DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

28

H. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I

: PENDAHULUHAN Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Defenisi Konsep dan mengenai Metode Penelitian yang penulis gunakan serta sistematika penulisannya.

BAB II : DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH

Pada bab ini akan dijabarkan tentang profil Muhammadiyah, struktur kepengurusan Muhammadiyah Sumatera Utara dan amal usaha Muhammadiyah Sumatera Utara.

BAB III : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang data yang diperoleh dari penelitian dan analisa data mengenai Kebijakan Politik Muhammadiyah Sumatera Utara untuk Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2008 dan Kiprah Politik Muhammadiyah Sumatera Utara dalam Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2008. BAB IV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berisi kesimpulan analisis dan saran dari hasil penelitian yang diperoleh. Universitas Sumatera Utara 29

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

A. LATAR BELAKANG LAHIRNYA MUHAMMADIYAH

Pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama ”MUHAMMADIYAH”. Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah” Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912, yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam ”Statuten Muhammadiyah” yang pertama itu, tanggal resmi yang diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak mencantumkan tanggal Hijriyah. Namanya ”Muhammadiyah” dan tempatnya di Yogyakarta”. Sedangkan maksudnya ialah: a. Menyebarkan pengajaran agama Kangjeng Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta, dan b. Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.”. Terdapat hal menarik, bahwa kata ”memajukan” dan sejak tahun 1914 ditambah dengan kata ”menggembirakan” dalam pasal maksud dan tujuan Muhammadiyah merupakan kata-kunci yang selalu dicantumkan dalam ”Statuten Muhammadiyah” pada periode Kyai Dahlan hingga tahun 1946 yakni: Statuten Muhammadiyah Tahun 1912, Tahun 1914, Tahun 1921, Tahun 1931, Tahun Universitas Sumatera Utara 30 1931, dan Tahun 1941. Sebutlah Statuten tahun 1914: Maksud Persyarikatan ini yaitu: • Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Igama di Hindia Nederland, dan • Memajukan dan menggembirakan kehidupan cara hidup sepanjang kemauan agama Islam kepada lid-lidnya. Artinya ketika umat Islam sedang dalam kelemahan dan kemunduran akibat tidak mengerti kepada ajaran Islam yang sesungguhnya, maka Muhammadiyah mengungkap dan mengetengahkan ajaran Islam yang murni itu serta menganjurkan kepada umat Islam pada umumnya untuk mempelajarinya, dan kepada para ulama untuk mengajarkannya, dalam suasana yang maju dan menggembirakan. Perubahan secara tajam, yakni hilangnya kata ”memajukan dan menggembirakan” sejak Anggaran Dasar Muhammadiyah AD tahun 1946, pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, di era Ki Bagus Hadikusuma. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Tahun 1946 tidak lagi menggunakan kata Statuten Muhammadiyah, dalam pasal 2 tentang maksud dan tujuan disebutkan sebagai berikut: ”Maksud Persyarikatan ini akan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam, sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Redaksi ”menegakkan dan menjunjung tinggi” inilah yang terus berlaku hingga Anggaran Dasar tahun 2005 yang berlaku saat ini. Pada AD Tahun 1946 itulah pencantuman tanggal Hijriyah 8 Dzulhijjah 1330 mulai diperkenalkan. Perubahan penting juga terdapat pada AD Universitas Sumatera Utara 31 Muhammadiyah tahun 1959, yakni dengan untuk pertama kalinya Muhammadiyah mencantumkan ”Asas Islam” dalam pasal 2 Bab II., dengan kalimat, ”Persyarikatan berasaskan Islam”. Jika didaftar, maka hingga tahun 2005 setelah Muktamar ke-45 di Malang, telah tersusun 15 kali StatutenAnggaran Dasar Muhammadiyah, yakni berturut-turut tahun 1912, 1914, 1921, 1934, 1941, 1943, 1946, 1950 dua kali pengesahan, 1959, 1966, 1968, 1985, 2000, dan 2005. Asas Islam pernah dihilangkan dan formulasi tujuan Muhammadiyah juga mengalami perubahan pada tahun 1985 karena paksaan dari Pemerintah Orde Baru dengan keluarnya UU Keormasan tahun 1985. Asas Islam diganti dengan asas Pancasila, dan tujuan Muhammadiyah berubah menjadi ”Maksud dan tujuan Persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu wata’ala”. Asas Islam dan tujuan dikembalikan lagi ke ”masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” dalam AD Muhammadiyah hasil Muktamar ke-44 tahun 2000 di Jakarta. Gagasan pembaruan Kyai Dahlan yang memiliki aspek “pemurnian” purifikasi selain dalam memurnikan aqidah dari syirik, bid’ah, khurafat, tahayul, juga dalam praktik pelaksanaan ibadah. Adapun langkah pembaruan yang bersifat ”reformasi” ialah dalam merintis pendidikan ”modern” yang memadukan pelajaran agama dan umum. Menurut Kuntowijoyo, gagasan pendidikan yang dipelopori Kyai Dahlan, merupakan pembaruan karena mampu mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok generasi muslim terpelajar yang mampu Universitas Sumatera Utara 32 hidup di zaman modern tanpa terpecah kepribadiannya. Lembaga pendidikan Islam ”modern” bahkan menjadi ciri utama kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah, yang membedakannya dari lembaga pondok pesantren kala itu. Pendidikan Islam “modern” itulah yang di belakang hari diadopsi dan menjadi lembaga pendidikan umat Islam secara umum. Langkah ini pada masa lalu merupakan gerak pembaruan yang sukses, yang mampu melahirkan generasi terpelajar Muslim, yang jika diukur dengan keberhasilan umat Islam saat ini tentu saja akan lain, karena konteksnya berbeda. Pembaruan Islam yang cukup orisinal dari Kyai Dahlan dapat dirujuk pada pemahaman dan pengamalan Surat Al-Ma’un. Gagasan dan pelajaran tentang Surat Al-Maun, merupakan contoh lain yang paling monumental dari pembaruan yang berorientasi pada amal sosial-kesejahteraan, yang kemudian melahirkan lembaga Penolong Kesengsaraan Oemoem PKU. Langkah momumental ini dalam wacana Islam kontemporer disebut dengan ”teologi transformatif”, karena Islam tidak sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah dan ”hablu min Allah” hubungan dengan Allah semata, tetapi justru peduli dan terlibat dalam memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia. Inilah ”teologi amal” yang tipikal khas dari Kyai Dahlan dan awal kehadiran Muhammadiyah, sebagai bentuk dari gagasan dan amal pembaruan lainnya di negeri ini. Kyai Dahlan juga peduli dalam memblok umat Islam agar tidak menjadi korban misi Zending Kristen, tetapi dengan cara yang cerdas dan elegan. Kyai mengajak diskusi dan debat secara langsung dan terbuka dengan sejumlah pendeta di sekitar Yogyakarta. Dengan pemahaman adanya kemiripan selain perbedaan Universitas Sumatera Utara 33 antara Al-Quran sebagai Kitab Suci umat Islam dengan kitab-kitab suci sebelumnya, Kyai Dahlan menganjurkan atau mendorong ”umat Islam untuk mengkaji semua agama secara rasional untuk menemukan kebenaran yang inheren dalam ajaran-ajarannya”, sehingga Kyai pendiri Muhammadiyah ini misalnya beranggapan bahwadiskusi-diskusi tentang Kristen boleh dilakukan di masjid. Kepeloporan pembaruan Kyai Dahlan yang menjadi tonggak berdirinya Muhammadiyah juga ditunjukkan dengan merintis gerakan perempuan ‘Aisyiyah tahun 1917, yang ide dasarnya dari pandangan Kyai agar perempuan muslim tidak hanya berada di dalam rumah, tetapi harus giat di masyarakat dan secara khusus menanamkan ajaran Islam serta memajukan kehidupan kaum perempuan. Langkah pembaruan ini yang membedakan Kyai Dahlan dari pembaru Islam lain, yang tidak dilakukan oleh Afghani, Abduh, Ahmad Khan, dan lain-lain. Perintisan ini menunjukkan sikap dan visi Islam yang luas dari Kyai Dahlan mengenai posisi dan peran perempuan, yang lahir dari pemahamannya yang cerdas dan bersemangat tajdid, padahal Kyai dari Kauman ini tidak bersentuhan dengan ide atau gerakan ”feminisme” seperti berkembang sekarang ini. Artinya, betapa majunya pemikiran Kyai Dahlan yang kemudian melahirkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam murni yang berkemajuan. Kyai Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya, telah menampilkan Islam sebagai ”sistem kehidupan manusia dalam segala seginya”. Artinya, secara Muhammadiyah bukan hanya memandang ajaran Islam sebagai aqidah dan ibadah semata, tetapi merupakan suatu keseluruhan yang menyangut akhlak dan mu’amalat dunyawiyah. Selain itu, aspek aqidah dan ibadah pun harus Universitas Sumatera Utara 34 teraktualisasi dalam akhlak dan mu’amalah, sehingga Islam benar-benar mewujud dalam kenyataan hidup para pemeluknya. Karena itu, Muhammadiyah memulai gerakannya dengan meluruskan dan memperluas paham Islam untuk diamalkan dalam sistem kehidupan yang nyata. Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan dari pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan, didorong oleh dan atas pergumulannya dalam menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu, yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan. Adapun faktor-faktor yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara lain: 1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi; 2. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat; 3. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman; 4. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme; dan Universitas Sumatera Utara 35 5. Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat Karena itu, jika disimpulkan, bahwa berdirinya Muhammadiyah adalah karena alasan-alasan dan tujuan-tujuan sebagai berikut: 1. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam; 2. Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern; 3. Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam; dan 4. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar Kelahiran Muhammadiyah secara teologis memang melekat dan memiliki inspirasi pada Islam yang bersifat tajdid, namun secara sosiologis sekaligus memiliki konteks dengan keadaan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia yang berada dalam keterbelakangan. Kyai Dahlan melalui Muhammadiyah sungguh telah memelopori kehadiran Islam yang otentik murni dan berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan hidup umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat bagi kehidupan. Islam tidak hanya ditampilkan secara otentik dengan jalan kembali kepada sumber ajaran yang aseli yakni Al-Qur‘an dan Sunnah Nabi yang sahih, tetapi juga menjadi kekuatan untuk mengubah kehidupan manusia dari serba ketertinggalan menuju pada dunia kemajuan. Fenomena baru yang juga tampak menonjol dari kehadiran Muhammadiyah ialah, bahwa gerakan Islam yang murni dan berkemajuan itu Universitas Sumatera Utara 36 dihadirkan bukan lewat jalur perorangan, tetapi melalui sebuah sistem organisasi. Menghadirkan gerakan Islam melalui organisasi merupakan terobosan waktu itu, ketika umat Islam masih dibingkai oleh kultur tradisional yang lebih mengandalkan kelompok-kelompok lokal seperti lembaga pesantren dengan peran kyai yang sangat dominan selaku pemimpin informal. Organisasi jelas merupakan fenomena modern abad ke-20, yang secara cerdas dan adaptif telah diambil oleh Kyai Dahlan sebagai “washilah” alat, instrumen untuk mewujudkan cita-cita Islam. Memformat gerakan Islam melalui organisasi dalam konteks kelahiran Muhammadiyah, juga bukan semata-mata teknis tetapi juga didasarkan pada rujukan keagmaan yang selama ini melekat dalam alam pikiran para ulama mengenai qaidah “mâ lâ yatimm al-wâjib illâ bihi fa huwâ wâjib”, bahwa jika suatu urusan tidak akan sempurna manakala tanpa alat, maka alat itu menjadi wajib adanya. Lebih mendasar lagi, kelahiran Muhammadiyah sebagai gerakan Islam melalui sistem organisasi, juga memperoleh rujukan teologis sebagaimana tercermin dalam pemaknaanpenafsiran Surat Ali Imran ayat ke-104, yang memerintahkan adanya “sekelompok orang untuk mengajak kepada Islam, menyuruh pada yang ma‘ruf, dan mencegah dari yang munkar”. Ayat Al-Qur‘an tersebut di kemudian hari bahkan dikenal sebagai ”ayat” Muhammadiyah. Muhammadiyah dengan inspirasi Al-Qur‘an Surat Ali Imran 104 tersebut ingin menghadirkan Islam bukan sekadar sebagai ajaran “transendensi” yang mengajak pada kesadaran iman dalam bingkai tauhid semata. Bukan sekadar Islam yang murni, tetapi tidak hirau terhadap kehidup. Apalagi Islam yang murni Universitas Sumatera Utara 37 itu sekadar dipahami secara parsial. Namun, lebih jauh lagi Islam ditampilkan sebagai kekuatan dinamis untuk transformasi sosial dalam dunia nyata kemanusiaan melalui gerakan “humanisasi” mengajak pada serba kebaikan dan “emanisipasi” atau “liberasi” pembebasan dari segala kemunkaran, sehingga Islam diaktualisasikan sebagai agama Langit yang Membumi, yang menandai terbitnya fajar baru Reformisme atau Modernisme Islam di Indonesia.

B. MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Muhammadiyah Sumatera utara secara regional harus tetap melakukan upaya secara maksimal. Terutama dalam posisinya : Pertama, Sebagai gerakan Tajdid dalam arti permurnian harus senantiasa mendorong terselenggaranya ajaran Islam yang asli murni, bersumber pada Al- Qur’an dan As-Sunnah. Tajdid dengan arti pengembangan harus dapat melakukan inovasi kreatif, positif dan produktif, namun tetap berpegang teguh pada ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah. Sehubungan dengan itu diharapkan syiar Islam tetap berkembang di Sumatera Utara, ditandai dengan semakin meluasnya pemahaman Islam oleh masyarakat luas dan menguatnya pengamalan terhadap ajaran Islam secara merata dan berkualitas. Kedua, sebagai bagian dari masyarakat Sumatera Utara, Muhammadiyah harus dapat : 1. Mendorong penegakan hukum dan pemerintah yang bersih 2. Membantu dan memperluas lapangan kerja serta penanggulangan kemiskinan Universitas Sumatera Utara 38 3. Penegakan etika demokrasi, pemerintahan, ekonomi dan politik 4. Pemberantasan premanisme, penggunaan obat-obatan terlarang, miras dan judi 5. membasmi pornoaksi, pornografi, pelacuran, perzinahan, perdagangan anak dan pelecehan terhadap perempuan dan bentuk-bentuk kemaksiatan lainnya. Ketiga, sebagai warga Islam, Muhammadiyah harus bersifat aktif dalam upaya tampilnya Islam sebagai rahmatan lil’alamin dan ummat muslim tampil di garda terdepan dalam peradaban sebagai pranata sosial dan miniatur bangsa serta bertanggung jawab atas terciptanya tatanan sosial yang baik menuju masyarakat marhamah dan baldah thoyyibah. Muhammadiyah Sumatera Utara merupakan bagian dari masyarakat Sumatera Utara pada umumnya, dimana Sumatera Utara yang mayoritas jumlah penduduknya memeluk Islam sebesar 7.418.224 jiwa, Kristen Protestan 3.334.928 jiwa, Katolik 648.758 jiwa, Hindu 531.142 jiwa, Budha 285.757 jiwa dan lainnya 11.145 jiwa merupakan sebuah kekuatan yang harus di perhitungkan dengan jumlah anggotanya mencapai 17.910 orang selain simpatisan yang selalu turut andil dalam melaksanakan dan membantu muhammadiyah dalam tiap-tiap aktifitasnya. Selain dari itu kekuatan yang dimiliki Muhammadiyah sebenarnya tidak terlepas dari berbagai aspek kehidupan sosial budaya masyarakat. Struktur kepengurusan yang memadai di tiap kabupaten kota merupakan modal berharga Universitas Sumatera Utara 39 bagi Muhammadiyah untuk menggapai tujuannya, hal ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Jumlah Cabang dan Ranting Muhammadiyah Sumatera Utara No Daerah Jumlah Cabang Jumlah Ranting 1 Kota Medan 28 113 2 Kota Binjai 5 28 3 Kota Pematang Siantar 3 13 4 Kota Tebing Tinggi 4 13 5 Kabupaten Asahan 11 64 6 Kabupaten Tapanuli Tengah 9 30 7 Kota Sibolga 3 11 8 Kabupaten Tapanuli Selatan 14 84 9 Kabupaten Langkat 8 43 10 Kabupaten Deli Serdang 6 47 11 Kabupaten Labuhan Batu 8 40 12 Kabupaten Simalungun 5 22 13 Kabupaten Nias 2 18 14 Kabupaten Karo 1 7 15 Kabupaten Dairi 1 4 16 Kabupaten Tapanuli Utara 4 10 17 Kota Tanjung Balai 4 4 18 Kabupaten Mandailing Natal 8 33 19 Kabupaten Serdang Bedagai 5 20 20 Kabupaten Pak-pak Barat - - TOTAL 129 604 Sumber : Kesekretariatan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara 2007 Dalam menjalankankan kerjanya, khususnya khittah perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara khittah muhammadiyah di denpasar 2002 , Muhammadiyah Sumatera Utara mencoba melakukan berbagai kegiatan diantaranya menyelenggarakan pendidikan kader politik Muhammadiyah sebagai salah satu sarana meningkatkan kualitas anggota Muhammadiyah dalam berbagai aspek. Universitas Sumatera Utara 40

C. STRUKTUR LEMBAGA

MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara sebagai perpanjangan fungsi dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah memiliki Struktur lembaga yang terdiri dari : Ketua : Drs. H. Dalail Ahmad, MA Wakil Ketua : Dr. H. Asmuni, MA Wakil Ketua : Drs. Sarwo Edi Wakil Ketua : Drs. Zulkarnain M. Noor, SH, MH Wakil Ketua : H. Bahdin Nur Tanjung, SE, MM Sekretaris : Drs. Mario Kasduri, MA Wakil Sekretaris : Drs. H. M. Effendy Pakpahan, MM Wakil Sekretaris : Ir. Alridiwirsah, MM Bendahara : H. Suhrawardi K. Lubis, SH, Sp.N, MH Wakil Bendahara : M. Nasir Wahab, SE. MBA Koord Bid Tarjih Tabligh : Prof. Dr. H. Hasyimsyah Nasution, MA Koord Bid Pendidikan Kebudayaan : Drs. M. Nurdin Mislan, M. Pd Koord Bid Organisasi Kader : As. Adinata, BA Koord Bid Kesehatan, Pemberdayaan L H : dr. H. M. Nur Rasyid Lubis, Sp. B Koord Bid Ukhuwah, Pustakadan informasi : Drs. H. Mukhtar Abdullah Koord Bid Wakaf, ZIS Dan Dana : Drs. Agussani, MAP Anggota Pimpinan : Drs. H. Chairuman Pasaribu Untuk membantu kinerja dari kepengurusan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera, maka Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara dibantu oleh majelis-majelis dan Lembaga-lembaga yakni : Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid : Drs. H. Askolan Lubis, MA Ketua Majelis Tabligh Dakwah : Drs. H. Kemal Fauzi Ketua Majelis Dik Das Men : Drs. Ahmad Hosen Hutagalung Ketua Majelis Kesehatan Kesejahteraan Masyarakat : dr. Chairul Adillah Harahap, Sp.A Ketua Majelis Wakaf ZIS : H. Ishaq Jar Ketua Majelis Ekonomi : Drs. P. L. Harahap Ketua Majelis Pendidikan Kader : Drs. H. Armansyah, MM Ketua Majelis Pemberdayaan Masy : A. Husna Harahap, SE, MBA Ketua Lembaga Hikmah Kebijakan Publik: Abdul Hakim Siagian, SH, M. Hum Ketua Lembaga Hukum HAM : Farid Wajdi, SH, M. Hum Ketua Lembaga Pustaka Informasi : Drs. Mulyadi S Ketua Lembaga Seni Budaya : H. Nahar Alang A. Ghani, Lc Ketua Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan : N. Muis Fauzi Rambe, SE, MM Ketua Lembaga Lingkungan Hidup : Drs. Syafrinal, Apt, M. Si Ketua Tenaga Sekretariat PWM SU : Drs. Mutholib Universitas Sumatera Utara 41

D. AMAL USAHA MUHAMMADIYAH AUM

Segala usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan meliputi: 1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan. 2. Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya. 3. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal shalih lainnya. 4. Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlaq mulia. 5. Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian. 6. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas 7. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. 8. Memelihara, mengembangkan, dan mendayagunakan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kesejahteraan. 9. Mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri. Universitas Sumatera Utara 42 10. Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 11. Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan. 12. Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana untuk mensukseskan gerakan. 13. Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta meningkatkan pembelaan terhadap masyarakat. 14. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah Dalam melaksanakan usaha-usaha Muhammadiyah ini, Pimpinan Muhammadiyah Sumatera Utara di bantu oleh Majelis dan Lembaga yang bertindak sesuai fungsi dan kerjanya. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah yang berfungsi sebagai pengembangan mutu pendidikan baik secara kuantitas maupun kualitas memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang cukup banyak sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Lembaga Pendidikan Amal Usaha Muhammadiyah No Daerah TPA TK SD SMP SMA SMEA STM MDA MIB MATS MAL PON PES PT 1 Kota Medan 43 42 28 16 4 4 1 48 2 1 2 Kota Binjai 5 4 5 2 1 1 10 2 2 1 3 Kota Pematang Siantar 1 2 3 1 1 3 1 4 Kota Tebing Tinggi 2 4 1 6 1 5 Kabupaten Asahan 1 11 12 6 1 2 9 6 3 3 2 6 Kabupaten Tapanuli Tengah 5 9 2 1 1 1 7 Kota Sibolga 2 4 2 1 1 1 2 1 1 1 8 Kabupaten Tapanuli Selatan 6 13 3 1 22 5 3 1 1 1 9 Kabupaten Langkat 6 4 4 4 3 12 1 1 10 Kabupaten Deli Serdang 1 4 4 3 1 9 2 5 2 Universitas Sumatera Utara 43 11 Kabupaten Labuhan Batu 7 7 4 2 1 2 4 12 Kabupaten Simalungun 6 2 4 2 2 1 1 1 1 13 Kabupaten Nias 5 2 1 3 1 14 Kabupaten Karo 1 1 1 1 15 Kabupaten Dairi 1 1 2 16 Kabupaten Tapanuli Utara 1 3 1 1 17 Kota Tanjung Balai 1 1 1 1 18 Kabupaten Mandailing Natal 4 7 3 1 2 5 2 19 Kabupaten Serdang Bedagai 2 2 1 1 1 1 1 20 Kabupaten Pak-pak Barat TOTAL 61 115 106 54 18 11 1 132 28 25 13 3 5 Sumber : Kesekretariatan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara 2007 Sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang dakwah, Muhammadiyah juga mendirikan Masjid dan Mushollah yang dikoordinir oleh majelis tabliq dan dakwah, lihat tabel 3. Masjid dan mushollah yang didirikan ini dipergunakan selain sebagai tempat sholat juga dipergunakan sebagai tempat kegiatan-kegiatan Muhammadiyah lainnya seperti pengajian rutin dan pelatihan-pelatihan lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan militansi anggota terhadap organisasi. Tabel 3 Rumah Ibadah Amal Usaha Muhammadiyah No Daerah Masjid Mushollah 1 Kota Medan 52 30 2 Kota Binjai 32 6 3 Kota Pematang Siantar 5 3 4 Kota Tebing Tinggi 6 4 5 Kabupaten Asahan 55 4 6 Kabupaten Tapanuli Tengah 22 20 7 Kota Sibolga 3 1 8 Kabupaten Tapanuli Selatan 90 1 9 Kabupaten Langkat 30 8 10 Kabupaten Deli Serdang 34 6 11 Kabupaten Labuhan Batu 10 11 12 Kabupaten Simalungun 10 4 13 Kabupaten Nias 4 2 14 Kabupaten Karo 5 15 Kabupaten Dairi 5 1 16 Kabupaten Tapanuli Utara 17 Kota Tanjung Balai 1 2 18 Kabupaten Mandailing Natal 20 9 Universitas Sumatera Utara 44 19 Kabupaten Serdang Bedagai 20 Kabupaten Pak-pak Barat 374 112 Sumber : Kesekretariatan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara 2007 Muhammadiyah Sumatera Utara selain bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan juga bergerak di bidang lainnya seperti bidang ekonomi seperti pembentukan koperasi, bidang kesehatan melalui rumah bersalin, rumah sakit dan Klinik. Dalam bidang Hukum dan HAM Muhammadiyah Sumatera Utara memiliki Biro Bantuan Hukum UMSU dan juga dalam bidang-bidang lainnya yang langsung bersentuhan langsung terhadap anggota, simpatisan dan masyarakat luas yang berada di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 45

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Dokumen yang terkait

Pemetaan Daerah Pemilihan

0 52 7

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 51 95

Pemenuhan Hak-Hak Kaum Disabilitas dalam Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013 di Kota Medan

6 62 116

Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 Di Kecamatan Medan Helvetia

0 54 79

Etnisitas Dan Pilihan Kepala Daerah (Suatu Studi Penelitian Kemenangan Pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir)

3 45 67

Perilaku Memilih Birokrat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

1 48 200

Opini Mahasiswa Kota Medan Terhadap Iklan Politik Calon Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2018

0 0 10

BAB IV PEMBAHASAN A. Muhammadiyah dan Politik - Pengaruh Kebijakan Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah (Analisis Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Periode 2013 – 2018) - Repository UIN Sumatera Utara

0 1 14

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kebijakan - Pengaruh Kebijakan Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah (Analisis Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Periode 2013 – 2018) - Repository UIN Sumatera Utara

1 4 9

BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA A. Sejarah Singkat Berdirinya Muhammadiyah - Pengaruh Kebijakan Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah (Analisis Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Periode 20

0 2 32