Minat Keagamaan pada Masa Dewasa Dini

31 hidupnya masing-masing sehingga individu dituntut untuk menyesuaikan diri dengan pola hidup yang baru. j. Masa dewasa dini sebagai masa kreatif. Pada masa dewasa dini, individu terlepas dari peraturan-peraturan yang ada. Individu bebas mengembangkan kreatifitasnya. Oleh karena itu masa dewasa dini dianggap sebagai masa kreatif.

2. Minat Keagamaan pada Masa Dewasa Dini

Pada umumnya, di masa dewasa dini inidividu mampu mengatasi keraguan terhadap agama. Individu biasanya memiliki pandangan hidup yang didasarkan pada agama, yang mampu memberikan kepuasan. Seringkali individu meninggalkan agama yang dianut oleh keluarganya karena dianggap tidak memberikan kepuasan. Pada masa ini, individu kurang memperhatikan masalah mengenai agama dibandingkan pada waktu remaja dulu. Oleh sebab itu, Peacock menyebut periode usia dua puluh tahun sebagai periode dalam kehidupan yang paling tidak religius. Hal ini terlihat dari jarangnya individu pergi ke masjid, gereja atau tempat beribadah lainnya. Namun, minat individu terhadap agama juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hurlock 1991: 258 menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat keagamaan individu pada masa dewasa dini, yaitu: 32 a. Seks Wanita cenderung lebih berminat pada agama dibandingkan pria. Selain itu, wanita juga akan lebih aktif dalam beribadah dan mengikuti organisasi keagamaan. b. Kelas sosial Golongan kelas menengan akan memiliki minat yang lebih tinggi pada agama dibandingkan golongan atas. Individu pada masa dewasa dini pada kelas menengan akan memiliki keinginan untuk terpandang dan sukses sehingga mereka akan lebih aktif dalam kegiatan keagaman. c. Lokasi tempat tinggal Individu yang tinggal di desa dan pinggiran kota akan menunjukkan minat yang lebih besar pada agama dibandingkan dengan individu yang tinggal di kota. d. Latar belakang keluarga Individu yang dibesarkan di keluarga yang rajin beribadah akan memiliki minat yang lebih tinggi pada agama dibandingkan dengan individu yang dibesarkan oleh keluarga yang kurang peduli pada agama. e. Minat religius teman-teman Individu yang sering bergaul dengan taman-teman maupun tetangga yang peduli pada agama akan memiliki minat yang lebih besar pada 33 agama dibandingkan individu yang bergaul dengan orang-orang yang kurang peduli pada agama. f. Pasangan dari iman yang berbeda Pasangan yang berbeda agama cenderung kurang aktif dalam urusan agama dibandingkan suami istri yang memiliki agama yang sama. g. Kecemasan akan kematian Individu yang sangat memikirkan kematian akan memiliki minat yang lebih besar pada agama. h. Pola kepribadian Individu yang memiliki pola kepribadian otoriter akan memiliki sikap yang kaku terhadap agama lain. Sebaliknya, individu yang berpandangan seimbang akan lebih luwes terhadap agama lain dan biasanya lebih aktif dalam kegiatan keagamaan.

C. Perkawinan Beda Agama 1. Pengertian Perkawinan