40
D. Coping Anak pada Perkawinan Beda Agama
Perkawinan beda agama adalah perkawinan yang dilakukan oleh pria dan wanita yang memiliki perbedaan agamakeyakinan. Dalam perkawinan
tersebut suami istri tetap mempertahankan masing-masing agamanya. perbedaan agama oarangtua tentu akan berdampak pada perkembangan anak.
Anak dari pasangan beda agama akan lebih sering mengalami stres dibandingkan anak yang memiliki orang tua yang seagama. Hal ini
dikarenakan kebingungan yang anak rasakan sejak kecil dalam menghadapi perbedaan kedua orangtuanya. Coping adalah strategi untuk mengontrol,
mengelola setiap ancaman atau permasalahan hidup yang menimbulkan stres. Coping sendiri dibedakan menjadi dua jenis yaitu problem-focused coping
atau coping berfocus masalah dan emotion-focused coping atau coping berfokus emosi.
Di sisi lain, masa dewasa dini merupakan masa ketegangan emosional. Pada masa dewasa dini, individu harus menyesuaikan diri dengan
permasalahan orang dewasa. Selain itu individu dituntut mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. Apabila individu merasa
tidak mampu menyelesaikan masalah secara mandiri, maka akan timbul keresahan dan sering terganggu secara emosional. individu akan mengalami
kebimbangan ketika akan meminta bantuan kepada orang lain ketika dihadapkan pada masalah. Hal ini dikarenakan individu takut dianggap tidak
mandiri. Pada anak yang memiliki orang tua berbeda agama, tentu hal ini
41 menjadi berat karena bagaimanapun anak membutuhkan bantuan dalam
menghadapi perbedaan agama yang terjadi pada orang tua.
E. Pertanyaan Penelitian
Guna mempermudah penelitian dalam proses pengumpulan data tentang aspek-aspek yang akan diteliti, maka disusun pertanyaan penelitian.
Pertanyaan penelitian tersebut adalah: 1. Apa saja permasalahan ekonomi yang dialami anak dalam
perkawinan beda agama? 2. Apa saja permasalahan sosial yang dialami anak dalam perkawinan
beda agama? 3. Apa saja permasalahan religius yang dialami anak dalam perkawinan
beda agama? 4. Bagaimana faktor eksternal yang mempengaruhi coping pada anak
dalam perkawinan beda agama? 5. Bagaimana faktor internal yang memperngaruhi coping anak dalam
perkawinan beda agama? 6. Bagaimana penilaian anak terhadap perbedaan agama orang tua?
7. Bagaimana respon coping anak dalam perkawinan beda agama? 8. Bagaimana hasil coping anak dalam perkawinan beda agama?
42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor Lexy J. Moleong, 2005: 4 mendefinisikan pendekatan
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif dimaksudkan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari anak yang memiliki orang tua berbeda agama. Secara sprsifik, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi
kasus adalah suatu studi yang bersifat komprehensif, intens, rinci, dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya menelaah masalah-masalah
atau fenomena yang bersifat kontemporer, kekinian Burhan Bungin, 2011: 20. Sedangkan menurut Dedy Mulyana 2004: 201, studi kasus adalah uraian
dan penjelasan komprehensif mengenai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi komunitas, suatu program atau situasi sosial.
Secara gari besar penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan untuk mengungkap atau mengetahui suatu hal secara mendalam. Dalam penelitin ini,
jenis penelitian studi kasus akan digunakan untuk mengetahui permasalahan psikologis yang muncul pada anak dalam perkawinan beda agama dan
bagaimana coping pada anak dalam perkawinan beda agama dalam menghadapi permasalahan yang muncul. Pemilihan metode ini didasari oleh