Analisa Kadar Karbon Organik Di Dalam Tanah Perkebunan Kelapa Sawit PT. Minanga Ogan Secara Titrimetri

(1)

ANALISA KADAR KARBON DI DALAM TANAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. MINANGA OGAN

SECARA TITRIMETRI

KARYA ILMIAH

NURLELA FADHILAH 072401008

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

ANALISA KADAR KARBON DI DALAM TANAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. MINANGA OGAN

SECARA TITRIMETRI

KARYA ILMIAH

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Memperoleh Ahli Madya

NURLELA FADHILAH 072401008

PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UN IVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA KADAR KARBON ORGANIK DI

DALAM TANAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. MINANGA OGAN SECARA TITRIMETRI

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : NURLELA FADHILAH

Nomor Induk Mahasiswa : 072401008

Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juni 2010

Diketahui/disejui oleh:

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing

Dr. Rumondang Bulan, MS Dr. Rumondang Bulan, MS


(4)

PERNYATAAN

ANALISA KADAR KARBON ORGANIK DI DALAM TANAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. MINANGA OGAN

SECARA TITRIMETRI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan. Beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2010

Nurlela Fadhilah 072401008


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya tugas akhir ini telah selesai disusun dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara. Shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau.

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Demyati dan Ibunda Srimulyati, Kakanda tercinta Bustamin Ariffin, Adik-adiku Ahmad Fauzi dan Siti Wulandari, atas cinta kasih, dukungan, pengorbanan, serta doa tulus tiada hentinya demi kebaikan dan kebahagiaan penulis.

Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima ksih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah begitu sabar dan banyak meluangkan waktu, tenaga, memberikan pemikiran serta masukan kepada penulis sehingga telah dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Kepala Departemen Kimia FMIPA USU.

4. Ibu Dr. Marpongahtun, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalankan pendidikan di FMIPA USU.

5. Seluruh staf pengajar dan karyawan di FMIPA USU yang telah memberikan ilmu dan bantuannya kepada penulis.

6. Bapak Drs. Eka Nuryanto, M.Si selaku pembimbing praktek kerja lapangan dan manager laboratorium pelayanan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

7. Abang-abang dan Kakak-kakak kayawan di laboratorium tanah dan daun Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, terimaksih atas bantuannya selama penulis melaksanakan praktek kerja lapangan, penulis laporan hingga penulisan tugas akhir ini.

8. Teristimewa sahabat-sahabatku Indah, Lidia, Titin, Nena, Naza, dan Yuda. Terima kasih atas semangat, bantuan, doa, kebersamaan, nasehat dan sebuah persahabatan terindah yang telah diberikan selama penulis menjalani hari-hari suka dan duka sebagai mahasiswa.

9. Teman-teman PKL (Fina, Lisma, Cibro, Aldi, Firman, Tanjung, Hasibuan,) dan teman-teman seperjuangan di Kimia Analis 2007 yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kekompakkan, semangat, kebersamaan, bantuan, keceriaan, persaudaraan dan doa yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

10.Seluruh anggota keluarga yang telah memberikan doa dan semangatnya kepada penulis.


(6)

Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat memperbaiki dan membangun penulisan tugas akhir ini sangat diharapkan untuk kesempurnaan. Semoga tugas akhir ini dapata berguna bagi para pembaca.

Medan, Juni 2010 Penulis


(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar unsur hara Karbon Organik di dalam tanah Perkebunan Kelapa Sawit PT. Minanga Ogan secara titrimetri di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, dengan menambahkan K2Cr2O7 1N dan H2SO4(P) pada sampel kemudian diencerkan dengan akuades lalu dibiarkan selama 30 menit. Kemudian ditambahkan H3PO4(P)(85%) dan indikator difenilamin dan dititrasi dengan FeSO4 1N. Dari hasil analisa diperoleh kadar karbon organik terendah 1,58% dan tertinggi 1,93 % dengan rata-rata 1,75% atau < 2%. Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah, kadar karbon organik yang baik adalah 2-3%.


(8)

THE ANALYSIS VALUE OF ELEMEN CARBON ORGANIC IN PALM PLANTATIONLAND PT. MINANGA OGAN

BY THE WAY OF TITRIMETRY

ABSTRACT

Have been done analysis value of elemen carbon organic in palm plantation land PT. Minanga Ogan by the way of titrimetry in Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, with adding K2Cr2O7 1N and H2SO4(P) at the sample, and then it was liquided by aquadest, after that it was stayed the 30 minutes. Then add concentrated H3PO4(P) 85% and indicator difenilamine and tittatred by FeSO4 1N. From the result give the lowest level of organic carbon is 1,58% dan the highest is 1,93%. And means 1,75% or below 2%. Based the properties of land chemistry, the best organic carbon level is 2-3%.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1 1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Pengertian Tanah 4

2.2. Unsur Hara Karbon dan Bahan Organik Dalam Tanah 6

2.3. Unsur Hara Dalam Tanah 10

2.4. Sifat-sifat Tanah 14

2.4.1. Sifat Kimia Tanah 14

2.4.2. Sifat Fisika Tanah 16

2.4.3. Sifat Hayati Tanah 17 2.5. Titrimetri 18

BAB 3 BAHAN DAN METODE 20

3.1. Alat dan Bahan 20

3.1.1. Alat-alat 20

3.1.2. Bahan-bahan 21

3.1.3. Pembuatan Larutan 22

3.2. Proses Penetapan C-Organik Dengan Metode Titrimetri 22

3.2.1. Mengeringkan Contoh Tanah 22

3.2.2. Menumbuk atau Menghaluskan Tanah 22

3.2.3. Penetapan Kadar Air Untuk Koreksi Berat Timbang 23

3.2.4. Penetapan C-Organik Dengan Metode Titrimetri 23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 25

4.1. Hasil Analisa C-Organik Secara Titrimetri 26


(10)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 30

5.1. Kesimpulan 31

5.2. Saran

\


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Tabel 4.1. Kadar Air Untuk Contoh Tanah Halus < 0,5mm 26 2. Tabel 4.2. Kadar Air Untuk Contoh Tanah Kasar < 2mm 27 3. Tabel 4.3. Kadar Karbon (C) Organik Tanah 27


(12)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar unsur hara Karbon Organik di dalam tanah Perkebunan Kelapa Sawit PT. Minanga Ogan secara titrimetri di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, dengan menambahkan K2Cr2O7 1N dan H2SO4(P) pada sampel kemudian diencerkan dengan akuades lalu dibiarkan selama 30 menit. Kemudian ditambahkan H3PO4(P)(85%) dan indikator difenilamin dan dititrasi dengan FeSO4 1N. Dari hasil analisa diperoleh kadar karbon organik terendah 1,58% dan tertinggi 1,93 % dengan rata-rata 1,75% atau < 2%. Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah, kadar karbon organik yang baik adalah 2-3%.


(13)

THE ANALYSIS VALUE OF ELEMEN CARBON ORGANIC IN PALM PLANTATIONLAND PT. MINANGA OGAN

BY THE WAY OF TITRIMETRY

ABSTRACT

Have been done analysis value of elemen carbon organic in palm plantation land PT. Minanga Ogan by the way of titrimetry in Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, with adding K2Cr2O7 1N and H2SO4(P) at the sample, and then it was liquided by aquadest, after that it was stayed the 30 minutes. Then add concentrated H3PO4(P) 85% and indicator difenilamine and tittatred by FeSO4 1N. From the result give the lowest level of organic carbon is 1,58% dan the highest is 1,93%. And means 1,75% or below 2%. Based the properties of land chemistry, the best organic carbon level is 2-3%.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit sangat penting artinya bagi Indonesia dalam kurun waktu 35 tahun terakhir ini sebagai komoditi andalan untuk ekspor maupun komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat petani perkebunan serta transmigran Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sejak tahun 1986 Pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit harus dikaitkan dengan program dibidang transmigrasi dan koperasi. Komoditi ini bukan lagi monopoli Perkebunan Besar Negara atau Perkebunan Besar Swasta. Jika dilihat dari sumbangan devisa yang dihasilkan terhadap devisa non migas, memang masih kecil, misalnya pada tahun 1988 hanya 1,99% saja dari nilai ekspor non migas. Komoditi ini telah berhasil mengatasi kekurangan minyak goreng yang berasal dari minyak kelapa yang terjadi sejak tahun 1972. Jika semula bagian terbesar dari produksi dipakai untuk ekspor maka sejak tahun 1972 keperluan dam negeri menjadi berbanding sama atau kadang-kadang lebih tinggi. Komoditi ini ternyata berhasil menembus daerah yang selama ini belum memiliki seperti Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan propinsi lainnya di luar Aceh, Sumut dan Lampung. Komoditi ini ternyata cocok dikembangkan baik berbentuk pola usaha Perkebunan Besar maupun skala kecil untuk petani pekebun. Pertumbuhannya kelihatan cukup bersahabat ketimbang tanaman lain dan lebih ampuh menghadapi berbagai kendala dan masalah. Menurut Adlin (2008).

Menurut Mustafa Hadi (2004), Dengan semakin pentingnya peranan kelapa sawit dalam peningkatan perekonomian rakyat, penerapan tenaga kerja, dan sumber devisa Negara, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan pengusahaan perkebunan kelapa sawit. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain adalah pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) sejak tahun 1978, pola kemitraan, pemberian kredit investasi oleh Bank Indonesia, dan pembatasan ekspor melalui penerapan pajak ekspor CPO untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng di dalam negeri.


(15)

Menurut Muklis (2007), Tanah merupakan campuran yang kompleks dari udara, air, padatan anorganik dan padatan organik. Pengkajian tanah secara ilmiah dikenal dua konsep dasar yang umumnya diterima. Pertama berkaitan dengan tanah sebagai habitat alam untuk tanaman. Konsep ini dikenal sebagai edapologi yang memfokuskan produksi pertanian. Analisis tanah untuk tujuan ini dikenal sebagai uji tanah dan termasuk juga analisis tanaman. Konsep ilmu tanah lainnya adalah tanah dikaji sebagai hancuran iklim (weathering) biokimia dan sintesa produk dalam alam. Pendekatan ini dikenal sebagai pedologi. Pedologi meliputi kajian genesis, morfologi dan klasifikasi tanah. Kimia tanah menghubungkan antara apologi dan pedolog. Kedua konsep ini sama-sama mengkaji proses-proses reaksi kimia yang terjadi dalam tanah.

Menurut Notohadiprawiro (1999), Tanah dapat dimanfaatkan untuk keperluan tertentu karena mempunyai sejarah pembentukan yang membangkitkan sifat dan perilaku. Sejarah tanah bermula dari faktor-faktor pembentuk tanah, yaitu atmosfer, hidrosfer, litosfer, biosfer, dan waktu. Faktor pembentuk tanah merupakan wujud lingkungan tanah yang memiliki sejumlah pelaku sehingga dapat membangkitkan proses dan reaksi biogeofisik dan biogeokimia yang melibatkan pertukaran, alihragam, alihtempat, dan penggalihanihan ulang energi dan bahan.

Menurut Kuswandi (1993), Tanah mengandung bermacam-macam mikroba, meliputi berbagai spesies bakteri, ganggang, cenmdawan dan lain-lain. Bakteri dan cendawan sangat berperan dalam memecah bahan-bahan organik. Jumlah dan macam mikroba yang terdapat tergantung pada jumlah dan susunan bahan yang dapat dirombak, pH, kelembaban, aerasi dan lain-lain. Bahan-bahan yang dapat dirombak seperti kotoran hewan, pupuk hijau, limbah pangan dan pupuk organik yang ditambahkan dalam tanah dapat mengandung zat-zat yang terlarut dalam air. Banyak komponen dari beberapa zat seperti N, P, S dan Mg terdapat dalam banyak senyawa kompleks yang perlu dipecah oleh organisme tanah agar selanjutnya dapat dimanfaatkan tanaman.

Pembenaman bahan organik segar ke dalam tanah menaikkan jumlah mikroba karena ada bahan makanan dan mineral-mineral penting. Perombakannya menghasilkan asam-asam organik, anorganik dan karbonat. Jika jumlah Ca dan lain-lain unsur basa bebas dan tertukar tidak cukup menetralisasi asam-asam ini, tanah


(16)

menjadi semakin asam dan dapat menghalangi pertumbuhan dan perbaikan mikroba , walaupun tidak semua bahan organik terurai sempurna.

Menurut Muklis (2007), Bahan organik tanah adalah semua bahan organk di dalam tanah baik yang mati maupun yang hidup, walaupun organisme hidup (biomassa tanah) hanya menyumbang kurang dari 5% dari total bahan organik.

Jumlah dan sifat bahan organik sangat menentukan sifat biokimia, fisika, kesuburan tanah dan membantu menetapkan arah proses pembentukkan tanah. Bahan organik menentukan komposisi dan mobilitas kation yang terjerap, warna tanah, keseimbangan panas, konsistensi, partikel densiti, bulk density, sumber unsur hara, pemantap agregat, karakteristik air, dan aktivitas organisme tanah.

Karbon merupakan unsur primer kehidupan organik yang terbentuk di bumi. Penyerapan karbon pada tanah terjadi melalui produksi tanaman. Tanaman mengubah karbon dioksida menjadi jaringan melalui fotosintesisa, setelah tanaman, komponennya mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme, dan sebagian karbon pada komponen tanaman akan dilepaskan melalui respirasi ke dalam atmosfer sebagai karbon dioksida. (http://hafara.com/karbon.hatml)

1.2. Permasalahan

Berapakah kadar karbon organik yang terkandung di dalam tanah yang digunakan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit dan apakah kadar karbon organik tersebut sudah memenuhi kriteria tanah yang telah ditentukan.

1.3. Tujuan

Untuk menganalisa kadar karbon organik yang terdapat di dalam tanah, yang nantinya dapat digunakan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit.

1.4. Manfaat

- Mengetahui tingkat kesuburan tanah yang dapat dilihat dari kadar karbon organik

- Memberikan informasi tentang kadar unsur hara karbon organik di laboratorium pelayananm Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, sehingga dapat dihasilkan kelapa sawit yang memenuhi kualitas tinggi.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Tanah

Tanah bertalian erat dengan lingkungan yang dapat dicermati dari kuatnya keterlibatan tanah dalam pengaliran energi dan pandauran bahan yang berlangsung di permukaan daratan bumi. Tanah dapat terlibat secara sendirian selaku ekosistem atau sistem energi dan dapat terlibat secara bekerja sama dengan subsistem lahan lain yang berasosiasi dengan tanah, terutama biosfer.

Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang berlangsung di muka daratan bumi di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu sangat panjang, dan berwujud sebagai suatu tubuh dengan organisasi dan morfologi tertakrifkan (disadur dari Schroeder,1984). Pada dasarnya tanah merupakan tubuh alam. Namun demikian banyak tanah yang memperlihatkan tanda-tanda pengaruh antropogen. (Notohadiprawiro,1999)

Tanah idealnya dapat menyediakan sejumlah unsur hara penting yang dibutuhkan oleh tanaman. Penyerapan unsur hara oleh tanaman mestinya dapat segera diperbaharui sehingga kandungan unsur hara di dalam tanah tetap seimbang. Pengambilan unsur hara oleh ribuan jenis tumbuhan diimbangi dengan pelapukan bahan organik yang menyuplai hara bagi tanah. (Novizan,200)

Tanah sebagai tubuh alami memperlihatkan ciri dan watak khas yang dapat digunakan sebagai pembeda dari tubuh alami lainnya. Ciri dan watak tubuh tanah ini dapat diselidiki dari penampilan penampang lintang tubuh tanah (profil).


(18)

Tubuh tanah merupakan medium tempat berjangkarnya perakaran tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh tegak dan kokoh, sebagai wadah dan sumber anasir hara dan air, dan sebagai pengendali keadaan-keadaan lain yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman.

Kemampuan tanah sebagai medium untuk menunjang pertumbuhan tanaman digunakan dalam berbagai batasan. Dua batasan yang sering digunakan secara rancu adalah produktivitas tanah dan kesuburan tanah. Produktivitas tanah diberi batasan sebagai kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan suatu tanaman (atau sekuen tanaman) yang diusahakan dengan system pengolahan tertentu. Produktivitas tanah me rupakan perwujudan dari seluruh faktor (tanah dan bukan tanah) yang mempengaruhi hasil tanaman. (Mas,ud,1992)

Tanah yang dikehandaki tanaman adalah yang berstruktur gembur, di dalamnya terdapat ruang pori-pori yang dapat diisi oleh air tanah dan udara. Air tanah dan udara sangat penting bagi pertumbuhan akar tanaman.

Struktur tanah memang ada bermacam-macam. Akan tetapi, yang kita kehendaki ialah struktur tanah yang remah. Keuntungan struktur tanah demikian ialah udara dan air tanah berjalan lancar, temperaturnya stabil. Keadaan tersebut sangat memacu pertumbuhan jasad renik tanah yang memegang peranan penting dalam proses pelapukan bahan organik di dalam tanah. Oleh Karena itu, untuk memperbaiki struktur tanah ini dianjurkan untuk diberi pupuk organik (pupuk kandang, kompos, atau pupuk hijau). (Lingga P. dan Marsono, 2005)

Guna tekstur tanah secara fisik berperan pada struktur, aerasi dan suhu tanah, dan secara kimia berperan dalam pertukaran ion-ion, sifat penyangga kejenuhan basa dan sebagainya. Fraksi liat tergolong bagian tnah yang aktif, sedangkan fraksi pasir dan


(19)

debu non aktif. Penetapan di lapangan dengan cara perasa. Ambil contoh tanah dan basahi dengan air sedikit demi sedikit sambil dirasakan. (Kuswandi,1993)

2.2. Unsur Hara Karbon dan Bahan Organik Dalam Tanah

Senyawa karbon atau biasa dikenal dengan senyawa organik adalah suatu senyawa yang unsur-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-atom hydrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen, atau fosfor. Pada awalnya senyawa karbon ini secara tidak langsung menunjukkan hubungannya dengan sistem kehidupan. Namun dalam perkembangannya, ada senyawa organik yang tidak mempunyai hubungan dengan system kehidupan. Hal ini terbukti pada abad ke-19, senyawa organik dibuat dari sumber-sumber yang tidak ada kaitannya dengan sistem kehidupan. Sebagai contoh, Friedrich-Wohler pada tahun 1828 telah berhasil membuat urea (urea adalah senyawa organik dari makhluk hidup yang berasal dari urin) dengan jalan menguapkan garam ammonium sianat yang merupakan senyawa anorganik menjadi senyawa organik. (Riswiyanto,2009)

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu system kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologis, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik didalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.


(20)

Pemberian bahan organik ke dalam tanah memberikan dampak yang baik terhadap tanah, tempat tumbuh tanaman. Tanaman akan memberikan respon yang positif apabila tempat tanaman tersebut tumbuh memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyediakan zat pengatur tumbuh tanaman yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman seperti vitamin,asam amino, auksin dan giberelin yang terbentuk melalui dekomposisi organik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik dapat dikelompokkan dalam tiga grup, yaitu :

a. Sifat dari bahan tanaman termasuk jenis tanaman, umur tanaman dan komposisi kimia

b. Tanah termasuk aerasi, temperatur, kelembapan, keasaman, dan tingkat kesuburan

c. Faktor iklim terutama pengaruhi dari kelembaban dan temperatur.

Bahan organik secara umum dibedakan tas bahan organik yang relatif sukar didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukaar diputus dan dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah bahan organik yang mengandung senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang umumnya ditemui pada jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang mudah didekomposisikan karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari C, O, dan H, termasuk di dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan senyawa protein. Dari berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup, maka kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. (http//hafara.com/karbon.html)


(21)

Bahan organik tanah adalah semua bahan organik didalam tanah maupun yang hidup, walaupun organisme hidup (biomassa tanah) hanya menyumbang kurang dari 5% dari total bahan organik. Pada termologi tertentu, biomassa tidak dimasukkan sebagai bahan organik tanah, secara praktek, analisis bahan organik dilakukan pada bahan tanah kering udara yang lolos dari ayakan 2 mm dan termasuk semua materi hidup maupun mati yang ada dalam tanah.

Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya mengandung C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik dan biasanya < 1% di tanah gurun pasir.

Karbon adalah komponen utama dari bahan organik. Pengukuran C-organik secara tidak langsung dapat menentukan bahan organik melalui penggunaan waktu koreksi tertentu. Faktor yang selama beberapa tahun ini digunakan adalah faktor Van Bemmelan yaitu 1,74 dan didasarkan pada asumsi bahwa bahan organik mengandung 58% karbon.

Ada beberapa metode yang biasa dilakukan dalam analisis bahan organik tanah. Antara lain dengan pembakaran, oksidasi basah. Kebanyakan metode dari manual hingga yang otomatis menduga C-organik melalui oksidasi seluruh atau sebagian karbon dan menentukan perkembangan CO2 yang terbentuk.

Karbon dan oksigen ditambahkan kepada atmosfer oleh pelepasan gas (outgassing) CO2 dan uap H2O dari dakhil bumi. Semula atmosfer tidak mengandung gas oksigen bebas, atau kalau sedikit sekali. (Mukhlis.2007)


(22)

Senyawa-senyawa dapat dikelompokkan sebagai senyawa organik dan senyawa anorganik. Senyawa-senyawa yang diperoleh dari mahluk hidup, seperti gula, cuka, dan karet tidak dapat dibuat dilaboratorium kemudian senyawa-senyawa itu digolongkan sebagai senyawa organik, senyawa-senyawa lainnya yang tidak berasal dari mahluk hidup, seperti air, pasir, dan batu kapur digolongkan sebagai senyawa-senyawa anorganik. Seiring dengan perkembangan ilmu kimia diketahui bahwa senyawa-senyawa organik tersebut merupakan senyawa karbon. Oleh karena itu, senyawa organik disebut juga senyawa karbon. Walaupun begitu senyawa karbon juga membentuk berbagai senyawa anorganik, seperti oksida ( karbon dioksida dan karbon monoksida). Perkembangan selanjutnya, ternyata senyawa organik juga dapat disintesis di laboratorium, misalnya asam cuka, alkohol, dan karet. Bahkan, banyak senyawa karbon yang tidak terdapat di alam yang berhasil dibuat (bahan sintesis) contohnya plastik, Freon, dan berbagai macam peptisida.

Kedua senyawa tersebut memiliki perbedaan. Perbandingan sifat-sifat senyawa organik dan anorganik dapat dilihat pada tabel 1 berikut:


(23)

Tabel 1. Perbedaan Sifat Organik dan anorganik.

Perbedaan Senyawa Organik Senyawa Anorganik

1. Stabilitas terhadap pemanasan

Kurang stabil Stabil

2. Titik cair dan titik didih

Relatif rendah Relatif tinggi

3. Kelarutan Mudah larut dalam pelarut non polar seperti kloroform

Mudah larut dalam pelarut polar seperti air

4. Kereaktifan Lebih lambat Cenderung cepat

2.3. Unsur Hara Dalam Tanah

Berdasarkan jumlah yang diperlukan tanaman, unsur hara dibedakan menjadi unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, apabila kurang, pertumbuhan tanaman dan produksi akan berkurang. Mineral yang termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, dan Mg. Unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit, apabila kurang sedikit saja pertumbuhan tanaman akan terganggu, dan apabila kelebihan sedikit saja tanaman akan beracun. Unsur hara mikro antara lain adalah B, Cu, dan Zn.(Pahan.I,2008)


(24)

Unsur hara di dalam tanah terbagi dalam unsur makro dan unsur mikro. Mengenai faedah atau kegunaan unsur-unsur hara tersebut bagi tanaman, berikut ulasannya.

a. Nitrogen

Peranan utama Nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, Nitrogen pun berperan penting dalam pembentukkan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya.

b. Fosfor

Unsur fosfor (P) bagi tanaman untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukkan sejumlah protein tertentu; membantu asimilasi san pernapasan; serta mempercepat pembuangan, pemasakan biji, dan buah.

c. Kalium

Fungsi utama Kalium (K) ialah membantu pembentukkan protein dan karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Yang tak biasa dilupakan ialah Kalium pun merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit. d. Magnesium

Agar tercipta hijau daun yang sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak, dan minyak-minyak, magnesiumlah biangnya. Magnesium (Mg) pun memegang


(25)

peranan penting dalam transportasi Fosfat dalam tanaman. Dengan demikian, kandungan Fosfat dalam tanaman dapat dinaikkan dengan jalan menambah unsur Magnesium.

e. Kalsium

Bagi tanaman, Kalsium (Ca) bertugas untuk merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mengeraskan batang tanaman, dan merangsang pembentukkan biji. Kalsium yang terdapat pada batang dan daun ini berkhasiat untuk menetralisasikan senyawa atau suasana yang tidak menguntungkan pada tanah.

f. Belerang

Belerang (S) berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar. Sulfur ini merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein seperti asam amino. Unsur ini pun membantu pertumbuhan anak ikan. Selain itu, sulfur merupakan bagian penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak, sayuran seperti cabai, kubis dan lain-lain.

g. Klor

Memperbaiki dan meningkatkan hasil kering tanaman seperti tembakau, kapas, kentang, dan tanaman sayuran umumnya adalah peran dari Klor (Cl). Unsur ini pun banyak ditemukan dalam air sel semua bagian tanaman.

h. Besi

Untuk pernapasan tanaman dan pembentukkan hijau daun merupakan peran dari Besi (Fe). Kehadirannya tidak boleh dianggap enteng. Sekali tidak ada, terutama pada tanah yang mengandung banyak kapur, tanaman akan langsung merana.


(26)

i. Mangan

Peranan Mangan (Mn) tak jauh beda dengan unsur Besi. Selain sebagai komponen untuk memperlancar proses asimilasi, unsur ini pun merupakan komponen penting dalam berbagai enzim.

j. Tembaga

Fungsi Tembaga (Cu) ini pun baru sedikit diketahui. Kehadirannya dapat mendorong terbentuknya hijau daun dan dapat menjadi bahan utama dalam berbagai enzim.

k. Boron

Boron (B) berfungsi mengangkut karbohidrat ke dalam tubuh tanaman dan mengisap unsur Kalsium. Selain itu, Boron berperan dalam perkembangan bagian-bagian tanaman untuk tumbuh aktif. Pada tanaman penghasil biji, unsur ini pun berpengaruh terhadap pembagian sel. Dan, yang paling penting nyata ialah perannya dalam menaikkan mutu tanaman sayuran dan tanaman buah.

l. Molibdenum

Sama halnya dengan tembaga, hingga kini diketahui masih sedikit peranan molybde num (Mo) bagi tanaman. Unsur ini sangat berguna bagi tanaman jeruk dan sayuran. Untuk tanaman pupuk hijau, Molybdenum membantu mengikat bagian dari komponen penyusun enzim-enzim pada Bakteri Nodula akar tanaman pupuk hijau.


(27)

Seng (Zn) memberi dorongan terhadap pertumbuhan tanaman karena diduga Zn dapat berfungsi membentuk hormon tubuh. (Hanafiah,K.A, 2005)

- Gejala Kekurangan Unsur Hara

1. Nitrogen

- Daun menjadi kuning pucat dimulai dari daun termuda - Daun pendek dan keras

2. Fospor

- Daun memendek dan anak daun keungu-unguan

- Daun rumputan di sekitar tanaman bewarna ungu memanjang - Batang dan tandan mengecil

3. Kalium

- Pada daun terapat bercak berwarna kuning (tembus cahaya) 4. Magnesium

- Daun menguning merata pada daun yang tua, dimulai dari ujung daun sampai ke pangkal daun

- Gejala berat ditandai dengan jaringan yang mati, ditemui dari pinggir daun sampai ke anak daun

- Gejala tersebut hanya ditemukan pada daun yang terkena cahaya matahari (Pahan.I, 2008)

5. Boron

- Ujung anak daun berbentuk pancing (hook leaf)

- Terdapat daun mengeriting seperti tanda bahaya pada gardu listrik - Bagian ujung daun memendek


(28)

2.4. Sifat-sifat Tanah 2.4.1. Sifat Kimia Tanahn

Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan. Berbicara tentang sifat kimia tanah, tidak terlepas dari persoalan unsur-unsur kimia dan reaksi kimia yang pembahasannya agak rumit. Namun, pembahasan akan lebih ditekankan pada aspek praktisnya sehingga akan sangat membantu dalam mencapai efektivitas pemupukan. Dengan mengetahui sifat kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu memberikan gambaran reaksi pupuk setelah ditebarkan ke tanah.

a. Unsur Hara Esensial

Tumbuhan tingkat tinggi memperoleh unsur Karbon (C) dan Oksigen (O2) dari udara melalui stomata yang terdapat di permukaan daun. Kedua unsur tersebut selanjutnya diproses melalui mekanisme fotosintesis. Unsur Hydrogen (H) didapatkan dalam bentuk Air (H2O). Unsur mineral lainnya diperoleh tanaman dari dalam tanah, yakni Nitrogen (N), Kalium (K), Fosfor (P), Magnesium (Mg), Sulfur (S), Kalsium (Ca), Besi (Fe), Seng (Zn), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Boron (B), Molybdenum (Mo), dan Khlor (Cl).

Berdasarkan kandungan unsur kimia di atas, tidak berarti jaringan tubuh tanaman sebagian besar terdiri dari unsur-unsur kimia yang diserap dari dalam tanah. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan bahwa sebagian besar (94 - 99,5%) jaringan tubuh tanaman terdiri dari unsur C, H, dan O2 sisanya (0,5-6%) terdiri dari dalam tanah. Meskipun dalam jaringan tubuh tanaman jumlah unsur hara


(29)

yang berasal dari tanah sangat kecil, peranannya dalam pertumbuhan tanaman sangat besar.

b. Larutan Tanah

Larutan tanah adalah air yang terdapat diantara pori-pori tanah. Larutan ini mengandung ion-ion terlarut yang dapat diserap oleh akar tanaman. Diantaranya terdapat juga ion-ion yang tidak berguna atau bersifat racun bagi tanaman, seperti alumunium. Larutan tanah identik dengan larutan garam yang mudah berubah konsentrasi (kepekatan) dan susunan kimianya.

Di daerah kering, kadar garam larutan tanah lebih tinggi daripada di daerah basah. Sering kali kadar garam larutan tanah menghambat pertumbuhan tanaman. Kadar garam sebesar 0,5% saja sudah berbahaya bagi tanaman.

c. pH Tanah

Keasaman atau pH (potential of hidrogen) adalah nilai (pada skala 0-14) yang menggambarkan jumlah relatif ion H+ terhadap ion OH- di dalam larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi jika nilai pH berada pada kisaran 0-6. Artinya, larutan tanah mengandung ion H+ dalam larutan tanah lebih kecil dari pada ion OH-, larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau memiliki nilai pH 8-14. Jika jumlah ion H+ di dalam larutan tanah sama dengan jumlah ion OH-, larutan tanah disebut bereaksi netral dengan pH 7. Semakin banyak kandungan ion H+ di dalam larutan tanah, reaksi tanah tersebut akan semakin asam.

Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium, atau Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air ke lapisan tanah yang lebih bawah (pencucian) atau hilang diserap oleh tanaman. Karena ion-ion


(30)

positif yang melekat pada koloid tanah berkurang, kation pembentuk asam seperti Hydrogen dan Alumunium akan menggantikannya. Terlalu banyak pupuk Nitrogen, seperti ZA, juga menyebabkan tanah menjadi lebih asam karena reaksinyaa didalam tanah menyebabkan peningkatan konsentrasi ion H+.

d. Kapasitas Tukar Kation

Koloid tanah adalah bagian tanah yang sangat berperan dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman. Koloid tanah bermuatan negatif, sehingga dapat menarik dan memegang ion-ion bermuatan positif (kation), seperti Ca2+,H+, Mg2+,K+, Na+, Al3+, dan NH4+. Daya tarik-menarik ini dapat dianalogikan seperti kutub negatif magnet-magnet menarik dan memegang kutub positif magnet lainnya. Kation yang telah melekat pada koloid tanah tidak mudah tercuci oleh aliran air. Namun, kation atau anion yang berada pada larutan tanah sangat mudah hanyut terbawa air.

2.4.2. Sifat Fisika Tanah

Jika tanah digali sampai kedalaman tertentu dari penampang vertikalnya dapat dilihat gradasi warna yang membentuk lapisan-lapisan (horizon) atau biasa disebut profil tanah. Di tanah hutan yang sudah matang terdapat tiga horizon penting, yakni horison A, B, dan C.

Horison A atau top soil adalah lapisan tanah paling atas yang paling sering dan paling mudah dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor biologis. Pada lapisan ini, sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami pembusukan. Kandungan zat-zat terlarut dan fraksi liat (koloid tanah) pada lapisan ini termasuk miskin, karena telah


(31)

dicuci oleh air ke lapisan yang lebih bawah. Karena itu, lapisan ini disebut juga zona pencucian (elevation zone).

Horison B disebut juga dengan zona penumpukan (illuvation zone). Horison ini memiliki bahan organik yang lebih sedikit dibandingkan dengan horison A, tetapi lebih banyak mengandung unsur yang tercuci daripada horison A. Tumpukan partikel liat yang terbentuk koloid dan bahan mineral, seperti Fe, Al, Ca, dan S, menjadikan lapisan ini lebih padat. Berbeda dengan kedua horison sebelumnya, horison C adalah zona yang terdiri dari batuan terlapuk yang merupakan bagian dari batuan induk, tanah yang halus dan padat. Natrium dan alumunium di dalam koloid tanah yang menyebabkan tanah menjadi padat dan lengket dapat digantikan oleh kalsium. Akhirnya natrium dan alumunium akan terlarut dan tercuci oleh air dan keluar dari daerah perakaran. (Novizan,2007)

2.4.3. Sifat Hayati Tanah

Sehubungan dengan produksi enzim,CO2, dan beraneka zat organik, kehidupan dalam tanah bertanggung jawab atas terjadinya banyak alihragaman fisik dan kimia. Sifat dan tampakkan tanah yang mengimplikasikan kegiatan hayati tanah ialah nisbah C/N, kadar bahan organik atau kandungan biomassa tiap satuan luas/volum tanah, tingkat perombakan bahan organik, pembentukkan krotovina, dan permintaan oksigen hayati (Biological Oxygen Demand, BOD).

Proses-proses yang dijalankan oleh jasad renik tanah mencakup berbagai alihragam N (amonifikasi, nitrifikasi, denitrifikasi, dan penyematan hayati N2) dan alihragaman bahan organik (humifikasi), Proses-proses yang diperantai jasad renik tanah ialah pelarutan p, oksidasi S, dan oksidasi Fe. (Notohadiprawiro.T. 1999)


(32)

2.5. Titrimetri

Salah satu cara pemeriksaan kimia disebut titrimetri, yakni pemeriksaan jumlah zat yang didasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang ditentukan.

1. Landasan Pemeriksaan

Titrimetri atau analisis volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan sejumlah zat kimia yang luas pemakaiannya. Pada satu segi, cara ini menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya cukup tinggi. Pada segi lain, cara ini menguntungkan karena dapat digunakan untuk menentukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat yang berbeda-beda.

Dalam praktek, titik kesetaraan itu ditentukan dengan berbagai cara, tergantung pada sifat reaksinya. Biasanya, titik kesetaraan tidak disertai oleh perubahan sifat yang dapat dilihat. Karena itu diperlukan zat tambahan yang dapat menunjukkan perubahan yang dapat dilihat pada atau dekat titik kesetaraan. Zat tambahan itu disebut indikator. Indikator ini berubah warnanya di sekitar titik kesetaraan.

Saat terjadinya perubahan warna indikator dalam proses titrasi disebut titik akhir titrasi. Pada saat titik akhir ini tercapai, titrasi harus dihentikan. Biasanya titik akhir titrasi tidak dapat sama dengan titik kesetaraan. Makin kecil perbedaan antara titik akhir titrasi dan titik kesetaraan, makin kecil kesalahan titrasi.

Agar proses titrasi dapat berjalan dengan baik sehingga membeikan hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti, maka persyaratan berikut perlu diperhatikan dalam setiap titrasi:

a. Interaksi antara pentiter dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara stoikiometri dengan factor stoikiometrinya berupa bilangan bulat. Faktor


(33)

stoikiometri ini harus diketahui atau ditetapkan secara pasti, karena factor ini perlu dalam penghitungan hasil titrasi.

b. Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi berlangsung dengan cepat.

c. Interaksi antara pentiter dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara terhitung. Artinya, sesuai dengan ketepatan yang dapat dicapai dengan peralatan yang lazim digunakan dalam titrimetri, reaksi harus sempurna sekurang-kurangnya 99,9% pada titik kesetaraan.

2. Larutan Baku

Oleh karena semua perhitungan dalam titrimetri didasarkan pada kepekatan pentiter, maka kepekatan pentiter itu harus diketahui secara teliti. Karena persyaratan yang sangat penting ini harus dipenuhi maka pentiter disebut larutan baku. Kepekatan larutan baku ini sering dinyatakan sebagai kenormalan, kemolaran atau titer (kepekatan bobot/volume, b/v).

3. Cara Perhitungan

Perhitungan dalam titrimetri didasarkan pada cara menyatakan kepekatan larutan. Sedangkan satuan yang lazim digunakan adalah millimeter dan milligram. Dan perhitungan berdasarkan kenormalan, kemolaran dan titer larutan. (Rivai,1994)


(34)

BAB 3

BAHAN DAN METODE PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

- Buret mikro 10 ml Pyrex - Stopwacth

- Erlenmeyer 500 ml Pyrex - Timbangan AND

- Kertas Saring Whatman no.42 - Corong Pyrex

- Pipet volum 10 ml Pyrex - Bola karet

3.1.2. Bahan-bahan

- Tanah ukuran < 0,5 mm

- Asam sulfat( H2SO4)P p.a Merck - Asam fosfat (HPO4)p p.a Merck - Kalium dikromat (K2Cr2O7) Merck - Ferosulfat (FeSO4) Merck - Aquadest


(35)

3.1.3. Pembuatan larutan

- Larutan Kalium dikromat (K2Cr2O7) 1N

Ditimbang 49,04 gram K2Cr2O7 p.a ke dalam gelas piala 1 liter. Dilarutkan dengan air destilasi, dimasukkan ke dalam labu ukur 1 liter, penuhkan dengan air destilasi hingga tanda garis dan dikocok hingga merata.

- Larutan difenilamine

Ditimbang 27,82 gram FeSO4.7H2O ke dalam gelas piala 250 ml, ditambahkan air destilasi secukupnya, ditambahkan 15 ml H2SO4 (P) perlahan-lahan, aduk hingga larut. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan air destilasi hingga tanda garis dan dikocok hingga merata, kemudian disaring dengan kertas saring. Larutan dibuat setiap hari sebanyak yang diperlukan sebab tidak tahan disimpan lama.

- Larutan Ferosulfat (FeSO4) 1N

Ditimbang 72,8 gram FeSO4.7H2O ke dalam gelas piala 250 ml, tambahkan air destilasi secukupnya, tambahkan 15 ml H2SO4(p) perlahan-lahan, aduk hingga larut. Masukan ke dalam labu ukur 250 ml, tambahkan air destilasi hingga tanda garis dan dikocok hingga merata, kemudian disaring dengan kertas saring.

Larutan dibuat setiap hari sebanyak yang diperlukan sebab tidak tahan disimpan lama.

3.2. Proses Penetapan C-Organik Dengan Metode Titrimetri 3.2.1. Mengeringkan Contoh


(36)

serakkan di atas tampah bambu dengan tangan dan sisa-sisa tanaman serta akar- akar yang kasar dibuang.

- Tampah yang berisi contoh tanah disusun secara teratur di atas rak pengering yang terbuat dari kayu di dalam ruang pengeringan.

- Setiap hari contoh tanah diremas-remas agar cepat kering. Setelah contoh tanah kering udara, maka dapat segera ditumbuk atau dihaluskan.

3.2.2. Menghaluskan Contoh Tanah

- Contoh tanah yang sudah kering udara ditumbuk perlahan-lahan dengan menggunakan alu kayu dan lumping porselin.

- Tanah yang sudah ditumbuk sebagian diayak dengan ayakan berukuran 2 mm dan dimasukkan ke dalam mangkuk plastik bertutup dengan ukuran 100 ml, sebagian lagi diayak dengan ayakan berukuran 0,5 mm dan dimasukkan ke dalam mangkuk plastik bertutup dengan ukuran 30 ml.

- Contoh tanah yang ada dalam mangkuk plastik dilengkapi dengan nomor laboratorium untuk selanjutnya dilakukan analisis.

- Sisa contoh dari tanah dimasukkan kembali ke dalam tempatnya semula dilengkapi dengan label aslinya dan dicatat nomor laboratoriumnya, lalu disimpan dengan teratur di atas rak-rak penyimpan contoh tanah dengan tujuan apabila ada ulangan contoh tanah tersebut dapat digunakan kembali.


(37)

3.2.3. Penentuan Kadar Air Untuk Koreksi Berat Timbang Alat-alat yang digunakan

- Timbangan AND

- Oven pengering 105oC Pain Elmer

- Cawan Alumunium - Eksikator

Prosedur

- Contoh tanah < 2 mm ditimbang 5 gram dan < 0,5 mm ditimbang 2 gram, masing-masing dimasukan ke dalam cawan alumunium dan dikeringkan ke dalam oven pengering 105oC selama ± 4 jam.

- Cawan diangkat dan dimasukan ke dalam desikator selama ± 15 menit. Cawan dan contoh ditimbang kemudian contoh dibuang, cawan kosong ditimbang kembali maka diperoleh berat contoh kering 105oC atau sebelum ditimbang contoh, panaskan cawan alumunium 105oC selama ± 30 menit lalu dinginkan di dalam desikator ± 15 menit dan timbang berat kering cawan 105oC.

3.2.4. Penetapan C-Organik Dengan Metode Titrimetri

- Ditimbang 1 gram contoh tanah halus < 0,5 mm kering udara, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 500 ml dan disediakan juga untuk penetapa blanko.


(38)

- Ditambah 10 ml larutan Kalium dikromat 1N dan secara perlahan-lahan ditambahkan 20 ml H2SO4 pekat, Erlenmeyer digoyang-goyang dengan tangan selama 1 menit. Didiamkan di atas asbes selama 30 menit.

- Ditambahkan masing-masing erlenmeyer 200 ml air destilasi, 5 ml asam Posfat pekat (85%) dan 1 ml larutan dipenilamin. Blanko dan contoh dititrasi dengan larutan ferosulfat 1 N hingga warna hijau, ditambah lagi 0,5 ml larutan K2Cr2O7 1 N dan dititrasi kembali kembali dengan larutan FeSO4 1 N sampai dengan warna hijau timbul kembali


(39)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari analisa C-Organik yang dilakukan diperoleh hasil Tabel 4.1, Tabel 4.2, dan Tabel 4.3

Tabel 4.1 Kadar Air untuk Contoh Tanah Halus < 0,5 mm No Lab Berat contoh Kering udara (g) Berat contoh + tempat Berat tempat 105oC (g)

Berat contoh 105oC (g)

% Kadar Air

1 2,0011 18,3303 16,3797 1,9506 2,52

2 2,0017 19,2884 17,3527 1,9357 3,32

3 2,0016 19,2467 17,2921 1,9546 2,28

4 2,0041 19,2851 17,3143 1,9708 1,66

5 2,0048 19,2582 17,2866 1,9716 1,66

Tabel 4.2 Kadar Air untuk Contoh Tanah Kasar < 2 mm No

Lab

Berat contoh Kering udara (g)

Berat contoh + tempat

Berat tempat 105oC (g)

Berat contoh 105oC (g)

% Kadar Air

1 5,0042 21,7040 16,8501 4,8539 2,96

2 5,0081 20,0091 15,2733 4,8177 3,68

3 5,0002 22,0949 17,1864 4,9085 1,90

4 5,0036 21,6832 16,7799 4,9033 2,00


(40)

4.3. Hasil Analisa C-Organik Secara Titrimetri (Walkley and Black) Tabel 4.3. Kadar Karbon (C) Organik Tanah

No. Lab

Berat contoh kering 105oC (g)

Vol.titran

FeSO4 1 N C-Organik (%)

Blanko - 10,35 -

1 0,9778 4,15 1,93

2 0,9692 5,05 1,66

3 0,9802 5,25 1,58

4 0,9852 4,05 1,59


(41)

4.2. Perhitungan 100 ker 105 ker ker (%) x udara ing contoh Berat C ing contoh berat udara ing contoh Berat Air Kadar o − =

Contoh perhitungan tanah no.1 maka :

N x blanko titrasi FeSO ml O Cr K N x O Cr K ml FeSO N Normalitas 0145 , 1 35 , 10 ) 1 ( ) 5 , 10 ( ) ( ) ( 4 7 2 2 7 2 2 4 = = = % 93 , 1 9778 , 0 3 , 0 )} 0145 , 1 15 , 4 ( 5 , 10 { 105 ker 3 , 0 )} ( { % ) 1 . .

( 2 2 7 4

= − = − = x x C ing contoh Berat x NFeSO x titrasi ml O Cr K ml C Lab No o % 52 , 2 100 0011 , 2 9506 , 1 0011 , 2 (%) = − = x Air Kadar


(42)

4.3. Pembahasan

Pada analisa C-organik didapatkan hasil yang rendah yaitu <2,00%. Dimana kadar C-organik normal di dalam tanah adalah 2,1-3,0%.

Karbon di dalam tanah terhadap sebagai bahan organik.

Dimana kadar C-organik normal di dalam tanah adalah 2,1-3,0%. Dari hasil analis C- organik maka akan di peroleh hubungan C/N di dalam tanah yang juga mempunyai arti penting. Misalnya apakah terjadi kompetisi antara jasad renik dan tanaman terhadap kebutuhan unsur hara nitrogen. Selanjutnya C/N berguna untuk mengetahui tingkat pelapukan dan kecepatan penguraian bahan organik serta tersedianya unsur hara nitrogen yang terdapat di dalam.

Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap tanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor vahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur. Kelembaban. Tekstur. Dan suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan hara terutama N, P, K dan S.

Secara langsung vahan organik tanah merupakan sumber senyawa-senyawa organik yang dapat diserap tanaman meskipun dalam jumlah sedikit, seperti alanin, glisin dan asam-asam amino lainnya, juga hormon/ zat perangsang tumbuh dan vitamin. (Hanafiah,2005)

Karbon pentuing sebagai vahan pembangun bahan organik, karena sebahagian besar vahan kering tanaman terdiri dari bahan organik, sumber karbon dapat dikatakan banyak,dalam ruangan tertutup yang berisi : CO2-fotosintesa terus aktif. Kandungan


(43)

karbon bervariasi di atas tanah, diaatas daun, dalam hal ini satu meter di atas tanah akan berbeda.

Di udara terbuka terdapat 0,03%CO2,sedangkan di tempat yang banyak tanamannya terdapat CO2 yang lebih besar dari 0,03%.Landegardh (1924) menyatakan bahwa CO2:

- Pada permukaan tanah terdapat sekitar 0,053-0,28%. - Di atas daun terdapat sekitar 0,04-0,067%.

- Satu meter di atas permukaan tanah terdapat sekitar 0,07% (Mul Mulyani,1999) Dalam percobaan yang dilakukan terjadi reaksi oksidasi reduksi sebagai berikiut:

O H Fe Cr Fe H O Cr H O Cr SO K CO SO H O Cr K C 2 3 3 2 2 7 2 2 7 2 4 2 2 4 2 7 2 2 7 6 2 6

14 + → + +

+ + + + → + + + + + + − + −

Koloid tanah adalah bagian tanah yang sangat berperan dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman. Koloid tanah bermuatan negatif, sehingga dapat menarik dan memegang ion-ion bermuatan positif (kation), seperti Ca2+, H+, Mg2+, K+, Na+, Al3+, dan NH4+. Daya tarik menarik ini dapat dianalogikan seperti kutub negatif magnet menarik dan memegang kutub positif magnet lainnya. Koloid yang telah melekat pada koloid tanh tidak mudah tercuci oleh aliran air. Namun, kation atau anion yang berada pada larutan tanah sangat mudah hanyut terbawa air. (Novizan,2007)


(44)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa tanah yang digunakan untuk lahan perkebunan PT. Minanga Ogan yang dianalisa di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan adalah kadar Karbon (C) Organik tanah yang dianalisa yaitu < 2 %, dimana berdasarkan kriteria tanah nilainya tergolong rendah.

5.2. Saran

Sebaiknya dilakukan juga analisa unsur hara makro dan mikro yang terdapat di dalam tanah untuk mengetahui tingkat kesuburan dari tanah sehingga tanah tersebut dapat digunakan sebagai lahan pertanian.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Adlin, U. 2008. Kelapa Sawit (Elaesis Guinense) Di Indonesia. Edisi 2: PPKS Medan. Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hadi. M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Yogyakarta: Kanisius. Lingga, P. M. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Jakarta:

Swadaya.

Mas,ud, P. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Bandung: Angkasa. Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. Medan: USU Press.

Mulyani, M. 1999. Pupuk Dan cara Pemupukan. Jakarta: Rhineka Cipta.

Notohadiprawiro, T. 1999. Tanah Dan Lingkungan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Pahan. I. 2008. Panduan Teknis Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta: PT. Indopalma Wahana Hutama.

Riswiyanto. E. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Penerbit Erlangga.


(1)

4.3. Hasil Analisa C-Organik Secara Titrimetri (Walkley and Black) Tabel 4.3. Kadar Karbon (C) Organik Tanah

No. Lab

Berat contoh kering 105oC (g)

Vol.titran

FeSO4 1 N C-Organik (%)

Blanko - 10,35 -

1 0,9778 4,15 1,93

2 0,9692 5,05 1,66

3 0,9802 5,25 1,58

4 0,9852 4,05 1,59


(2)

4.2. Perhitungan 100 ker 105 ker ker (%) x udara ing contoh Berat C ing contoh berat udara ing contoh Berat Air Kadar o − =

Contoh perhitungan tanah no.1 maka :

N x blanko titrasi FeSO ml O Cr K N x O Cr K ml FeSO N Normalitas 0145 , 1 35 , 10 ) 1 ( ) 5 , 10 ( ) ( ) ( 4 7 2 2 7 2 2 4 = = = % 93 , 1 9778 , 0 3 , 0 )} 0145 , 1 15 , 4 ( 5 , 10 { 105 ker 3 , 0 )} ( { % ) 1 . .

( 2 2 7 4

= − = − = x x C ing contoh Berat x NFeSO x titrasi ml O Cr K ml C Lab No o % 52 , 2 100 0011 , 2 9506 , 1 0011 , 2 (%) = − = x Air Kadar


(3)

4.3. Pembahasan

Pada analisa C-organik didapatkan hasil yang rendah yaitu <2,00%. Dimana kadar C-organik normal di dalam tanah adalah 2,1-3,0%.

Karbon di dalam tanah terhadap sebagai bahan organik.

Dimana kadar C-organik normal di dalam tanah adalah 2,1-3,0%. Dari hasil analis C- organik maka akan di peroleh hubungan C/N di dalam tanah yang juga mempunyai arti penting. Misalnya apakah terjadi kompetisi antara jasad renik dan tanaman terhadap kebutuhan unsur hara nitrogen. Selanjutnya C/N berguna untuk mengetahui tingkat pelapukan dan kecepatan penguraian bahan organik serta tersedianya unsur hara nitrogen yang terdapat di dalam.

Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap tanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor vahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur. Kelembaban. Tekstur. Dan suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan hara terutama N, P, K dan S.

Secara langsung vahan organik tanah merupakan sumber senyawa-senyawa organik yang dapat diserap tanaman meskipun dalam jumlah sedikit, seperti alanin, glisin dan asam-asam amino lainnya, juga hormon/ zat perangsang tumbuh dan vitamin. (Hanafiah,2005)

Karbon pentuing sebagai vahan pembangun bahan organik, karena sebahagian besar vahan kering tanaman terdiri dari bahan organik, sumber karbon dapat dikatakan banyak,dalam ruangan tertutup yang berisi : CO2-fotosintesa terus aktif. Kandungan


(4)

karbon bervariasi di atas tanah, diaatas daun, dalam hal ini satu meter di atas tanah akan berbeda.

Di udara terbuka terdapat 0,03%CO2,sedangkan di tempat yang banyak tanamannya

terdapat CO2 yang lebih besar dari 0,03%.Landegardh (1924) menyatakan bahwa

CO2:

- Pada permukaan tanah terdapat sekitar 0,053-0,28%.

- Di atas daun terdapat sekitar 0,04-0,067%.

- Satu meter di atas permukaan tanah terdapat sekitar 0,07% (Mul Mulyani,1999)

Dalam percobaan yang dilakukan terjadi reaksi oksidasi reduksi sebagai berikiut:

O H Fe

Cr Fe

H O

Cr

H O Cr SO K CO SO

H O Cr K C

2 3

3 2

2 7 2

2 7 2 4 2 2 4

2 7 2 2

7 6

2 6

14 + → + +

+

+ +

+ → +

+

+ +

+ +

+ −

Koloid tanah adalah bagian tanah yang sangat berperan dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman. Koloid tanah bermuatan negatif, sehingga dapat menarik dan memegang ion-ion bermuatan positif (kation), seperti Ca2+, H+, Mg2+, K+, Na+, Al3+, dan NH4+. Daya tarik menarik ini dapat dianalogikan seperti kutub negatif magnet

menarik dan memegang kutub positif magnet lainnya. Koloid yang telah melekat pada koloid tanh tidak mudah tercuci oleh aliran air. Namun, kation atau anion yang berada pada larutan tanah sangat mudah hanyut terbawa air. (Novizan,2007)


(5)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa tanah yang digunakan untuk lahan perkebunan PT. Minanga Ogan yang dianalisa di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan adalah kadar Karbon (C) Organik tanah yang dianalisa yaitu < 2 %, dimana berdasarkan kriteria tanah nilainya tergolong rendah.

5.2. Saran

Sebaiknya dilakukan juga analisa unsur hara makro dan mikro yang terdapat di dalam tanah untuk mengetahui tingkat kesuburan dari tanah sehingga tanah tersebut dapat digunakan sebagai lahan pertanian.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adlin, U. 2008. Kelapa Sawit (Elaesis Guinense) Di Indonesia. Edisi 2: PPKS Medan. Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hadi. M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Yogyakarta: Kanisius. Lingga, P. M. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Jakarta:

Swadaya.

Mas,ud, P. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Bandung: Angkasa. Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. Medan: USU Press.

Mulyani, M. 1999. Pupuk Dan cara Pemupukan. Jakarta: Rhineka Cipta.

Notohadiprawiro, T. 1999. Tanah Dan Lingkungan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Pahan. I. 2008. Panduan Teknis Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta: PT. Indopalma Wahana Hutama.

Riswiyanto. E. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Penerbit Erlangga.