PERBANDINGAN METODE LATIHAN BAGIAN DENGAN METODE LATIHAN KESELURUHAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR PUKULAN FOREHAND DRIVE TENIS MEJA PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SISWA PUTRA SMP N 3 TRIMURJO TAHUN 2015

(1)

PERBANDINGAN METODE LATIHAN BAGIAN DENGAN METODE LATIHAN

KESELURUHAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR PUKULANFOREHAND

DRIVETENIS MEJA PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SISWA PUTRA SMP N 3 TRIMURJO TAHUN 2015

Oleh

ADITYA WIGUNA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode latihan bagian dan metode latihan keseluruhan terhadap prestasi belajar pukulanforehand drivetenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo tahun 2015.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen komparatif atau eksperimen semu. Populasi berjumlah 20 siswa dan sampel berjumlah 20 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan tes keterampilan bermain tenis meja pukulan forehand drive menggunakan “backboard tes”. Setelah tes awal dan tes akhir pengaruh metode latihan bagian dengan metode latihan keseluruhan terhadap keterampilan bermain tenis meja pukulan forehand drivemenggunakan uji–t.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari metode latihan bagian dan metode latihan keseluruhan terhadap keterampilan bermain tenis meja pukulan forehand driveserta ada perbedaan yang signifikan yaitu, metode latihan bagian lebih berpengaruh dan lebih meningkatkan keterampilan pukulanforehand drive.

Dan implikasi dari penelitian ini adalah tanpa menggunakan metode dan model pembelajaran yang sesuai tidak mungkin hasil penelitian ini akan berpengaruh secara signifikan.

Kesimpulan dari penelitian adalah metode latihan bagian lebih berpengaruh signifikan dari paripada metode latihan keseluruhan terhadap keterampilan bermain tenis meja pukulan forehand drive.

Kata Kunci: perbandingan, metode latihan bagian, metode latihan keseluruhan, forehand drive, tenis meja.


(2)

PUTRA SMP N 3 TRIMURJO TAHUN 2015

Oleh

ADITYA WIGUNA Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

PUTRA SMP N 3 TRIMURJO TAHUN 2015

(Skripsi)

OLEH ADITYA WIGUNA

PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

Gambar Halaman

1. Latihan Metode Bagian... 33

2. Latihan Metode Bagian... 34

3. Latihan Metode Keseluruhan... ... 35

4. Latihan Metode Keseluruhan... ... 36

5. Latihan Metode Keseluruhan... 37

6. Cara Memegang badshakehand grip... 38

7. Cara melakukan pukulanforehand drive... 39

8. MelakukanBackboard Test... 50

9. Diagram Perbedaan Hasil Tes Awal Dan Akhir Kelompok Latihan Metode Bagian... 59

10. Diagram Perbedaan Hasil Tes Awal Dan Tes Akhir Kelompok Latihan Metode Keseluruhan... 60

11. Diagram Perbedaan Hasil Tes Awal Antar Kelompok Metode Bagian DanMetodeKeseluruhan... 61

12. Perbedaan Hasil Tes Akhir Antar Kelompok Metode Bagian Dan Metode Keseluruhan... 62


(5)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 6

G. Penjelasan Judul... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Olahraga... 10

B. Hakikat olahraga ... 11

C. Olahraga Permainan... 13

D. Hakikat Bermain ... 16

E. Belajar Keterampilan Gerak ... 17

F. Tenis Meja... 22

G. Latihan ... 23

H. Metode Latihan Bagian... 32

I. Metode Latihan Keseluruhan... 35

J. Pukulan Forehand Drive... 34

K. Ekstrakurikuler ... 39

L. Kerangka Berpikir ... 40

M. Hipotesis ... 43

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 45

B. Variabel Penelitian ... 46

C. Definisi Oprasional Variabel ... 46

D. Populasi Dan Populasi ... 47


(6)

I. Teknik Pengolahan Data ... 51

J. Teknik Analisis Data ... 52

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 58

1. Deskripsi Data ... 58

2. Analisis Data ... 62

B. Uji Hipotesis ... 64

C. Pembahasan ... 66

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(7)

Lampiran Halaman

1. Model Latihan Bagian... 77

2. Model Latihan Keseluruhan... 86

3. Tabel Penilaian Keterampilan PukulanForehand DriveTenis Meja (Tes Awal) ... 96

4. Tabel Penilaian Keterampilan PukulanForehand DriveTenis Meja (Tes Akhir) ... 97

5. Pembagian Kelompok Metode Bagian Dan Metode Keseluruhan Dengan Ordinal Pairing... 98

6. Normalitas Data Hasil Tes Awal Kelompok Metode Bagian ... 99

7. Normalitas Data Hasil Tes Akhir Kelompok Metode Bagian ... 100

8. Normalitas Data Hasil Tes Awal Kelompok Metode Keseluruhan ... 101

9. Normalitas Data Hasil Tes Akhir Kelompok Metode Keseluruhan... 102

10. Uji Homogenitas Tes Awal Kelompok Metode Bagian Dan Metode Keseluruhan ... 103

11. Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok Metode Bagian Dan Metode Keseluruhan ... 104

12. Tabel Uji T Pengaruh Kelompok Metode Bagian Terhadap Pukulan Forehand DriveTenis Meja ... 105

13. Tabel Uji T Pengaruh Kelompok Metode Keseluruhan Terhadap PukulanForehand DriveTenis Meja ... 106

14. Uji-t Perbedaan Tes Awal Kelompok Metode Bagian Dan Metode Keseluruhan Terhadap PukulanForehand DriveTenis Meja ... 107

15. Uji-t Perbedaan Tes Akhir Kelompok Metode Bagian Dan Metode Keseluruhan Terhadap PukulanForehand DriveTenis Meja ... 108


(8)

17. Tabel Z ... 110

18. Tabel Uji Normalitas ... 111

19. Tabel Uji t ... 112

20. F Tabel ... 113


(9)

Tabel Halaman 1. Perbedaan Metode Latihan Bagian Dengan Metode Latihan

Keseluruhan ... 42 2. Penilaian Mutu Kecakapan Bermain Tenis Meja... 51

3. Tabulasi Hasil Penelitian Kelompok Metode bagian dan

Metode keseluruhan... 58 4. Hasil Uji Normalitas ... 62 5. Hasil Uji Homogenitas ... 63 6. Hasil Uji Hipotesis Analisis Uji T Pengaruh Kelompok Metode

Bagian Dan Metode Keseluruhan Terhadap Keterampilan Pukulan

Forehand DriveTenis Meja ... 64 7. Hasil Uji Hipotesis Analisis Uji T Perbedaan Tes Awal Dan Tes Akhir.

Kelompok Metode Bagian Dan Metode Keseluruhan Terhadap


(10)

(11)

(12)

Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang (Willian J. Siegel)

Habis gelap terbitlah terang (RA Kartini)

Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah dilaksanakan / diperbuatnya


(13)

Karya tulis sederhana ini kupersembahkan kepada:

Bapak ku tercinta Ngatino dan Ibu ku terkasih Sri Yuliani, yang disetiap

waktu selalu mendukung dan mendoakanku dalam keadaan apapun. Serta

adik ku tersayang atas doa yang selalu diberikannya.


(14)

(15)

Penulis bernama lengkap Aditya Wiguna, lahir di Purwosari, kec. Metro Utara, Kota Metro pada tanggal 5 Juni 1992, sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Ngatino dan Ibu Sri Yuliani.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain:

Taman kanak-kanak (TK) Aisyiah Bustanul Athfal, Sekolah Dasar (SD) di SD N 4 Metro Utara lulus pada tahun 2004, kemudian masuk SMP Negeri 2 Metro pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 3 Metro pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi melalui jalur Saringan Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis masuk ke dalam tim UKM Tenis Meja Unila.

Penulis pada tahun 2013 peneliti melaksanakan KKN dan PPL di MTs Al-Hidayah pekon Tanjung Raya, Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat.


(16)

Assalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur Alhamdulillah pada Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya.Skripsi yang penulis susun ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan pada program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi FKIP Universitas Lampung. Dengan judul“Perbandingan Metode Latihan Bagian Dengan Metode Latihan Keseluruhan Terhadap Prestasi Belajar PukulanForehand DriveTenis Meja Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa Putra SMP N 3 Trimurjo Tahun 2015”

Dalam penlisan skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si Dekan FKIP Universitas Lampung

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung

3. Bapak Drs. Herman Tarigan, M.Pd Penguji atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, waktu, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini

4. Bapak Drs. Surusman, S.Pd, M.Pd Pembimbing Pertama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi pada penulis

5. Bapak Drs. Ade Jubaedi Pembimbing Kedua dan Ketua Prodi Penjaskesrek yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, serta masukan pada penulis


(17)

7. Bapak dan Ibu Staf Tata Usaha FKIP Unila

8. Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Trimurjo yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian

9. Sahabat–sahabat dupan brothers diantaranya Trio, Yuda, Guntur, Aan, Imam Ncek, Ari, Ipol, Puat, Gilang, Anas, Heri dan yang lainnya

10. Sahabat Palem Permai Dani Pak Bos, Fahmi Gumek, Irfan Codet, Medi Ubau, Satrio Pembalap, Adin Cino dan yang lainnya


(18)

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenis meja merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah dikenal dan banyak digemari orang, dari usia anak-anak sampai orang dewasa bahkan orang tua. Hal ini membuktikan bahwa tenis meja telah bermasyarakat, bahkan kejuaraan tenis meja yang bersifat umum dan terbuka sering diadakan pada suatu acara tertentu.

Perkembangan permainan tenis meja di tanah air atau di Indonesia cukup menggembirakan akhir-akhir ini. Ditinjau dari segi kuantitas hampir seluruh lapisan masyarakat telah mengenal tenis meja dan mampu untuk

memainkannya. Dari kejuaraan yang bersifat umum, hampir seluruh daerah selalu mengikutinya. Ini membuktikan bahwa tenis meja Indonesia sudah mampu menempati posisi ditingkatan yang menggembirakan, baik di Asia Tenggara maupun di Asia, bahkan di tingkat dunia. Ini membuktikan

Indonesia mempunyai potensi untuk menciptakan atlet tenis meja yang handal. Indonesia baru mengenal tenis meja sejak tahun 1930, dan baru terorganisasi tahun 1958, yaitu berdirinya Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia.

Dahulu orang beranggapan, bahwa bermain tenis meja tidak membutuhkan kondisi fisik yang prima. Saat ini terbukti bahwa hanya atlit dengan kondisi


(20)

fisik yang tinggi, yang dapat mampu bermain dengan baik dalam jangka waktu yang lama. Kondisi fisik yang baik dicapai melalui suatu program latihan yang teratur. Pada permainan tenis meja, fungsi pukulanforehand lebih besar dibandingkan dengan pukulanbackhand, karena pada umumnya permainan tenis meja, cenderung untuk mematikan lawan dengan pukulan forehanddibandingkan dengan pukulanbackhand. Di saat bermain, biasanya pemain posisi berdirinya lebih banyak di sebelah kiri meja, karena untuk memudahkan pengambilan bola dari lawan, untuk mendapatkan angka. Pada pukulanbackhand, kebanyakan hanya dipakai untuk mengembalikan bola dari lawan tanpa maksud menghasilkan angka. Untuk itu kemampuan menguasai pukulanforehandlebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan menguasai pukulanbackhand.

Untuk dapat menciptakan atlet-atlet yang baik, memiliki prestasi yang andal juga dapat mengangkat nama bangsa di arena Internasional, tentunya perlu diberikan latihan-latihan dengan keras, disiplin dan berkesinambungan. Hanya dengan latihan yang sistematis dan tidak terputus-putus dapat menjadikan seorang atlit dapat berkembang dengan baik. Untuk dapat menunjang harapan itu semua, yang tak dapat diabaikan adalah kesabaran dari para atlet itu sendiri dan para pelatih. Kadangkala kebosanan datang dengan cepat dimana usia muda masih dalam taraf berkembang. Semua itu harus dapat diatasi dengan melakukan latihan yang memiliki bermacam-macam tingkat varasi.

Tenis meja adalah permainan yang memiliki banyak sekali variasi pukulan. Namun pada teknik dasarnya adalah pukulandrive. Pada pukulan drive


(21)

terbagi atasforehanddanbackhand. Sedangkan bentuk pukulan yang dilatih adalah pukulanforehand drive.

Kegiatan di sekolah adalah dua bagian dalam pengelompokannya, yaitu (1) Intrakurikuler, (2) Ekstrakurikuler (kegiatan diluar jam sekolah). Penempatan kegiatan ekstrakurikuler pada posisi kedua dimaksudkan sebagai penunjang dari kegiatan proses belajar mengajar di sekolah, diartikan bahwa olahraga ekstrakurikuler merupakan olahraga yang dilakukan di luar jam pelajaran dan tidak mengganggu kegiatan pelajaran inti (resmi).

Untuk melakukan gerakan pukulanforehand drivedibutuhkan latihan yang rutin dan membutuhkan waktu yang lumayan lama. Karena gerakan ini memiliki kesulitan-kesulitan di antaranya seperti : cara memegang bed (grip), gerakan ayunan tangan, gerakan lanjutan, dan ketepatan perkenaan bola pada bed. Maka dari itu siswa tidak cukup jika hanya mempelajarinya dalam kegiatan intrakurikuler saja. Maka dari itu siswa di anjurkan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sekolah yang dilaksanakan setelah kegitan belajar mengajar disekolah.

Karena dengan siswa mengikuti kegiatan ekstrakulikuler siswa dapat lebih dalam dan banyak waktu untuk mempelajari gerakan pukulanforehand drive dalam permainan tenis meja. Dan diharapkan siswa mampu mengerti dan dapat menguasai teknik-teknik dalam melakukan gerakanforehand drive dengan baik dan benar. Sehingga kemampuan siswa dapat meningkat dan


(22)

tujuan belajar dalam melakukan pukulanforehand drivedalam permainan tenis meja dapat tercapai.

Setelah penulis amati, penguasaan permainan tenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo, masih kurang khususnya dalam hal menguasai pukulanforehandtenis meja. Kekurangan pukulan forehandterlihat ketika siswa dalam melakukan latihan banyak siswa yang pukulannya tidak bisa terarah bahkan terkadang sering hasil pukulanoutatau keluar tidak masuk dalam area lawan, bahkan beberapa siswa ada yang pada saat mengembalikan atau menyerang lawan pukulan sering menyangkut di net sehingga menghasilkan point buat lawan.

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan membandingkan dua bentuk metode latihan pukulan forehand, yaitu perbandingan metode latihan bagian dan metode latihan keseluruhan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan siswa dalam melakukan pukulanforehand drivepada permainan tenis meja.

2. Masih banyaknya kesalahan siswa dalam hal memegang bed(grip), melakukan gerakan ayunan tangan, gerakan lanjutan, dan ketepatan perkenaan bola pada bed dalam melakukan gerakan pukulanforehand drivepada permainan tenis meja.


(23)

3. Akibat kurangnya keterampilan siswa dalam hal cara memegang bed (grip),melakukan gerakan ayunan tangan, gerakan lanjutan, dan ketepatan perkenaan bola pada bed dalam melakukan gerakan pukulan forehand drivepada permainan tenis meja, sehingga pada saat siswa melakukan pukulanforehand drivemasih banyak hasil pukulan dari siswa yangout, menyangkut di net, dan bola tidak mengenai bed.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini diarahkan pada, studi perbandingan metode latihan terhadap prestasi belajar pukulanforehand drivetenis meja kelompok siswa yang menggunakan metode bagian, dengan kelompok siswa yang menggunakan metode keseluruhan, khususnya siswa putra pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh metode latihan bagian terhadap pukulan

forehand drivetenis meja?

2. Seberapa besar pengaruh metode latihan keseluruhan terhadap pukulan forehand drivetenis meja?

3. Apakah ada perbedaan antara metode latihan bagian dan keseluruhan terhadapforehand drivetenis meja?


(24)

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode bagian terhadap metode latihan bagian dalam membentuk pukulan forehand drivetenis meja di SMP Negeri 3 Trimurjo.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode keseluruhan terhadap metode latihan keseluruhan dalam membentuk pukulan forehand drive tenis meja di SMP Negeri 3 Trimurjo.

3. Untuk mengetahui manakah yang lebih besar pengaruhnya antara metode latihan bagian dan keseluruhan dalam membentuk pukulan forehand drive tenis meja di SMP Negeri 3 Trimurjo.

F. Kegunaan Peneiltian

Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi manakah yang lebih besar pengaruhnya antara metode latihan bagian dan keseluruhan dalam membentuk pukulan forehand drivetenis meja.

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi Penulis

Peneliti dapat mengetahui manakah yang lebih besar pengaruhnya antara metode latihan bagian dan keseluruhan dalam membentuk pukulan forehand drive tenis meja, serta sebagai salah satu sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dalam perkembangan tenis meja pada teknik pukulanforehand drive.


(25)

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam upaya melakukan penelitian yang lebih luas.

3. Bagi Guru

Sebagai salah satu acuan dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan teknik pukulanforehand drivetenis meja.

4. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan bermain tenis meja khususnya dalam melakukan pukulan forehand drive tenis meja.

G. Penjelasan Judul 1. Perbandingan

Perbandingan adalah hasil yang didapat dari membandingkan dua objek atau lebih.Yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari objek tersebut. 2. Metode Latihan Bagian

Menurut pendapat Skinner (Winaputra, 2001:30) metode bagian yaitu : “Kecakapan yang kompleks dapat dipelajari secara efektif dan bila hal yang kompleks tersebut diuraikan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan sederhana”. Metode bagian menurut Hutabarat ( 2005: 32), yaitu :“Bila kita belajar sesuatu, maka kita pelajari dahulu bagian pertama sampai kita kuasai, kemudian kita beralih mempelajari bagian kedua, sesudah bagian kedua ini kita pelajarai dan kuasai, kita beralih lagi ke bagian ketiga dan setelah itu dikuasai kita pindah ke bagian berikutnya. Demikianlah seterusnya sampai semua pelajaran itu kita pelajari dan kuasai.”


(26)

3. Metode Latihan Keseluruhan

Metode keseluruhan disebut juga metode global dan merupakan kebalikan dari metode bagian. Metode keseluruhan merupakan suatu metode latihan yang mana cara penyampaiannya diberikan secara keseluruhan. Metode keseluruhan menurut Supandi dan Lauren Seba (2003:14), yaitu :“Belajar secara global adalah proses dalam situasi yang mendorong untuk

mempelajari blok materi pelajaran secara total dan serentak.” 4. Prestasi Belajar

Menurut Anni (2004:4), prestasi belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Sedangkan Sukma Dinata (2005), mengatakan : “prestasi atau hasil belajar(achievement)merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar ddapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang telah ditempuhnya. Alat untuk mengukur prestasi/hasil belajar disebut tes prestasi belajae(achievement test)yang disusun oleh guru atau dosen yang mengajar bahan ajar yang bersangkutan. 5. Forehand Drive

Pukulanforehanddilakukan jika bola berada disebelah kanan tubuh Sapto adi dan Mu’arifin, (1994:16). Cara melakukan pukulan ini adalah dengan merendahkan posisi tubuh, Lalu gerakkan tangan yang memegang bad kearah pinggang (bila tidak kidal gerakan kearah kanan), siku membentuk sudut kira-kira 90 derajat. Sekarang tinggal menggerakkan tangan kedapan tanpa merubah siku.


(27)

Kegiatanekstrakurikuleryang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini dapat dilakukan dengan

memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap atau nilai-nilai.

Pengertianekstrakurikulermenurut kamus besar bahasa Indonesia

(2002:291) yaitu:”suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihankepemimpinan dan pembinaan siswa”. Kegiatanekstrakurikulersendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib. Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan pada siswa, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka. Menurut Rusli Lutan (1986:72) ekstrakurikuler adalah:

“Programekstrakurikulermerupakan bagian internal dari proses belajar yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan anak didik. Antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan pelengkap atau penguat kegiatan intrakurikuler untuk menyalurkan bakat atau pendorong perkembangan potensi anak didik mencapai tarap maksimum.”


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Olahraga

Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota

masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. Pendidikan olahraga dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Olahraga Pendidikan

adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian,keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.

2. Olahraga Rekreasi

adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai


(29)

budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan.

3. Olahraga Prestasi

adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk

mencapai prestasi dengandukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.selain itu dalam pengembangan olahraga perlu dilakukan sebuah pendekatan keilmuan yang menyeluruh dengan jalan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan adalah peningkatan kualitas dan kuantitas

pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkankaedah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbuktikebenarannya untuk peningkatan fungsi, manfaat, danaplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah adaatau menghasilkan teknologi baru bagi kegiatankeolahragaan.

Jadi pendidikan olahraga adalah pendidikan yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan untuk mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia yang sportif, jujur, dan sehat.

B. Hakikat Olahraga

Salah satu karakteristik makhluk hidup di dunia ini, termasuk manusia adalah melakukan gerakan. Antara manusia dan aktivitas fisik merupakan dua hal


(30)

yang sulit atau tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dilihat bahwa sejak manusia pada jaman primitif hingga jaman moderen, aktivitas fisik atau gerak selalu melekat dalam kehidupan sehari-harinya. Berarti aktivitas fisik selalu dibutuhkan manusia.

Neilson (1978: 3) mengemukakan bahwa manusia berubah sangat sedikit selama 50.000 tahun yang berkaitan dengan organisasi tentang struktur dan fungsi yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa perubahan utama bukan pada manusianya, melainkan pada kebutuhan dan kemampuan untuk menyesuaikan dengan perubahan-perubahan besar di dalam lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia. Manusia berusaha memodifikasi lingkungannya dengan mencoba-coba, eksplorasi dan dengan eksploitasi.

Pada jaman primitif gerakan pada mulanya merupakan gejala emosional murni yang dilakukan manusia untuk kesenangan dan komunikasi dengan dewa. Selanjutnya, gerakan berkembang dari pelaksanaan gerak yang tidak terencana ke kondisi gerak yang hingar-bingar pada upacara seremonial dan komunikasi untuk kerja seni. Karena aktivitas gerak sangat penting baik untuk kelangsungan hidup maupun komunikasi dengan dewa, maka aktivitas fisik tersebut merupakan yang terpenting untuk eksistensi manusia. Oleh karena itu, mereka mulai menyusun struktur geraknya ke dalam bentuk-bentuk yang bermanfaat, tepat dan sadar. Semua peristiwa penting dalam siklus kehidupan orang primitif yang memiliki makna praktis dan religius disimbulkan dalam gerakan-gerakan tubuh yang terstruktur. Di seluruh


(31)

periode evolusinya, aktivitas fisik sangat penting untuk kelangsungan hidup dan tetap penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimum.

Harrow (1977: 5) mengemukakan bahwa ada tujuh pola gerak yang sangat penting untuk eksistensi orang primitif yang merupakan dasar gerakan keterampilan. Aktivitas gerak ini adalah inheren dalam diri manusia, yakni lari, lompat/loncat, memanjat, mengangkat, membawa, menggantung, dan melempar.

Hingga kini aktivitas fisik atau gerak, juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena gerak dipandang sebagai kunci untuk hidup dan untuk keberadaan dalam semua bidang kehidupan. Jika manusia melakukan gerakan yang memiliki tujuan tertentu, maka ia mengkoordinasikan aspek-aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.

Secara internal, gerak manusia terjadi secara terus menerus, dan secara eksternal, gerak manusia dimodifikasikan oleh pengalaman belajar,

lingkungan yang mengitari, dan situasi yang ada. Oleh karena itu, manusia harus disiapkan untuk memahami fisiologis, psikologis dan sosiologis agar dapat mengenali dan secara efisien menggunakan komponen-komponen gerak secara keseluruhan. Dengan demikian, antara manusia dan aktivitas fisik tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya.

C. Olahraga Permainan

Untuk mengembangkan olahraga agar tidak membosankan, pada saat ini banyak sekali model latihan yang menggunakan model permainan. Misalnya


(32)

pada cabang atletik, basket, sepakbola dan lain-lain. Hal ini membuat olahraga menjadi semakin bervariasi. Jika dahulu model latihan olahraga hanya menitik beratkan padaskilldan fisik, namun dengan adanya variasi latihan permainan tersebut, atlit menjadi tidak bosan untuk melakukan latihan.

Ada beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan tentang pengertian permainan diantaranya adalah :

Menurut Hans Daeng (dalam Ismail, Andang 2009: 17) permainan adalah bagian mutlak dari kehidupan anak dan permainan merupakan bagian integral dari proses pembentukan kepribadian anak. Selanjutnya Ismail, Andang (2009: 26) menuturkan bahwa permainan ada dua pengertian :

“Pertama, permainan adalah sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah. Kedua, permainan diartikan sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai pencarian menang-kalah.”

Selain dari kedua ahli tersebut, ada juga para ahli yang mengemukan tetang pengertian permainan. . Lain halnya dengan (Ismail, Andang 2009: 27) mendefinisikan permainan sebagai suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.

Jadi pengertian permainan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh beberapa anak untuk mencari kesenangan yang dapat membentuk proses


(33)

kepribadian anak dan membantu anak mencapai perkembangan fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.

Dalam perkembangannya, permainan juga bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak. Manfaat dari terapi ini antara lain :

1. Pertama, anak-anak ‘terjaga’ ketika berhadapan dengan prospek ‘bermain’.

Mereka langsung terlibat dalam situasi sosial yang mengajarkan

keterampilan saat mereka sedang bersenang-senang. Mereka yang akrab dengan unsur-unsur bermain sepertiturn-taking, aturan menjaga, menang,

kalah dan ko’operasi.

2. Kedua, sementara anak-anak secara aktif terlibat dengan proses bermain game, tantangan sosial dan emosional muncul saat mendidik atau krisis terjadi, sehingga memberikan pengalaman belajar bermakna dengan segera.

3. Ketiga, terapi bermain anak-anak dengan menyediakan lingkungan yang aman untuk mempraktekkan keterampilan baru. Anak-anak merasa santai dan arus diskusi mudah dalam pengaturan ini.

4. Keempat,pengamatan klinis dapat dilakukan dan ditarik kesimpulan tentang anak-anak yang tidak meningkatkan penggunaan keterampilan prososial setelah pembelajaran ekstra dan pemanduan praktek. Adanya sindrom organik, masalah kesehatan mental atau masalah perlindungan anak perlu diselidiki.

Kemajuan permainan pada pengembangan keterampilan dan kompleksitas dengan fokus yang kuat pada intervensi awal, mulai dari usia 4-14. Permainan


(34)

dapat digunakan secara berurutan selama enam sampai delapan minggu dan satu sesi untuk menutup keterampilan tertentu. Anak-anak muda akan mulai dengan permainan ‘Persiapan Bersama’ dan bekerja dengan ’Teman yang

Ramah’ dan mungkin untuk ‘Pemikir Ulang’.

Jadi olahraga adalah suatu permainan yang menekankan pada fisik.

Sedangkan permainan itu mempunyai dua aspek yaitu penekanan pada fisik dan penekanan intelektual. Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.

D. Hakikat Bermain

Bermain merupakan konsep yang tidak mudah untuk dijabarkan. Mungkin, mayoritas orang, seringkali mendengar kata-kata bermain. Bahkan mereka seringkali melakukan permainan. Namun, seringkali orang belum mampu memberikan definisi bermain. Para ahli, mendefinisikan konsep bermain berbeda-beda menurut perspektif masing-masing.Berikut ini adalah beberapa definisi bermain menurut sebagian kecil para ahli :

Freeman, Joan dan Munandar, Utami (1996) mendefinisikan bermain sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.


(35)

a. Pertama, permainan adalah sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah.

b. Kedua, permainan diartikan sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai pencarian menang-kalah.

Berdasarkan beberapa pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh individu yang sifatnya menyenangkan, yang berfungsi untuk membantu individu mencapai

perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.

E. Belajar Keterampilan Gerak

Belajar keterampilan gerak, tidak bisa dipisahkan dari pembahasan belajar pada umumnya. Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, sedangkan belajar keterampilan gerak akan menghasilkan umpan balik untuk memperbaiki gerakan yang dipelajari, sehingga dapat menghasilkan gerakan-gerakan yang benar. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar keterampilan gerak adalah usaha yang dilakukan untuk memperoleh perubahan dalam tingkah laku motorik, guna mencapai suatu tujuan.

Belajar mengajar motorik adalah upaya-upaya dengan sengaja mengubah perilaku motorik melalui kondisi, dan situasi yang sengaja diciptakan agar proses perubahan itu menjadi efektif dan efisien. Proses perubahan itu akan


(36)

menjadi efektif dan efisien, apabila guru atau pelatih mengetahui apa yang akan dilakukan oleh siswa atau atlet, seperti yang dikemukakan oleh Weineck (2001:25), berbunyi:

“Agar prosesperubahan itu menjadi efektif maka kita harus mengetahui apa yang harus dilakukan oleh seorang siswa atau atlet yaitu tugas utama dalam belajar gerak adalah menerima dan menginterprestasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang akan dipelajari, kemudian mengolah dan menyusun informasi-informasi tersebut sedemikian rupa, sehingga memungkinkan suatu realisasi gerakan secara optimal.”

Belajar ketrampilan gerak yang akan dibahas adalah belajar keterampilan bermain tenis meja, terutama dalam mempelajari teknik pukulanforehand drive. Untuk mempelajari keterampilan gerak tersebut melalui beberapa fase, seperti yang dikemukakan oleh Fitts dan Dosner (1967) yaitu:

a. Fase Kognitif

Fase Kognitif merupakan tahap awal dalam belajar gerak di dalam fase ini seorang berusaha untuk memahami bentuk gerakan yang dipelajarinya. Di dalam hal ini teknik gerakan pukulanforehand drivetenis meja, maka yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara melakukan teknik gerakan tersebut. Pada fase ini aktivitas berfikir masih sangat menonjol, karena harus berusaha memahami bagaimana bentuk gerakan dan bagaimana harus melakukannya. Oleh sebab itu seseorang harus mampu membayangkan gerakanforehand drivetenis meja, kemudian

mempraktekannya di dalam gerakan. Untuk memindahkan bayangan gerakan ke dalam gerakan yang nyata tidaklah mudah, tetapi dengan dilakukannya pengulangan-pengulangan, maka diharapkan seseorang akan


(37)

mampu melakukan gerakan tersebut sesuai dengan bayangan yang apa adanya.

Belajar pukulanforehand drivetenis meja, perlu diberikan informasi mengenai teknik-teknik pukulan, baik teknik berdiri, cara memegang bat, teknik ayunan, maupun gerakan lanjutan. Setelah itu, diberikan informasi tentang teknik pukulan yang benar sesuai dengan struktur gerak. Jadi pada fase ini seseorang dituntut untuk mengingat, memahami dan mampu mengaplikasikan, serta memahami gerakan pukulanforehand drivetenis meja.

b. Fase Asosiatif

Fase asosiatif merupakan fase ke dua dalam belajar gerak. Pada fase ini diperlukan pengulangan yang banyak, yaitu pengulangan dari bagian-bagian gerakan yang telah dilakukan pada fase kognitif. Jadi fase ini seseorang sudah sampai pada taraf merangkai gerakan secara keseluruhan, hal ini dapat dilakukan apbila bagian-bagian tersebut telah dapat dilakukan atau dikuasai.

Pada fase ini gerakan dilakukan secara berulang-ulang. Penguasaan atas gerakan akan semakin meningkat, peningkatan penguasaan keterampilan gerakan akan tampak dalam hal gerakan semakin lancer, semakin sesuai dengan kemauan atau semakin sesuai dengan bayangan gerakan yang ingin dilakukan, kesalahan gerakan semakin berkurang dan semakin konsisten,


(38)

serta pelaksanaannya semakin baik dan hampir menyerupai gerakan sesungguhnya.

c. Fase Otonom

Fase otonom merupakan fase akhir dalam belajar gerak. Pada fase ini seseorang mencapai tingkat penguasaan gerak yang tertinggi, yaitu seseorang dapat melakukan rangkaian gerakan secara otonom dan secara otomatis. Pada fase ini seseorang telah mampu melakukan aktivitas yang sempurna dan melakukan gerakan dengan baik tanpa memikirkan unsur-unsur bentuk gerakan yang ingin dilakukan itu. Hal ini dapat pula disebut otomatisasi.

Untuk mencapai fase otonom, diperlukan pengulangan gerakan secara teratur dengan jumlah ulangan yang banyak dan dalam jangka waktu relatif lama. Untuk mencapai fase ini kemampuan tiap individu tidak sama, dan untuk mencapai tingkat yang sama, jangka waktu yang

diperlukan berbada-bada. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor bakat dan minat.

Menurut Coker (2004), Untuk membantu dalam memahami keahlian gerak dasar dan melakukan suatu kewajiban beberapa system klasifikasi/

taksonomi harus membuat organisasi keahlian gerak berdasarkan keadaan mereka. Keterampilan gerak kasar dan halus digunakan dalam penyesuaian pendidikan jasmani dan perkembangan gerak, dimana di dalam system klasifikasi ini terdapat perbedaan antara keduanya, yaitu:


(39)

a) Keterampilan Gerak Halus, yaitu keterampilan gerak yang meliputi gerakan normal dan kemudian dsempurnakan dengan menggunakan kekuatan otot yang kecil.

b) Keterampilan Gerak Kasar, yaitu keterampilan gerak yang menekankan pada ketelitian dan tipe gerakan dengan memanfaatkan keluasan anggota badan.

Taksonomi kedua tentang klasifikasi keterampilan di bagi dalam 3 kategori di samping struktur dasar, yaitu:

a) Keluasan Keterampilan, yaitu keterampilan memulai dan mengakhiri suatu nilai.

b) Keterampilan Bersambung, suatu keterampilan gerak yang menyusun angka dalam gerak yang luas di mana penampilan yang utuh sangat penting untuk mencapai hasil.

c) Keterampilan Lanjutan, Suatu keterampilan yang memulai dan

mengakhiri seiap nilai atau menentukan beberapa factor lingkungan dan menyelesaikannya sendiri.

Taksonomi ketiga yaitu dalam memperkirakan lingkungan suatu keterampilan yang berkelanjutan dan dapat merubah tinggi dan rendahnya suatu perkiraan, diantaranya:

a) Keterampilan Tertutup, keterampilan untuk memilih objek untuk melakukan suatu tindakan di dalamnya.

b) Keterampilan Terbuka, Keterampilan gerak di mana penampilan tidak dapat di prediksi selama masih ada perubahan lingkungan.


(40)

F. Tenis Meja

Negara asal tenis meja yang sebenarnya tidak diketahui. Olahraga ini dimulai kira-kira di tahun 1890-an sebagai permainan pendatang. Tenis meja menjadi populer pada tahun 1920-an dan klub-klub bermunculan di seluruh dunia. Nama aslinya adalahpingpong, diambil dari nama merk dagang Parker Brother. Kemudian daripingpongdiubah menjadi tenis meja. Federasi Tenis Meja Internasional (ITTF) didirikan pada tahun 1926.

Tenis meja adalah cabang olahraga yang sangat mengandalkan kemampuan skillyang tinggi dan kondisi tubuh yang prima. Faktor kematanganskill mutlak menentukan dalam permainan tenis meja, hal ini mengingat bentuk lapangan yang relatif kecil, bola yang kecil, pemukul yang kecil. Ciri khas permainan tenis meja yang lain adalah kecepatan. Kecepatan ini tidak hanya pada gerakan-gerakan saja, melainkan hitungannyapun cepat. Dalam satu set permainan dibutuhkan 11 angka yang diperoleh pada setiap bola mati, baik oleh sendiri maupun lawan.

Sifat permainan tenis mejarally pointmemerlukan kematangan teknik dan mental untuk mengambil keputusan yang cepat untuk menyerang dan bertahan.Rally pointyaitu suatu sifat permainan yang apabila bola mati langsung menghasilkan angka. Kecepatan memukul, ketepatan menganalisa pukulan lawan mutlak menentukan. Pengembalian bola yang tepat, setiap jenis pukulan mempunyai efek terhadap bola yang berbada pula. Oleh sebab itu di dalam penelitian ini, penulis akan berusaha membahas masalah pukulan forehand drivetenis meja.


(41)

G. Latihan

Dalam permainan tenis meja, pengembangan kemampuan memukul dapat ditempuh dengan latihan. Latihan yang baik dan sistematis mengarahkan seorang pemain tenis meja menjadi pemain yang mampu menguasai gerakan dan teknik memukul yang baik. Usaha untuk meningkatkan prestasi dari seorang atlet harus diperhatikan kesiapan, ketekunan dan kedisiplinan dalam mengikuti latihan. Perubahan apapun yang ingin dicapai harus dilakukan dengan pendekatan-pendekatan yang berdasarkan pada prinsip belajar dan latihan. Sedangkan kesiapan itu sendiri harus disesuaikan dengan rangsangan.

Sukadiyanto (2005:1) menerangkan bahwa pada prinsipnya latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan kualitas fisik kemampuan fungsional peralatan tubuh dan kualitas psikis anak latih.

Bompa (1994:4) latihan adalah aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi psikologis dan fisiologis manusia untuk mencapai sasaran yang ditentukan.

Harsono (2000:28) mengatakan bahwa: Training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja secara berulang-ulang dengan kian hari menambah jumlah beban latihannya. Latihan itu merupakan suatu kerja secara sadar mempunyai tujuan memperbaiki prestasi. Latihan yang berkesinambungan dapat meningkatkan prestasi itu sendiri. Dijelaskan pula oleh Woeryanto (2003:1) bahwa:


(42)

Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan prestasi olahraga harus ada program pembinaan dan kegiatan yang seksama, teratur, sistematis dan bertahap secara berkesinambungan sepanjang tahun tanpa selingan-selingan sedikitpun, latihan suatu cabang olahraga yang dilakukan secara insidentil adalah bukan suatu program dan tidak ada artinya sama sekali bahkan mungkin dapat merusak atlit dikemudian hari.

Dengan kata lain latihan yang teratur dan sistematis akan dapat memberikan peningkatan kemampuan memukul dan rasa percaya diri.

Dikemukakan oleh Fitts dan Posner (1967) Dalam latihan lama waktu yang diperlukan sesuai dengan tingkat kesulitan keterampilan gerak,jika tingkat kesulitan garakan rendah maka latihan dapat dilakukan selama 2 bulan dengan pengulangan 3kali dalam 1 minggu tetapi jika tingkat kesulitan gerakan tinggi atau gerakan lebih kompleks maka latihan dapat dilakukan selama 3 bulan atau lebih dengan pengulangan 3kali dalam 1 minggu.

Pengulangan bentuk latihan adalah merupakan keadaan yang penting untuk mempelajari teknik dari suatu keterampilan. Dengan pengulangan yang

dilakukan terus menerus akan mengakibatkan peningkatan teknis baik kualitas maupun kuantitas. Pengembangan dari aspek latihan juga harus diikuti

dengan prinsip latihan. Ada beberapa macam prinsip latihan, namun yang paling mendapat perhatian khusus adalah :

a. Hukumoverload(beban lebih) b. Hukumreversibility(kompensasi) c. Hukumspecificity(kekhususan)

pemulihan Bentuk latihan yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa diikuti dengan penambahan beban, tidak akan ada artinya. Dalam arti kata tidak akan ada peningkatan prestasi, tanpa melakukan hukumoverload. Kemudian lebih lanjut Rahantoknam menjelaskan bahwa “overloaddapat dicapai dengan


(43)

peningkatan beban secaraprogresifdengan peningkatan kecepatan penampilan, berat beban, jumlah ulangan, atau kombinasi dari ketiganya. Secarafisiologis, dengan adanya prinsipoverloadini akan mempengaruhi kemampuan otot”. Beban yang ditambahkan pada setiap latihan akan merangsang kerja otot untuk berkembang. Seorang atlet pertama kali melakukan latihan pembebanan tersebut. Responawal yang dirasakan yaitu pelaku akan mengalami kelelahan. Jika pemberian pembebanan dihentikan maka dengan sendirinya tubuh akan melakukan proses berlangsung. Kemudian Harsono (2000:100) lebih lanjut mengatakan bahwa:

Beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah cukup berat dan cukup bengis, serta harus diberikan berulang kali dengan intensitas yang cukup tinggi. Kalau latihan dilakukan sistematis maka diharapkan tubuh atlit dapat menyesuaikan diri semaksimal mungkin kepada latihan berat yang diberikan, serta dapat bertambah terhadap stress-stress yang ditimbulkan oleh latihan berat tersebut, baik stress fisik maupun stress mental.

Setelah tubuh dapat mengadaptasikan proses pembebanan tersebut dan tubuh telah mampu melaksanakan tugas yang lebih berat dan kondisi telah

meningkatkan, kemudian dilanjutkan pada hukumreversibility(kompensasi). Hukum ini bermanfaat bagi pemeliharaan tubuh terhadap pembebasan yang telah dilakukan. Pemeliharaan tersebut akan dapat terjadi apabila seorang pelaku tidak melakukan latihan secara teratur. Dinyatakan oleh Freeman, Joan , dkk (2009) bahwa:

Melalui hukum reversibilitas, efek latihan akan disesuaikan bila latihan berhenti dan tidak dilakukan sesering mungkin atau dengan intensitas rendah manfaatnya akan hilang dengan cepat. Hal ini dapat dicegah dengan melanjutkan terus latihan pada tahap pemeliharaan setelah kondisi yang diinginkan telah tercapai.


(44)

Kemudian setelah latihan itu dijalankan maka latihan ditingkatkan ke arah yang lebih spesifik. Latihan harus dikonsentrasikan untuk pembentukan kemampuan individual atlet. Woeryanto (2003) mengungkapkan bahwa :

Semenjak latihan spesifikasi itu tiap atlet harus mendapat perhatian dari pelatihnya secara individual, berupa :

a. IndividualTraining b. IndividualLoad c. IndividualSpeed d. IndividualStreght, dll.

Setelah latihan dilakukan dengan teratur dengan mengikuti prinsip-prinsip latihan dan dengan pengulangan-pengulangan, pada akhirnya semua gerakan itu menjadi gerakan otomatisasi. Artinya gerakan yang semula sukar untuk dilakukan, akhirnya mudah dilakukan dan otomatis. Gerakan otomatisasi itu terjadi, disebabkan oleh latihan yang dilakukan berulang-ulang, dan

memungkinkan tubuh untuk melakukan adaptasi-adaptasi terhadap gerakan-gerakan yang dilakukan. Harsono (2000:28) mengungkapkan bahwa: dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan maka organisasi-organisasi mekanismeneurophysiologiskita menjadi bertambah baik.

1. Tujuan Latihan

Tujuan dari latihan adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin Harsono (1992:2). Untuk mencapai latihan tersebut, ada empat aspek yang perlu diperhatikan oleh setiap pelatih olahraga yaitu:


(45)

a) Latihan Fisik

Ditujukan untuk mengembagkan dan meningkatkan kondisi fisik atlet yang mencakup : kekuatan otot, kelentukan, kecepatan, koordinasi dan lain-lain

b) Latihan Teknik

Ditujukan untuk mempelajari atau memahirkan teknik seperti latihan menggiring bola dalam permainan sepak bola.

c) Latihan Taktik

Ditujukan untuk menumbuhkan perkembangan daya tafsir atlet tentang pola-pola permainan.

d) Latihan Metal

Mental adalah hal yang menyangkut batin dan watak manusia. Di dalam latihan mental lebih menekankan pada perkembangan menjadi dewasa atau kematangan atlet dan perkembangan emosionalimplusif(bersifat cepat dan dan bertindak secara tiba-tiba menurut garak hati), seperti percaya diri,sportifitas,dan semangat bertanding.

2. Prinsip-Prinsip Latihan

a) Prinsip Beban Berlebih (Over load)

Dalam latihan selalu meningkatkan suatu afek latihan yang baik. Untuk mendapatkan efek latihan yang baik, maka organ tubuh harus diberikan beban berlebih dari beban yang biasa diterima dalam aktivitas sehari-hari.


(46)

Agar prinsip beban berlebih (over load) memiliki efek, haruslah mengikuti prinsip beban bertambah. Prinsip over load secaraprogresif berarti beban dalam latihan mendekati maksimal dan secara terus menerus meningkat, sebagai akibatnya kapasitas seseorang semakin meningkat pula. Peningkatan dapat dilakukan dengan cara:

meningkatkan beban,set, repetisi, frekuensimaupun lamanya latihan. c) PrinsipInterval

Dikatakan bahwa,intervaladalah istirahat, jeda waktu diantara babak satu dan dua, yang lamanya tergantung pada peraturan permainan itu sendiri. Dikatakan pulaintervaladalah jarak antara dua nilai yang diketahui antara dua macam bentuk latihan yang dilakukan. d) Prinsip Individu

Dalam melakukan latihan yang efektif maka harus mengetahui tingkatan masing-masing individu agar dapat dilatih secara sistematis dan metodis untuk mencapai prestasi. Latihan adalah masalah

individual, faktor-faktor seperti umur, pekerjaan, beban studi, keadaan tubuh, waktu yang tersedia untuk tidur dan istirahat merupakan

pertimbangan dalam menyusun program latihan untuk setiap orang. (Abdullah, 1994: 141).

e) Prinsip Kekhususan

Dalam beberapa hal, latihan berbeban hendaknya bersifat khusus. Setiap cabang olahraga atau bagian dari cabang memerlukan persiapan-persiapan khusus dan khas dalam menyusun program latihan. Beban latihan harus mengikuti azasfrekuensidanintensitas. Beban harus berat


(47)

dan frekuensi ditentukan sehingga tubuh dapat menyesuaikan sampai batas maksimalnya dalam satu aktivitas tertentu (Abdullah, 1994:143). f) Prinsip Beban Sepanjang Tahun Tanpa Selingan

Mengingat penyesuaian kualitas gerak terhadap beban itu bersifat lebih dan sementara. Maka untuk mencapai prestasi maksimal merupakan suatu keharusan bahwa beban latihan diberikan sepanjang tahun secara teratur dan berkelanjutan. Atlet yang telah mempunyai prestasi tinggi hendaknya menyesuaikan beban latihannya agar prestasinya tidak menurun lagi, sehingga dapat mempertahankan prestasi yang telah dicapai.

g) Prinsip Beban Gawat atau Prinsip Stres

Beban latihan harus dapat menimbulkan kelelahan lokal maupun kelelahan total dari jasmani seseorang. Kelelahan lokal itu disebabkan oleh beban yang diberikan dengan waktu tetap dan intensitas maksimal yang mengakibatkan kelelahan sistem fungsi otot. Sedangkan kelelahan total disebabkan oleh beban latihan yang diberikan dengan volume yang besar dan intensitas yang tinggi. Beban gawat diberikan untuk

meningkatkan peredaran darah dan pernapasan yang diperlukan organ-organ tubuh seseorang dalam meningkatkan prestasi olahraga.

h) PrinsipEdukatif

Prinsipedukatifdalam latihan menyangkut perubahan sikap yang ditimbulkan sebagai akibat latihan. Perubahan sikap tercermin dalam kemampuan diri meraih prestasi yang dicapai secara optimal sehingga


(48)

kemampuan itu memberikan dampak yang positif terhadap diri atlet dan orang lain untuk mentaati aturan-aturan yang berlaku.

i) PrinsipNutrisi

Prinsip makanan sangat penting bagi tubuh seseorang untuk meningkatkan prestasi serta kondisi fisik agar tetap prima.

Keseimbangan kebutuhan zat makanan dengan pengeluaran tenaga, akan dapat mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan dan menurunnya kemampuan fisik dan psikis akibat kelebihan latihan.

j) PrinsipPsikologis

Prinsip ini bertujuan untuk menanamkan kepercayaan kepada diri agar terkontrol dan tergugah secara emosional yang stabil dinamis dan mantap baik secaraedukatifmaupun kemandirian di lapangan. Prinsip ini merupakan faktor penting dalam prolehan prestasi yang optimal. k) Prinsip Biologis

Dalam prinsip biologis berhubungan erat dengan perkembangan fungsi-fungsi pernapasan, sistim peredaran darah dan organ-organ lainnya. Jantung mengembang dan aliran darah menjadi lancar disebabkan adanya pemberian zat asam ( oksigen ) yang lebih banyak ke dalam otot-otot, mengurangi juga kelelahan dan memperpanjang ketahanan tubuh dengan kata lain menambah daya tahan hasil terhadap kelancaran organ-organ tubuh, terutama pada otot-otot akan mengikat kekuatan, daya gerak dan ketahanannya.


(49)

Prinsip biomekanis meliputi bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dari latihan untuk melakukan kerja fisik tanpa kelelahan yang berlebihan, kemampuan ini akan ditunjang oleh faktor-faktor fisik antara lain ketahanan jantung dan paru-paru, kekuatan otot, keseimbangan dan sebagainya .

3. Dampak Latihan

Dampak latihan berpengaruh dan mengubah kebanyakan reponses fisiologismanusia tergantung pada kapasitas latihan dan lamanya latihan yang dilakukan. Berikut daftar perubahan yang dihasilkan dari latihan ( Abdullah,1987:23)

a). Penambahan kekuatan otot dan perbaikan koordinasineuromuscular. b). Efisiensi mekanis lebih besar dengan ukuran konsumsi oksigen lebih

rendah untuk sejumlah pekerjaan. c). Konsumsi oksigen maksimum terbesar.

d). Volume denyut jantung maksimum yang lebih besar, dengan penambahan yang lebih sedikit frekuensinya dan tekanan darah maksimal.

Latihan yang dilakukan secara baik dan benar serta dilakukan dengan rasa tanggung jawab dan disiplin maka latihan itu tidak hanya akan berdampak pada faktorfisiolagissaja. Melainkan banyak aspek yang terkandung dalam latihan itu sendiri khususnya latihan pada olahraga. Latihan bias mengembangkan kepribadian yaitu dengan jalan menghubungkan secara erat dengan aspek pendidikan yang bersifatedukatif. Dimana jika dalam


(50)

latihan anak ditanamkan moral dan sikap kepada anak didik dikembangkan sekaligus secara sungguh-sungguh serta sistematis maka akan muncul pengembangan intelek anak didik dan kerja praktis dengan sendirinya ( Abdullah, 1987:24)

H. Metode Latihan Bagian

Metode latihan bagian disebut juga metode elementer. Metode ini cara penyampainnya secara bertahap yaitu dengan jalan membagi-bagikan materi pelajaran menjadi bagian yang lebih kecil atau sederhana. Metode ini

dipergunakan untuk mempelajarai materi pelajaran yang luas dan kompleks agar dapat dibagi-bagi menjadi beberapa unit, supaya dapat mempermudah mempelajarinya. Menurut pendapat Skinner (Winaputra, 2001:30) metode bagian yaitu :“Kecakapan yang kompleks dapat dipelajari secara efektif dan bila hal yang kompleks tersebut diuraikan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan sederhana”. Metode bagian menurut Hutabarat ( 2005: 32), yaitu :

“Bila kita belajar sesuatu, maka kita pelajari dahulu bagian pertama sampai kita kuasai, kemudian kita beralih mempelajari bagian kedua, sesudah bagian kedua ini kita pelajarai dan kuasai, kita beralih lagi ke bagian ketiga dan setelah itu dikuasai kita pindah ke bagian berikutnya. Demikianlah seterusnya sampai semua pelajaran itu kita pelajari dan kuasai.”

Setelah melihat dari pendapat-pendapat di atas, metode bagian dilaksanakan secara bertahap dengan membagi sesuatu yang kompleks menjadi beberapa bagian yang kecil agar kita dapat mempelajarinya secara benar. Melalui metode bagian ini diharapkan individu yang belajar dapat menguasai metode yang cukup efisien untuk dilaksanakan, sebab metode ini dapat membantu atlet dan pelatih untuk mengetahui sejauh mana penguasaan atlet terhadap


(51)

suatu materi yang diberikan. Dengan metode ini, atlet harus menguasai terlebih dahulu suatu bagian, barulah ditambah dengan bagian lainnya, sehingga dapat diketahui bagian-bagian yang telah dikuasai maupun yang belum dikuasai oleh seorang atlet, oleh sebab itu pelatih lebih mudah untuk mencari di bagian mana kekurangan seorang atlet, dan lebih mudah untuk memperbaikinya.

Gambar 1. Metode Latihan Bagian

Metode bagian dapat pula digunakan dalam keterampilan gerak yaitu permainan tenis meja terhadap beberapa materi, diantaranya materi pukulan forehand drive. Pada teknik awal pukulforehand, terdapat tiga tahap gerakan, yaitu: sikap awal (cara berdiri), cara memukul, kemudian gerakan lanjutan (follow through),pertama-tama kita mempelajari sikap awal, kemudian setelah dikuasai barulah kita pelajari tahap yang kedua yaitu cara memukul, yang telah masuk ke gerakan-gerakan lanjutan. Setelah masing-masing tahap dikuasai dengan baik, kemudian ketiga tahap tersebut digabungkan secara keseluruhan. Jadi dengan kata lain metode bagian adalah suatu cara belajar


(52)

yang beranjak dari suatu bagian ke yang menyeluruh atau dari yang khusus ke yang umum.

Untuk melatih keterampilan gerak diperlukan pengulangan dan pembagian materi menjadi beberapa bagian seperti yang dikemukakan oleh Woeryanto (2003: 2) yaitu :“Melatih keterampilan(skill)dan teknik harus dilakukan dengan cara bagian perbagian(part by part)kemudian dikoreksi dengan ulangan-ulangan yang cukup banyak pada bagian itu.”Selain itu metode bagian membutuhkan waktu yang lebih singkat dari metode lain dalam mempelajari suatu materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat B. E. Rahantoknam sebagai berikut: Bila kita membagi suatu tugas menjadi bagian, maka kita telah mendistribusikan session latihan. Berlatih bagian-bagian merupakan suatu unit latihan yang lebih singkat dari berlatih keseluruhan.


(53)

Pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa metode bagian merupakan metode yang baik untuk diterapkan di dalam mempelajari keterampilan gerak dari yang mudah ke yang sukar.

I. Metode Latihan Keseluruhan

Metode keseluruhan disebut juga metode global dan merupakan kebalikan dari metode bagian. Metode keseluruhan merupakan suatu metode latihan yang mana cara penyampaiannya diberikan secara keseluruhan. Metode keseluruhan menurut Supandi dan Lauren Seba (2003:14), yaitu :“Belajar secara global adalah proses dalam situasi yang mendorong untuk mempelajari blok materi pelajaran secara total dan serentak.”Pada metode ini, diharapkan atlet dapat mempelajari materi yang diberikan oleh pelatih secara

keseluruhan. Proses latihan di awali dengan penanaman konsep secara keseluruhan, sampai konsep tersebut dipahami benar barulah dialihkan ke dalam bagian yang lebih sederhana.


(54)

Metode keseluruhan, didukung oleh aliran psykologi Gestal. Gestal berpendapat bahwa belajar mengandung komponen yang jauh lebih kompleks, dan menolak adanya pengotakan unsur gerakan manusia, sebab manusia merupakan sesuatu unsur yang utuh yang tidak dapat dikotak-kotakan atau dipisah-pisahkan. Menurut Gestal, keseluruhan yang menentukan tingkah laku bagian-bagian, kita memahami sesuatu sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan dan bukan sebagai bagian-bagian.

Teori Gestal ini merupakan dasar dari pengajaran yang bersifat keseluruhan yaitu hal yang utuh akan berkembang sebagai hal yang utuh pula, dan hal yang utuh adalah penting dari pada jumlah dari bagian-bagian. Metode keseluruhan, dapat dipakai untuk mempelajari suatu keterampilan gerak, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyanto (2003:3), yaitu:“Metode praktik keseluruhan adalah cara pendekatan dalam mengajar dimana untuk

menguasai suatu rangkaian gerak, kepada atlet diajarkan semua unsur rangkaian gerak secara keseluruhan sekaligus dan dipraktikan secara keseluruhan sekaligus.”


(55)

Menurut pendapat di atas suatu materi pelajaran itu diberikan sekaligus kepada siswa, sampai siswa mengerti benar materi yang diberikan contoh gerakan dan siswa melakukan gerakan tersebut secara berulang-ulang sampai materi tersebut dapat dikuasai secara keseluruhan.

Gambar 5. Metode Latihan Keseluruhan

J. PukulanForehand Drive

Pukulanforehanddilakukan jika bola berada disebelah kanan tubuh Adi, Sapto dan Mu’arifin,(1994:16). Cara melakukan pukulan ini adalah dengan merendahkan posisi tubuh, Lalu gerakkan tangan yang memegang bad kearah pinggang (bila tidak kidal gerakan kearah kanan), siku membentuk sudut kira-kira 90 derajat. Sekarang tinggal menggerakkan tangan kedapan tanpa merubah siku.

1. Cara Memegang Bad(Shakehand Grip)

Dalam permainan tenis meja dipengaruhi oleh teknik memegang bad, oleh karena itu pemain harus menguasai teknik dasar memegang bad.


(56)

Terdapat beberapa variasi dalam memegang bad yaitushakehand grip, penhold grip, seemiller grip.Namun yang mudah diterapkan oleh siswa ialah memegang dengan carashakehand grip.Shakehand grip adalah cara memegang bad yang sering digunakan oleh banyak pemain, karena sangat efektif dalam bermain bertahan dan menyerang. Denganshakehand grip ini pemain dapat dengan mudah memukul dengan kuat ke semua sudut meja.

Gambar 6. Cara Memegang badshakehand grip

2. Cara pukulanForehand Drive

Menurut (Muhtar, Tatang dan Sulistyo, Wahyu 2007) untuk melakukan pukulanforehand drivesebagai berikut :

a) bahu kiri diputar lebih dekat dengan net, sudut terbuka, tinggi bad hampir sejajar dengan bahu.

b) Kaki kiri di depan dan berat badan diletakkan pada tumpuan kaki kanan.


(57)

c) Saat perkenaan perkenaan terjadi pada saat pantulan bola tertinggi dengan sudut bad tetap terbuka.

d) Pada saat perkenaan terjadi, bahu kanan diturunkan bersamaan dengan berpindahnya berat kaki ke depan.

e) Sikap akhir gerak lanjutan dari lengan kanan sampai hampir lurus dan bahu kanan berada pada posisi rendah. Berat badan telah benar-benar dipindahkan kaki ke depan.

Gambar 7. Cara melakukan pukulanforehand drive

K. Ekstrakurikuler

Kegiatanekstrakurikulermerupakan kegiatan pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan programkokurikulerdanintrakurikuler. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui bimbingan dan pelatihan guru, kegiatanekstrakurikuler dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa.


(58)

sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini dapat dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap atau nilai-nilai.

Pengertianekstrakurikulermenurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:291) yaitu:”suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa”. Kegiatan ekstrakurikulersendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib. Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan pada siswa, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka. Menurut Lutan, R (1986:72) ekstrakurikuler adalah:

“Programekstrakurikulermerupakan bagian internal dari proses belajar yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan anak didik. Antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan pelengkap atau penguat kegiatan intrakurikuler untuk menyalurkan bakat atau pendorong perkembangan potensi anak didik mencapai tarap maksimum.”

Dengan melihat tujuan di atas, dapat dikemukakan bahwa kegiatan ekstrakurikulermerupakan kegiatan yang menekankan kepada kebutuhan siswa agar menambah wawasan, sikap dan keterampilan siswa baik diluar jam pelajaran.

L. Kerangka Pikir

Mempelajari pukulanforehand drive, dengan metode bagian berarti mempelajari gerakan pukulan secara bertahap, yaitu membagi gerakan menjadi beberapa unsur gerakan yang lebih sederhana sampai ke gerakan yang lebih sulit, sehingga masing-masing bagian gerakan dapat dikuasai.


(59)

Setelah itu barulah menggabungkan unsur-unsur gerakan menjadi pukulan yang sebenarnya. Tujuan dari metode bagian ini adalah mendapatkan kesempurnaan gerakan dari masing-masing unsur gerakan pukulan melalui pengulangan dan koreksi yang cukup, sehingga menjadi gerakan pukulan yang sempurna.

Dengan metode bagian diharapkan materi yang diberikan akan lebih mudah diterima oleh para siswa, demikian pula koreksi yang dilakukan secara bertahap akan lebih mudah diperbaiki oleh siswa sebab belum menjadi suatu kebiasaan. Untuk mempelajari suatu keterampilan yang kompleks sebaiknya dibagi menjadi bagian-bagian yang kecil agar mudah dikuasai, begitu juga halnya dengan mempelajari keterampilan pukulanforehand drivetenis meja.

Mempelajari keterampilan pukulan forehand dengan metode keseluruhan tidak membagi-bagi ke dalam unsur-unsur gerakan. Hal ini perlu ditanamkan pada diri anak, yaitu belajar berpikir bagaimana keterampilan gerak pukulan itu sendiri. Pada metode keseluruhan, perlu dimasukkan unsur bagian yang dianggap perlu untuk memberikan penguatan. Hal ini tentunya penguatan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain berbada, karena kesalahan masing-masing individu tidaklah sama berdasarkan konsep berpikir siswa masing-masing tentang pukulan forehand berbada.

Dari permasalahan di atas penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang metode mana yang lebih efektif digunakan dalam belajar keterampilan pukulanforehand drivepada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo


(60)

Tabel 1. Perbedaan metode latihan bagian dengan metode latihan keseluruhan.

Metode latihan bagian Metode latihan keseluruhan - Mempelajari gerakan pukulan

secara bertahap.

- Membagi unsur-unsur gerakan dari yang sederhana menjadi lebih sulit.

- Mendapatkan kesempurnaan gerakan dengan melalui pengulangan karena gerakan diberikan secara bertahap dan anak tidak mengembangkan diri secara mandiri.

- Lebih mudah untuk diperbaiki kesalahan siswa sebab belum menjadi suatu kebiasaan.

- Materi yang diberikan akan lebih mudah diterima karena bagian yang kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.

- Mempelajari gerakan pukulan tidak secara bertahap.

- Unsur-unsur gerakan

merupakan satu kesatuan dan hanya diperbaiki pada bagian yang sulit.

- Anak melakukan gerakan berdasarkan konsep yang ada, dan mengembangkan sendiri secara mandiri

- Susah untuk memperbaiki kesalahan siswa karena sudah menjadi suatu kebiasaan - Materi yang diberikan akan

lebih susah diterima karena anak mengembangkan diri berdasarkan konsep berfikir masing-masing.

Berdasarkan uraian tabel tersebut di atas perbadaan metode latihan bagian dengan metode latihan keseluruhan, bahwa metode latihan bagian lebih baik hasilnya, bila diterapkan dalam melatih pukulanforehand drivetenis meja. Metode bagian, merupakan materi latihan diberikan secara bertahap dan dilakukan koreksi yang cukup sehingga untuk memperbaiki kesalahan siswa lebih mudah. Sedangkan metode keseluruhan lebih sukar untuk diterapkan karena mempelajari pukulan tidak secara bertahap dan anak mengembangkan


(61)

sendiri secara mandiri, apabila ada suatu kesalahan akan sulit dirubah karena sudah menjadi suatu kebiasaan.

M. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan metode latihan bagian terhadap pukulanforehand drivetenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo.

H1: Seberapa besar pengaruh metode latihan bagian terhadap pukulan forehand drivetenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo.

H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan metode latihan keseluruhan terhadap pukulanforehand drivetenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo.

H2: Seberapa besar pengaruh metode latihan keseluruhan terhadap pukulan forehand drivetenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo.

H0 : Tidak ada perbadaan yang signifikan antara metode bagian dengan metode keseluruhan terhadap pukulanforehand drivetenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo.


(62)

H3 : Ada perbadaan yang signifikan antara metode bagian dengan metode keseluruhan terhadap pukulanforehand drivetenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo.

Dalam penelitian ini hasil hipotesis yang diharapkan tercapai adalah:

”Adaperbadaan yang signifikan antara metode latihan bagian dengan metode latihan keseluruhan terhadap pukulanforehand drivetenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo”.


(63)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya, sedangkan instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah, dan hasilnya lebih baik,dalam arti lebih cermat,lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto(2010: 203).

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang validdengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah (Sugiyono, 2009:2).

Jadi dapat disimpulakan metode penelitian adalah cara atau teknik yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi yang akan diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen komparatif, dikarenankan dalam kedua kelompok ini tidak ada kelompok kontrol. Karena metode komparatif akan menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda, orang, prosedur kerja, ide, kritik


(64)

terhadap seseorang, kelompok terhadap suatu ide atau prosedur kerja. Penelitian komparatif bersifat membandingkan beberapa variabel pada sampel yang berbeda dan dengan waktu yang berbeda (Arikunto, 2006:236).

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang akan menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2008:96). Dalam penelitian ini, variabel

penelitiannya menjadi dua, yaitu:

1. Variabel bebas adalah variabel yang nilai-nilainya tidak terkandung pada variabel lainnya yang berguna untuk meramalkan dan menerangkan nilai variabel yang disimbolkan dengan (X) adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

X1 : Metode bagian. X2 : Metode keseluruhan

2. Variabel terikat adalah variabel yang nilai-nilainya bergantung pada variabel lainnya dan merupakan variabel yang diterangkan nilainya dilambangkan dengan (Y) adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah: Keterampilan bermain tenis meja pukulanforehand

C. Definisi Operasional Variabel

1. Yang dimaksud dengan metode bagian dalam penelitian ini adalah mempelajari dahulu bagian pertama sampai kita kuasai kemudian kita beralih mempelajari bagian kedua, sesudah bagian kedua ini kita kuasai,


(65)

kita beralih lagi kebagian berikutnya demikianlah seterusnya sampai semua pelajaran itu kita pelajari dan kuasai.

2. Yang dimaksud dengan metode latihan keseluruhan adalah melatih atau mengajar dimana untuk menguasai suatu rangkaian gerak kepada atlit atau siswa diajarkan semua unsur rangkaian gerak secara keseluruhan sekaligus dan dipraktikan secara keseluruhan sekaligus.

3. Yang dimaksud dengan keterampilan bermain tenismeja dalam penelitian ini adalah diukur dengan menggunakan “backboard tes” yang diciptakan oleh Mott dan Lockhart.test ini dapat penulis percayai karena telah memiliki validitas dan reabilitas yang tinggi yaitu validitas 0,84 dan reliabilitas 0,90.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang mempunyai sifat-sifat umum. Menurut Arikunto (2010:123),

populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi

populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain (Sugiyono, 2001: 55).


(66)

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra SMP N 3 Trimurjo,yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tenis meja yang berjumlah 20 orang. Keseluruhan populasi dalam penelitian ini memiliki beberapa kesamaan antara lain

a. Sama-sama mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMP N 3 Trimurjo b. Mendapat porsi latihan yang sama

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2001: 56).Sampel adalah sebagian atau wakil dari pupulasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131).

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian atau perwakilan dari populasi yang akan diteliti dan diambil datanya. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan tekniktotal samplingatau mengambil seluruh jumlah populasi yaitu 20 siswa sebagai sampelnya. Yaitu dengan masing-masing kelompok terdiri dari 10 siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tenis meja di SMP Negeri 3 Trimurjo.


(67)

E. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah gambaran dari seluruh pemikiran dan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian. Adapun bentuk desain dalam penelitian ini sebagai berikut:

K1 MB T2

P T1 OP

P S T1 OR K2 MK T2

Keterangan: P : Populasi T1 : Tes awal OP : Ordinal pairing

K1 : Kelompok yang diberi latihan metode bagian K2 : Kelompok yang diberi latihan metode keseluruhan MB : Metode bagian

MK : Metode keseluruhan T2 : Tes akhir

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data dilaksanakan dengan tes dan pengukuran. Tes, Pengkuran dan Evaluasi merupakan tiga istilah yang berbeda namun saling berhubungan. Banyak orang yang tidak mengetahui secara jelas perbedaan dan hubungan diantara ketiganya, sehingga istilah tersebut sering tidak tepat penggunaannya. Tes adalah instrumen atau alat yang digunakan untuk

memperoleh informasi tentang individu atau objek. Pengukuran adalah proses pengumpulan data atau informasi yang objektif . Melalui kegiatan pengukuran segala program yang menyangkut perkembangan dalam bidang apa saja dapat


(68)

dikontrol dan dievaluasi. Sedangkan evaluasi adalah proses penentuan harga atau nilai dari data yang terkumpul ( Ismaryati, 2011:1).

Pada penelitian ini menggunakantest backboard, tes dilakukan sebelum latihan, dan untuk menentukan pembagian kelompok yang diberikan metode latihan bagian, dan yang diberi metode keseluruhan denganordinal pairing.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah (Arikunto, 2002 : 136). Tujuan test ini adalah untuk mengukur kemampuan menggiring bola anak didik sebelum dan setelah menggunakan metode latihan bagian dan metode latihan keseluruhan.

Untuk memperoleh data mengenai kemampuanforehand drivedalam tenis meja diukur denganBackboard Test(Collin,1978: 407-409) dengan ralibilitas tes 0,90 dan validitas 0,84. Hasil yang dicatat adalah jumlah skor yang

diperoleh selama memantulkan bola selam 30 detik dengan stopwatch (sudah dikalibrasi).


(69)

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Meja tenis meja sebanyak 2 buah

b. Bola sebanyak 30 buah c. Stop watch 2 buah d. Bet tenis meja 30 buah e. Alat-alat tulis

f. Lembar hasil tes

H. Prosedur Pelaksanaan Tes

Sampel berdiri dibelakang meja dengan memegang bet dan bola. Pada aba-aba “ya” sampel melakukan servis dilanjutkan kearah meja yang vertikal dengan forehand selama 30 detik. Bila sampel tidak bisa menguasai bola dapat mengambil bola yang tersedia. Waktu pelaksanaan tes ini tiga kali dengan interval 10 detik hasil yang tertinggi dijadikan data. (Nurhasan, 1986:113) mengutarakan Kriteria klasifikasi kecakapan bermain tenis meja adalah: Tabel 2. Penilaian Mutu Kecakapan Bermain Tenis Meja

Score Klasifikasi 53 ke atas Baik 44 - 52 Cukup 26 - 43 Sedang 17 - 25 Kurang 16 ke

bawah

Kurang Sekali

I. Teknik Pengolahan Data

Sebelum data di analisis maka data tersebut diolah terlebih dahulu melalui tahap pengukuran yang baik. Suatu alat ukur yang baik adalah yang memiliki validitas dan reliabilitas.


(70)

1. Uji Validitas

Validitas tes adalah suatu alat ukur dikatakan valid apabila dapat mngukur apa yang seharusnya diukur. Jadi alat ukur tersebut mengandung

penyesuaian dengan tujuan pengukuran. Validitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah validitas tes.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas tes adalah suatu tes dikatakan reliabel apabila tes itu berulang-ulang memberikan hasil yang sama.

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan dianalisis menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan, menggambarkan, dan menafsirkan hasil penelitian dengan menggunakan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti yaitu perbandingan metode latihan bagian dengan metode latihan keseluruhan terhadap keterampilan belajar pukulan forehand drive tenis meja. Sedangkan analisis kuantitaif dipergunakan untuk menggambarkan angka (persentase) secara kuantitatif atau jumlah.

Teknik analisis data selain uji-t penulis akan menggunakan rata-rata, varians dan standar deviasi. Tujuan atau kegunaannya adalah untuk melihat seberapa jauh hasil perlakuan yang mampu melampaui diatas rata-rata dan dibawah rata-rata dalam persentase.


(71)

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas ini adalah menggunakan uji liliefors. Langkah pengujiannya mengikuti prosedur Sudjana (2005:466), yaitu: a. Pengamatanx1,x2,...,xndijadikan bilangan bakuZ1,Z2,...,Zndengan

menggunakan rumus:

= SD : Simpangan baku

Z : Skor baku X : Row skor

: Rata-rata

b. Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku. Kemudian di hitung peluang ( ) = ( )

c. Selanjutnya di hitungZ1,Z2,...,Znyang lebih kecil atau sama denganZi kalau proporsi ini dinyatakan denganS(Zi) maka:

( ) = , , ,

d. Hitung selisih ( ) ( )kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga paling besar di antara harga mutlaknya. Sebutlah harga

terbesar ini denganL0. setelah hargaL0, nilai hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai kritisL0untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 0,05. Bila hargaL0lebih kecil (<) dari Ltabelmaka data


(72)

yang akan di olah tersebut berdistribusi normal sedangkan bilaL0lebih besar (>) dari Ltabelmaka data tersebut tidak berdistribusi normal. L0<Ltabel: normal

L0<Ltabel: = normal

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua kelompok sampel memiliki varian yang homogen atau tidak. Menurut Sudjana (2005:250) untuk pengujian homogenitas digunakan rumus sebagai berikut:

=

Membandingkan nilai Fhitungdengan Ftabeldengan rumus: Dk pembilang : n-1 (untuk varians terbesar)

Dk penyebut : n-1 (untuk varians terkecil) Taraf signifikan (0,05) maka dicari pada tabel F Didapat dari tabel F

Dengan kriteria pengujian

Jika : Fhitung> Ftabeltidak homogen

Fhitung< Ftabelberarti homogen (bisa dilanjutkan)

Pengujianhomogenitas ini bila Fhitunglebih kecil (<) dari Ftabelmaka data tersebut mempunyai varians yang homogen. Tapi sebaliknya bila Fhitung lebih besar (>) dari Ftabelmaka kedua kelompok mempunyai varians yang berbeda.


(73)

3. Uji t-tes

Berdasarkan kenormalan atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antar kedua kelompok sampel maka analisis yang digunakan dapat dikemukakan beberapa alternatif :

a. Data berdistribusi normal dan kedua kelompok mempunyai varians yang homogen( = ) maka uji t-tes yang dipergunakan untuk menguji hipotesis penelitian seperti yang dikemukakan oleh (Sudjana 2005) sebagai berikut:

= ( )

= ( 1) + ( 1)

+ 2

Keterangan:

: Rerata kelompok eksperimen A : Rerata kelompok

: Simpangan baku kelompok eksperimen A : Simpangan baku kelompok

: Jumlah sampel kelompok eksperimen A : Jumlah sampel kelompok eksperimen B

b. Salah satu data berdistribusi normal dan data yang lain tidak berdistribusi normal( )kedua kelompok sampel yang mempunyai varians yang homogen atau tidak homogen maka rumus yang digunakan menurut Sudjana (2005:241)


(74)

= ( ) +

Keterangan:

: Rerata kelompok eksperimen A : Rerata kelompok

: Simpangan baku kelompok eksperimen A : Simpangan baku kelompok

: Jumlah sampel kelompok eksperimen A : Jumlah sampel kelompok eksperimen B

c. Bila kedua data berdistribusi tidak normal, kedua kelompok sampel homogen atau tidak, maka rumus yang digunakan seperti yang dikemukakan Sanafiah Faisal (1982:371) adalah:

=

( )

= ( + + 1)

2

Pengujian taraf signifikan perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah bila Zhitung< Ztabelberarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebaliknya bila Zhitung> Ztabelberarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


(75)

4. Analisis Uji Pengaruh

Berdasarkan kenormalan atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antara kedua kelompok, maka analisis yang digunakan dapat dikemukakan berdasarkan alternatif. Menurut Sudjana, (2005 : 242) untuk menguji pengaruh penggunaan model latihan small sided games dan team game tournament dan terhadap terhadap keterampilan dasar menggiring bola dalam permainan sepakbola adalah sebagai berikut :

t

hitung

=

Keterangan :

= Rata-rata selisih antara post test dan pretest

= simpangan baku selisih antara post test dan pretest = jumlah kelompok keterampilan menggiring bola


(76)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh yang signifikan keterampilan pukulanforehand drivetenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo melalui metode bagian.

2. Ada pengaruh yang signifikan keterampilan pukulanforehand drivetenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo melalui metode keseluruhan.

3. Ada perbedaan yang signifikan antara metode latihan bagian dengan metode latihan keseluruhan terhadap pukulanforehand drivetenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo, yang mana metode bagian lebih baik dari pada metode keseluruhan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan, adapun saran yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut:


(1)

varians antara kedua kelompok, maka analisis yang digunakan dapat dikemukakan berdasarkan alternatif. Menurut Sudjana, (2005 : 242) untuk menguji pengaruh penggunaan model latihan small sided games dan team game tournament dan terhadap terhadap keterampilan dasar menggiring bola dalam permainan sepakbola adalah sebagai berikut :

t

hitung

=

Keterangan :

= Rata-rata selisih antara post test dan pretest

= simpangan baku selisih antara post test dan pretest = jumlah kelompok keterampilan menggiring bola


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh yang signifikan keterampilan pukulanforehand drivetenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo melalui metode bagian.

2. Ada pengaruh yang signifikan keterampilan pukulanforehand drivetenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo melalui metode keseluruhan.

3. Ada perbedaan yang signifikan antara metode latihan bagian dengan metode latihan keseluruhan terhadap pukulanforehand drivetenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo, yang mana metode bagian lebih baik dari pada metode keseluruhan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan, adapun saran yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut:


(3)

penyempurnaan misalnya, jumlah sampel penelitian yang lebih besar, waktu penelitian yang lebih lama, dan menambah variabel bebas sebagai pembanding.

2. Kepada para mahasiswa diharapkan mencoba model-model latihan untuk meningkatkan keterampilan pukulanforehand drivetenis meja.

3. Kepada para guru dapat menggunakan metode bagian dengan metode keseluruhan untuk meningkatkan keterampilan pukulanforehand drive tenis meja siswa/ atlet.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma. 1987.Olahraga Untuk Perguruan Tinggi.Yogyakarta : Sastra Budaya

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994.Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Adi, Sapto dan Mu'arifin. (1994).Teknik Dasar Bermain Tenis Meja.Malang: FIP. Universitas Negeri Malang.

Anni, Chatarina, Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang : Unnes Press Arikunto, Suharsimi. 2002.Prosedur Penelitian.Jakarta. Rineka cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2008.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Aneka Cipta. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bompa, Tudor. O. (1994). Power Training For Sport. Canada, Mocaic Press. Cheryl A. Coker,Motor Learning and Control for Practitioners(New York:

McGraw Hill Companies, Inc, 2004)

Collins, D Ray and Hodges, B Patrick (1978). A Comprehasive Guide to Sports Skills Tests and Measurement. U.S.A: Charles C Thomas

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Fitts, PM dan Posner, MI. 1967.Sport Center. Oxford. Inggris: Brooks and Cole Fitts & Posner .1967.Physical Education For atletik. Jerman A And M University


(5)

Harsono. 2000.Prinsipprinsip Training dan Coaching, Bandung : Sekolah Tinggi Olahraga. Bandung.

Hutabarat, E.P. 2005.Cara Belajar. Gunung Mulya. Jakarta.

Harrow, A.J. 1977.A Taxonomy of The Psychomotor Domain. Handbook III : Psychomotor Domain.New York: David McKay Company.

Ismail, Andang. 2009Education Games, Menjadi Cerdas dan Ceria Dengan Permainan Edukatif.Yogyakarta : Pilar Media

Ismaryati. 2011. Tes Dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Freeman, Joan dkk. 2009.Media permainan. Bandung : Adikusuma

Freeman, Joan & Munandar, Utami. (1996).Cerdas dan Cemerlang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Lutan, R (1986).Pengelolaan Interaksi belajar mengajar intrakurikuler, ko kurikuler dan ekstrakurikuler. Jakarta Universitas Terbuka

Neilson, N.P. 1978.Concepts and Objectives In The Movement Arts and Sciences. New York: Vantage Press, Inc.

Nurhasan, (1986), Tes Dan Pengukuran, Semarang : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka

Sugiyono. 2001.Statistika untuk Penelitain.Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta: Bandung

Sudjana. 2005.

Metoda Statistika.

Bandung: Transito

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005.

Landasan Psikologi Proses Pendidikan

.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sukadiyanto. (2005). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: FIK Uiversitas Negeri Yogyakarta.


(6)

Muhtar, Tatang & Sulistyo, Wahyu. 2007.Tenis Meja Pilihan (Mata Kuliah Pilihan I). Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka

Tudor O. Bompa, Terjemahan Wahono.1991.Teori dan Metodologi Latihan. Program Studi Ilmu Kesehatan Olahraga Fakultas Pasca Sarjana Universitas Airlangga. Surabaya.

Weineck, J. 2001.Optimales Training. 11. Auflage. Balingen: Spitta Verlag GmbH.

Winataputra, Udin S. 2008.Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Woeryanto. 2003.Dasardasar Kepelatihan. FPOK IKIP Jakarta, Jakarta. William H. Freeman. 1989. Peak When It Count. Los Altos : Tafnews Press. Winataputra, Udin S (2001).Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN METODE LATIHAN BAGIAN DENGAN METODE LATIHAN KESELURUHAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR PUKULAN FOREHAND DRIVE TENIS MEJA PADA KEGIATAN EXSTRAKURIKULER SISWA PUTRA SMK GAJAH TUNGGAL HADIMULYO METRO TAHUN 2009

0 6 10

Perbedaan Hasil Latihan Forehand Drive Antara Metode Latihan Jarak Dua Tahap dan Tiga Tahap Terhadap Kemampuan Penempatan Forehand Drive Petenis Putra Klub Diklat Tenis Pandanaran Semarang Tahun 2011

0 13 93

PENGARUH LATIHAN FOREHAND DRIVE DENGAN METODE BALL SENSE APLLICATION DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN FOREHAND DRIVE PADA PETENIS PEMULA KLUB TENIS

0 2 95

PERBANDINGAN LATIHAN TOSS BALL MENGGUNAKAN METODE BAGIAN DENGAN METODE KESELURUHAN TERHADAP HASIL PUKULAN DALAM OLAHRAGA PERMAINAN SOFTBALL.

0 3 39

Pengaruh Latihan Forehand Drive Dengan Metode Three Ball Groundstroke dan Forehand Only Terhadap Kemampuan Forehand Drive Pada Pemain Tenis Klub Phapros Semarang Tahun 2012.

0 0 99

Perbedaan Latihan Pukulan Forehand Drive Menggunakan Metode Drill Variasi Dan Drill Random Terhadap Hasil Pukulan Forehand Drive Pada Petenis Putra KU 12-16 Tahun Klub Rajawali Purworejo Tahun 2011.

0 0 1

PERBEDAAN LATIHAN FOREHAND DRIVE DENGAN METODE HIGH VARIABILITY DRILLS DAN LOW VARIABILITY DRILLS TERHADAP KEMAMPUAN FOREHAND DRIVE PADA PETENIS PUTRA KLUB TENIS PHAPROS SEMARANG TAHUN 2010.

0 0 66

Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Keseluruhan dan Bagian Terhadap Kemampuan Groundstroke Forehand Tenis Lapangan Pada Peserta Ekstrakurikuler Tenis Lapangan SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2016/2017.

0 0 20

PENGARUH LATIHAN FOREHAND DRIVE TENIS DENGAN METODE FIXED TARGET DAN MOVING TARGET TERHADAP KEMAMPUAN FOREHAND DRIVE (Penelitian Ekperimen Pada Petenis Klub Phapros Semarang) Tahun 2015

0 0 39

PENGARUH LATIHAN DISTRIBUTE PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN FOREHAND TENIS MEJA PADA MAHASISWA PUTRA

0 0 11