10 untuk dikaji sejauh mana Kebijakan dan Kiprah Politik Muhammadiyah Sumatera
Utara terhadap pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi Sumatera Utara tahun 2008.
2. Batasan Masalah
Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu tentang Kebijakan dan Kiprah Politik Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah
Langsung Propinsi Sumatera Utara Tahun 2008, maka penelitian ini perlu ada sebuah batasan masalah;
1. Masalah penelitian menyangkut pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Propinsi Sumatera Utara tahun 2008. 2.
Lokasi penelitian dilakukan di Dewan Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara
3. Rumusan Masalah
Menyangkut pada latar belakang dan batasan masalah yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut :
”Bagaimana Kebijakan dan Kiprah Politik Muhammadiyah Sumatera Utara terhadap pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Propinsi Sumatera Utara tahun 2008”
Universitas Sumatera Utara
11
4. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kebijakan politik Pengurus Wilayah Muhammadiyah
Sumatera Utara pada pemilihan kepala daerah Propinsi Sumatera Utara tahun 2008.
2. Untuk mengetahui kiprah politik Muhammadiyah Sumatera Utara dalam
pemilihan kepala daerah propinsi Sumatera Utara tahun 2008.
5. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat menambah khasanah
kepustakaan politik. 2.
Secara praktis diharapkan dapat menjelaskan sikap politik
Muhammadiyah Sumatera Utara dalam pemilihan kepala daerah propinsi Sumatera Utara tahun 2008.
3. Sebagai masukan bagi Muhammadiyah dalam meneguhkan gerakan amar
ma’ruf nahi munkar dan gerakan tajdidnya.
6. Kerangka Teori 6.1 Kebijakan
Kebijakan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-
cara untuk mencapai tujuan-tujuan itu
7
7
Mirriam Budiharjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal 12
.
Universitas Sumatera Utara
12 Kebijakan menurut David Easton ialah keputusan yang diambil oleh
pemerintah atau pemimpin kelompokorganisasi sebagai kekuasaan untuk mengalokasikan nilai-nilai bagi masyarakat atau anggota kelompoknya secara
keseluruhan
8
Sedangkan menurut Lasswell dan Kaplan kebijakan adalah alat untuk mengapai tujuan dimana kebijakan adalah program yang diproyeksikan berkenaan
dengan tujuan, nilai dan praktek .
9
Henz Eulau dan Kenneth Previt merumuskan kebijakan sebagai keputusan yang tetap, ditandai oleh kelakuan yang berkesinambungan dan berulang-ulang
pada mereka yang membuat kebijakan dan yang yang melaksanakan kebijakan yang telah dibuat
.
10
Sementara itu Carl friedrich mengatakan bahwa kebijakan adalah adanya sebuah tujuan, sasaran, dan kehendak. Sedangkan H. Hugh Heglo mengatakan
bahwa kebijakan adalah suatu tindakan yang bermaksud untuk menggapai tujuan
.
11
Jones mengatakan bahwa kebijakan adalah perilaku yang tetap dan berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di dalam dan melalui
pemerintah atau ketua kelompok untuk memecahkan permasalahan umum .
12
Dalam mengambil sebuah kebijakan maka diperlukan tahap-tahap pengambilan kebijakan tersebut. Tahap-tahp pengambilan kebijakan ini
.
8
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, Yayasan Pancur Siwa,Jakarta, 2004 hal, 20
9
Ibid, hal 21
10
Hesel Nogi S dan Tangkilisan, Kebijakan Publik Yang Membumi, YPAPI dan Lukman Offset, Yogyakarta, 2003, hal 3
11
Op. Cit
12
Ibid, hal 22
Universitas Sumatera Utara
13 merupakan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengambilan kebijakan.
Prinsip-prinsip dasar dari permasalahan kebijakan ini merupakan sebuah proses analisa kebijakan yang akan diterapkan. Analisa kebijakan ini pada dasarnya
merupakan proses kognitif, sementara pembuatan kebijaksanaan bersifat politis
13
6.1.1. Prinsip-prinsip Kebijakan
.
Dalam membuat dan menerapkan kebijakan ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yakni :
• Adanya tujuan, yakni adanya sebuah tujuan yang ingin di capai, melalui
usaha-usaha yang telah di sepakati dengan bantuan faktor pendukung yang ada atau yang diperlukan.
• Adanya rencana yang merupakan alat atau cara tertentu untuk
mencapainya. •
Adanya program, yaitu cara yang telah disepakati dan mendapat persetujuan serta pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
• Adanya keputusan, yaitu tindakan tertentu yang diambil untuk
menentukan tujuan, membuat dan menyesuaikan rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program yang sudah ada.
• Dampak, yakni pengaruh yang terjadi atau timbul dari suatu program
dalam masyarakat
14
.
13
William N. Dunn, Analisa Kebijakan Publik, Hanindita Graha Widya, Yogyakarta, 1999, hal 72
14
Loc.it, hal 21
Universitas Sumatera Utara
14
6.1.2. Langkah – langkah Pengambilan Kebijakan
a. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah adalah mencari masalah yang dihadapi,
kemudian digolongkan menurut jenisnya. Proses pengidentifikasian masalah ini merupakan langkah awal yang sangat penting, yang akan
menentukan langkah-langkah berikutnya. Kemudian masalah diklasifikasikan menurut sebab, sumber, jenis, dan bidang. Dalam
identifikasi masalah harus dilengkapi dengan data dan fakta yang ada dilapangan.
b. Penentuan Alternatif Penentuan alternatif adalah membuat beberapa pilihan
penyelesaian masalah yang dihadapi. Penentuan alternatif merupakan kelanjutan dari pengidentifikasian masalah dimana dibuat beberapa pilihan
dalam pemecahan masalah sesuai dengan jenis, sumber, bidang alternatif yang ditetapkan, harus berdasarkan data dan fakta yang ada hingga
penyelesaian yang dihasilkan valid dan dapat dipertanggung jawabkan.
c. Pemilihan Alternatif Pemilihan alternatif adalah menetapkan pilihan yang terbaik dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dari beberapa alternatif yang ditawarkan, setelah dianalisa berdasarkan fakta dan data maka harus
ditetapkan pilihan yang terbaik yang akan dilaksanakan dan menjadi
Universitas Sumatera Utara
15 pedoman dalam melakukan tindakan berikutnya. Oleh karena itu dalam
menetapkan alternatif harus berdasarkan pertimbangan yang matang dengan memperhitungkan akibat dan dampak dari alternatif yang dipilih.
Dan yang terpenting alternatif yang dipilih harus sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai dalam penyelesaian masalah.
d. Penerapan Alternatif Langkah selanjutnya dalam pengambilan keputusan adalah
penerapan alternatif. Penerapan alternatif adalah melaksanakan alternative terbaik yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan masalah. Penerapan
alternative harus sesuai dengan pilihan yang dianggap paling baik hingga masalah yang ada dapat diselesaikan secara efektif dan efisien serta tepat
pada sasaran.
e. Evaluasi Kebijakan Langkah akhir yang harus ditempuh dalam membuat keputusan
adalah evaluasi terhadap keputusan yang telah diambil. Evaluasi keputusan adalah melakukan penilaian terhadap hasil yang dicapai dari penerapan
alternative dalam menyelesaiakan masalah serta akibat yang ditimbulkan dari keputusan tersebut
15
.
15
AG. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal 13
Universitas Sumatera Utara
16
6.1.3. Macam – macam Kebijakan
Kebijakan atau keputusan dapat dilihat menurut bidang tertentu dimana kebijakan itu di keluarkan, anatara lain adalah:
• Kebijakan Publik : Suatu ruang dalam kehidupan yang bukan privat atau
murni milik individual, tetapi milik bersama atau milik umum, dan dibutuhkannya sebuah aturan atau intervensi oleh pemerintahaatau aturan
sosial, atau setidaknya oleh tindakan bersama dalam mengatur dan menata kehidupan masyarakatnya
16
• Kebijakan Ekonomi : Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk
mengatasi permasalahan ekonomi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
. Atau kebijakan yang dikeluarkan pemerintah bagi masyarakat yang memiliki kewenangan yang dapat memaksa
masyarakat untuk mematuhinya.
• Kebijakan Pertahanan dan Keamanan : Kebijakan dari pemerintah untuk
menjaga dan melindungi bangsa dan negara dari ganguan baik itu dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
• Kebijakan Politik : Keputusan yang dikeluarkan untuk mengatur dan
menjalankan tiap-tiap bentuk dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat.
16
Wayne Parson, Public Policy, Prenada Media, Jakarta, 2005, hal 3
Universitas Sumatera Utara
17
6.1.4. Kebijakan Politik
Kebijakan politik merupakan sebuah keputusan yang dibuat untuk mengatur dan menjalankan tiap-tiap bentuk dan pembagian kekuasaan dalam
kehidupan masyarakat. Kebijakan Politik dibentuk untuk : •
Menyelesaiakan perselisihan dengan damai dan secara melembaga. •
Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah.
• Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur.
• Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.
• Mengakui serta meanggap wajar adanya keberagaman.
• Menjamin tegaknya keadilan
17
6.2 Kiprah Politik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Kiprah adalah Perbuatan, Kegiatan atau Perilaku. Perilaku adalah tindakan atau tingkah laku
seseorang dalam kelompok atau organisasi yang mempengaruhi perilaku organisasi tersebut.
Kiprah atau perilaku organisasi adalah secara langsung berhubungan dengan pengertian, ramalan, dan pengendalian terhadap tingkah laku orang-orang
di dalam suatu organisasi, dan bagaimana perilaku orang-orang tersebut
17
Mirriam Budiharjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal 62
Universitas Sumatera Utara
18 mempengaruhi organisasi dalam mencapai tujuannya. Perilaku organisasi ini tidak
terlepas dari kepentingan politik untuk mencapai tujuan organisasi
18
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik
.
6.3 Politik
19
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi
. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional
maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu
antara lain: Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan
kebaikan bersama teori klasik Aristoteles Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan
dan negara Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan
kebijakan publik.
18
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal, 11
19
Loc.it
Universitas Sumatera Utara
19 politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk
beluk tentang partai politik.
6.3.1 PrinsipPolitik 6.3.1.1 Teori Politik
Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana mencapai tujuan tersebut serta segala konsekuensinya. Bahasan dalam
Teori Politik antara lain adalah filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan, legitimasi, lembaga negara,
perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dan sebagainya
20
Teori politik memiliki dua makna: makna pertama menunjuk teori sebagai pemikiran spekulatif tentang bentuk dan tata cara pengaturan masyarakat yang
ideal, makna kedua menunjuk pada kajian sistematis tentang segala kegiatan dalam masyarakat untuk hidup dalam kebersamaan. Contoh teori politik yang
merupakan pemikiran spekulatif adalah teori politik Marxis-Leninis atau komunisme, contoh lain adalah teori politik yang berdasar pada pemikiran Adam
. Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara
negara di dunia antara lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme, federalisme, feminisme, fundamentalisme keagamaan, globalisme,
imperialisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme, libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi, totaliterisme,
oligarki dan sebagainya.
20
Ibid
Universitas Sumatera Utara
20 Smith kapitalisme. Pemikiran Tan Malaka dalam tulisannya Madilog, merupakan
contoh teori politik Indonesia. Nasakom yang diajukan Soekarno merupakan contoh lain.Sedangkan teori politik sebagai hasil kajian empirik bisa dicontohkan
dengan teori struktural - fungsional yang diajukan oleh Talcot Parson seorang sosiolog, antara lain diturunkan kedalam teori politik menjadi Civic Culture
21
Menurut Robert Maclaver masyarakat adalah suatu sistem hubungan- hubungan yang ditertibkan. Sedangkan menurut Harold J. Laski masyarakat
adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama
.
6.3.1.2 Masyarakat
22
6.3.1.3 Kekuasaan
.
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa
sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.
6.3.1.4 Negara
Menurut Weber negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam sesuatu wilayah.
21
Ibid, hal 30
22
Ibid, hal 34
Universitas Sumatera Utara
21 Sedangkan menurut Soltau negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat
23
6.3.2 Politik Lokal
.
Dalam melihat otonomi daerah atau desentralisasi, sebenarnya ada dua hal yang perlu kita lihat, yakni desentralisasi politik devolusi atau yang lebih
dikenal dengan politik lokal dan desentralisasi administrasi dekonsentrasi. Devolusi merupakan kewenangan daerah dalam pengambilan keputusan politik,
baik terkait dengan parlemen lokal maupun eksekutif lokal. Artinya, dalam konsep devolusi, masyarakat lokal punya hak politik untuk berpartisipasi serta
berkompetisi dalam proses politik lokal legislatif dan eksekutif serta berpartisipasi dalam proses kebijakan publik lokal.
Selain itu, devolusi pada legislatif lokal ditujukan selain untuk sarana pelatihan kepemimpinan politik lokal, juga dalam kerangka akuntabilitas politik
anggota DPRD kepada konstituennya. Sedangkan bagi eksekutif lokal, devolusi merupakan sarana pelatihan kepemimpinan politik lokal dalam pelayanan publik.
Bagi masyarakat lokal sendiri, devolusi telah memberikan kesempatan politik yang sama political equality bagi setiap warga masyarakat lokal untuk
menggunakan hak-hak politiknya memilih atau dipilih dalam proses politik lokal. Juga terkait hak-hak politik masyarakat lokal dalam proses kebijakan
publik.
23
Ibid, hal 39
Universitas Sumatera Utara
22 Devolusi yang diberikan kepada masyarakat lokal, baik hak-hak politik,
partisipasi dan kompetisi dalam proses politik, erat kaitannya dengan akuntabilitas serta responsibilitas legislatif dan eksekutif lokal. Apabila hak-hak politik
masyarakat lokal tidak sepenuhnya terjamin dalam undang-undang, partisipasi politik masyarakat rendah, serta kompetisi lokal terbatas hanya di kalangan elit
tertentu saja. Kondisi demikian bisa diartikan, bahwa derajat akuntabilitas publik legislatif terhadap konstituennya, rendah. Demikian juga dengan kepala daerah,
proses pelayanan publiknya dinilai rendah. Rendahnya derajat partisipasi dan kompetisi politik lokal, dipengaruhi pula oleh sistem, struktur dan kultur politik
lokal. Menurut Riswandha Imawan
24
1. Pendidikan politik : menyediakan kesempatan yang lebih besar
kepada anggota masyarakat untuk memilih dan dipilih dalam devolusi ada beberapa hal yang
merupakan kelebihan dari penerapan politik lokal devolusi itu sendiri. Kita dapat membagikannya kedalam dua kategaori yaitu , bagi demokratisasi dan stabilitas
politik serta bagi pengembangan masyarakat lokal. Bagi demokratisasi dan stabilitas politik, setidaknya ada tiga makna
devolusi:
2. Pelatihan kepemimpinan politik : pengalaman menjadi legislator dan
eksemutor politik sebelum beranjak ke tingkat nasional. 3.
stabilitas politik : pendidikan masyarakat lokal untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
24
Syamsuddin Haris ed, Desentralisasi, Demokratisasi dan Akuntabilitas, Jakarta, AIPI, 2002, hal: 46
Universitas Sumatera Utara
23 Sementara itu bagi pendewasaan masyarakat lokal, devolusi dapat
membantu dalam hal : 1.
Political equality : yakni menambah kesempatan kepada masyarakat
untuk mempengaruhi kebijakan lokal. 2.
Accountability : meningkatkan tanggung jawab pemerintah kepada
masyarakat dengan terbukanya akses masyarakat ke dalam proses politik.
3. Responsiveness
: meningkatkan kemampuan pemerintah untuk melayani keinginan warga masyarakat.
6.4 Pemilihan Kepala Daerah Langsung
6.4.1 Pemilihan Kepala Daerah Langsung Menurut UU No. 221999 dan
UU No. 322004
Berbicara pemilihan kepala daerah langsung ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah : Undang- Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
melahirkan sebuah gagasan Otonomi Daerah secara luas kepadaKabupatenKota yang didasarkan pada program Desentralisasi. Otonomi adalah pemberian hak dan
kekuasaan perundang-undangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri kepada instansi, perusahan daerah.
Menurut UU No. 221999 Otonomi Daerah didefenisikan sebagai ”kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
Universitas Sumatera Utara
24 masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Di dalam UU No. 221999 bahwa Kepala Daerah dipilih oleh DPRD
bukan dipilih oleh rakyat, hal ini dapat dilihat pada pasal 35 Undang-Undang No. 221999 seperti yang telah disebutkan di atas.
2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Undang-Undang No. 32 tahun 2004 lahir dari sebuah proses evaluasi atas
ketidaksempurnaan dari peraturan yang sudah ada yakni Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
25
Di dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, Pemilihan Kepala Daerah dilakukan secara langsung artinya Kepala Daerah dipilih langsung oleh rakyat.
Jadi yang dimaksud Kepala Daerah adalah Kepala Pemerintah Daerah yang dipilih secara demokratis
. Yang dimaksud Pemerintahan Daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah pelaksanaan fungsi-
fungsi Pemerintah Daerah yang dilakukan oleh lembaga Pemerintahan Daerah yaitu Pemerintahan Daerah dan DPRD.
26
. Rakyat melakukan pemilihan secara langsung terhadap Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
25
Daniel S. Salossa, Mekanisme, Persyaratan, dan Tata cara Pilkada Langsung Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Yogyakarta: media Pressindo 2005
26
Ibid
Universitas Sumatera Utara
25
6.4.2 Pemilihan Kepala Daerah Sebagai Demokratisasi Politik Lokal
Pemilihan Kepala Daerah Langsung adalah perkembangan menarik dalam sejarah perpolitikan lokal di negeri ini, karena Pemilihan Kepala Daerah
Langsung merupakan momentum peletakan dasar bagi fondasi kedaulatan rakyat dan sistem politik serta demokrasi di tingkat lokal.
Fitriyah
27
27
Lihat Jurnal Ilmu Politik No. 20, Tahun 2006
di dalam Teorinya yang berjudul Sistem dan Proses Pilkada Secara Langsung
yang disampaikan dalam Seminar Nasional XIX dan Kongres AIPI VI di Batam Maret 2005 mengatakan bahwa kebijakan otonomi luas di
bawah UU No. 221999 belum membawa perubahan yang signifikan terhadap peran rakyat dalam rekrutmen pejabat publik maupun dalam kebijakan publik.
7. Defenisi Konsep
Konsep merupakan unsur penting dan merupakan defenisi yang dipakai oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena politik yang ada. Adapun konsep-
konsep yang ada dalam tulisan ini yaitu :
Muhammadiyah
Secara bahasa atau harfiah arti Muhammadiyah berasal dari bahasa Arab ”Muhammad” yaitu nama Nabi atau Rasul Allah Allah yang terakhir. Kemudian
mendpatkan ”ya’ nisbiyah” yang artinya menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti ummat Muhammad SAW atau pengikut Muhammad SAW, yaitu semua
orang Islam yang mengakui dan menyakini bahwa nabi Muhammad SAW adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir.
Universitas Sumatera Utara
26 Sedangkan secara istilah atau terminologis Muhammadiyah ialah gerakan
Islam, Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah, didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8
dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 Miladiyah di Kota Yogyakarta. Sedangkan pemberian nama Muhammadiyah ini
dimaksudkan oleh pendirinya untuk bertafa’ul berharapan baik dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangannya dalam rangka menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam semata-mata demi terwujudnya ’Izzul Islam Wal Muslimin, Kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup Umat Islam sebagai realita
28
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan
objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. .
8. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian