2.4. Sifat-sifat Tanah
2.4.1. Sifat Kimia Tanahn Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan.
Berbicara tentang sifat kimia tanah, tidak terlepas dari persoalan unsur-unsur kimia dan reaksi kimia yang pembahasannya agak rumit. Namun, pembahasan akan
lebih ditekankan pada aspek praktisnya sehingga akan sangat membantu dalam mencapai efektivitas pemupukan. Dengan mengetahui sifat kimia tanah akan didapat
gambaran jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu memberikan gambaran reaksi pupuk setelah ditebarkan ke
tanah. a.
Unsur Hara Esensial Tumbuhan tingkat tinggi memperoleh unsur Karbon C dan Oksigen O
2
dari udara melalui stomata yang terdapat di permukaan daun. Kedua unsur tersebut selanjutnya
diproses melalui mekanisme fotosintesis. Unsur Hydrogen H didapatkan dalam bentuk Air H
2
O. Unsur mineral lainnya diperoleh tanaman dari dalam tanah, yakni Nitrogen N, Kalium K, Fosfor P, Magnesium Mg, Sulfur S, Kalsium Ca,
Besi Fe, Seng Zn, Mangan Mn, Tembaga Cu, Boron B, Molybdenum Mo, dan Khlor Cl.
Berdasarkan kandungan unsur kimia di atas, tidak berarti jaringan tubuh tanaman sebagian besar terdiri dari unsur-unsur kimia yang diserap dari dalam
tanah. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan bahwa sebagian besar 94 - 99,5 jaringan tubuh tanaman terdiri dari unsur C, H, dan O
2
sisanya 0,5-6 terdiri dari dalam tanah. Meskipun dalam jaringan tubuh tanaman jumlah unsur hara
Universitas Sumatera Utara
yang berasal dari tanah sangat kecil, peranannya dalam pertumbuhan tanaman sangat besar.
b. Larutan Tanah
Larutan tanah adalah air yang terdapat diantara pori-pori tanah. Larutan ini mengandung ion-ion terlarut yang dapat diserap oleh akar tanaman. Diantaranya
terdapat juga ion-ion yang tidak berguna atau bersifat racun bagi tanaman, seperti alumunium. Larutan tanah identik dengan larutan garam yang mudah berubah
konsentrasi kepekatan dan susunan kimianya. Di daerah kering, kadar garam larutan tanah lebih tinggi daripada di daerah
basah. Sering kali kadar garam larutan tanah menghambat pertumbuhan tanaman. Kadar garam sebesar 0,5 saja sudah berbahaya bagi tanaman.
c. pH Tanah Keasaman atau pH potential of hidrogen adalah nilai pada skala 0-14 yang
menggambarkan jumlah relatif ion H
+
terhadap ion OH
-
di dalam larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi jika nilai pH berada pada kisaran 0-6. Artinya, larutan
tanah mengandung ion H
+
dalam larutan tanah lebih kecil dari pada ion OH
-
, larutan tanah disebut bereaksi basa alkali atau memiliki nilai pH 8-14. Jika jumlah ion H
+
di dalam larutan tanah sama dengan jumlah ion OH
-
, larutan tanah disebut bereaksi netral dengan pH 7. Semakin banyak kandungan ion H
+
di dalam larutan tanah, reaksi tanah tersebut akan semakin asam.
Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium, atau Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air ke lapisan tanah
yang lebih bawah pencucian atau hilang diserap oleh tanaman. Karena ion-ion
Universitas Sumatera Utara
positif yang melekat pada koloid tanah berkurang, kation pembentuk asam seperti Hydrogen dan Alumunium akan menggantikannya. Terlalu banyak pupuk Nitrogen,
seperti ZA, juga menyebabkan tanah menjadi lebih asam karena reaksinyaa didalam tanah menyebabkan peningkatan konsentrasi ion H
+
. d. Kapasitas Tukar Kation
Koloid tanah adalah bagian tanah yang sangat berperan dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman. Koloid tanah bermuatan negatif, sehingga dapat menarik dan
memegang ion-ion bermuatan positif kation, seperti Ca
2+
,H
+
, Mg
2+
,K
+
, Na
+
, Al
3+,
dan NH
4 +
. Daya tarik-menarik ini dapat dianalogikan seperti kutub negatif magnet-magnet menarik dan memegang kutub positif magnet lainnya. Kation
yang telah melekat pada koloid tanah tidak mudah tercuci oleh aliran air. Namun, kation atau anion yang berada pada larutan tanah sangat mudah hanyut terbawa
air. 2.4.2. Sifat Fisika Tanah
Jika tanah digali sampai kedalaman tertentu dari penampang vertikalnya dapat dilihat gradasi warna yang membentuk lapisan-lapisan horizon atau biasa disebut
profil tanah. Di tanah hutan yang sudah matang terdapat tiga horizon penting, yakni horison A, B, dan C.
Horison A atau top soil adalah lapisan tanah paling atas yang paling sering dan paling mudah dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor biologis. Pada lapisan ini,
sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami pembusukan. Kandungan zat- zat terlarut dan fraksi liat koloid tanah pada lapisan ini termasuk miskin, karena telah
Universitas Sumatera Utara
dicuci oleh air ke lapisan yang lebih bawah. Karena itu, lapisan ini disebut juga zona pencucian elevation zone.
Horison B disebut juga dengan zona penumpukan illuvation zone. Horison ini memiliki bahan organik yang lebih sedikit dibandingkan dengan horison A, tetapi
lebih banyak mengandung unsur yang tercuci daripada horison A. Tumpukan partikel liat yang terbentuk koloid dan bahan mineral, seperti Fe, Al, Ca, dan S, menjadikan
lapisan ini lebih padat. Berbeda dengan kedua horison sebelumnya, horison C adalah zona yang terdiri dari batuan terlapuk yang merupakan bagian dari batuan induk, tanah
yang halus dan padat. Natrium dan alumunium di dalam koloid tanah yang menyebabkan tanah menjadi padat dan lengket dapat digantikan oleh kalsium.
Akhirnya natrium dan alumunium akan terlarut dan tercuci oleh air dan keluar dari daerah perakaran. Novizan,2007
2.4.3. Sifat Hayati Tanah Sehubungan dengan produksi enzim,CO
2
, dan beraneka zat organik, kehidupan dalam tanah bertanggung jawab atas terjadinya banyak alihragaman fisik dan kimia. Sifat
dan tampakkan tanah yang mengimplikasikan kegiatan hayati tanah ialah nisbah CN, kadar bahan organik atau kandungan biomassa tiap satuan luasvolum tanah, tingkat
perombakan bahan organik, pembentukkan krotovina, dan permintaan oksigen hayati Biological Oxygen Demand, BOD.
Proses-proses yang dijalankan oleh jasad renik tanah mencakup berbagai alihragam N amonifikasi, nitrifikasi, denitrifikasi, dan penyematan hayati N
2
dan alihragaman bahan organik humifikasi, Proses-proses yang diperantai jasad renik tanah ialah
pelarutan p, oksidasi S, dan oksidasi Fe. Notohadiprawiro.T. 1999
Universitas Sumatera Utara
2.5. Titrimetri