurungan. 5. Penanganan oleh Pihak Pabean 94 Lihat Pasal 61ayat 1 dan 2 UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek. 95 Pasal 1365 KUHPerdata dengan tegas menyatakan bahwa : “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. 96 Lihat Pasal 76 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek. 97 Lihat Pasal 77 UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek. Miftahul Haq : Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Sengketa Pembatalan Pendaftaran Merek Berdasarkan…, 2007 USU e-Repository © 2008 Badan ini mempunyai kewenangan atas inisiatif sendiri untuk menunda pelepasan barang-barang yang telah terbukti melakukan pelanggaran di bidang Hak Milik Intelektual, badan ini juga berwenang untuk memusnahkan barang-barang hasil pelanggaran tersebut serta melarang agar barang-barang tersebut tidak diekspor kembali. 6. Penanganan Badan Standar Industri Barang-barang yang memakai merek tanpa hak dapat diyakini tidak memiliki kriteria standar industri yang ditetapkan, baik komposisi maupun kualitasnya, dengan demikian dapat dikatakan berada di bawah standar inferior quality goods of services, tindakan semacam ini merupakan salah satu objek dari Badan Standar Industri yang dalam hal ini dapat mengeluarkan keputusan untuk melarang barang-barang tersebut beredar karena merugikan konsumen serta pemilik merek. 7. Pengawasan oleh Badan Standar Periklanan Badan ini berfungsi untuk mengawasi situasi persaingan yang ada melalui kode etik periklanan.

B. Latar Belakang Terjadinya Sengketa Gugatan Pembatalan Atas Pendaftaran

Dokumen yang terkait

Sikap Pengadilan Terhadap Penyelesaian Sengketa Atas Merek Dagang Terkenal (Studi Pada Putusan Pengadilan Niaga Medan)

1 33 187

Penyelesaian sengketa merek menurut undang undang nomor 15 tahun 2001 Tentang merek (studi kasus sengketa antara honda karisma dan tossa krisma)

0 2 123

Tinjauan Yuridis Terhadap Pendaftaran Merek Terkenal Berdasarkan Hukum International dan Undang-Undang no. 15 Tahun 2001.

0 1 8

IMPLIKASI GLOBAL PENDAFTARAN INTERNASIONAL MEREK BERDASARKAN PROTOKOL MADRID 1989 TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK.

0 0 2

ANAISIS PUTUSAN MA NOMOR 445K/PDT.SUS/2012 TENTANG HAK PRIORITAS PADA PENDAFTARAN MEREK DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG MEREK NOMOR 15 TAHUN 2001.

0 0 1

STUDI KASUS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NIAGA JAKARTA PUSAT PERKARA NO. 02/PDT.SUS/MEREK/2014/PN.NIAGA.JKT.PST MENGENAI PEMBATALAN MEREK VAIO BERDASARKAN UU NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK.

0 3 2

LEGAL MEMORANDUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NIAGA SEMARANG NOMOR 04/HAKI/M/2011/PN.NIAGA.SMG MENGENAI SENGKETA MEREK KI-KO DENGAN KEIKO DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO.15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK.

0 0 1

STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 890K/PDT.SUS/2012 TAHUN 2013 MENGENAI PEMBATALAN MEREK WHITE HORSE DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK.

0 0 1

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENDAFTARAN MEREK DAGANG YANG BERSIFAT KETERANGAN BARANG (DESCRIPTIVE TRADEMARK) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK.

0 2 11

BAB I PENDAHULUAN - Perlindungan Merek Terkenal Berdasarkan Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek Dalam Sengketa Merek (Studi Putusan Nomor 45/Pdt.Sus-Merek/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst) - Ubharajaya Repository

0 0 15