PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MERAPI BARAT KECAMATAN MERAPI BARAT KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MERAPI BARAT KECAMATAN MERAPI BARAT KABUPATEN LAHAT SUMATERA

SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh

DEBI GUSMALISA

Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar siswa kelas X SMAN 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan tahun pelajaran 2014/2015. Metode yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi eksperimen) yaitu metode yang membandingkan pengaruh pemberian suatu perlakuan (treatment) pada suatu objek (kelompok eksperimen) serta melihat besar pengaruh perlakuannya. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat sebanyak 194, jumlah sampel sebanyak 64 siswa diperoleh teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan tes. Analisis data yang digunakan adalah uji t.

Hasil analisis data diperoleh adanya perbedaan yang signifikan rata-rata nilai gain pada kelas yang diberi perlakuan model discovery learning dan pada kelas yang diberi perlakuan metode ceramah, untuk nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hal tersebut dikarenakan nilai yang diperoleh pada kelas eksperimen (discovery learning) lebih banyak yang memiliki nilai yang tuntas belajarnya. Sehingga dapat disimpulkan proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi.


(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF DISCOVERY LEARNING MODEL APPLICATION TO STUDENTS’ LEARNING RESULTS IN GEOGRAPHY SUBJECT OF GRADE X IN STATE SENIOR HIGH SCHOOL 1 IN WEST MERAPI SUB

DISTRICT OF LAHAT DISTRICT IN SOUTH SUMATERA IN ACADEMIC YEAR 2014/2015

By

DEBI GUSMALISA

The objective of this research was to find out information about the influence of discovery learning model application to students’ learning results in geography subject of Grade X in State Senior High School 1 in West Merapi sub district of Lahat district in South Sumatera in academic year 2014/2015. This was a quasi-experiment research to compare influence of a treatment to a certain object (experiment group) and to find out the extent of the influence. Population was 194 Grade X students in State Senior High School 1 in West Merapi. 64 respondent samples were taken using simple random sampling. Data were analyzed using t-test analysis.

The results showed that there was a significant difference of average of gain values between classroom that received discovery learning model and classroom that received lecturing method. The experiment classroom had higher gain value than control classroom, because experiment classroom (with discovery learning) had more grade of learning accomplishment. The conclusion was that learning process by using discovery learning model influenced students’ learning method in geography subject.


(3)

PENGARUH PENERAPAN MODELDISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MERAPI BARAT KECAMATAN MERAPI BARAT KABUPATEN LAHAT SUMATERA

SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

DEBI GUSMALISA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang, pada tanggal 25 Agustus 1993. Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Ujang dan Ibu Kurti.

Penulis telah menyelesaikan Pendidikan Dasar di SD Negeri 51 Lahat pada tahun 2005, Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Lahat pada tahun 2008, dan Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 4 Lahat.

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur undangan. Pada tahun 2014 bulan Juli-September penulis telah melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri Satu Atap 2 Lumbok Seminung dan Kuliah Kerja Nyata di Pekon Ujung Rembun, Kecamatan Lumbok Seminung, Kabupaten Lampung Barat.


(8)

PERSEMBAHAN

Terucap syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada:

Bapakku (Ujang) dan Ibuku (Kurti) yang telah membesarkanku dengan penuh ketulusan, kasih sayang, dan tak pernahbosan mendo’akan untuk keberhasilanku

Kakak dan adikku (Sasmiana, Darmawiansyah dan Yunita Gustiani) yang selalu setia menemaniku, memberikan motivasi, dukungan,

serta curahan kasih sayang.

Sahabat tercinta Mega Lestari, Winda Anggraini, Kyky Zeptiana, Endang Sasmita, Muji Slamet Lestari, Sahabat-sahabat KKN

yang selalu memberikan semangat untukku.

Teman-teman angkatan 2011 terimakasih atas segala kasih sayang dan dukungan untukku.

Dan seseorang yang semoga kelak Allah takdirkan untuk mendampingiku mengarungi suka duka jalannya kehidupan

(Ardan Rahmat Senogala)


(9)

M ot o

Belajar dari hari kemarin, hidup untuk hari esok. Hal terpenting a dalah tidak berhenti bertanya

(Albert Einstein)

Kita tidak akan pernah mendapatkan hasil dari sebuah proses jika kita tidak pernah mencoba


(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, penulis masih diberi kesehatan sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA N 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015”, dapat diselesaikan dengan segenap kemampuan dan keterbatasan yang ada.

Skripsi ini disusun berkat bimbingan Bapak Dr. Pargito, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik (PA) dan juga dosen pembimbing I dengan sabar membimbing penulis untuk memberi kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Bapak Dedy Miswar, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat. Serta kepada Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Pembahas yang sudah memberikan bimbingan serta petunjuk demi terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.


(11)

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama, Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 6. Bapak Baslini, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Merapi Barat dan Ibu

Astuti Ningsih, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Sahabat-sahabatku seperjuangan angkatan 2011 di program studi S1 Pendidikan Geografi, Universitas Lampung.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Pengaruh ... 9

B. Pembelajaran... 9

C. Pembelajaran Teori Konstruktivisme ... 10

D. Pembelajaran Geografi... 15

E. Pembelajaran Konvensional... 16

F. Belajar ... 17

G. Hasil Belajar... 19

H. ModelDiscovery Learning... 22

I. Penelitian yang Relevan... 30

J. Kerangka Pikir ... 31

K. Hipotesis ... 32

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 34


(13)

C. Desain Penelitian ... 36

D. Variabel Penelitian... 38

E. Definisi Operasional Varibael... 39

F. Tahap Penelitian... 40

G. Instrumen Penelitian ... 41

H. Teknik Analisis Data... 47

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51

B. Pelaksanaan Penelitian... 54

C. Hasil Penelitian ... 55

D. Analisis Data ... 62

E. Pembahasan ... 75

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 83

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Hasil Nilai MID Semester Pelajaran Geografi di Kelas X SMA

Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 3

2.1 Indikator Hasil Belajar ... 21

3.1 Data Anggota Populasi Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kabupaten Lahat Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 35

3.2 Data Anggota Sampel Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kabupaten Lahat Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 36

3.3 DesainPre-TestdanPost-TestEksperimen... 36

3.4 Kriteria Ketuntasan Minimum SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 40

3.5 Hasil Perhitungan Uji Validitas Soal ... 42

3.6 Kriteria Reliabilitas ... 44

3.7 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 45

3.8 Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda Soal... 45

3.9 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 47

3.10 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Uji Coba Soal... 47

3.11 Interpretasi NilaiGain... 50

4.1 Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Merapi Barat... 54


(15)

xv

4.3 Rangkuman Hasil Penelitian Kelompok ModelDiscovery Learning

dan Kelompok Kontrol... 55

4.4 NilaiPre-testdanPost-TestSiswa Kelompok ModelDiscovery Learning... 56

4.5 NilaiPre-TestdanPost-TestSiswa Kelompok Kontrol ... 58

4.6 NilaiGainKelompok ModelDiscovery Learning... 62

4.7 NilaiGainKelompok Kontrol ... 62

4.8 Rangkuman Output SPSS TabelOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 63

4.9 Rangkuman Output SPSS TabelTest of Homogeneity of Variances ... 64

4.10 Output SPSS TabelPaired Samples Statistics Kelompok ModelDiscovery Learning ... 65

4.11 Output SPSS TabelPaired Samples Test Kelompok ModelDiscovery Learning... 66

4.12 Output SPSS TabelPaired Samples Statistics Kelompok Kontrol ... 67

4.13 Output SPSS TabelPaired Samples Test Kelompok Kontrol ... 68

4.14 Output SPSS TabelGroup Statistics Pretest Kelompok ModelDiscovery Learningdan Kelompok Kontrol ... 69

4.15 Output SPSS TabelIndependent Samples Test PretestKelompok ModelDiscovery Learningdan Kelompok Kontrol ... 70

4.16 Output SPSS TabelGroup Statistics Post TestKelompok Model Discovery Learningdan Kelompok Kontro ... 71

4.17 Output SPSS TabelIndependent Samples Test Post-TestKelompok ModelDiscovery Learningdan Kelompok Kontrol ... 72

4.18 Output SPSS TabelGroup Statistics GainKelompok Model Discovery LearningDan Kelompok Kontrol ... 73

4.19 Output SPSS TabelGroup Statistics GainKelompok Model Discovery LearningDan Kelompok Kontrol ... 74


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus Pembelajaran ... 88

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 90

3. Lembar Kerja Kelompok ... 119

4. Soal Pretest dan Post Test Kelas X.1 dan X.2 ... 130

5. Validitas dan Reabilitas Soal ... 135

6. Daya Beda Soal... 137

7. Tingkat Kesukaran ... 139

8. Penilaian Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelompok Discovery Learning... 141

9. Penilaian Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelompok Kontrol ... 142

10. Deskripsi Data dan Uji Normalitas Pretest-Post Test Hasil Belajar Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi siswa Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelompok Model Discovery Learning ... 143

11. Deskripsi Data dan Uji Normalitas Pretest-Post Test Hasil Belajar Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi siswa Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelompok Kontrol ... 144


(17)

xiii

12. Deskripsi Data dan Uji Normalitas Gain Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X SMA N 1 Merapi Barat

Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 145 13. Uji Homogenitas ... 146


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Peta Lokasi SMA Negeri 1 Merapi Barat ... 52 4.2 Diagram Batang Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok

Model Discovery Learning ... 56 4.3 Diagram Batang Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok Kontrol ... 58 4.4 Diagram Batang Perbandingan HasilPre-TestKelompok

ModelDiscovery Learningdan kelompok Kontrol ... 60 4.5 Diagram Batang Perbandingan HasilPost-TestKelompok

ModelDiscovery Learningdan kelompok Kontrol ... 61 4.6 Diagram Batang PerbandinganGainKelompok


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

“Hamalik dalam Agus N. Cahyo (2013:17) mengatakan bahwa pendidikan juga didefinisikan sebagai suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian melalui pendidikan anak didik akan mengetahui potensi-potensi yang ada didalam diri mereka”.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak di dorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika anak didik lulus dari sekolah mereka pintar secara teoritis tetapi mereka belum dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat.


(20)

2

Masalah lain yang muncul pada pendidikan di Indonesia adalah terdapat kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan sikap dan perilakunya. Banyak siswa yang tahu atau hafal materi pelajaran, tetapi belum mampu mengaplikasikan ilmu tersebut untuk menigkatkan pengetahuannya.

Pendidikan di Indonesia tidak dapat terlepas dari proses pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa atau anak didik, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Sementara pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.

Saat ini banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para ahli dan diharapkan mampu membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran. Dengan adanya model pembelajaran juga diharapkan dapat mengubah kondisi yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented yaitu guru merupakan pusat informasi menjadi student oriented, siswa menjadi subjek aktif belajar.

Jika peserta didik mampu menjadi subjek aktif belajar dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan metode yang tepat maka akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang baik pula. Pada proses pembelajaran, nampaknya belum banyak guru yang menerapkan


(21)

3

model pembelajaran yang dapat membuat siswa melakukan proses pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga dapat merangsang keaktifan siswa. Untuk itu guru harus memiliki keterampilan dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat, guna membuat situasi pembelajaran yang efektif sehingga tujuan-tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan dan wawancara dengan guru mata pelajaran geografi di SMA Negeri 1 Merapi Barat diketahui bahwa nilai siswa pada mata pelajaran geografi masih rendah, guru masih berperan sepenuhnya dalam pembelajaran. Guru memberikan penjelasan dan presentasi pada siswanya. Siswa masih belum aktif dan mandiri untuk mengembangkan pengetahuan mereka dengan mencari bahan-bahan pendukung pendidikan mereka dengan sendiri.

Masih rendahnya nilai siswa pada mata pelajaran geografi dapat dilihat pada tabel, yang menunjukkan masih banyaknya siswa yang belum tuntas dalam memenuhi KKM yang telah ditentukan oleh guru mata pelajaran geografi.

Tabel 1.1. Hasil Nilai MID Semester Pelajaran Geografi di kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015

No Interval Frekuensi Persentase

1 ≥ 75 (tuntas) 38 38,8

< 75 (tidak tuntas) 60 61,2

Jumlah 98 100


(22)

4

Dari data di atas diketahui bahwa di SMA Negeri 1 Merapi Barat menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran geografi adalah 75. Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila siswa mencapai nilai 75 atau lebih. Berdasarkan hasil nilai MID semester pelajaran geografi kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat diketahui bahwa hasil belajar geografi siswa belum semuanya tuntas, karena dari 98 siswa sebanyak 60 atau 61,2% siswa belum mencapai standar (KKM). Siswa yang memiliki nilai lebih dari (KKM) sebanyak 38 siswa dari 98 siswa atau 38,8%.

Berdasarkan perolehan data di atas diketahui bahwa hasil belajar geografi rendah. Belum optimalnya hasil pembelajaran tersebut diduga kurang tepat model pembelajaran yang digunakan. Selama ini proses pembelajaran yang terjadi di SMA Negeri 1 Merapi Barat guru masih sering menggunakan metode ceramah sebagai alternatif pembelajaran di kelas. Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru. Metode ceramah bila selalu digunakan dapat membuat bosan. Hal ini membuat siswa hanya mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Untuk mengatasi masalah tersebut, guru perlu mengadakan perbaikan dalam penggunaan model pembelajaran yang dapat membantu siswa agar aktif dalam proses pembelajaran serta membuat suasana belajar yang lebih menyenangkan demi tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Salah satunya


(23)

5

dengan menggunakan model discovery learning, mengingat model ini menuntut siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan dengan penerapan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Agus N. Cahyo (2013:101) pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri, dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

Salah satu keunggulan model pembelajaran discovery ini mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher orientedyaitu guru menjadi pusat informasi menjadistudent oriented, siswa menjadi subjek aktif belajar. Metode ini juga mengubah dari modus expository siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus discovery yang menuntut siswa secara aktif menemukan informasi sendiri melalui bimbingan guru.

Menurut Sardiman (1990:96) mengatakan bahwa dalam kegiatan belajar di kelas, aktivitas siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa itu sendiri sebab dalam belajar siswa diharuskan untuk berpikir dan berbuat karena setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, karena tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak akan mungkin terjadi. Di dalam hasil belajar terdapat tiga indikator ketuntasan hasil belajar diantaranya mencakup aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Pada penelitian ini yang menjadi fokus penilaian adalah aspek kognitif saja.


(24)

6

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diadakan penelitian mengenai model discovery learning di SMA Negeri 1 Merapi Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat tahun pelajaran 2014/2015.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan.

2. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Dalam proses pembelajaran di kelas guru masih berperan sepenuhnya dalam pembelajaran.

4. Guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah, sehingga siswa kurang termotivasi dalam belajar

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah Model Pembelajaran Discovery Learning Berpengaruh terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015”?


(25)

7

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh informasi tentang: Ada atau Tidaknya Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi guru, yaitu model pembelajaran discovery learning sebagai alternatif model pembelajaran untuk diterapkan dalam pembelajaran geografi.

2. Bagi siswa, yaitu memberikan pengalaman belajar berbeda yang dapat menumbuhkan rasa kerjasama yang positif antar siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar.

3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam menggunakan model pembelajaran discovery learning dan dapat memberikan informasi yang kongkrit mengenai pengaruh model discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi salah penafsiran, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:


(26)

8

2. Objek yang diteliti adalah pengaruh model pembelajaran discovery learningterhadap hasil belajar kognitif siswa.

3. Tempat penelitian di SMA Negeri 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan.

4. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015.


(27)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang”. Sehingga pengaruh dapat diartikan sebagai suatu kekuatan yang muncul dari benda atau orang yang dapat memberikan perubahan. Perubahan dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar (Purwanto, 2013:67). Untuk melihat perubahan (gain) evaluasi hasil belajar dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan pendidikan.

B. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seorang guru untuk membantu siswa dalam proses belajar, sehingga adanya perubahan dari kondisi tidak mengerti menjadi mengerti atau dari kondisi tidak tahu menjadi tahu. Sebab berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar ditentukan oleh proses pembelajaran yang dilakukan guru.

Wina Sanjaya (2009:26), berpendapat bahwa “pembelajaran adalah proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu


(28)

10

sendiri maupun potensi yang ada di luar diri siswa”. Sedangkan menurut Dimyanti dan Mudjiono (2009:297), mendefinisikan “pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber balajar”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa menjadi bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya.

C. Pembelajaran Teori Konstruktivisme

Teori pembelajaran terus mengalami perbaikan dan pengembangan seiring permasalahan didalam dunia pendidikan. Saat ini kita mengenal teori pembelajaran kontemporer. Menurut Rifa’i dan Catharina dalam Agus N Cahyo (2013:31) pembelajaran teori kontemporer adalah pembelajaran yang mengacu dan dikembangkan pada teori belajar konstruktivisme. Sehingga teori belajar konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kontemporer yang saat ini sedang dipraktikan oleh dunia pendidikan.

Pada pembelajaran kontemporer yang merujuk pada konstruktivisme, dalam teori pembelajaran tersebut, guru lebih berfungsi membekali kemampuan


(29)

11

siswa dalam menyeleksi informasi yang dibutuhkan. Dengan menerapkan pembelajaran student centered learning strategies, maka pembelajaran konstruktivisme mengkritisi konsep pembelajaran yang selama ini berlangsung yang cenderung berpusat pada subjek belajar. Pengajar dan siswa sama-sama aktif, siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pengajar sebagai fasilitator. Bentuk pembelajaran “student-centered” dilaksanakan

melalui belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan kolaboratif, generative learningdanproblem based learning.

Teori belajar konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah buatan kita sendiri. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan individu dengan membuat struktur, kategori, konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut.

Menurut Hill dalam Agus N Cahyo (2013:34), teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya.


(30)

12

Teori konstruktivisme lebih menekankan pengetahuan sebagai konstruksi aktif siswa. Menurut teori konstruktivisme ini, bila seseorang tidak mengonstruksikan pengetahuan secara aktif, meskipun ia berumur tua pengetahuan yang dimilikinya tidak akan berkembang.

Dalam teori ini, kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif mereka. Mereka akan terbantu menjadi orang yang kritis menganalisi sesuatu hal, karena mereka berpikir bukan hanya meniru.

Pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa karakter yang dapat dilihat dari proses pembelajarannya. Karakteristik pendekatan konstruktivisme menurut Hanafiah dan Suhana dalam (Imas dan Berlin, 2014:39) adalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik.

2. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik.

3. Pandangan yang berbeda diantara peserta didik dihargai sebagai tradisi dalam proses pembelajaran.

4. Dalam proses pembelajaran peserta didik didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan menyintesiskan secara terintegrasi.

5. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta didik dalam proses pencarian yang alami.

6. Proses pembelajaran mendorong terjadinya kooperatif dan kompetitif di kalangan peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.

7. Proses pembelajaran dilakukan secara kontekstual, yaitu peserta didik dihadapkan ke dalam pengalaman nyata.


(31)

13

a. Kelebihan Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme ini memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh teori pembelajaran lain. Menurut Agus N cahyo (2013:69) diantara beberapa kelebihan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Peserta didik menurut konstruktivisme adalah peserta didik yang aktif mengonstruksi pengetahuan yang ia dapat.

2. Siswa lebih aktif dan kreatif. Sebagai akibat konstruksi mandiri siswa terhadap sesuatu, siswa dituntut aktif dan kreatif untuk mengaitkan ilmu baru yang mereka dapat dengan pengalaman mereka sebelumnya, sehingga tercipta konsep yang sesuai dengan yang diharapkan.

3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna. Siswa mendapatkan ilmunya tidak hanya dengan mendengarkan penjelasan gurunya, tetapi juga dengan mengaitkan pengalaman pribadi mereka dengan informasi baru yang mereka dapat.

4. Siswa memiliki kebebasan belajar. Siswa dapat dengan bebas mngonstruksi ilmu baru itu sesuai pengalamannya sebelumnya, sehingga tercipta konsep yang diinginkan.

5. Perbedaan individu terukur dan dihargai. 6. Membina sikap produktif dan percaya diri.

7. Proses evaluasi difokuskan pada penilaian proses. Siswa dituntut untuk mengonstruksi ilmu barunya dengan merefleksikaan pada pengalaman sebelumnya untuk membuat konsep baru.


(32)

14

8. Guru berpikir proses membina pengetahuan baru, siswa berpikir untuk menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan.

9. Siswa menjadi lebih paham.

10. Mudah ingat karena siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

11. Kemahiran sosial yang diperoleh apabila berinteraksi dengan teman dan guru dalam membina pengetahuan baru.

b. Kelemahan Teori Konstruktivisme

Adapun kekurangan dari teori konstruktivisme menurut Agus N Cahyo (2013:71) adalah sebagai berikut:

1. Proses belajar konstruktivisme secara konseptual adalah proses belajar yang bukan merupakan perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutakhiran struktur kognitifnya.

2. Belajar merupakan suatu proses pembentukan siswa. Namun, yang paling menentukan adalah niat belajar siswa itu sendiri.

3. Peranan guru hanya membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.

4. Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengonstruksi pengetahuannya sendiri.


(33)

15

5. Evaluasi. Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap pengetahuan dan aktivitas yang didasarkan pada pengalaman.

D. Pembelajaran Geografi

Menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Sumadi (2003:4), geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Sedangkan menurut Bintarto dalam Sumadi (2003:4), geografi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan klausal gejala muka bumi dan peristiwa yang terjadi di muka bumi baik fisik maupun yang menyangkut mahluk hidup berserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan kewilayahan.

Pakar-pakar geografi pada seminar Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1988 telah merumuskan konsep geografi yaitu, Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahannya dalam konteks keruangan.

Konsep geografi di atas menegaskan bahwa yang menjadi objek studi geografi tidak lain adalah geosfer, yaitu permukaan bumi yang hakikatnya merupakan bagian dari bumi yang terdiri atas atmosfer (lapisan udara), litosfer (lapisan batuan, kulit bumi), hidrosfer (lapisan air, perairan) dan biosfer (lapisan kehidupan).


(34)

16

E. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini sering digunakan guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada guru. Menurut Wina Sanjaya (2009:177) mengemukakan bahwa model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seseorang guru kepada kelompok, siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.

Menurut Wina Sanjaya (2009:177) terdapat beberapa karakteristik pembelajaran konvensional diantaranya:

1. Proses pembelajaran dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara ilmu merupakan alat utama dalam melakukan pembelajaran ini, oleh karena itu sering orang mengindetikannya dengan ceramah.

2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang.

3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dan dapat mengungkapkan kembali materi yang diuraikan.


(35)

17

F. Belajar

Slameto (2003:2) mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Skinner dalam Dimyanti dan Mudjiono (2009:9) mendefinisikan “belajar adalah suatu perilaku yang membuat seseorang menjadi lebih baik.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.

Menurut Suparno dalam Sardiman (2012:38), ada beberapa ciri atau prinsip dalam belajar yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

b. Konstruksi makna adalah proses yang terus-menerus.

c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.

d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

e. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Menurut Bloom, dkk dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:26) ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut:


(36)

18

1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan

2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari

3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan model dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. 6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang

beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

Ranah afektif menurut Krathwohl dan Bloom, dkk dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:27) terdiri dari lima perilaku-perilaku sebagai berikut:

1. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.

2. Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesedian memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3. Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap.

4. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai pedoman dan pegangan hidup.

5. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

Menurut Simpson dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:29) ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku.

1. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskripsikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.

2. Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

3. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan.

4. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.

5. Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien dan tepat.


(37)

19

6. Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.

7. Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri.

Menurut Gagne dalam Wina Sanjaya (2009:66) bahwa belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi yang dibawa atau datang dari dalam individu siswa, seperti kemampuan dasar, gaya belajar seseorang, minat dan bakat serta kesiapan setiap individu yang belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yakni berkaitan dengan penyediaan kondisi atau lingkungan yang didesain agar siswa belajar. Kondisi internal dapat dibangkitkan oleh pengaturan kondisi eksternal.

G. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono (2009:3) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar ini tidak terlepas dari tindak guru, pencapaian tujuan pengajaran pada bagian ini merupakan peningkatan kemampuan siswa.

Hasil belajar yang digunakan pada penelitian ini dibatasi hanya menyangkut aspek kognitif saja. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini instrumen tes yang digunakan berupa soal untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum dan setelah menggunakan model pembelajarandiscovery learning.


(38)

20

Terdapat dua istilah penting sebagai hasil belajar yaitu behavior (tingkah laku) dan performance (penampilan) yaitu dua istilah yang menunjukkan sesuatu yang dapat diamati oleh orang lain. Hasil belajar seseorang dapat berupa pengetahuan, keterampilan serta sikap. Pengetahuan memang sifatnya abstrak sehingga tidak secara nyata dapat diamati, akan tetapi manifestasi pemilikan pengetahuan dapat diketahui apabila diukur dengan cara yang tepat.

Hasil belajar yang berupa keterampilan, menunjuk pada sesuatu yang dapat diamati karena memberikan gambaran tentang bergeraknya organ tubuh. Di dalam pengertian modern dikenal dengan istilah keterampilan kognitif yaitu jenis keterampilan yang menyangkut pemikiran yang ditandai dengan kreativitas, kelincahan berpikir, kecepatan memecahkan masalah dan lain-lain bentuk yang merupakan unjuk nyata dari ketinggian kemampuan seseorang dalam aspek kognitif.

Berbeda dengan hasil belajar yang berupa pengetahuan dan keterampilan yang dapat diukur dan diketahui pencapaiannya, hasil belajar yang berupa sikap yang ditampilkan oleh siswa tidak dapat dengan cepat dipandang oleh guru sebagai hasil upaya mereka di sekolah. Banyak sekali faktor luar yang berpengaruh terhadap perkembangan sikap seseorang.

Indikator Hasil Belajar

Indikator adalah perilaku yang dapat diukur atau diobservasi untuk menujukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan mata pelajaran. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan


(39)

21

pelajaran. Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar.

Indikator digunakan sebagai bahan dasar untuk menyusun alat penilaian. Kata-kata operasional yang dapat digunakan untuk indikator hasil belajar, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Indikator hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator yang mencakup aspek kognitif saja dengan kompetensi pengetahuan, pemahaman dan analisis.

Tabel 2.1. Indikator hasil Belajar

No Aspek Kompetensi Indikator Hasil Belajjar

1 2 3 4

1 Kognitif Pengetahuan Mengidentifikasi dan

mendefinisikan.

Pemahaman Menguraikan, dan menjelaskan Penerapan Menghasilkan, menggunakan dan

menunjukkan

Analisis Menguraikan, memilih dan

membedakan

Sintesis Merumuskan dan

mengorganisasikan.

Evaluasi Mengkritisi, menafsirkan, dan memberikan evaluasi.

2 Afektif Penerimaan Mempercayai, mengikuti dan

bertanya

Menanggapi Konfirmasi, menjawab, membaca, membantu, dan melaksanakan Penanaman nilai Mengundang, melibatkan,

mengusulkan dan melakukan Pengorganisasian Memverifikasi, menyusun,

menyatukan, menghubungkan dan mempengaruhi.

Karakterisasi Menggunakan nilai-nilai sebagai pendangan hidup dan

mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini


(40)

22

1 2 3 4

3 Psikomot

orik

Pengamatan Mengamati proses dan memberi perhatian pada tahap-tahap sebuah perbuatan.

Peniruan Melatih, mengubah, dan

menggunakan sebuah model Pembiasaan Membiasakan perilaku yang sudah

dibentukknya dan mengontrol kebiasaan agar tetap konsisten Penyesuaian Menyesuaikan model,

mengembangkan model, dan menerapkan model.

Sumber: Bloom, dkk dalam Dimyati dan Mudjiono (2009).

H. ModelDiscovery Learning

Menurut Jerome Bruner dalam Hosnan (2014:281) discovery learningadalah model belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktik contoh pengalaman.

Model pembelajaran berbasis penemuan atau discovery learning adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri (Agus N. Cahyo, 2013:100).

Model discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Sehingga, anak harus berperan aktif di dalam belajar. Peran aktif anak dalam belajar ini diterapkan dengan cara melalui cara penemuan. Discovery juga merupakan proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud


(41)

23

antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.

Prinsip belajar yang tampak jelas dari model pembelajaran ini adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final melainkan melalui proses yang aktif. Dalam hal ini, siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisir atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan pahami dalam suatu bentuk akhir. Siswa secara aktif merekonstruksikan pengalamannya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan internal modal atau struktur kognitif yang telah dimilikinya.

Pada intinya, model pembelajaran discovery learning ini mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented dimana guru menjadi pusat informasi menjadi student oriented, siswa menjadi subjek aktif belajar.

Aplikasi dalam modeldiscovery learningdilakukan dengan dua tahap. 1. Tahap Persiapan

Dalam mengaplikasikan model discovery learning di dalam kelas, seorang guru bidang studi harus melakukan beberapa persiapan terlebih dahulu. Menurut Bruner dalam Agus N. Cahyo (2013:248) tahap perencanaan dalam pembelajarandiscoveryantara lain:


(42)

24

1) Menentukan tujuan pembelajaran

2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, dan gaya belajar)

3) Memilih materi pelajaran

4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (contoh-contoh generalisasi)

5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas untuk dipelajari siswa.

6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.

7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

2. Tahap aplikasidiscovery learning

Menurut Syah dalam Agus N. Cahyo (2013:249), dalam mengaplikasikan model discovery learning di dalam kelas, tahapan atau prosedur yang harus dilakukan dalam belajar mengajar antara lain:

1. Stimulasi atau pemberian rangsangan

Siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Pada tahap ini guru bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar


(43)

25

yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi. Dalam hal ini, Bruner memberikan stimulasi menggunakan teknik bertanya, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.

2. Pernyataan atau identifikasi masalah

Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan ajar. Kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

3. Pengumpulan data

Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Dengan demikian, anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

4. Pengolahan data

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Pengumpulan data juga disebut pengkodean atau kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan


(44)

26

konsep dan generalisasi. Dengan generalisasi tersebut, siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban atau penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

5. Pembuktian

Menurut Bruner, pembuktian bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

6. Menarik kesimpulan atau generalisasi

Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, tentu saja dengan memperhatikan hasil verifikasi. Dengan kata lain, tahap ini berdasarkan hasil verifikasi tadi anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu. Akhirnya, siswa dapat merumuskan suatu kesimpulan dengan kata-kata atau tulisan tentang prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

Dalam hubungan antara guru dan siswa, Dahar dalam Agus N. Cahyo (2013:113) mengemukakan beberapa peranan guru dalam pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:

1. Merencanakan pembelajaran sedemikan rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa


(45)

27

2. Menyajikan meteri pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah.

3. Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enactive, iconic, dansymbolic.

4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.

5. Menilai hasil belajar siswa merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan.

Untuk menunjang proses belajar, lingkungan perlu memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Hal ini sama dengan pendapat Bruner bahwa memanipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya. Menurut Bruner perkembangan seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lebih tepatnya menggambarkan lingkungan, yaitu enactive, iconic, dan symbolic.

1. Tahap enactive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya, anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan dan sebagainya.


(46)

28

2. Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya, anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan. 3. Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau

gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya, anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya.

a. KelebihanDiscovery Learning

Menurut Bruner dalam Agus N. Cahyo (2013:116) pendekatandiscovery mempunyai empat keuntungan yaitu kode-kode generik memfasilitasi transfer dan retensi. Discovery juga memfasilitasi transfer dan memori. Kemudian keuntungan lainnya berkaitan dengan pemecahan masalah dan motivasi. Bruner menandaskan bahwa makin sering digunakan model-model discovery makin membawa seorang pelajar untuk menguasai keterampilan dalam pemecahan masalah.

Selain keuntungan yang dijelaskan Bruner, Imas dan Berlin (2014:66) juga mengemukakan keuntungan-keuntungan dari penerapan model discovery.

1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.

2. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. 3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa

menyelidiki dan berhasil.

4. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.


(47)

29

6. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.

8. Membantu siswa menghilangkan keragu-raguan karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 10. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

11. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

12. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

b. KelemahanDiscovery Learning

Menurut Ausubel, menurutnya hanya sedikit sekolah-sekolah yang mengembangkan belajar discovery pada siswa. Hal ini karena bukan hanya membutuhkan waktu yang lama, melainkan siswa-siswa kurang memiliki kemampuan dalam mengikuti model discovery yang justru membutuhkan penguasaan informasi yang lebih cepat, dan tidak diberikan dalam bentuk final.

Menurut Imas dan Berlin (2014:67) kelemahan model pembelajaran discovery learning yaitu metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. Metode ini tidak efisien utnuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. Serta tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.


(48)

30

I. Penelitian yang Relevan

Kajian tentang penelitian terdahulu dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh: Fajar Astuti (2014) Judul Skripsi “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Tema Menghargai Jasa Pahlawan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tegorejo”. Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa guru SD Negeri 1 Tegorejo masih merasa kesulitan dalam proses pembelajaran meski sudah melakukan berbagai usaha dengan model tanya jawab, diskusi dan mengikuti beberapa penelitian. Kesulitan tersebut dikarenakan sarana dan prasarana sekolah yang tidak mendukung, buku pegangan guru mengenai buku tematik relatif sedikit, buku siswa yang ada pada Kurikulum 2013 tidak bersifat fleksibel dengan lingkungan daerah dan siswa terkadang membuat kegaduhan di dalam kelas, sehingga suasana kelas menjadi tidak kondusif dan proses pembelajaran menjadi terganggu. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan model discovery.

Data penelitian berupa penerapan model pembelajaran discovery dan hasil belajar. Hasil belajar siswa meningkat dilihat dari persentase rata-rata pretes dan postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas ekperimen nilai pretes 76 meningkat menjadi 85. Sedangkan untuk kelas kontrol nilai pretes rata-rata siswa adalah 75 meningkat menjadi 83.

Berdasarkan hasil penelitian yang terdahulu dan relevan, maka dapat diketahui bahwa model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Diharapkan dengan model discovery learning dapat mempengaruhi


(49)

31

hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. Maka perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Model Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Kognitif siswa pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X di SMA Negeri 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 Semester Genap”.

J. Kerangka Pikir

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang pokok dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Model pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan keaktifan siswa dalam proses belajar yang dilakukan siswa akan berdampak pada berhasil tidaknya suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Penerapan model yang tepat dan yang dapat membuat siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Dalam proses pembelajaran di kelas pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat, peneliti melihat masih rendahnya nilai siswa pada mata pelajaran geografi, siswa kurang berpartisipasi secara aktif dan terlibat dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari adanya siswa yang hanya mendengarkan saja, duduk diam dan mengobrol sesama teman sebangku.

Salah satu solusi yang dapat dilakukan guru adalah dengan penggunaan model discovery learning. Discovery Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivis. Pada


(50)

32

pembelajaran penemuan ini, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan oleh siswa.

Diharapkan dengan penggunaan model discovery learning, siswa dapat belajar dengan aktif dan dapat mengembangkan kemampuan yang ada pada diri mereka sehingga indikator pembelajaran dapat tercapai. Jika siswa sudah mulai aktif dalam mengikuti proses pembelajaran maka akan berpengaruh dengan hasil belajar siswa juga akan baik.

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah pengaruh modeldiscovery learningsedangkan variabel terikat adalah hasil belajar siswa yang mencakup aspek kognitif.

K. Hipotesis

Menurut Sukardi (2008:41), hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoritis. Sedangkan menurut Margono (2010:67), hipotesis adalah jawaban sementara masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenaranya. Hipotesis dikatakan sementara karena kebenarannya masih perlu diuji atau dites kebenarannya dengan data yang diperlukan.


(51)

33

Berdasarkan landasan teori dan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap

hasil belajar kognitif siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat. Ha : Ada pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap hasil


(52)

34

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Margono (2010:1) metode penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi. Sedangkan menurut Subagyo (2006:2) “metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan”.

Terdapat beberapa metode yang bisa dipergunakan untuk pengkajian data dalam sebuah penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai seperti yang diharapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen yaitu dengan mengadakan percobaan atau eksperimen untuk menguji hipotesis. Metode eksperimen yang digunakan adalah eksperimen semu.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Margono (2010:118), Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan ditentukan. Sedangkan


(53)

35

menurut Sugiyono (2013:80), populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 1 Merapi Barat, seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.1. Data Anggota Populasi Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kabupaten Lahat Tahun Pelajaran 2014/2015.

No Kelas Siswa Jumlah

Total

L P

1 X.1 6 26 32

2 X.2 6 26 32

3 X.3 6 26 32

4 X.4 18 15 33

5 X.5 18 15 33

6 X.6 18 14 32

Jumlah 72 122 194

Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010:121) sampel adalah sebagai bagian dari populasi sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Sedangkan menurut Prasetyo dan Jannah (2012:119), sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti.

Untuk Penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam


(54)

36

populasi itu (Sugiyono, 2010:120). Sampel siswa dalam penelitian ini dipilih dari kelas X.1 sampai X.6 dan di acak sehingga kelas yang terpilih menjadi sampel penelitian.

Dari data pemilihan sampel, maka kelas yang akan menjadi sampel penelitian adalah kelas X.1 dan X.2. Jumlah siswa dari kedua kelas tersebut adalah 64 orang yang akan dibagi menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 3.2. Data Anggota Sampel Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kabupaten Lahat Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kelas Kelompok Siswa Jumlah

Total

L P

X.1 Eksperimen 6 26 32

X.2 Kontrol 6 26 32

Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015.

C. Desain Penelitian

Terdapat beberapa jenis desain dalam penelitian eksperimen. Peneliti dapat menentukan dengan menggunakan satu kelompok atau dua kelompok, yaitu kelompok eksperimental-kelompok yang diberikan stimulus dan kelompok pembanding-kelompok yang tidak diberikan stimulus. Dalam penelitian ini menggunakan desain Pre-Test dan Post-Test Eksperimen. Desain tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3. DesainPre-TestdanPost-TestEkperimen

Kelompok Pre-Test Perlakuan Post-Test

Kelas Eksperimen O1 X1 O2

Kelas Kontrol O1 X2 O2


(55)

37

Keterangan :

X1 : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning

X2 : Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional O1 : Tes kemampuan awal (pre-test) yaitu tes yang dilakukan sebelum

diberikan perlakuan

O2 : Tes akhir (post-test) yaitu tes yang dilakukan setelah diberikan

perlakuan

Pada penelitian ini terdapat dua kelas yang menjadi sampel penelitian. Kedua kelas tersebut dibagi menjadi dua kelompok yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelompok eksperimen, pertemuan pertama sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model discovery learning siswa diberikan soal pilihan ganda objektif. Soal ini digunakan untuk melihat tes kemampuan awal (pre-test)siswa di SMA Negeri 1 Merapi Barat. Setelah dilakukan pre-test kemudian memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan menerapkan model discovery learning. Penerapan model discovery learning ini dilakukan dengan tiga kali pertemuan. Setelah siswa pada kelas eksperimen mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan model discovery learning, kemudian dilakukan post-testatau kemampuan akhir siswa dengan memberikan soal pilihan ganda objektif untuk melihat hasil belajar kognitif siswa setelah diterapkan modeldiscovery learning.

Pada kelompok kontrol, pertemuan pertama sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan metode ceramah siswa diberikan soal pilihan ganda


(56)

38

objektif. Soal ini digunakan untuk melihat tes kemampuan awal (pre-test) siswa. Setelah dilakukanpre-testkemudian memberikan perlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah. Setelah siswa pada kelas kontrol mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan metode ceramah kemudian dilakukan post-test atau kemampuan akhir siswa untuk melihat hasil belajar kognitif siswa.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek peneliti atau apa saja yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:118). Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau yang mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu Model pembelajarandiscovery learning.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel akibat. Variabel terikat dalam penelitian ini hasil belajar siswa. Aspek yang dinilai dalam penelitian ini adalah hanya aspek kognitif saja, sedangkan aspek afektif dan psikomotor tidak digunakan.


(57)

39

E. Definisi Operasional Variabel

1. Model PembelajaranDiscovery Learning

Model pembelajaran berbasis penemuan atau discovery learning adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri (Agus N. Cahyo, 2013:100).

Salah satu keunggulan model pembelajaran discovery ini mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented dimana guru menjadi pusat informasi menjadi student oriented, siswa menjadi subjek aktif belajar. Dalam penelitian ini siswa diarahkan untuk menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas.

2. Hasil belajar

Hasil belajar secara normatif merupakan hasil penilaian terhadap kegiatan pembelajaran sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam memahami pembelajaran yang dinyatakan dengan nilai berupa huruf atau angka. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini difokuskan pada aspek kognitif saja yaitu nilai yang telah dicapai siswa dalam mata pelajaran geografi setelah mengikuti proses pembelajaran melalui instrumen tes dengan kriteria sebagai berikut:


(58)

40

Tabel 3.4. Kriteria Ketuntasan Minimum SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014-2015

Kkriteria Ketuntasan Minimum Keterangan

≥ 75 < 75

Tuntas Tidak Tuntas Sumber: Data SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014-2015.

F. Tahap Penelitian

1. Tahap Prapenelitian

a. Membuat surat izin penelitian ke bagian akademik untuk melakukan penelitian ke sekolah.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelompok eksperimen dan kelas kontrol.

2. Tahap Perencanaan

a. Membuat Rencana pembelajaran yang akan diterapkan pada waktu pembelajaran di kelas

b. Membuat instrumen evaluasi kognitif yaitu: soal tes awal dan tes akhir berbentuk pilihan ganda berjumlah 20 soal.

3. Tahap Pelaksanaan

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajarandiscovery learning pada kelas eksperimen dan menerapkan metode ceramah pada kelas kontrol. Pembelajaran dilakukan sebanyak


(59)

41

tiga kali pertemuan, dilakukan pre test sebelum diberikan perlakuan dan post test setelah diberikan perlakuan.

G. Instrumen Penelitian

Menurut (Margono, 2010:155), instrumen adalah alat pengumpul data yang harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes. Tujuan test ini adalah untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran discovery learning.

1. Instrumen tes

Dalam penelitian ini, instrumen tes berupa soal-soal pilihan ganda objektif yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa di awal dan akhir pembelajaran yang berupa data kuantitatif. Instrumen tes menggunakan 20 soal tes pilihan ganda dengan pemberian skor untuk setiap soal diberi nilai 5 sehingga siswa yang menjawab benar seluruh soal akan mendapat nilai 100.

Sebelum menggunakan instrumen untuk mengambil data, maka instrumen yang digunakan perlu diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitas instrumen tersebut. Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun benar-benar instrumen yang baik.


(60)

42

a. Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2009:72). Setelah data didapat dan ditabulasi maka pengujian validitas konstruksi(Construct) dilakukam dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus korelasi product moment adalah :

r

X.Y

=

∑ . (∑ )(∑ )

{ ∑ ( ) }{ ( ) }

keterangan :

rx.y : Koefesien korelasi

n : Jumlah sampel

X : Skor variabel X

Y : Skor variabel Y

∑X : Jumlah skor variabel X ∑Y : Jumlah skor variabel Y ∑X2

: jumlah kuadrat skor variabel X ∑Y2

: jumlah kuadrat skor variabel Y

Hasil uji validitas tes dapat dilihat pada tabel di bwah ini. Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Uji Validitas Soal.

No Kriteria No soal Jumlah

Soal 1 Valid 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15,

16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25

20

2 Tidak Valid 3, 5, 14, 21, 24 5

Total 25


(61)

43

Dari hasil analisis didapat nilai korelasi antara skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 32, maka didapat r tabel sebesar 0,349.

Berdasarkan hasil analisis di dapat nilai korelasi untuk item 3, 5, 14, 21 dan 24 nilai kurang dari 0,349. Karena koefisien korelasi pada item 3, 5, 14, 21 dan 24 nilainya kurang dari 0, 349 maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut tidak berkorelasi signifikan dengan skor total (dinyatakan tidak valid) sehingga harus dikeluarkan atau diperbaiki. Sedangkan pada item-item lainnya nilainya lebih dari 0, 349 dan dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid.

b. Reliabilitas

Dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha sebagai berikut:

=

1 1

keterangan:

: reliabilitas yang dicari n : banyaknya butir soal

: jumlah varians skor tiap-tiap item : varians total


(62)

44

Berikut interpretasi koefisien reabilitas seperti yang terlihat dalam Tabel berikut:

Tabel 3.6. Kriteria Reliabilitas

Koefisien relibilitas (r11) Kriteria

0,80 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r11≤ 0,60 Cukup

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

0,00 < r11≤ 0,20 Sangat rendah

Sumber : Arikunto (2006: 75).

Dari hasil analisis di atas di dapat nilai Alpha sebesar 0,893. Sedangkan nilai r kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 0,05 dengan jumlah data (n) = 32, di dapat sebesar 0, 349. Karena nilainya lebih dari 0, 349, maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen penelitian tersebut reliabel.

c. Daya Pembeda

Dalam penyusunan instrumen tes, untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu test dapat diketahui melalui analisis daya pembeda soal maupun tingkat kesukaran soal. Menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus menurut Sudijono sebagai berikut:

D =

Dimana:

Keterangan:

D : indeks diskriminasi satu butir soal


(63)

45

PA : proporsi kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar

butir soal yang diolah

PB : proporsi kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar

butir soal yang diolah

BA : banyaknya kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar

butir soal yang diolah

BB : banyaknya kelompok bawah yang dapat menjawab dengan

benar butir Soal yang diolah JA : jumlah kelompok atas

JB : jumlah kelompok bawah (Sudijono, 2008:389).

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 3.7. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Kurang dari 0,20 Buruk

0,21 - 0,40 Sedang

0,41 - 0,70 Baik

0,71- 1,00 Sangat Baik

Bertanda negatif Buruk sekali

Sumber : Sudijono. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Persada.

Tabel 3.8. Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda Soal.

Kriteria Nomor Soal Jumlah

Buruk 1, 12, 13, 16,19 5

Sedang 2, 3, 4, 5, 8, 11, 13, 15, 18 8

Baik 6,7,9,10,,14,17, 20 7

Sangat Baik

-Buruk Sekali -

-Total 20


(64)

46

Berdasarkan hasil pengolahan data, diketahui bahwa terdapat 5 butir soal yang tergolong buruk yaitu butir soal nomor 1, 12, 13, 16 dan 19, soal tersebut dikatakan buruk karena memiliki indeks daya pembeda < 0,20. Untuk soal yang tergolong sedang terdapat 8 butir soal yaitu butir soal nomor 2, 3, 4, 5, 8, 11, 13, 15 dan 18, soal tersebut dikatakan sedang karena memiliki indeks daya pembeda 0,21 - 0,40. Untuk soal yang tergolong baik terdapat 7 butir soal yaitu soal nomor 6, 7, 9, 14, 17 dan 20, soal tersebut dikatakan baik karena memiliki indeks daya pembeda 0,41 - 0,70.

d. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Menurut Sudijono (2008:372) formula untuk tingkat kesukaran adalah :

TK =

Keterangan :

TK : Tingkat Kesukaran

: Banyaknya siswa yang menjawab item dengan benar N : Banyaknya siswa yang menjawab item

Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang dijelaskan Sudjiono (2008:372) yang tertera dalam Tabel berikut:


(65)

47

Tabel 3.9. Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

0,00 0,15 Sangat Sukar

0,16 0,30 Sukar

0,31 0,70 Sedang

0,71 0,85 Mudah

0,86 1,00 Sangat Mudah

Sumber: Sudijono. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Persada.

Tabel 3.10. Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Uji Coba Soal

Kriteria Nomor Soal Jumlah

Sangat Sukar -

-Sukar 6, 8, 13, 20 4

Sedang 1, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 19

13

Mudah 2, 5, 12 3

Sangat Mudah -

-Total 20

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2015.

Kesimpulan dari uji persyaratan instrumen dalam penelitian ini adalah terdapat 5 butir soal yang hendak dibuang yaitu butir soal nomor 3, 5, 14, 21 dan 24. Butir soal lainnya digunakan untuk tes hasil belajar kognitif berupapre-testdanpost-test.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif yang diteliti oleh peneliti yakni dengan analisis statistik deskriptif. Data yang dianalisis adalah data hasil belajar kognitif siswa setelah penerapan modeldiscovery learning.

Analisis data bisa dilakukan jika sudah dilakukan uji analisis. Untuk uji persyaratan analisis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians.


(66)

48

1. Uji Normalitas

Uji normalitias digunakan untuk mengetahui kenormalan data dari kelompok perlakuan berasal dari distribusi normal atau tidak. Untuk melihat kenormalan data, peneliti menggunakan uji chi-kuadrat (Sudjana, 2005:273).

Dimana :

Keterangan:

: frekuensi harapan

: frekuensi yang diharapkan : banyak pengamatan

Jika dengan a = 0,05 maka data dinyatakan

berdistribusi normal. Perhitungan mengenai normalitas yang akan dipakai dalam penelitian ini menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS 16,0). Kriteria pengujiannya apabila nilai signifikansi (sig.) < 0,05 berarti distribusi sampel tidak normal, apabila nilai signifikansi (sig.) > 0,05 berarti sampel berdistribusi normal.

2. Uji homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui homogentias siswa. Uji Homogenitas merupakan uji kelompok siswa berasal dari varian yang sama (homogen) atau tidak. Untuk Uji homogenitas varians pada penelitian ini menggunakan uji dua varian (Sudjana, 2005:249),


(67)

49

Dimana :

Keterangan

: varian terbesar : varian terkecil

Jika kelompok siswa berasal dari varian yang sama maka

3. Uji hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t (Sudjana, 2005: 239), perhitungan uji hipotesis ini melalui program Statistical Product and service Solution(SPSS 16,0).

Dimana :

dengan

= ( 1) + ( 1)

+ 2

Keterangan:

: rata-rata skor kemampuan awal : rata-rata skor kemampuan akhir

: banyaknya siswa yang mengikuti tes kemampuan awal : banyaknya siswa yang mengikuti tes kemampuan akhir : varians sebelum pembelajarandiscovery learning

=

( )( )< < ( , )

= 1


(68)

50

: varians sesudah pembelajarandiscovery learning : varians gabungan

Kriteria pengujian adalah: terima H0 jika

<

<

,

dengan = 0,05.dimana / didapat dari distribusi t dengan dk = (n1+ n2- 2) dan peluang(1 1/2 ).

Teknik ananlisis data yang digunakan ialah dengan membandingkan hasil data pre-test dan post-test. Setelah dilakukan uji analisis dilanjutkan menghitunggain. Menghitung gainditujukan untuk menghitung peningkatan hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan dan yang sebelum mendapat perlakuan.

kontrol =

Tabel 3.11. Interpretasi NilaiGain

NilaiGain Interpretasi

-1,00≤ g < 0,00 Terjadi penurunan

G = 0,00 Tidak terjadi peningkatan

0,00 < g< 0,30 Rendah

0,30≤ g < 0,70 Sedang

0,70≤g≤ 1,00 Tinggi

Sumber: Rostina Sundayana. 2014. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.


(69)

83

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, mengenai pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat tahun pelajaran 2014/2015 maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa penggunaan model discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA N 1 Merapi Barat. Hal ini dibuktikan dari peningkatan nilai siswa dari pre-testkepost-test.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan, adapun saran yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sebaiknya guru menerapkan model discovery learning karena terbukti model discovery learning tersebut dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih tinggi.

2. Diharapkan bagi peneliti yang lain dapat mengkaji lebih lanjut penelitian yang serupa dengan model pembelajaran yang berbeda.


(1)

Dimana :

Keterangan

: varian terbesar : varian terkecil

Jika kelompok siswa berasal dari varian yang sama maka

3. Uji hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t (Sudjana, 2005: 239), perhitungan uji hipotesis ini melalui program Statistical Product and service Solution(SPSS 16,0).

Dimana :

dengan

= ( 1) + ( 1)

+ 2

Keterangan:

: rata-rata skor kemampuan awal : rata-rata skor kemampuan akhir

: banyaknya siswa yang mengikuti tes kemampuan awal : banyaknya siswa yang mengikuti tes kemampuan akhir : varians sebelum pembelajarandiscovery learning

=

( )( )< < ( , )

= 1


(2)

Kriteria pengujian adalah: terima H0 jika

<

<

,

dengan = 0,05.dimana / didapat dari distribusi t dengan dk = (n1+ n2- 2) dan peluang(1 1/2 ).

Teknik ananlisis data yang digunakan ialah dengan membandingkan hasil data pre-test dan post-test. Setelah dilakukan uji analisis dilanjutkan menghitunggain. Menghitung gainditujukan untuk menghitung peningkatan hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan dan yang sebelum mendapat perlakuan.

kontrol =

Tabel 3.11. Interpretasi NilaiGain

NilaiGain Interpretasi

-1,00≤ g < 0,00 Terjadi penurunan

G = 0,00 Tidak terjadi peningkatan

0,00 < g< 0,30 Rendah

0,30≤ g < 0,70 Sedang

0,70≤g≤ 1,00 Tinggi

Sumber: Rostina Sundayana. 2014. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, mengenai pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat tahun pelajaran 2014/2015 maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa penggunaan model discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA N 1 Merapi Barat. Hal ini dibuktikan dari peningkatan nilai siswa dari pre-testkepost-test.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan, adapun saran yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sebaiknya guru menerapkan model discovery learning karena terbukti model discovery learning tersebut dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih tinggi.

2. Diharapkan bagi peneliti yang lain dapat mengkaji lebih lanjut penelitian yang serupa dengan model pembelajaran yang berbeda.


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2009.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Cahyo, Agus. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Jogjakarta: DIVA press

Daryanto. 2012.Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyanti dan Mujiono. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad

21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Imas Kurniasih dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Kata Pena.

Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Prasetyo, Bambang. Lina, Miftahul Jannah. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Purwanto. 2013.Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Sardiman. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Grafindo Persada.

Sardiman. 2012.Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(6)

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. PT Rajo Grafindo Jakarta: Persada.

Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2008.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumadi. 2003. Filsafat Geografi (Diktat) Program Studi Pendidikan Geografi. FKIP. Universitas Lampung.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MELALUI PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS III A SD NEGERI 1 PRINGSEWU BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 53

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 2 LIWA KABUPATEN LAMPUNG BARAT

5 11 56

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VB SD NEGERI 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 40

PENGARUH KEMAMPUAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR BERBANTUAN VIRTUAL LABORATORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 29 63

PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MERAPI BARAT KECAMATAN MERAPI BARAT KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 6 72

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KALIREJO

0 5 53

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 58

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN EVERYONE IS TEACHER HERE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

0 7 86

AKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DENGAN PENDEKATAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X SMA NEGERI 1 MARTAPURA KABUPATEN OKU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2014/2015

0 6 88

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS X SEMESTER GENAP 2014/2015 SMA NEGERI 1 MERAPI TIMUR KABUPATEN LAHAT SUMSEL

1 24 77