jarang memperhatikan guru dan kadang-kadang mengganggu teman yang ada di dekatnya. Khoirul tidak memiliki semangat untuk mengerjakan tugas dari guru,
dia hanya mau mengerjakan tugas dengan bimbingan dari gurunya. Kerjasama antar siswa bagus, termasuk Khoirul dengan teman-temannya.
Kerjasama ini terlihat sewaktu teman Khoirul membantunya dalam mengerjakan tugas dari guru. Materi yang disampaikan oleh guru kepada Khoirul dan Siswa-
siswa lain sama, hanya saja kadang guru memberi bimbingan khusus kepadanya. Pemberian bimbingan khusus ini kadang menimbulkan kecemburuan bagi siswa
lain, hal ini terlihat sewaktu salah satu siswa mengucapkan “enak Khoirul di kasih tau semuanya”.
4.2.3 Hasil Penelitian Kelas II
4.2.3.1 Hasil Wawancara
Pelaksanaan wawancara dengan ibu Widyowati guru kelas II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Februari 2012 pukul 08.15 di ruang
tamu. Ibu Widyowati mengajar di SD Blotongan 03 sejak tahun 1999 sampai sekarang. Perasaan Ibu Widyowati sewaktu mengetahui bahwa beliau mengajar di
Sekolah Inklusi merasa terenyuh, akan tetapi juga kadang-kadang tertawa sendiri melihat tinkah siswa berkebutuhan khusus.
Terdapat dua siswa berkebutuhan khusus di kelas II, yaitu Fariko dan Rizal. Menurut informasi dari guru, secara fisik mereka bagus tetapi mereka
mengalami
Slow learner
atau keterlambatan belajar.Keadaan kelas sangat gaduh dan ramai, menurut pengakuan dari Ibu Widyowati keadaan kelas seperti ini
disebabkan oleh siswa berkebutuhan khusus yang sering mengganggu teman- temannya.
Kerjasama yang terjalin antar siswa baik-baik saja, akan tetapi untuk Rizal kadang-kadang dijauhi temannya, hal ini disebabkan karena sikap Rizal
yang suka mengganggu. Kerjasama yang terjalin dapat terjadi sewaktu istirahat dan dalam kelas. Selain komunikasi dengan siswa lain, guru juga berusaha untuk
berkomunikasi baik dengan siswa berkebutuhan khusus. Metode yang digunakan oleh guru kepada siswa adalah pendekatan
khusus, akan tetapi metode ini belum bisa berhasil. Tidak ada media khusus yang digunakan oleh guru untuk mengajar siswa berkebutuhan khusus. guru mengaku
hanya menggunakan media papan tulis dan LKS. Hasil belajar untuk siswa berkebutuhan khusus belum berhasil, terbukti dengan tidak dapat mencapai KKM.
Selain faktor kekurangan siswa, faktor penyebab hasil belajar siswa seperti itu adalah lingkungan siswa yang kurang mendukung.
Kurikulum yang diterapkan masih kurikulum umum karena guru belum pernah menerima kurikulum dai Dinas. Menurut informasi dari ibu Widyowati
kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas sangat terhambat dengan adanya siswa berkebutuhan khusus. Hal ini menjadi kendala dalam proses pembelajaran
sehari-hari. Untuk mengatasi kendala tersebut, guru hanya menyuruh siswa berkebutuhan khusus untuk diam. Berikut penuturan Ibu Widyowati secara
khusus: “Dengan adanya anak tersebut sangat menghambat
pembelajaran karena siswa berkebutuhan khusus selalu mencari perhatian, lari-lari, kadang juga memukul temannya. Namun saya
tetap berjalan dengan pembelajaran tanpa menghiraukan anak itu,
kadang-kadang saya tegur untuk diam. Dengan adanya siswa inklusi juga menambah beban saya untuk menerapkan metode
yang digunakan untuk pembelajaran.”
4.2.3.2 Observasi