26 masalah. Perempuan lebih menunjukkan reaksi emosional daripada
dengan laki-laki. f. Karakteristik kepribadian
Setiap manusia memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda-beda. Oleh karena itu dalam menyikapi masalah pun akan berbeda-beda.
g. Pengalaman Pengalaman
dalam menghadapi
masalah sebelumnya
akan berpengaruh pada saat individu kembali dihadapkan pada masalah.
Pengalaman akan mempengaruhi pemilihan coping. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi coping terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari usia, jenis kelamin, dan karakteristik
kepribadian individu. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, dukungan sosial dan pengalaman.
6. Aspek-aspekCoping
Carver, Scheir dan Wientraub 1989 menyebutkan aspek-aspek
strategi coping:
a. Keaktifan diri adalah suatu tindakan untuk mencoba menghilangkan penyebab stres atau memperbaiki akibatnya dengan cara langsung.
b. Perencanaan merupakan memikirkan tentang bagaimana mengatasi penyebab stres antara lain dnegan membuat strategi untuk bertindak,
27 memikirkan tantangan langkah upaya yang perlu diambil dalam
menangani suatu masalah. c. Kontrol diri yaitu individu membatasi keterlibatannya dalam aktifitas
kompetisi atau persaingan dan tidak bertindak buru-buru. d. Mencari dukungan sosial yang bersifat instrumental yaitu sebagai
nasihat, bantuan atau informasi. e. Mencari dukungan sosial yang bersifat emosional yaitu melalui
dukungan moral, simpati atau pengertian. f. Penerimaan diartikan sesuatu yang penuh dengan stres dan keadaan
yang memaksanya untuk mengatasi masalah tersebut. g. Religiusitas yaitu sikap individu menenangkan dan meyelesaikan
masalah secara keagamaan dalam hubungan secara vertikal kepada Tuhan.
Pendapat lain mengenai aspek coping dipaparkan Folkman Amelia Tita Bharatasari, 2008: 24 sebagai berikut:
a. Confrontive coping yaitu mengubah situasi secara agresif dan adanya keberanian mengambil resiko.
b. Distancing yaitu mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari masalah atau membuat harapan positif.
c. Self control yaitu mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah.
d. Seeking social suport yaitu mencoba untuk memperoleh informasi atau dukungan secara emosional.
28 e. Accepting responbility yaitu menerima untuk menjalani masalah yang
dihadapi sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluar. f. Planful problem solving adalah memikirkan suatu rencana tindakan
untuk mengubah dan memecahkan situasi. g. Positive reappraisal adalah mencoba untuk membuat suatu arti positif
dari situasi dalam masa perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan sifat religius.
Berdasarkan pemapan di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek coping terdiri dari keaktifan diri, perencanaan, kontrol diri, dukungan
sosial baik dukungan yang berupa instrumental maupun emosional, penerimaan, dan religiusitas.
B. Masa Dewasa Dini
Hurlock 1991: 246 menjelaskan bahwa masa dewasa dini dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40 tahun. Masa dewasa dini merupakan
periode penyesuaian diri terhadap pola kehidupan baru dan harapan sosial baru. Masa ini dianggap sangat sulit karena individu diharapkan mampu
menyesuaikan diri secara mandiri tanpa bantuan orang lain, sedangkan individu seringkali mengalami kesulitan. Hal ini mengakibatkan individu
ragu-ragu untuk meminta bantuan kepada orang lain karena takut dianggap
belum dewasa. 1. Ciri-Ciri Masa Dewasa Dini
Hurlock 1991: 246-252 menyebutkan ciri-ciri khusus masa dewasa dini
yang membedakan masa sebelum dan sesudahnya sebagai berikut: