PENGARUH METODE PEMBELAJARAN EVERYONE IS TEACHER HERE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

(1)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN EVERYONE IS TEACHER HERE

TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LUBUKLINGGAU

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

INDAH NURLAILA LESTARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF USING LEARNING METHOD OF EVERYONE IS TEACHER HERE ON THE STUDENTS’ LEARNING ACTIVITIES AND ACHIEVEMENT OF GEOGRAPHY SUBJECT FIRST GRADE AT SMA NEGERI 1 LUBUKLINGGAU IN SOUTH SUMATERA PROVINCE IN

2014/2015 ACADEMIC YEAR By

INDAH NURLAILA LESTARI

This research was aimed at finding out the difference between the students’ activites, school grades pre-test, and learning outcome (post-test) of geography subject first grade that used learning method of everyone is teacher here and conventional method, also the effect of using learning method of everyone is teacher here on the students’ learning achievement of geography subject first grade at SMA Negeri 1 Lubuklinggau in South Sumatera Province. Quasi experiment was used in this research. The populations in this research is 299 students with research samples of 78 students obtained using purposive sampling technique. Data were collected using observation of sheets and tests. To analyze the data, T-Test and linear regression analysis were used.

The results showed that (1) there was a difference between the students’ activites during learning process used method of everyone is teacher here and conventional method of geography subject, (2) there was no difference between school grades pre-test experiment class and control class, (3) there was a difference between the students’ achievement use the method everyone is teacher here and use conventional method or lectures on the subject of geography, (4) there was an effect of using learning method of everyone is teacher here on the students’ learning achievement of geography subject first grade at SMA Negeri 1 Lubuklinggau in South Sumatera Province.

Keywords: learning method of everyone is teacher here, learning activities, learning geography achievement


(3)

ABSTRAK

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN EVERYONE IS TEACHER HERE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA

KELAS X SMA NEGERI 1 LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN

TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh

INDAH NURLAILA LESTARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan aktivitas belajar siswa, nilai Pre-test siswa, dan hasil belajar (Post-test) Geografi siswa menggunakan metode Everyone Is Teacher Here dan metode konvensional atau ceramah, serta pengaruh metode Everyone Is Teacher Here terhadap hasil belajar geografi kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun ajaran 2014/2015. Penelitian menggunakan metode eksperimen kuasi. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 299 siswa, dengan sampel penelitian sebesar 78 siswa yang diperoleh menggunakan teknik sampling purposive. Data dikumpulkan menggunakan lembar obervasi dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t dan regresi sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Ada perbedaan dalam aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran menggunakan metode Everyone Is Teacher Here dan menggunakan metode konvensional (ceramah) pada mata pelajaran Geografi, (2) Tidak terdapat perbedaan nilai Pre-test siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol, (3) Terdapat perbedaan hasil belajar siswa menggunakan metode Everyone Is Teacher Here dan menggunakan metode konvensional atau ceramah pada mata pelajaran Geografi, (4) Terdapat pengaruh metode Everyone Is Teacher Here terhadap aktivitas dan hasil belajar Geografi siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau, Provinsi Sumatera Selatan.

Kata kunci: metode pembelajaran Everyone Is Teacher Here, aktivitas, dan hasil belajar.


(4)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN EVERYONE IS TEACHER HERE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA

KELAS X SMA NEGERI 1 LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN

TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

INDAH NURLAILA LESTARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan, pada tanggal 17 Maret 1993, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara buah hati pasangan Bapak M. Yazid Ismail dan Ibu Eka Sari.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 2 Tabapingin Lubuklinggau Selatan II, Kota Lubuklinggau pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di MTs Negeri Megang pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 2 Lubuklinggau., Kota Lubuklinggau pada tahun 2010.

Tahun 2011, Penulis diterima menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’Alamin, dengan rasa syukur kepada Allah SWT ku persembahkan karya sederhanaku ini kepada kedua orang tuaku,

ayah dan ibunda tersayang yang telah ikhlas dan sabar membesarkanku, mendidikku dan selalu mendo’akanku.

Terima kasih atas kasih sayang dan do’a tulus yang selalu tercurah untuk menantikan kelulusanku.

Nenekku Ibu Maryam, Akasku Bapak Ismail, dan kedua Adikku Nuranisa Anggraini dan M. Akbar Hilman, yang senantiasa memberikan semangat serta motivasi demi keberhasilanku.

Para pendidik yang dengan tulus, ikhlas dan penuh kesabaran dalam mendidikku. Almamater tercinta Universitas Lampung.


(10)

MOTO

“Hai orang-orang yang beriman,

mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Q.S. Al Baqarah: 153)

“Bermimpilah setinggi langit,

Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang ” (Ir. Soekarno)

Penting untuk tahu apa yang bisa kau lakukan dan tidak bisa kau dilakukan, Tetapi, Jika kau punya kekuatan mental dan ketekunan,

Kau pasti berhasil” (Philip Chesterfield)


(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Everyone Is Teacher Here Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Geografi Siswa SMA Negeri 1 Lubuklinggau, Provinsi Sumatera Selatan Tahun Ajaran 2014/2015” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Bapak Dr. Sumadi, M.S. selaku Pembimbing I dan Bapak Dedy Miswar, S.Si., M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran, arahan dan nasihat selama membimbing penulis, serta Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. selaku Dosen Pembahas dan Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:


(12)

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Bapak Dr. Abdurrahman, M.S., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama, Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik dan Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Seluruh staff dan dosen Program Studi Pendidikan Geografi, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.

4. Bapak Zulkarnain, M.Pd., Mat., selaku Kepala SMA Negeri 1 Lubuklinggau, yang telah memberi izin untuk penelitian. Bapak Halid, S.Pd., selaku Guru Mata Pelajaran Geografi SMA Negeri 1 Lubuklinggau atas izin dan bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.

5. Keluarga besar geografi, rekan-rekan seperjuanganku angkatan 2011, terima kasih atas do’a, dukungan dan kebersamaannya selama ini.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.


(13)

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, November 2015 Penulis


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Interaksi Pembelajaran ... 3

2. Bagan Kerangka Pikir ... 37

3. Paradigma Penelitian Nonequivalen Control Group Design ... 40

4. Peta Lokasi Penelitian ... 68

5. Grafik Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Pertama ... 74

6. Grafik Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Kedua ... 77

7. Histogram Nilai Pre-test Kelas Kontrol ... 79

8. Histogram Nilai Pre-test Kelas Eksperimen ... 81

9. Histogram Nilai Post-test Kelas Kontrol ... 82

10. Histogram Nilai Post-test Kelas Eksperimen ... 84

11. Plot distribusi data normal hasil belajar metode pembelajaran Everyone Is Techer Here ... 85


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

SURAT PERNYATAAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 10

1.3. Batasan Masalah ... 10

1.4. Rumusan Masalah ... 10

1.5. Tujuan Penelitian ... 11

1.6. Manfaat Penelitian ... 12

1.7. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teori ... 14

2.1.1. Teori Pembelajaran Kontruktivisme ... 14

2.1.2. Teori Pembelajaran Vygotsky ... 16

2.1.3. Model Pembelajaran Koorperatif ... 17

2.1.4. Strategi Pembelajaran Aktif ... 19

2.1.4.1. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 19


(16)

2.1.4.3. Metode Pembelajaran Everyone Is Teacher Here ... 24

2.1.5. Pembelajaran Geografi ... 28

2.1.6. Aktivitas Belajar... 30

2.1.7. Hasil Belajar ... 32

2.1.8. Pengaruh Metode Everyone Is Teacher Here Terhadap Aktivitas Belajar ... 33

2.1.7. Pengaruh Metode Everyone Is Teacher Here Terhadap Hasil Belajar ... 34

2.2. Kerangka Pikir ... 35

2.3. Hipotesis ... 37

III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 39

3.2. Populasi dan Sampel ... 41

3.2.1. Populasi Penelitian ... 41

3.2.2. Sampel Penelitian ... 41

3.3. Prosedur Penelitian ... 42

3.3.1. Tahap Pra Penelitian ... 42

3.3.2. Tahap Pelaksanaan ... 42

3.4. Variabel Penelitian ... 43

3.4.1. Variabel Bebas (Independen Variable) ... 43

3.4.2. Variabel Terikat (Dependen Variable)... 44

3.5. Defenisi Operasional Variabel ... 44

3.5.1. Aktivitas Belajar ... 44

3.5.2. Hasil Belajar ... 45

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.7. Instrumen Penelitian ... 49

3.8. Uji Persyaratan Instrumen Tes ... 52

3.9. Teknik Analisis Data ... 59

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 62

4.2. Deskripsi Penelitian ... 69


(17)

4.3.1. Hasil Obsevasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen .... 72

4.3.2. Nilai Kemampuan Awal (Pre-test) Kelas Kontrol ... 78

4.3.3. Nilai Kemampuan Awal (Pre-test) Kelas Eksperimen ... 80

4.3.4. Nilai Hasil Belajar Geografi (Post-test) Kelas Kontrol ... 81

4.3.5. Nilai Hasil Belajar Geografi (Post-test) Kelas Eksperimen ... 83

4.4. Uji Persyaratan Analisis ... 85

4.4.1. Uji Homogenitas... 85

4.5. Uji Hipotesis ... 86

4.5.1. Pengujian Hipotesis Pertama ... 87

4.5.2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 90

4.5.3. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 91

4.5.4. Pengujian Hipotesis Keempat ... 92

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 107

5.2. Saran... 108

DAFTAR PUSTAKA... 109


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus Pembelajaran Geografi ... 111

2. RPP Geografi Kelas Eksperimen ... 119

3. RPP Geografi Kelas Kontrol ... 125

4. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 130

5. Lembar Obsevasi Aktivitas Belajar Siswa ... 131

6. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siswa ... 132

7. Soal Uji Coba ... 133

8. Soal Pre-test dan Post-test ... 140

9. Kunci Jawaban Soal ... 145

10. Lembar Jawaban ... 146

11. Skor Siswa Soal Uji Coba ... 147

12. Uji Validitas Butir Soal ... 148

13. Uji Reliabilitas ... 150

14. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 151

15. Hasil Pre-test dan Post-test ... 156

16. Tabel Variasi Analisis Regresi Sederhama ... 158

17. Uji Homogenitas ... 160

18. Pengujian Hipotesis ... 161


(19)

20. Distribusi Nilai rtabel Signifikansi 5% dan 1% ... 168 21. Tabel Harga Kritis Distribusi F Pada α=5% ... 169 22. Foto Kegiatan Penelitian ... 170


(20)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Ujian Tengah Semester Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau Semester Ganjil Tahun Ajaran

2014/2015 ... 8

2. Lembar Obsevasi Aktivitas Siswa ... 50

3. Hasil Perhitungan Uji Validitas Butir Soal ... 53

4. Kategori Validitas Butir Soal ... 54

5. Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen Tes ... 56

6. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 57

7. Klasifikasi Daya Beda Instrumen Tes ... 59

8. Jumlah, Jenis dan Luas Ruangan SMA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun Ajaran 2014/2015 ... 67

9. Deskripsi Subyek Penelitian ... 69

10. Deskripsi Hasil Obsevasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Pertemuan Pertama ... 73

11. Deskripsi Hasil Obsevasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Pertemuan kedua ... 76

12. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Siswa Kelas Kontrol. ... 79

13. Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Siswa Kelas Eksperimen ... 80

14. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Siswa Kelas Kontrol ... 82

15. Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Siswa Kelas Eksperimen ... 83

16. Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Geografi... 86


(21)

17. Hasil Perhitungan Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama ... 87

18. Hasil Perhitungan Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua ... 88

19. Hasil Perhitungan Hipotesis Kedua ... 90


(22)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan manusia karena belajar mempengaruhi perkembangan hidup manusia yang dimulai sejak lahir dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang, karena belajar seseorang memahami dan menguasai sesuatu sehingga orang tersebut dapat meningkatkan kemampuannya.

Menurut Mayer dalam Suryani Nunuk dan Leo Agung (2012: 34) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang melalui pengalaman. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, sikap, pemahaman, informasi, kecakapan, dan keterampilan berdasarkan pengalaman.

Berdasarkan pendapat di atas, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan. Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang


(23)

2

kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar.

Kegiatan yang terjadi selama proses belajar dinamakan pembelajaran. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar yang terjadi di lingkungan belajar dengan memanfaatkan sumber belajar. Kegiatan pembelajaran ini melibatkan guru sebagai pendidik dan peserta didik, dan lingkungan belajar ini bisa terjadi seperti di sekolah, laboratorium, lingkungan sekolah, kebun binatang, taman kota, museum, dan lain-lain. Tidak ada ketentuan khusus untuk menentukan lokasi lingkungan belajar karena semua tempat adalah lingkungan belajar, semua itu bergantung pada materi pembelajaran, pendidik, dan peserta didik.

Selama proses pembelajaran, akan terjadi interaksi yang membuat peserta didik tertarik terhadap kegiatan belajar dan melanjutkan proses belajarnya atau mengabaikan dan menghentikan kemauan untuk melanjutkan proses belajarnya. Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran bisa berupa interaksi antarsesama peserta didik, peserta didik dan pendidik, atau peserta didik dengan sumber belajar. Artinya proses pembelajaran yang terjadi bisa bersifat satu arah atau dua arah. Seperti yang dikemukakan oleh Lindgren dalam Dimyati dan Mudjiono (2013: 119) ada 4 (empat) kemungkinan terjadi interaksi pembelajaran yakni:


(24)

3

S2

S3 S1

1. G

2. G

3. G

4. G

Dapat dilihat dari bagan di atas bahwa proses pembelajaran akan berjalan optimal jika ada interaksi aktif antara guru dan siswa. Adanya interaksi aktif yang terjadi maka proses pembelajaran akan berlangsung menyenangkan dan mampu mengoptimalkan kemampuan siswa yang ada. Tetapi pada kenyataannya proses pembelajaran yang ada hanya berjalan pada interaksi satu arah (teacher center)

S1

S2 S3 S4

- Interaksi satu arah, di mana guru bertindak sebagai penyampai pesan dan siswa penerima pesan.

S1 S3 S4

- Interaksi dua arah antara guru – siswa, dimana guru memperoleh balikan dari siswa.

S1 S2 S3 S4

- Interaksi dua arah antara guru – siswa, di mana guru mendapat balikan dari siswa. Selain itu, siswa saling interaksi atau saling belajar satu dengan yang lain

S2

S4

- Interaksi optimal antara guru – siswa, dan antara siswa – siswa.

Gambar 1. Bagan berbagai interaksi pembelajaran (Lindgren dalam Dimyati dan Mudjiono (2013: 119))


(25)

4

yang artinya selama proses pembelajaran guru berperan sebagai pemberi informasi (ceramah) dan murid sebagai wadah penerima informasi yang diberikan oleh guru.

Memang tidak semua sekolah proses pembelajaran teacher center ini terjadi, tetapi juga dipungkiri banyak sekolah yang proses pembelajarannya hanya berjalan satu arah, khususnya untuk pelajaran dengan banyak materi bacaan. Pembelajaran yang demikian biasanya menuntut peserta didik untuk menerima dan menghafal materi-materi yang dianggap penting oleh guru, dan pada umumnya guru kurang menyenangi situasi ketika para peserta didik bertanya mengenai hal-hal yang berada di luar konteks pembicaraan.

Hal ini sangat disayangkan karena yang aktif hanyalah guru sedangkan siswa bersikap pasif dalam pembelajaran, guru seringkali tidak menyadari bahwa proses pembelajaran seperti ini justru menghambat aktivitas dan kreativitas siswa untuk berkembang. Pada hakikatnya proses pembelajaran adalah proses yang menuntut siswa untuk aktif karena pada proses ini merupakan proses yang mampu mengembangkan aktivitas siswa dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar, dengan adanya berbagai interaksi, serta pengalaman yang ada akan membantu siswa dalam mencerna materi pelajaran dan menghasilkan hasil belajar yang memuaskan.

Terciptanya proses pembelajaran aktif akan memberikan suatu pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk aktif dan membantu proses perkembangan berpikir serta pemahaman materi ajar yang sedang dipelajarinya. Selain itu, aktifnya peserta didik selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya kemauan siswa untuk belajar.


(26)

5

Peserta didik dalam pembelajaran aktif tidak hanya dituntut untuk mendengarkan penjelasan dari guru tetapi juga ikut berpikir, menganalisis, dan mencoba berinteraksi dengan guru, teman dan sumber belajar yang ada. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Uno Hamzah (2014: 76)

“untuk menciptakan pembelajaran aktif, anak bisa belajar dari pengalamannya, selain anak harus memecahkan masalah yang mereka peroleh. Anak-anak dapat belajar dengan baik dari pengalaman mereka. Mereka belajar dengan cara melakukan, menggunakan indera mereka, menjelajahi lingkungan, baik lingkungan berupa benda, tempat serta peristiwa-peristiwa disekitar mereka. Keterlibatan aktif dengan objek-objek ataupun gagasan-gagasan tersebut dapat mendorong aktivitas mental siswa untuk berpikir, menganalisa, menyimpulkan, dan menemukan pemahaman konsep baru dan mengintegrasikannya dengan konsep yang sudah mereka ketahui sebelumnya”.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Uno Hamzah (2014) diatas, keaktifan belajar peserta didik dapat ditunjukkan melalui berbagai aktivitas atau kegiatan seperti, mendengarkan, memperhatikan, mengungkapkan gagasan, memperoleh informasi baik dari guru ataupun dari peserta didik lainnya, berdiskusi, dan memecahkan masalah dan juga dengan berbagai aktivitas tersebut, siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menghasilkan interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan menyenangkan, karena masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada hasil belajar siswa.


(27)

6

Metode Everyone is Teacher Here merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap peserta didik lainnya. Dengan berperannya siswa sebagai seorang pengajar, maka siswa akan mencoba untuk melakukan kegiatan belajarnya dengan maksimal, seperti mencoba untuk mendengarkan penjelasan singkat dari guru, mencari serta memecahkan sendiri permasalahan yang diberikan, menemukan contoh-contoh lain yang berhubungan dengan materi pembelajarannya, mencoba keterampilan-keterampilan, dan melakukan tugas-tugas pembelajaran secara optimal.

Pendapat Silberman (2009: 171), menyatakan bahwa metode Everyone is Teacher Here merupakan strategi yang mudah guna memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Strategi ini memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang “pengajar” terhadap peserta didik lainnya. Selain itu juga metode Everyone is Teacher Here akan membantu siswa dalam menumbuhkan rasa percaya diri mereka untuk tampil di depan kelas dan memberikan materi seperti layaknya seorang guru.

Metode Everyone is Teacher Here dapat melatih peserta didik dalam menyelesaikan tugasnya secara individu dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu secara tidak langsung peserta didik juga akan belajar mengerjakan atau melakukan sesuatu (learning to do), seperti merumuskan ide, membuat simpulan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya, hal ini juga akan membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya dan menghasilkan hasil belajar yang memuaskan.


(28)

7

Peran pendidik atau guru dalam metode ini bukanlah dalam arti yang sebenarnya. Peran guru dalam metode ini adalah peserta didik yang saling bekerja sama dalam berbagi pengetahuan tentang meteri yang telah mereka pahami kepada temannya yang belum memahami materi pelajaran saat itu. Selain mereka belajar untuk berani mengungkapkan gagasan, mengajarkan pada temannya, mereka juga belajar memahami materi yang mereka pelajari lebih dalam disaat yang bersamaan. John Holt dalam Silberman Melvin (2009: 5), siswa akan belajar semakin baik jika mereka mengungkapkan informasi yang mereka dapatkan dan pahami dengan menggunakan bahasa mereka sendiri dan memberikan contoh - contoh yang berhubungan dengan informasi berdasarkan pengalaman mereka.

Hakikat belajar yang sesungguhnya tidak akan terjadi tanpa adanya kesempatan untuk berdiskusi, membuat pertanyaan, mempraktikkan bahkan mengajarkannya pada orang lain. Proses ini akan memberikan pengalaman kepada peserta didik yang membantu peserta didik untuk membuat kesimpulan sendiri mengenai pengetahuan yang mereka dapatkan. Dananjaya Utomo (2013: 28), Pengetahuan berdasarkan pengalaman ini akan menghasilkan pengetahuan sendiri secara lebih luas, lebih dalam, dan lebih maju dengan modifikasi pemahaman terhadap konsep awal pengetahuan yang akan berdampak pada meningkarnya hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 1 Lubuklinggau, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, interaksi pembelajaran geografi yang terjadi interaksi adalah interaksi satu arah (teacher center).


(29)

8

Berdasarkan tabel dibawah ini dapat dilihat beberapa siswa yang tuntas sebelum diberlakukannya remedial tidak mencapai setengah dari jumlah siswa yang ada di kelas. Tabel dibawah ini menampilkan dua kelas yang akan digunakan sebagai sampel penelitian dari keseluruhan tujuh kelas yang ada, karena menurut guru yang bersangkutan, kedua kelas ini adalah kelas dengan tingkat kemampuan yang sama dibandingkan dengan kelima kelas lainnya.

Tabel 1. Hasil Ujian Tengah Semester Mata Pelajaran Geografi Kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun Ajaran

2014-2015.

No Kelas Kategori Nilai Jumlah Siswa

Persentase (%) Jumlah Persentase < 75 ≥ 75 Tdk Tuntas Tuntas

1. X.4 28 11 39 71,79 28,21 100

2. X.5 29 10 39 74.,36 25,64 100

Jumlah 78

Sumber: Nilai Ujian Tengah Semester Ganjil Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X SMAN 1 Lubuklinggau Tahun Ajaran 2014-2015.

Berdasarkan tabel di atas diketahui jika diantara dua kelas yang proses pembelajarannya menggunakan metode ceramah atau teacher center pada mata pelajaran Geografi membuat siswa hanya bisa mengingat sedikit materi dari yang diajarkan dikelasnya. Banyaknya siswa yang tidak tuntas memperlihatkan bahwa selama guru memberikan materi pembelajaran, hanya sedikit siswa yang memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru. Ketika dilakukan diskusi kelompok, banyak siswa yang tidak serius dalam mengerjakan tugas kelompok yang diberikan, hal ini ditunjukan dengan banyaknya siswa yang melakukannya sambil bermain dan tidak semua anggota kelompok terlibat aktif dalam mengerjakan tugas kelompok tersebut. Ketika guru melakukan proses tanya jawab, hanya beberapa siswa yang menanggapi selebihnya siswa yang lain tidak memperhatikan bahkan


(30)

9

tidur saat pembelajaran berlangsung. Ini mengindikasikan bahwa proses pembelajaran yang berlangsung tidak seperti yang diharapkan.

Pembelajaran yang terjadi selama kegiatan belajar geografi tersebut bisa menjadi sangat membosankan dan menyebalkan jika terus dilakukan dengan metode pembelajaran tersebut. Tidak hanya bisa mematikan kreativitas siswa, metode pembelajaran ini bisa mempengaruhi hasil belajar siswa.

Rendahnya aktivitas belajar yang terjadi bisa berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menganalisis masalah yang ada, selain itu bisa melemahkan kemampuan berpikir siswa yang berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu dengan menggunakan metode Everyone Is Teacher Here, peneliti mencoba untuk melihat aktivitas dan hasil belajar siswa yang terjadi selama dan setelah diberlakukannya proses pembelajaran menggunakan metode ini.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Everyone is Teacher Here Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun Ajaran 2014/2015”. Penelitian ini akan dilakukan pada mata pelajaran geografi Kelas X semester genap SMA Negeri 1 Lubuklinggau, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh metode Everyone Is Teacher Here terhadap aktivitas dan hasil belajar Geografi siswa.


(31)

10

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran yang digunakan masih berupa metode konvensional atau ceramah.

2. Rendahnya akivitas belajar siswa.

3. Hasil belajar siswa yang masih rendah dan tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal.

4. Guru belum menggunakan metode pembelajaran Everyone Is Teacher Here.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada dalam penelitian, maka peneliti membatasi masalah sesuai dengan tujuan dan kemampuan peneliti dengan penelitian eksperimen. Maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh metode Everyone is Teacher Here terhadap aktivitas dan hasil belajar Geografi siswa.

1.4 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan aktivitas belajar siswa yang menggunakan metode Everyone Is Teacher Here dan metode konvensional (ceramah) pada mata pelajaran geografi kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau?


(32)

11

2. Apakah terdapat perbedaan nilai Pre-test siswa dengan proses pembelajaran menggunakan metode Everyone Is Teacher Here dan menggunakan metode konvensional (ceramah)?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar (Post-test) siswa yang menggunakan metode Everyone Is Teacher Here dan metode konvensional (ceramah) pada mata pelajaran geografi kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau?

4. Apakah terdapat pengaruh metode Everyone Is Teacher Here terhadap hasil belajar (Post-test) siswa pada mata pelajaran geografi kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan aktivitas belajar siswa yang menggunakan metode Everyone Is Teacher Here dan metode konvensional (ceramah) kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau pada mata pelajaran geografi.

2. Untuk mengetahui perbedaan nilai Pre-test siswa dengan proses pembelajaran menggunakan metode Everyone Is Teacher Here dan menggunakan metode konvensional (ceramah).

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar (Post-test) siswa yang menggunakan metode Everyone is Teacher Here dan metode konvensional (ceramah) pada mata pelajaran geografi kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau.


(33)

12

4. Untuk mengetahui pengaruh metode Everyone Is Teacher Here terhadap hasil belajar (Post-test) siswa pada mata pelajaran geografi kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna:

1. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan alternatif dalam pemilihan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu metode pembelajaran Everyone Is Teacher Here untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.

2. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi untuk membantu penelitian sejenis yang ruang lingkup penelitiannya lebih luas tentang pengaruh metode pembelajaran Everyone Is Teacher Here terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah:

1. Ruang lingkup subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan

2. Ruang lingkup objek pada penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran Everyone Is Teacher Here terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi.

3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Lubuklinggau, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan.


(34)

13

4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah semester genap tahun ajaran 2014-2015. 5. Ruang lingkup ilmu: pembelajaran geografi, menurut Sumaatmadja (2001:12)

dapat dikatakan bahwa pembelajaran geografi merupakan pembelajaran tentang hakikat geografi yang diajarkan di sekolah dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan masing-masing.

Pembelajaran geografi pada hakikatnya merupakan pembelajaran tentang gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dalam hubungan interaksi dan keruangan, tanpa mengabaikan setiap gejala yang merupakan bagian dari keseluruhan itu. Pembelajaran geografi tidak terbatas sebagai suatu dekripsi tentang bumi atau permukaan bumi, melainkan meliputi juga analisis hubungan antara aspek fisik dan aspek manusia.


(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Teori Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut teori ini, satu prinsip paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan dibenaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan siswa kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri dan membelajarkan siswa dengan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawa siswa kepemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjatnya (Slavin dalam Trianto, 2014: 74).

Menurut pendapat di atas, dapat dipahami bahwa peran guru hanya sebagai fasilitator dan siswa yang harus berperan aktif dalam pembelajaran. Peran aktif siswa mampu memberikan kebebasan pada siswa untuk belajar dengan caranya sendiri. Teori di atas juga berpendapat bahwa tanpa peran aktif siswa selama pembelajaran, guru akan sulit membawa siswa kepemahaman yang lebih tinggi karena guru tidak bisa melihat dan mengukur sampai sejauh mana pemahaman siswa.


(36)

15

Kontruktivisme adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi mereka. Dengan kata lain, kontruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita (Slavin dalam Trianto, 2014: 74).

Pendapat Slavin di atas mengemukakan tentang perlu peran aktif siswa selama proses pembelajaran. Peran aktif siswa selama proses pembelajaran akan memberikan gambaran secara umum kepada guru mengenai pemahaman siswa tentang materi yang telah mereka pelajari.

Pendekatan kontruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran koorperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya (Slavin dalam Trianto, 2014: 74-75).

Diskusi dalam kelompok akan membantu siswa untuk mengasah pengetahuan yang mereka ketahui dan kuasai saat itu, serta menutup kemungkinan kesenjangan pemahaman materi yang telah dipelajari oleh masing-masing siswa.

Menurut pandangan konturktivisme, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa. Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan member makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari, sementara peranan guru dalam belajar kontruktivisme adalah membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan siswa


(37)

16

berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar.

Prinsip-prinsip yang sering diambil dari kontruktivisme menurut Suparno dalam Trianto (2014: 75), antara lain:

1. pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif, 2. tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, 3. mengajar adalah membantu siswa belajar,

4. tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir, 5. kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan

6. guru sebagai fasilitator.

2.1.2 Teori Pembelajaran Vygotsky

Teori Vygotsky menekankan pada hakikat sosiokultiral dan pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas – tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut berada dalam zone of proximal development (Trianto, 2014: 76).

Zone of proximal development adalah perkembangan sedikit di atas perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerja sama antar individu, sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut (Slavin dalam Trianto, 2014: 76).

Kerjasama antar individu selama proses pembelajaran akan membantu siswa untuk lebih memahami materi pelajaran saat itu dan membantu meningkatkan pemahaman


(38)

17

siswa. Selain itu, kerjasama antar individu mampu memotiviasi untuk saling membantu dalam belajar, berdiskusi, dan beragumen yang berujung pada meningkatnya kemampuan dan pengetahuan siswa.

Ide penting lain yang diturunkan oleh Vogytsky adalah scaffolding. Scaffolding berarti memberikan sejumlah besar bantuan kepada seseorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian anak tersebut mengambil alih tanggung-jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan tersebut berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa tumbuh mandiri (Slavin dalam Trianto, 2014: 76-77).

2.1.3 Model Pembelajaran Koorperatif

Menurut Anita Lie dalam Suryani Nunuk dan Leo Agung (2012: 80) pembelajaran koorperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan. Model pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan aspek keterampilan sosial sekaligus aspek kognitif dan aspek sikap siswa.

Kelompok kecil bisa membantu guru untuk meningkatkan interaksi antarsiswa dalam tugas pembelajaran yang terjadi, dan akan membantu siswa untuk saling berdiskusi mengenai materi, permasalahan yang akan timbul, penyelesaian yang kurang pas, dan pada akhirnya secara tidak langsung membantu siswa meningkatkan pemahaman mereka ketingkat yang lebih tinggi dengan kualitas yang baik


(39)

18

Dalam pembelajaran koorperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan ini disebut saling ketergantungan positif.

“Saling ketergantungan dapat dicapai melalui: 1) saling ketergantungan mencapai tujuan, 2) saling ketergantungan melaksanakan tugas, 3) saling ketergatungan bahan atau sumber, 4) saling ketergantungan peran, dan 5) saling ketergantungan hsail atau hadiah. Pembelajaran koorperatif menciptakan interaksi yang asah, asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community)”, (Lie dalam Suryani Nunuk dan Leo Agung, 2012: 80).

“Esensi dari pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individu sekaligus kelompok sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap saling ketergantungan yang positif yang pada akhirnya pembelajaran tersebut dapat berjalan optimal. Oleh sebab itu, siswa yang ada dalam satu kelompok tidak ada yang bersikap acuh tak acuh dengan tugas yang dibebankannya karena tanggung jawab kelompok adalah bagian dari tanggung jawab individu (menyangkut baik buruk ataupun keberhasilan /kekurangberhasilan atau hasil keseluruhan)”, (Sumarmi, 2012:39).

Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa. Siswa yang belajar satu sama lain akan saling membantu secara efektif dan efisien dalam memproses informasi yang ada. Komunikasi yang terjadi antarsiswa akan membangun kreativitas dan keterampilan siswa dalam berkomunikasi dan saling menyelesaikan konflik secara bersama.

Manfaat pembelajaran koorperatif adalah sebagai berikut:

a. meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dan bersosialisasi.

b. melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan prilaku selama bekerja sama.


(40)

19

d. meningkatkan motivasi belajar, harga diri, dan sikap prilaku positif sehingga dengan pembelajaran koorperatif peserta didik akan tahu kedudukannya dan belajar untun saling menghrgai satu sama lain.

e. meningkatkan preatasi belajar dengan meningkatkan prestasi akademik, sehingga dapat membantu peserta didik memahami konsep – konsep yang sulit.

2.1.4 Strategi Pembelajaran Aktif

2.1.4.1 Pengertian Strategi Pembelajaran

Secara umum, Kozma dan Gafur dalam Uno Hamzah dan Nurdin (2014: 4) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Strategi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar siswa, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik (Dick dan Carey dalam Uno Hamzah dan Nurdin Mohamad, 2014: 5).

Strategi belajar-mengajar menurut J.R David dalam Suryani Nunuk dan Leo Agung (2012: 2) ialah “a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular education goal”. Menurut pengertian ini strategi belajar-mengajar


(41)

20

meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Untuk melaksanakan suatu strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran. Suatu program pengajaran yang diselenggarakan oleh guru dalam satu kali tatap muka, bisa dilaksanakan dalam berbagai metode seperti ceramah, tanya-jawab, pemberian tugas, dan diskusi. Keseluruhan metode termasuk media pembelajaran yang digunakan untuk menggambarkan strategi pembelajaran.

Simpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat tersebut bahwa strategi pembelajaran adalah urutan kegiatan yang sistematis, pola - pola umum kegiatan guru yang mencakup tentang urutan kegiatan pembelajaran, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini mencakup: (1) urutan kegiatan pembelajaran, (2) metode pembelajaran, (3) media pembelajaran, dan (4) waktu yang digunakan oleh guru dalam menyelesaikan setiap langkah kegiatan pembelajaran.

Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah hal penting dalam implementasi suatu strategi. Strategi pembelajaran berbeda dengan desain instruksional. Strategi pembelajaran berkenaan dengan kemungkinan variasi pola dalam dari macam dan urutan umum perbuatan belajar-mengajar yang secara prinsip berbeda antara satu dengan yang lain, sedangan desain instruksional menunjuk kepada cara-cara merencanakan sesuatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan untuk menggunakan satu atau lebih strategi pembelajaran tertentu.


(42)

21

2.1.4.2 Pembelajaran Aktif

A. Pengertian Pembelajaran Aktif

Pembelajaran sebagai salah satu cara untuk merubah tingkah laku peserta didik kearah yang lebih baik sesuai dengan potensi yang dimiliki setiap individu peserta didik. Pembelajaran sebagai proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah prilaku siswa kearah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa (Wina dalam Supardi, 2013: 164).

Pembelajaran yang diharapkan terjadi adalah pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif merupakan proses komukiasi multiarah antarsiswa, guru, sumber belajar, dan lingkungan belajar yang akan berdampak pada tingkat penguasaan siswa sesuai dengan potensi, pemahaman dan kemampuan masing-masing siswa.

“A.Y. Soegeng Ysh (2012) menyatakan, pembelajaran aktif adalah kegiatan-kegiatan pembelajaran yang melibatkan para pelajar dalam melakukan suatu hal dan memikirkan apa yang sedang mereka lakukan. Pembelajaran aktif itu diturunkan dari dua asumsi dasar yaitu (1) bahwa belajar pada dasarnya adalah proses yang aktif, dan (2) bahwa orang yang berbeda, belajar dalam cara yang berbeda pula.

Sementara menurut pembelajaran PAIKEM yang merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.

“Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu, pembelajaran aktif (active


(43)

22

learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran (Machmudah, 2008)”.

Saat belajar aktif, para siswa melakukan banyak kegiatan. Mereka menggunakan otak mereka untuk mempelajari ide-ide, memecahkan permasalahan, menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan secara pribadi untuk mempelajari sesuatu yang baik, harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan dan mendiskusikannya dengan orang lain. Silberman (2010: 6), menyatakan bahwa semua itu diperlukan oleh siswa untuk melakukan kegiatan menggambarkannya sendiri, mencontohkan, mencobakan keterampilan dan melaksanakan tugas sesuai dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.

Menurut Bonwell dan Eison dalam Machmudah (2008: 64), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1) penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas,

2) siswa tidak hanya mendengarkan pembelajaran secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran,

3) penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pembelajaran/kuliah,

4) siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi,

5) umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

Saat pembelajaran aktif peserta didik tidak hanya dituntut untuk mendengarkan penjelasan dari guru, tetapi juga ikut berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung, peserta didik diminta untuk ikut berpikir, mencoba, bertanya, dan mengemukakan pendapatnya sehingga terjadi interaksi timbal balik antara guru-siswa, antarsiswa, dan antara siswa-lingkungan belajar. Sedangkan


(44)

23

ketika belajar secara pasif, peserta didik mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa daya tarik pada hasil. Namun, ketika belajar secara aktif, peserta didik mencari sesuatu. Peserta didik akan mencoba menjawab pertanyaan, melakukan percobaannya, mencari referensi dan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, atau menyelidiki cara untuk melakukan pekerjaan atau menghasilkan suatu karya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan aktivitas peserta didik secara fisik, intelektual dan emosional. Pembelajaran ini menekankan peserta didik sebagai subjek belajar, peserta didik dipandang sebagai organisme yang aktif, yang memiliki potensi untuk berkembang kearah yang positif sesuai dengan karakter mereka. Pembelajaran aktif ini menuntut komunikasi dan interaksi yang terjadi saat pembelajaran berlangsung, baik interaksi antara guru - peserta didik dan peserta didik - peserta didik. Guru berperan sebagai fasilitator dan pengelola sumber belajar untuk dimanfaatkan oleh siswa itu sendiri.

Pembelajaran aktif yang diharapkan terjadi pada peserta didik seperti melakukan percobaan, mengidentifikasi masalah yang ada, mencari informasi dan mengatasi masalah yang ada sehingga peserta didik lebih dapat menguasai apa yang mereka pelajari. Proses yang terjadi selama pembelajaran aktif ini dapat mengoptimalkan penggunaan otak secara maksimal dan diarahkan untuk pembentukan mental tertentu pada peserta didik, seperti keterampilan berpikir kritis dan kreatif.


(45)

24

B. Manfaat Pembelajaran Aktif

Oemar Hamalik (2005: 91), menyatakan sejumlah manfaat atau kegunaan dari kegiatan pembelajaran aktif, antara lain :

1) siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri, 2) berbuat sendiri akan mngembangkan seluruh aspek kepribadian siswa, 3) memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada

gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok,

4) siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual,

5) memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat,

6) membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.

7) pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme

8) pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

Strategi pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran adalah siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Sebaliknya siswa tidak diharapkan pasif menerima layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi. Siswa bukanlah gelas kosong yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang pengetahuan atau informasi sebagaimana yang digambarkan di atas.

2.1.4.3 Metode Pembelajaran Everyone is Teacher Here (ETH)

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.


(46)

25

Strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Senjaya dalam Suryani Nunuk dan Leo Agung, 2012: 6). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Metode pembelajaran dapat didefenisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan-tahapan tertentu dalam proses pembelajaran.

Metode pembelajaran Everyone is teacher here merupakan salah satu cara atau alat dalam strategi pembelajaran aktif yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai pengajar terhadap peserta didik lain. Beberapa ahli percaya bahwa materi pembelajaran akan benar-benar dikuasi oleh peserta didik apabila peserta didik mampu mengajarkannya kepada peserta didik lain. Senada dengan pendapat di atas Silbeman (2009: 165) menyatakan bahwa mengajar teman sebaya (peer teaching) memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang sama saat ia menjadi narasumber bagi yang lain.

Metode everyone is a teacher here yaitu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan peran aktif siswa selama proses pembelajaran, dan dapat disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pembelajaran pada berbagai mata pelajaran, khususnya mencapaian tujuan yaitu meliputi aspek : kemampuan


(47)

26

mengemukakan pendapat, kemampuan menganalisa masalah, kemampuan menuliskan pendapat-pendapatnya (kelompoknya) setelah melakukan pengamatan, kemampuan menyimpulkan, dan lain-lain.

A. Prosedur Metode Pembelajaran Aktif Everyone Is Teacher Here (ETH) Langkah- langkah dalam menggunakan pembelajaran aktif Everyone Is Teacher Here, yaitu (Silberman, 2011: 183) :

a. bagikan kartu indeks kepada tiap siswa. perintahkan siswa untuk menuliskan pertanyaan tentang materi pelajaran yang telah dipelajari di kelas.

b. kumpulkan kartu, kemudian kocoklah, dan bagikan satu-satu kepada siswa. perintahkan siswa untuk membaca dalam hati pertanyaan atau topik pada kartu yang mereka terima dan pikirkan jawabannya.

c. tunjuklah beberapa siswa untuk membacakan kartu yang mereka dapatkan dan memberikan jawabannya.

d. setelah memberikan jawaban, perintahkan siswa lain untuk memberi tambahan atas apa yang dikemukakan oleh siswa yang membacakan kartunya.

e. lanjutkan prosedur ini bila masih memungkinkan waktunya.

Selain langkah – langkah di atas, pembelajaran ini bisa di variasikan sebagai berikut:

a. pegang kartu yang anda kumpulkan, bentuklah sebuah panel responden. baca setiap kartu dan ajaklah siswa berdiskusi.

b. mintalah peserta didik menulis sebuah opini atau observasi yang mereka miliki pada kartu tentang materi pembelajaran.

c. mintalah peserta didik lain untuk setuju atau tidak dengan opini atau observasi tersebut.

Tujuan dari metode Everyone is A Teacher Here adalah agar siswa akan lebih bergairah dan senang dalam menerima pelajaran. Secara khusus tujuan implementasi metode Everyone Is A Teacher Here adalah sebagai berikut:


(48)

27

a. mengecek pemahaman para siswa sebagai dasar perbaikan proses pembelajaran. b. membimbing usaha para siswa untuk memperolwh suatu keterampilan kognitif

dan sosial.

c. merangsang dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa. d. memotivasi siswa agar terlibat dalam interaksi.

e. melatih kemampuan mengutarakan pendapat. f. mencapai tujuan belajar.

B. Kelebihan dan Kekurangan Metode Everyone is Teacher Here

Kelebihan penerapan metode Everyone is Teacher Here menurut Silberman (2011: 31-34) adalah sebagai berikut :

a) siswa mendapat kesempatan baik secara individu maupun berkelompok untuk menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman – temannya.

b) guru dapat mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan. c) mendorong siswa untuk berani mengajukan pendapatnya.

Menurut Silberman (2011: 31-34) ada beberapa kekhawatiran dalam pembelajaran aktif yang bisa menjadi kendala atau kelemahan dalam pembelajaran aktif, yaitu: a. kegiatan pembelajaran aktif dikhawatirkan hanya merupakan kumpulan

permaianan.

b. lebih berfokus pada kegiatan sehingga siswa kurang memahami materi yang dipelajari.

c. menyita banyak waktu.

d. ada kemungkinan siswa akan menyampaikan informasi yang salah dalam metode belajar aktif berbasis kelompok.


(49)

28

2.1.5 Pembelajaran Geografi

Geografi dapat didefenisikan sebagai ilmu yang memperlajari atau mengkaji bumi dan segala sesuatu yang ada di atasnya, seperti penduduk, fauna, flora, iklim, udara, dan segala interaksinya. Dengan kata lain, Geografi adalah studi tentang gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dalam hubungan interaksi dan keruangan, tanpa mengabaikan setiap gejala yang merupakan bagaian dari keseluruhan itu.

Bintarto dalam Sumarmi (2012: 7) memberikan definisi bahwa Geografi adalah suatu ilmu pengetahuan yang memperlajari kaitan sesama antara manusia, ruang, ekologi, kawasan, dan perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat dan kaitan sesama tersebut. Berdasarkan konsep yang dikemukakan di atas, jelas bahwa Geografi tidak hanya terbatas sebagai suatu deskripsi tentang bumi atau permukaan bumi, melainkan meliputi juga analisis hubungan antara aspek fisik dan aspek manusianya.

Perhatian dan analisis pada studi Geografi tidak hanya ditujukan kepada alam lingkungan, melainkan juga berkenaan dengan umat manusia serta hubungan antara keduanya, sekaligus mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan (Sumarmi, 2012:7).

Dalam melaksanakan pembelajaran Geografi, guru harus mengacu pada pendekatan Geografi yang meliputi pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan, dan kewilayahan. Selain itu, harus memperhatikan prinsip-prinsip dan aspek-aspek Geografi. Pembelajaran Geografi terdiri dari teori, generalisasi, konsep, dan fakta.


(50)

29

Pembelajaran yang baik tidak menuntut siswa menghapal fakta dan konsep sebanyak-banyaknya, tetapi lebih mengajak siswa untuk menghubungkan antara konsep yang satu dan konsep yang lain. Ketika siswa telah mampu untuk saling menghubungkan teori, generalisasi, konsep, dan fakta yang ada, ini berarti tingkat berpikir siswa tidak rendah tetapi mulai berpikir pada tingkat yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.

Selain itu, pembelajaran Geografi tidak hanya mengukur kemampuan siswa dari hasil evaluasi pembelajaran seperti soal-soal tes, tetapi juga saat proses pembelajaran berlangsung. Seberapa aktif siswa selama proses pembelajaran, seberapa tajam kemampuan mereka dalam membuat analisis terhadap suatu permasalahan, seberapa berani mereka mengungkapkan gagasan mereka, seberapa bagus mereka membuat suatu alternatif pemecahan masalah terhadap sebuah permasalahan yang disampaikan oleh guru ataupun siswa itu sendiri dan teman lainnya, dan seberapa mampu siswa menghubungkan antara apa yang dipelajari di kelas dengan keadaan di dunia nyata.

Dapat disimpulkan dalam pembelajaran Geografi kemampuan guru dalam merancang perangkat pembelajaran sangat penting. Guru harus mengembangkan perangkat pembelajaran yang mampu mengarahkan siswa untuk belajar aktif dan melibatkan siswa sebanyak mungkin dalam pembelajaran, mendorong siswa untuk lebih mandiri dalam belajar dan tidak menggantungkan guru sebagai satu – satunya sumber belajar.


(51)

30

2.1.6 Aktivitas Belajar

Menurut Slameto (2013:2) bahwa belajar suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya

Aktif dalam metode ini merupakan kegiatan pembelajaran yang harus menumbuhkembangkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Selain itu juga aktif dapat diartikan memosisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif, baik secara fisik, intelektual, dan emosional.

Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosi dan fisik. Siswa merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu.

Menurut Sagala (2006: 124-134), keaktifan jasmani maupun rohani itu meliputi antara lain:

a. keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba dan lain – lain.

b. keaktifan akal: akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan dalam memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat, dan mengambil keputusan. c. keaktifan ingatan: pada waktu mengajar, anak harus aktif menerima bahan

pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak, kemudian pada suatu saat ia siap mengutarakan kembali.

d. keaktifan emosi: dalam hal ini murid hendaklah senantiasa mencintai pelajarannya.


(52)

31

Berdasarkan urairan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran terjadi yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran tersebut, baik secara fisik maupun secara mental. Implikasi keaktifan siswa berwujud pada perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis pertanyaan dan jawaban, membuat karya tulis, membuat kliping, dan lebih lanjut menuntut keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan adanya aktivitas belajar, akan terjadi dialog interaktif antara guru dengan siswa, antarsiswa, siswa dengan sumber belajar, dan siswa dengan lingkungan belajarnya.

a) Indikator Aktivitas Belajar Siswa

Dalam menganalisis tentang aktivitas belajar siswa terdapat beberapa indikator yang dapat menjadi pedoman dalam pengukuran keaktifan. Indikator keaktifan siswa menurut Ardhana (2009: 2) dapat dilihat dari kriteria berikut ini :

1. perhatian siswa terhadap penjelasan guru; 2. kerjasamanya dalam kelompok;

3. kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok; 4. memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok; 5. mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat;

6. memberi gagasan yang cemerlang;

7. membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang; 8. keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain; 9. memanfaatkan potensi anggota kelompok;

10. saling membantu dan menyelesaikan masalah

Sedangkan Paul D. Deirich dalam (Hamalik, 2004: 172) menyatakan bahwa indikator keaktifan belajar siswa berdasarkan jenis aktivitasnya dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut:


(53)

32

1. kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, memperhatikan gambar, mengamati demonstrasi atau mengamati pekerjaan orang lain.

2. kegiatan lisan (oral activities), yaitu kemampuan menyatakan, merumuskan, diskusi, bertanya atau interupsi.

3. kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan penyajian bahan, diskusi atau mendengarkan percakapan.

4. kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, mengerjakan soal, menyusun laporan atau mengisi angket.

5. kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu melukis, membuat grafik, pola, atau gambar.

6. kegiatan emosional (emotional activities), yaitu menaruh minat, memiliki kesenangan atau berani.

7. kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat atau membuat model.

8. kegiatan mental, yaitu mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan-hubungan atau membuat keputusan.

Berdasarkan uraian indikator yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator keaktifan siswa dalam pembelajaran kegiatan visual berupa perhatian siswa terhadap penjelasan guru ataupun siswa lainnya; kegiatan lisan berupa kerjasama dalam diskusi, mengunggapkan pendapat; dan kegiatan menulis seperti menyusun laporan, menganalisis, membuat perencanaan, atau mengerjakan soal. Indikator tersebut merupakan indikator dasar untuk menciptakan interaksi optimal dalam proses pembelajaran.

2.1.7 Hasil Belajar

Kemampuan awal merupakan hasil belajar yang didapat sebelum mendapat kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan awal siswa merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran sehingga dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Menurut Rijal (2011: 1) bahwa kemampuan awal adalah prasyarat awal untuk mengetahui adanya perubahan. Rijal (2011: 1) menambahkan kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal.


(54)

33

Setelah melalui proses belajar maka siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar. Hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 3).

Sudjana (2004: 22) menyatakan bahwa hasil belajar yang rendah merupakan cerminan dari hambatan yang muncul dalam kegiatan proses pembelajaran, hambatan dalam kegiatan proses pembelajaran dapat terjadi pada berbagai aspek.

Berdasarkan pendapat di atas, hasil belajar adalah hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Dari hasil belajar, guru bisa mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

2.1.8 Pengaruh Metode Everyone Is Teacher Here Terhadap Aktivitas Belajar

Metode Everyone Is Teacher Here adalah salah satu strategi pembelajaran aktif yang termasuk dalam bagian mengajar teman sebaya (peer teaching). Beberapa ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasi hanya apabila seorang perserta didik mampu mengajarkan kepada peserta didik lainnya. Silberman Melvin (2009: 165), mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperlajari sesuatu dengan baik pada saat yang sama, saat mereka menjadi nasarumber bagi yang lain.


(55)

34

Pendekatan peer teaching melalui metode Everyone Is Teacher Here ini akan membantu siswa untuk menghasilkan kekayaan materi dan informasi yang dapat dibahas antarsiswa yang bisa mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Penyampaian materi yang dilakukan oleh temannya dianggap akan lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa lainnya karena penggunaan bahasa berdasarkan latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang sama.

Metode Everyone Is Teacher Here akan membantu siswa untuk aktif selama proses pembelajaran di kelas karena siswa dituntut untuk memahami materi yang sedang dipelajari, mempertanyakan materi yang tidak dimengerti, beridiskusi memecahkan permasalahan yang mereka dapatkan dari temannya, dan mengemukakan pendapatnya serta menjelaskannya di depan kelas.

Senada dengan penyataan yang dikemukakan oleh Confucius yang kemudian dimodifikasi dan dipeluas oleh Silberman Melvin (2009: 2), apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit; apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham; apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan; dan apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya.

2.1.9 Pengaruh Metode Everyone Is Teacher Here Terhadap Hasil Belajar

Metode Everyone Is Teacher Here adalah salah satu metode pembelajaran yang menuntut adanya aktivitas dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran agar bisa mencapai hasil belajar yang optimal. Adanya aktivitas dan partisipasi siswa selama proses belajar ini akan menciptakan pembelajaran aktif di kelas.


(56)

35

Pembelajaran aktif yang terjadi selama proses belajar menggunakan metode Everyone Is Teacher Here membantu siswa untuk bisa mengerti, memahami, serta menguasai materi pelajaran dengan cara mengajarkannya kepada siswa lainnya. Ketika siswa telah menguasai materi pelajaran yang diberikan akan membantu siswa untuk menoptimalkan hasil belajar mereka. Siregar Eveline dan Hartini Nara (2010: 98), pembelajaran aktif bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang dimiliki.

Melalui metode Everyone Is Teacher Here selama proses pembelajaran akan memunculkan interaksi aktif yang diisi dengan komunikasi multiarah baik dari siswa dan guru, sehingga menciptakan proses pembelajaran yang dihararapkan yaitu pembelajaran aktif yang bisa mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa dan membantu siswa untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan.

2.2 Kerangka Pikir

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu menciptakan interaksi optimal antara pelaku pembelajaran yang ada. Interaksi ini akan terjadi jika siswa ikut berpastisipasi aktif selama proses pembelajaran, bukan hanya mendengarkan guru memberi penjelasan materi dan menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Oleh karena itu, agar di setiap pembelajaran guru bisa mendapatkan perhatian dan partisipasi siswa, guru harus mempunyai strategi pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk bersikap aktif selama proses pembelajaran.


(57)

36

Metode pembelajaran adalah bentuk implementasi dari strategi pembelajaran yang direncanakan oleh guru. Metode pembembelajaran yang akan diterapkan oleh guru harus mampu menarik perhatian dan partisipasi siswa. Tetapi hal ini tidak terjadi di SMA Negeri 1 Lubuk Linggau, metode pembelajaran yang digunakan masih metode konvensional yaitu dengan mengandalkan guru sebagai satu – satunya sumber belajar dan masih terpusat pada guru, sehingga interaksi yang terjadi tidak optimal.

Metode pembelajaran Everyone Is Teacher Here adalah salah satu strategi pembelajaran aktif yang mendorong siswa bertindak sebagai pengajar bagi siswa lainnya. Pada metode pembelajaran ini, guru memberikan kartu indeks kepada setiap siswa dan meminta siswa untuk menuliskan pertanyaan mengenai materi pembelajaran yang sedang dibahas. Kemudian guru mengumpulkan kartu indeks tersebut, kartu indeks tersebut di kocok acak dan dibagikan ke siswa, siswa membaca dan memikirkan jawaban dari pertanyaan yang mereka terima. Setelah itu guru menunjuk beberapa siswa untuk membacakan pendapatnya mengenai pertanyaan atau tema yang tertera pada kartu dan siswa lain diminta untuk menanggapi, bertanya ataupun melakukan sanggahan. Pada metode ini siswa tidak hanya dilatih untuk berbicara didepan tetapi juga dilatih untuk berpikir secara mendalam, menganalisis, mengevaluasi berdasarkan fakta, pengalaman dan pengetahuan mereka kemudian menyimpulkannya. Metode ini tidak hanya membuat siswa aktif selama proses pembelajaran tetapi juga melatih siswa untuk berpikir pada tingkat yang lebih tinggi sehingga mampu menghasilkan hasil belajar yang baik.


(58)

37

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diasumsikan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran Everyone Is Teacher Here dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa dalam pelajaran Geografi. Dari kerangka pikir di atas maka dapat digambarkan paradigma penelitian sebagai berikut:

Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir. 2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dipaparkan di atas, maka hipotesis yang dirumuskan dari penelitian ini adalah

1. Terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa yang menggunakan metode Everyone Is Teacher Here dan metode konvensional (ceramah) kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau pada mata pelajaran geografi.

Metode Konvensional

(ceramah)

Aktivitas Belajar Siswa

Hasil Belajar Geografi Siswa

Pre-test

Post-test Metode Everyone

Is Teacher Here

Aktivitas Belajar Siswa

Hasil Belajar Geografi Siswa

Pre-test


(59)

38

2. Terdapat perbedaan nilai Pre-test siswa dengan proses pembelajaran menggunakan metode Everyone Is Teacher Here dan menggunakan metode konvensional (ceramah).

3. Terdapat perbedaan hasil belajar (Post-test) siswa yang menggunakan metode Everyone is Teacher Here dan metode konvensional (ceramah) pada mata pelajaran geografi kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau.

4. Terdapat pengaruh metode Everyone Is Teacher Here terhadap hasil belajar (Post-test) siswa pada mata pelajaran geografi kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau.


(60)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2011: 107). Pendekatan kuantitatif merupakan suatu strategi yang paling efektif untuk menguji suatu metode pendekatan. Hasil dari kegiatan eksperimen ini tentunya akan terlihat jelas, sehingga variabel-variabel yang diselidiki dapat dimanfaatkan atau malah sebaliknya tidak bermanfaat jika diimplementasikan dalam proses pembelajaran.

Penelitian ini akan menggunakan desain kuasi eksperimen (Quasi Experimental Design). Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan ekperimen. Desain ini digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian (Sugiyono, 2011: 114).


(1)

3.9.2 Uji Hipotesis

3.9.2.1 T-Test Sample Related

Untuk mengukur tingkat signifikansi (diterima atau ditolak) antara X dan Y dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan uji t. Uji t yang digunakan untuk pengujian hipotesis satu, dua, dan tiga dalam penelitian ini adalah t-test sampel related. T-test sampel related ini digunakan jika sampel berkorelasi/berpasangan, misalnya sebelum dan sesudah treatment atau perlakuan, atau membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen (Sugiyono, 2011: 273).

+1 234 = 5 − 5

%6 1 + 1 Keterangan:

= Hasil belajar geografi siswa menggunakan metode pembelajaran Everyone Is Teacher Here

= Hasil belajar geografi siswa menggunakan metode pembelajaran konvensional

= Banyaknya sampel kelompok eksperimen 1 = Banyaknya sampel kelompok kontrol 2 S = Varian total kelompok

(Sugiyono, 2012: 273)

Kriteria pengujian signifikansi yaitu membandingkan thitung dengan ttabel. Jika thitung > tabel dengan α = 0,05 berarti variabel tersebut berpengaruh secara signifikan atau H0 ditolak dan sebaliknya, jika thitung < tabel dengan α = 0,05 maka H1 ditolak.

3.9.2.2 Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana adalah analisis untuk mengukur besarnya pengaruh antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen dan


(2)

61

memprediksi variabel dependen dengan menggunakan variabel independen (Duwi Priyatno, 2012:117).

Untuk menguji hipotesis keempat dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Y9 = a + b X Keterangan:

Y9 = nilai prediksi variabel dependen a = konstanta, nilai Y9 jika X = 0

b = koefisien regresi, yaitu nilai peningkatan atau penurunan variabel Y9 yang didasarkan variabel X

X = variabel independen (Rostina Sundayana, 2014:192)

Menurut Rostina Sundayana (2014:192), koefisien-koefisien regresi a dan b untuk regresi linier dapat dihitung dengan rumus:

a = (∑Y)(∑X ) − (∑X)(∑XY)n ∑X − (∑X) b = N ∑ XY − (∑ X)(∑ Y)N ∑ X − (∑ X)

Kriteria pengujian ini yaitu variabel terikat mengalami kenaikan maka hipotesis alternatif diterima, sebaliknya jika variabel terikatnya tidak mengalami kenaikan atau mengalami penurunan maka hipotesis alternatif ditolak.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan yang signifikan dalam aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran menggunakan metode Everyone Is Teacher Here dengan menggunakan metode konvensional (ceramah) pada mata pelajaran Geografi Kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau.

2. Tidak terdapat perbedaan terhadap nilai hasil Pre-test siswa kelas eksperimen yang akan diberikan perlakuan menggunakan metode Everyone Is Teacher Here dengan siswa kelas kontrol yang akan diberikan perlakuan menggunakan metode konvensional atau ceramah pada mata pelajaran Geografi Kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau. Hal ini terlihat dari nilai Pre-test kedua kelas yang memiliki rata-rata nilai tidak jauh berbeda.

3. Terdapat perbedaan hasil belajar (Post-test) Geografi siswa menggunakan metode Everyone Is Teacher Here dan menggunakan metode konvensional atau ceramah pada Kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau. Hal ini terlihat dari hasil belajar Geografi siswa yang menggunakan metode Everyone Is Teacher Here lebih baik dan lebih tinggi dibandingkan kelas hasil belajar Geografi siswa yang menggunakan metode konvensional (ceramah).


(4)

108

4. Terdapat pengaruh metode pembelajaran Everyone Is Teacher Here terhadap hasil belajar geografi siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau, Kota Lubuklinggau, Provinsi Sumatera Selatan tahun ajaran 2014-2015. Hal tersebut dilihat dari hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran Everyone Is Teacher Here lebih baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan metode konvensional (ceramah)

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penerapan penggunaan metode Everyone Is Teacher Here pada mata pelajaran Geografi, saran yang dapat dikemukakan penulis yaitu:

1. Bagi guru, dengan memahami bahwa belajar aktif memberikan pengaruh yang positif bagi siswa untuk bisa memahami materi yang diajarkan dan juga membantu guru untuk lebih bereksplorasi terhadap kemampuan yang dimiliki siswa dengan menggunakan variasi metode dalam pembelajaran seperti metode Everyone Is Teacher Here.

2. Bagi siswa, agar lebih aktif saat mengikuti pembelajaran dengan berbagai variasi metode yang digunakan oleh guru seperti metode Everyone Is Teacher Here.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ardhana. 2009. Indikator Keaktifan Belajar. http://blog.tp.id/pdf/tag/indicator-keaktifan.com. Diakses pada tanggal 22 Desember 2014. Pukul 2: 52 am. Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi

Revisi VI). Rineka Cipta.Jakarta

Dananjaya, Utomo. 2013. Media Pembelajaran Aktif Edisi ke III. Nuansa Cendikia. Bandung

Dimyati dan Mujiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.Jakarta

Djamarah,S.B dan Aswan Zain. 2013. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Rineka Cipta.Jakarta

Fikiryah, Fifi. 2014. Penerapan Metode Pembelajaran Everyone Is Teacher Here Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Peserta Didik Kelas X IPS I Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Negeri 1 Plumbon Kabupaten Cirebon.

(Online). Tersedia: repository.upi.edu.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Bumi Aksara. Jakarta

Machmudah, Ummi. 2008. Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. UIN-Malang Press. Malang

Maisyaroh. 2013. Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Diskusi Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IX.2 Semester Genap SMP PGRI Batanghari Tahun Pelajaran 2012/2013. (Online). Tersedia: digilib.unila.ac.id

Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta


(6)

110

Priyatno, Duwi. 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian SPSS. Gava Media. Yogyakarta.

Rusman. 2010. Model – Model Pembelajaran. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta. Riduwan. 2005. Dasar – Dasar Statistika. Alfabeta. Bandung.

Rijal. 2011. Kemampuan Awal (Prior Knowledge). http://resolusirijal.blogspot.com. Diakses pada tanggal 01 Oktober 2015. Pukul 16 : 24 WIB.

Sagala, Saiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Silberman, Mel. 2009. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Insan Madani. Yogyakarta.

Silberman, Melvin L. 2011. Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Nusamedia dan Nuansa. Bandung.

Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ghalia Indonesia. Bogor.

Slameto, 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Insan Madani. Yogyakarta.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Sumaatmadja, Nursid. 2001. Metode Pengajaran Geografi. Bumi Aksara. Jakarta Sumarmi. 2012. Model – Model Pembelajaran Geografi. Aditya Media Publishing.

Malang.

Suryani, Nunuk dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Ombak. Surakarta. Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta Uno, Hamzah dan Nurding Mohamad. 2014. Belajar Dengan Pendekatan

Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik. Bumi Aksara. Jakarta


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMANFAATAN AKSES INTERNET TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TALANGPADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 79

PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN SURAT KABAR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 PAGELARAN TAHUN AJARAN 2012/2013

0 6 101

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVC SD NEGERI 4 METRO TIMUR

3 21 71

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 KOTA AGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 7 139

PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MERAPI BARAT KECAMATAN MERAPI BARAT KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 6 72

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN EVERYONE IS TEACHER HERE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

0 7 86

PENGARUH METODE BELAJAR RESITASI TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X IPA SMA NEGERI 1 KOTAAGUNG TAHUN PELAJARAN 2013-2014

0 8 68

AKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DENGAN PENDEKATAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X SMA NEGERI 1 MARTAPURA KABUPATEN OKU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2014/2015

0 6 88

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 NATAR TAHUN AJARAN 2013/2014

3 16 92

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF EVERYONE IS A TEACHER HERE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMPN 5 LINGGO SARI BAGANTI

0 0 9