Batasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Defenisi Konsep

10 untuk dikaji sejauh mana Kebijakan dan Kiprah Politik Muhammadiyah Sumatera Utara terhadap pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi Sumatera Utara tahun 2008.

2. Batasan Masalah

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu tentang Kebijakan dan Kiprah Politik Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Langsung Propinsi Sumatera Utara Tahun 2008, maka penelitian ini perlu ada sebuah batasan masalah; 1. Masalah penelitian menyangkut pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi Sumatera Utara tahun 2008. 2. Lokasi penelitian dilakukan di Dewan Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara

3. Rumusan Masalah

Menyangkut pada latar belakang dan batasan masalah yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut : ”Bagaimana Kebijakan dan Kiprah Politik Muhammadiyah Sumatera Utara terhadap pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi Sumatera Utara tahun 2008” Universitas Sumatera Utara 11

4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kebijakan politik Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara pada pemilihan kepala daerah Propinsi Sumatera Utara tahun 2008. 2. Untuk mengetahui kiprah politik Muhammadiyah Sumatera Utara dalam pemilihan kepala daerah propinsi Sumatera Utara tahun 2008.

5. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat menambah khasanah kepustakaan politik. 2. Secara praktis diharapkan dapat menjelaskan sikap politik Muhammadiyah Sumatera Utara dalam pemilihan kepala daerah propinsi Sumatera Utara tahun 2008. 3. Sebagai masukan bagi Muhammadiyah dalam meneguhkan gerakan amar ma’ruf nahi munkar dan gerakan tajdidnya. 6. Kerangka Teori 6.1 Kebijakan Kebijakan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara- cara untuk mencapai tujuan-tujuan itu 7 7 Mirriam Budiharjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal 12 . Universitas Sumatera Utara 12 Kebijakan menurut David Easton ialah keputusan yang diambil oleh pemerintah atau pemimpin kelompokorganisasi sebagai kekuasaan untuk mengalokasikan nilai-nilai bagi masyarakat atau anggota kelompoknya secara keseluruhan 8 Sedangkan menurut Lasswell dan Kaplan kebijakan adalah alat untuk mengapai tujuan dimana kebijakan adalah program yang diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai dan praktek . 9 Henz Eulau dan Kenneth Previt merumuskan kebijakan sebagai keputusan yang tetap, ditandai oleh kelakuan yang berkesinambungan dan berulang-ulang pada mereka yang membuat kebijakan dan yang yang melaksanakan kebijakan yang telah dibuat . 10 Sementara itu Carl friedrich mengatakan bahwa kebijakan adalah adanya sebuah tujuan, sasaran, dan kehendak. Sedangkan H. Hugh Heglo mengatakan bahwa kebijakan adalah suatu tindakan yang bermaksud untuk menggapai tujuan . 11 Jones mengatakan bahwa kebijakan adalah perilaku yang tetap dan berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di dalam dan melalui pemerintah atau ketua kelompok untuk memecahkan permasalahan umum . 12 Dalam mengambil sebuah kebijakan maka diperlukan tahap-tahap pengambilan kebijakan tersebut. Tahap-tahp pengambilan kebijakan ini . 8 Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, Yayasan Pancur Siwa,Jakarta, 2004 hal, 20 9 Ibid, hal 21 10 Hesel Nogi S dan Tangkilisan, Kebijakan Publik Yang Membumi, YPAPI dan Lukman Offset, Yogyakarta, 2003, hal 3 11 Op. Cit 12 Ibid, hal 22 Universitas Sumatera Utara 13 merupakan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengambilan kebijakan. Prinsip-prinsip dasar dari permasalahan kebijakan ini merupakan sebuah proses analisa kebijakan yang akan diterapkan. Analisa kebijakan ini pada dasarnya merupakan proses kognitif, sementara pembuatan kebijaksanaan bersifat politis 13

6.1.1. Prinsip-prinsip Kebijakan

. Dalam membuat dan menerapkan kebijakan ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yakni : • Adanya tujuan, yakni adanya sebuah tujuan yang ingin di capai, melalui usaha-usaha yang telah di sepakati dengan bantuan faktor pendukung yang ada atau yang diperlukan. • Adanya rencana yang merupakan alat atau cara tertentu untuk mencapainya. • Adanya program, yaitu cara yang telah disepakati dan mendapat persetujuan serta pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. • Adanya keputusan, yaitu tindakan tertentu yang diambil untuk menentukan tujuan, membuat dan menyesuaikan rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program yang sudah ada. • Dampak, yakni pengaruh yang terjadi atau timbul dari suatu program dalam masyarakat 14 . 13 William N. Dunn, Analisa Kebijakan Publik, Hanindita Graha Widya, Yogyakarta, 1999, hal 72 14 Loc.it, hal 21 Universitas Sumatera Utara 14

6.1.2. Langkah – langkah Pengambilan Kebijakan

a. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah adalah mencari masalah yang dihadapi, kemudian digolongkan menurut jenisnya. Proses pengidentifikasian masalah ini merupakan langkah awal yang sangat penting, yang akan menentukan langkah-langkah berikutnya. Kemudian masalah diklasifikasikan menurut sebab, sumber, jenis, dan bidang. Dalam identifikasi masalah harus dilengkapi dengan data dan fakta yang ada dilapangan. b. Penentuan Alternatif Penentuan alternatif adalah membuat beberapa pilihan penyelesaian masalah yang dihadapi. Penentuan alternatif merupakan kelanjutan dari pengidentifikasian masalah dimana dibuat beberapa pilihan dalam pemecahan masalah sesuai dengan jenis, sumber, bidang alternatif yang ditetapkan, harus berdasarkan data dan fakta yang ada hingga penyelesaian yang dihasilkan valid dan dapat dipertanggung jawabkan. c. Pemilihan Alternatif Pemilihan alternatif adalah menetapkan pilihan yang terbaik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dari beberapa alternatif yang ditawarkan, setelah dianalisa berdasarkan fakta dan data maka harus ditetapkan pilihan yang terbaik yang akan dilaksanakan dan menjadi Universitas Sumatera Utara 15 pedoman dalam melakukan tindakan berikutnya. Oleh karena itu dalam menetapkan alternatif harus berdasarkan pertimbangan yang matang dengan memperhitungkan akibat dan dampak dari alternatif yang dipilih. Dan yang terpenting alternatif yang dipilih harus sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai dalam penyelesaian masalah. d. Penerapan Alternatif Langkah selanjutnya dalam pengambilan keputusan adalah penerapan alternatif. Penerapan alternatif adalah melaksanakan alternative terbaik yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan masalah. Penerapan alternative harus sesuai dengan pilihan yang dianggap paling baik hingga masalah yang ada dapat diselesaikan secara efektif dan efisien serta tepat pada sasaran. e. Evaluasi Kebijakan Langkah akhir yang harus ditempuh dalam membuat keputusan adalah evaluasi terhadap keputusan yang telah diambil. Evaluasi keputusan adalah melakukan penilaian terhadap hasil yang dicapai dari penerapan alternative dalam menyelesaiakan masalah serta akibat yang ditimbulkan dari keputusan tersebut 15 . 15 AG. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal 13 Universitas Sumatera Utara 16

6.1.3. Macam – macam Kebijakan

Kebijakan atau keputusan dapat dilihat menurut bidang tertentu dimana kebijakan itu di keluarkan, anatara lain adalah: • Kebijakan Publik : Suatu ruang dalam kehidupan yang bukan privat atau murni milik individual, tetapi milik bersama atau milik umum, dan dibutuhkannya sebuah aturan atau intervensi oleh pemerintahaatau aturan sosial, atau setidaknya oleh tindakan bersama dalam mengatur dan menata kehidupan masyarakatnya 16 • Kebijakan Ekonomi : Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. . Atau kebijakan yang dikeluarkan pemerintah bagi masyarakat yang memiliki kewenangan yang dapat memaksa masyarakat untuk mematuhinya. • Kebijakan Pertahanan dan Keamanan : Kebijakan dari pemerintah untuk menjaga dan melindungi bangsa dan negara dari ganguan baik itu dari dalam negeri maupun dari luar negeri. • Kebijakan Politik : Keputusan yang dikeluarkan untuk mengatur dan menjalankan tiap-tiap bentuk dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat. 16 Wayne Parson, Public Policy, Prenada Media, Jakarta, 2005, hal 3 Universitas Sumatera Utara 17

6.1.4. Kebijakan Politik

Kebijakan politik merupakan sebuah keputusan yang dibuat untuk mengatur dan menjalankan tiap-tiap bentuk dan pembagian kekuasaan dalam kehidupan masyarakat. Kebijakan Politik dibentuk untuk : • Menyelesaiakan perselisihan dengan damai dan secara melembaga. • Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah. • Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur. • Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum. • Mengakui serta meanggap wajar adanya keberagaman. • Menjamin tegaknya keadilan 17

6.2 Kiprah Politik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Kiprah adalah Perbuatan, Kegiatan atau Perilaku. Perilaku adalah tindakan atau tingkah laku seseorang dalam kelompok atau organisasi yang mempengaruhi perilaku organisasi tersebut. Kiprah atau perilaku organisasi adalah secara langsung berhubungan dengan pengertian, ramalan, dan pengendalian terhadap tingkah laku orang-orang di dalam suatu organisasi, dan bagaimana perilaku orang-orang tersebut 17 Mirriam Budiharjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal 62 Universitas Sumatera Utara 18 mempengaruhi organisasi dalam mencapai tujuannya. Perilaku organisasi ini tidak terlepas dari kepentingan politik untuk mencapai tujuan organisasi 18 Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik .

6.3 Politik

19 Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi . Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain: Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama teori klasik Aristoteles Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik. 18 Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal, 11 19 Loc.it Universitas Sumatera Utara 19 politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik. 6.3.1 PrinsipPolitik 6.3.1.1 Teori Politik Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana mencapai tujuan tersebut serta segala konsekuensinya. Bahasan dalam Teori Politik antara lain adalah filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan, legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dan sebagainya 20 Teori politik memiliki dua makna: makna pertama menunjuk teori sebagai pemikiran spekulatif tentang bentuk dan tata cara pengaturan masyarakat yang ideal, makna kedua menunjuk pada kajian sistematis tentang segala kegiatan dalam masyarakat untuk hidup dalam kebersamaan. Contoh teori politik yang merupakan pemikiran spekulatif adalah teori politik Marxis-Leninis atau komunisme, contoh lain adalah teori politik yang berdasar pada pemikiran Adam . Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara di dunia antara lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme, federalisme, feminisme, fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme, libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi, totaliterisme, oligarki dan sebagainya. 20 Ibid Universitas Sumatera Utara 20 Smith kapitalisme. Pemikiran Tan Malaka dalam tulisannya Madilog, merupakan contoh teori politik Indonesia. Nasakom yang diajukan Soekarno merupakan contoh lain.Sedangkan teori politik sebagai hasil kajian empirik bisa dicontohkan dengan teori struktural - fungsional yang diajukan oleh Talcot Parson seorang sosiolog, antara lain diturunkan kedalam teori politik menjadi Civic Culture 21 Menurut Robert Maclaver masyarakat adalah suatu sistem hubungan- hubungan yang ditertibkan. Sedangkan menurut Harold J. Laski masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama .

6.3.1.2 Masyarakat

22

6.3.1.3 Kekuasaan

. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.

6.3.1.4 Negara

Menurut Weber negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam sesuatu wilayah. 21 Ibid, hal 30 22 Ibid, hal 34 Universitas Sumatera Utara 21 Sedangkan menurut Soltau negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat 23

6.3.2 Politik Lokal

. Dalam melihat otonomi daerah atau desentralisasi, sebenarnya ada dua hal yang perlu kita lihat, yakni desentralisasi politik devolusi atau yang lebih dikenal dengan politik lokal dan desentralisasi administrasi dekonsentrasi. Devolusi merupakan kewenangan daerah dalam pengambilan keputusan politik, baik terkait dengan parlemen lokal maupun eksekutif lokal. Artinya, dalam konsep devolusi, masyarakat lokal punya hak politik untuk berpartisipasi serta berkompetisi dalam proses politik lokal legislatif dan eksekutif serta berpartisipasi dalam proses kebijakan publik lokal. Selain itu, devolusi pada legislatif lokal ditujukan selain untuk sarana pelatihan kepemimpinan politik lokal, juga dalam kerangka akuntabilitas politik anggota DPRD kepada konstituennya. Sedangkan bagi eksekutif lokal, devolusi merupakan sarana pelatihan kepemimpinan politik lokal dalam pelayanan publik. Bagi masyarakat lokal sendiri, devolusi telah memberikan kesempatan politik yang sama political equality bagi setiap warga masyarakat lokal untuk menggunakan hak-hak politiknya memilih atau dipilih dalam proses politik lokal. Juga terkait hak-hak politik masyarakat lokal dalam proses kebijakan publik. 23 Ibid, hal 39 Universitas Sumatera Utara 22 Devolusi yang diberikan kepada masyarakat lokal, baik hak-hak politik, partisipasi dan kompetisi dalam proses politik, erat kaitannya dengan akuntabilitas serta responsibilitas legislatif dan eksekutif lokal. Apabila hak-hak politik masyarakat lokal tidak sepenuhnya terjamin dalam undang-undang, partisipasi politik masyarakat rendah, serta kompetisi lokal terbatas hanya di kalangan elit tertentu saja. Kondisi demikian bisa diartikan, bahwa derajat akuntabilitas publik legislatif terhadap konstituennya, rendah. Demikian juga dengan kepala daerah, proses pelayanan publiknya dinilai rendah. Rendahnya derajat partisipasi dan kompetisi politik lokal, dipengaruhi pula oleh sistem, struktur dan kultur politik lokal. Menurut Riswandha Imawan 24 1. Pendidikan politik : menyediakan kesempatan yang lebih besar kepada anggota masyarakat untuk memilih dan dipilih dalam devolusi ada beberapa hal yang merupakan kelebihan dari penerapan politik lokal devolusi itu sendiri. Kita dapat membagikannya kedalam dua kategaori yaitu , bagi demokratisasi dan stabilitas politik serta bagi pengembangan masyarakat lokal. Bagi demokratisasi dan stabilitas politik, setidaknya ada tiga makna devolusi: 2. Pelatihan kepemimpinan politik : pengalaman menjadi legislator dan eksemutor politik sebelum beranjak ke tingkat nasional. 3. stabilitas politik : pendidikan masyarakat lokal untuk meningkatkan rasa tanggung jawab 24 Syamsuddin Haris ed, Desentralisasi, Demokratisasi dan Akuntabilitas, Jakarta, AIPI, 2002, hal: 46 Universitas Sumatera Utara 23 Sementara itu bagi pendewasaan masyarakat lokal, devolusi dapat membantu dalam hal : 1. Political equality : yakni menambah kesempatan kepada masyarakat untuk mempengaruhi kebijakan lokal. 2. Accountability : meningkatkan tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat dengan terbukanya akses masyarakat ke dalam proses politik. 3. Responsiveness : meningkatkan kemampuan pemerintah untuk melayani keinginan warga masyarakat.

6.4 Pemilihan Kepala Daerah Langsung

6.4.1 Pemilihan Kepala Daerah Langsung Menurut UU No. 221999 dan

UU No. 322004 Berbicara pemilihan kepala daerah langsung ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah : Undang- Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah melahirkan sebuah gagasan Otonomi Daerah secara luas kepadaKabupatenKota yang didasarkan pada program Desentralisasi. Otonomi adalah pemberian hak dan kekuasaan perundang-undangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri kepada instansi, perusahan daerah. Menurut UU No. 221999 Otonomi Daerah didefenisikan sebagai ”kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan Universitas Sumatera Utara 24 masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Di dalam UU No. 221999 bahwa Kepala Daerah dipilih oleh DPRD bukan dipilih oleh rakyat, hal ini dapat dilihat pada pasal 35 Undang-Undang No. 221999 seperti yang telah disebutkan di atas. 2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Undang-Undang No. 32 tahun 2004 lahir dari sebuah proses evaluasi atas ketidaksempurnaan dari peraturan yang sudah ada yakni Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah 25 Di dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, Pemilihan Kepala Daerah dilakukan secara langsung artinya Kepala Daerah dipilih langsung oleh rakyat. Jadi yang dimaksud Kepala Daerah adalah Kepala Pemerintah Daerah yang dipilih secara demokratis . Yang dimaksud Pemerintahan Daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah pelaksanaan fungsi- fungsi Pemerintah Daerah yang dilakukan oleh lembaga Pemerintahan Daerah yaitu Pemerintahan Daerah dan DPRD. 26 . Rakyat melakukan pemilihan secara langsung terhadap Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. 25 Daniel S. Salossa, Mekanisme, Persyaratan, dan Tata cara Pilkada Langsung Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Yogyakarta: media Pressindo 2005 26 Ibid Universitas Sumatera Utara 25

6.4.2 Pemilihan Kepala Daerah Sebagai Demokratisasi Politik Lokal

Pemilihan Kepala Daerah Langsung adalah perkembangan menarik dalam sejarah perpolitikan lokal di negeri ini, karena Pemilihan Kepala Daerah Langsung merupakan momentum peletakan dasar bagi fondasi kedaulatan rakyat dan sistem politik serta demokrasi di tingkat lokal. Fitriyah 27 27 Lihat Jurnal Ilmu Politik No. 20, Tahun 2006 di dalam Teorinya yang berjudul Sistem dan Proses Pilkada Secara Langsung yang disampaikan dalam Seminar Nasional XIX dan Kongres AIPI VI di Batam Maret 2005 mengatakan bahwa kebijakan otonomi luas di bawah UU No. 221999 belum membawa perubahan yang signifikan terhadap peran rakyat dalam rekrutmen pejabat publik maupun dalam kebijakan publik.

7. Defenisi Konsep

Konsep merupakan unsur penting dan merupakan defenisi yang dipakai oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena politik yang ada. Adapun konsep- konsep yang ada dalam tulisan ini yaitu : Muhammadiyah Secara bahasa atau harfiah arti Muhammadiyah berasal dari bahasa Arab ”Muhammad” yaitu nama Nabi atau Rasul Allah Allah yang terakhir. Kemudian mendpatkan ”ya’ nisbiyah” yang artinya menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti ummat Muhammad SAW atau pengikut Muhammad SAW, yaitu semua orang Islam yang mengakui dan menyakini bahwa nabi Muhammad SAW adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir. Universitas Sumatera Utara 26 Sedangkan secara istilah atau terminologis Muhammadiyah ialah gerakan Islam, Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah, didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 Miladiyah di Kota Yogyakarta. Sedangkan pemberian nama Muhammadiyah ini dimaksudkan oleh pendirinya untuk bertafa’ul berharapan baik dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangannya dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam semata-mata demi terwujudnya ’Izzul Islam Wal Muslimin, Kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup Umat Islam sebagai realita 28 Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. .

8. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian

Dokumen yang terkait

Pemetaan Daerah Pemilihan

0 52 7

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 51 95

Pemenuhan Hak-Hak Kaum Disabilitas dalam Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013 di Kota Medan

6 62 116

Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 Di Kecamatan Medan Helvetia

0 54 79

Etnisitas Dan Pilihan Kepala Daerah (Suatu Studi Penelitian Kemenangan Pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir)

3 45 67

Perilaku Memilih Birokrat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

1 48 200

Opini Mahasiswa Kota Medan Terhadap Iklan Politik Calon Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2018

0 0 10

BAB IV PEMBAHASAN A. Muhammadiyah dan Politik - Pengaruh Kebijakan Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah (Analisis Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Periode 2013 – 2018) - Repository UIN Sumatera Utara

0 1 14

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kebijakan - Pengaruh Kebijakan Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah (Analisis Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Periode 2013 – 2018) - Repository UIN Sumatera Utara

1 4 9

BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA A. Sejarah Singkat Berdirinya Muhammadiyah - Pengaruh Kebijakan Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah (Analisis Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Periode 20

0 2 32