Siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran, terlihat siswa-siswa aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru dan mengeluarkan pendapat dalam kelas.
Materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa berkebutuhan khusus disamakan dengan siswa-siswa lain. Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah
metode ceramah dan tanya jawab. Metode khusus yang diterapkan untuk siswa berkebutuhan khusus adalah metode pendekatan khusus. Media khusus yang
digunakan untuk membantu siswa berkebutuhan khusus adalah kursi roda. Kursi roda dipakai oleh Putra, siswa kelas IV yang mengalami cacat fisik.
Kerjasama antar siswa dalam pembelajaran baik, kerjasama ini terlihat pada saat siswa mengerjakan LKS. Selain itu, komunikasi yang terjalin antara
siswa dan guru terjalin dengan baik. Guru tidak membeda-bedakan antara siswa satu dengan siswa yang lain. Guru sering menghampiri siswa-siswa yang
mengalami kesulitan dalam pembelajaran untuk memberikan bimbingan.
4.2.6 Hasil Penelitian Kelas V
4.2.6.1 Hasil Wawancara
Wawancara dengan bapak Haryono, guru kelas V dilaksanakan pada hari Jum‟at, 17 September 2012 pukul 09.00 di ruang tamu sekolah. Wawancara
dilakukan pada saat siswa belajar dengan guru agama. Informasi yang diberikan oleh bapak Haryono ada 1 siswa berkebutuhan
khusus, bernama Andre umur 12 tahun. Jenis kebutuhan khusus yang dialami Andre adalah tunagrahita, sampai sekarang Andre belum bisa membaca dan
menulis. Secara fisik, Andre tidak terlihat seperti anak yang memiliki kebutuhan khusus, kemampuan Andre dalam bidang Olah Raga sangat bagus.
Kondisi di kelas saat pembelajaran berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Kerjasama yang terjadi antar siswa terjalin dengan baik, hal ini
terlihat pada saat aktivitas siswa di luar jam pelajaran. Di luar jam pelajaran, semua siswa bermain tanpa memandang ststus siswa sebagai siswa inklusi atau
regular. Selain kerjasama antar siswa, komunikasi antara guru dan siswa juga terjalin dengan baik. Komunikasi antara guru dan siswa berkebutuhan khusus
lebih sering dibandingkan dengan siswa laiinya, hal ini disebabkan adanya program bimbingan yang dilakukan oleh guru kepada siswa berkebutuhan khusus.
Metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran sehari-hari disamakan dengan siswa lain, akan tetapi untuk anak berkebutuhan khusus, guru
menggunakan pendekatan secara pribadi. Selain metode tersebut, guru belum menerapkan metode yang lain untuk siswa berkebutuhan. Media yang digunakan
oleh guru juga disamakan dengan siswa lain, tidak ada media khusus untuk siswa inklusi karena jenis kebutukan khusus anak tersebut adalah
Slow learner
atau keterlambatan belajar.
Kegiatan pembelajaran berjalan seperti biasa, siswa dan guru merasa tidak terganggu dengan adanya siswa berkebutuhan khusus. Materi yang
disampaikan untuk siswa berkebutuhan khusus sama dengan siswa regular, akan tetapi ada sedikit pengurangan beban belajar yang disesuaikan dengan tingkat
kemampuan siswa. Pengurangan beban belajar dilakukan oleh sekolah, sebagaimana dinyatakan oleh pak Haryono sebagai berikut:
“Sebenarnya ada kurikulum khusus yang harus diterapkan untuk anak-anak berkebutuhan khusus, akan tetapi karena dari
Dinas belum ada ketentuan KKM dan lainnya, maka akhirnya KKM ditentukan oleh sekolah dan secara tertulis menyamakan
kurikulum yang lain siswa reguler.” Hasil belajar siswa berkebutuhan khusus sangat minim, meskipun sudah
diturunkan standar KKMnya, tetapi siswa tersebut tidak bisa mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini membuat guru mencari cara agar hasil belajar Andre bisa
dimasukkan ke dalam daftar nilai, salah satunya dengan menarik nilai Andre agar menjadi lebih banyak. Meskipun demikian, Andre tidak merasa rendah hati
dengan teman-temannya, begitu pula teman-temannya juga senang bermain dengan Andre.
4.2.6.2 Observasi