melihat perbedaan kinerja perbankan konvensional dan bank syariah yang akan diteliti dalam penelitian ini. Aspek likuiditas yang dipakai dalam rasio perbankan
dapat diketahui dengan menghitung quick ratio, banking ratio, dan loan to asset ratio. Rasio keuangan untuk mengukur solvabilitas bank dapat diketahui dengan
menghitung capital adequacy ratio CAR, primary ratio, dan capital ratio. Rasio Rentabilitas dapat diketahui dengan menghitung return on assets ROA, return
on equity ROE, dan gross profit margin GPM. Berdasarkan latar belakang diatas, maka judul yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah: ”Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri
dan PT. Bank Rakyat Indonesia 2006-2009.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana kinerja keuangan PT. Bank Syariah
Mandiri dan Bank rakyat Indonesia Tbk ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas selama perode tahun 2006-2009?.”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Bagaimana kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank rakyat Indonesia Tbk ditinjau dari rasio
likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas selama perode tahun 2006-2009.
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini ditujukan untuk akademis, investor dan emiten.
1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi pemikiran yang bermanfaat bagi perusahaan untuk penentuan pengambilan keputusan
kinerja keuangan perusahaan. 2. Sebagai tolak ukur bagi manajemen perusahaan untuk menilai apakah
perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain di bidang usaha yang sama.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan digunakan sebagai dasar informasi tambahan dalam penelitian lebih lanjut dibidang yang sama
di waktu yang akan datang, khususnya berkaitan dengan analisis rasio keuangan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Bank Konvensional
Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit danatau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Di Indonesia,
menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa
bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional danatau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank umum
pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Universitas Sumatera Utara
2. Bank Syariah a. Pengertian Bank Syariah
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat
diartikan sebagai lembaga keuanganperbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Antonio dan
Perwataatmadja membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang
beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.
b. Prinsip Dasar Bank Syariah
Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip
yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut :
1 Prinsip Titipan atau Simpanan Al-Wadiah Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke
pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki Syafi’I Antonio, 2001.
Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a Wadiah Yad Al-Amanah Trustee Depository adalah akad penitipan baranguang dimana pihak penerima titipan tidak
diperkenankan menggunakan baranguang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan
yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe
deposit box. b Wadiah Yad adh-Dhamanah Guarantee Depository adalah akad
penitipan baranguang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik baranguang dapat memanfaatkan baranguang
titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan baranguang titipan. Semua manfaat dan keuntungan
yangn diperoleh dalam penggunaan baranguang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro
dan tabungan. 2 Prinsip Bagi Hasil Profit Sharing
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang
berdasarkan prinsip ini adalah: a Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh
100 modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola
Universitas Sumatera Utara
mudharib. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila
rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan
karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad mudharabah
secara umum terbagi menjadi dua jenis: 1 Mudharabah Muthlaqah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi
jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. 2 Mudharabah Muqayyadah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal
mengenai tempat, cara, dan obyek investasi b Al-Musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Dua jenis al-musyarakah:
Universitas Sumatera Utara
1 Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh
dua orang atau lebih. 2 Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua
orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.
3 Prinsip Jual Beli Al-Tijarah Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual
beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian
barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan
margin. Implikasinya berupa: a Al-Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin yang disepakati oleh penjual
dan pembeli. b Salam
Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh
pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat- syarat tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual
dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual
Universitas Sumatera Utara
kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.
c Istishna’ Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang
juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka
waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan
kuantitasnya. 4 Prinsip Sewa Al-Ijarah
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak
kepemilikan atas barang itu sendiri. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: 1 Ijarah, sewa murni. 2 ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan
penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.
5 Prinsip Jasa Fee-Based Service Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan
bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain: a Al-Wakalah
Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.
b Al-Kafalah
Universitas Sumatera Utara
Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
c Al-Hawalah Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain
yang wajib menanggungnya. d Ar-Rahn
Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut
memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.
e Al-Qardh Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha
kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.
3. Sistem Operasional Bank Syariah
Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan
keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada
Universitas Sumatera Utara
mereka yang membutuhkan misalnya modal usaha, dengan perjanjian
pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem operasional tersebut meliputi:
a. Sistem Penghimpunan Dana Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional
didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan
dan investasi. Teori tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan
deposito. Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi
nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:
1 Modal Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik owner. Dana
modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak langsung menghasilkan fixed
assetnon earning asset. Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan.
Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya. Mekanisme
penyertaan modal pemegang saham dalam perbankan syariah, dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity
participation pada saham perseroan bank.
Universitas Sumatera Utara
2 Titipan Wadi’ah Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi
dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah. Dalam prinsip ini, bank menerima
titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk mengambil setiap saat,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3 Investasi Mudharabah
Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana shahibul maal
dengan pengelola dana mudharib, dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai
investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return dari bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau kreditor bagi
bank seperti halnya pada bank konvensional. b. Sistem Penyaluran Dana Financing
Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu:
1 Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan
menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan murabahah, salam dan istishna’.
Universitas Sumatera Utara
2 Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa Ijarah. Transaksi ijarah dilandasi
adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek
transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.
3 Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan
prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah dan
mudharabah c. Jasa Layanan Perbankan, yang dioperasionalkan dengan pola hiwalah,
rahn, al-qardh, wakalah, dan kafalah. 4. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain sebagainya. Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah menyangkut
aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja. a. Akad dan Aspek Legalitas Akad yang dilakukan dalam bank syariah
memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Nasabah seringkali berani melanggar
kesepakatanperjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti.
Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad.
b. Lembaga Penyelesai Sengketa Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada perbankan syariah berbeda dengan
perbankan konvensional. Kedua belah pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya
sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal
dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan
Majelis Ulama Indonesia. c. Struktur Organisasi Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama
dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara bank syariah dan bank
konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar
sesuai dengan garis-garis syariah. Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal
ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu biasanya penetapan anggota
Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang
Universitas Sumatera Utara
Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.
d. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari kriteria syariah. Hal tersebut
menyebabkan bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang mengandung unsur-unsur yang diharamkan. Terdapat sejumlah batasan
dalam hal pembiayaan. Tidak semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank syariah, namun harus sesuai dengan
kaidah-kaidah syariah. e. Lingkungan dan Budaya Kerja Sebuah bank syariah selayaknya memiliki
lingkungan kerja yang sesuai dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga
tercermin integritas eksekutif muslim yang baik, selain itu karyawan bank syariah harus profesional fathanah, dan mampu melakukan tugas
secara team-work dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi tabligh. Dalam hal reward dan punishment, diperlukan
prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah.
Berdasarkan prinsip utama itu, maka secara operasional, terdapat perbedaan perbedaan yang substantif antara perbankan syariah dengan perbankan
konvensional lihat Tabel 2.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank Syariah Bank Konvensional
a. Berdasarkan prinsip investasi bagi hasil
b. Menggunakan prinsip jual-beli Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan c. Melakukan investasi-investasi
yang halal saja d. Setiap produk dan jasa yang
diberikan sesuai dengan fatwa Dewan Syariah.
e. Dilarangnya gharar dan maisir Menciptakan keserasian diantara
keduanya. f. Tidak memberikan dana secara
tunai tetapi memberikan barang yang dibutuhkan finance the
goods and services
g. Bagi hasil menyeimbangkan sisi pasiva dan aktiva.
a. Berdasarkan tujuan membungakan uang
Menggunakan prinsip pinjam- meminjam uang.
b. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan
kreditur-debitur c. Investasi yang halal maupun
yang haram d. Tidak mengenal Dewan sejenis
itu. e. Terkadang terlibat dalam
speculative FOREX dealing f. Berkontribusi dalam terjadinya
kesenjangan antara sektor riel dengan sektor moneter.
g. Memberikan peluang yang sangat besar untuk sight
streaming penyalah gunaan dana pinjaman
Rentan terhadap negative spread
Sumber : Muhammad Syafii Antonio 2001, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek Gema Insani Press bekerja sama dengan Yayasan Tazkia Cendekia.
Salah satu perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional adalah perbedaan antara bunga dan bagi hasil. Islam mengharamkan bunga dan
menghalalkan bagi hasil. Keduanya memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan
pembungaan uang lihat tabel 2.2. Dalam investasi, usaha yang dilakukan mengandung risiko, dan karenanya mengandung unsur ketidakpastian.
Sebaliknya, pembungaan uang adalah aktivitas yang tidak memiliki risiko karena
Universitas Sumatera Utara
adanya persentase suku bunga tertentu yang ditetapkan berdasarkan besarnya modal
Tabel 2.2 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi Hasil
a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu
untung. b. Besarnya bunga adalah suatu persen-
tase tertentu terhadap besarnya uang yang dipinjamkan.
c. Besarnya bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa mempertimbang-
kan apakah proyekusaha yang dijalankan oleh nasabah mudharib
untung atau rugi.
d. Eksistensi bunga diragukan kalau tidak dikecam oleh semua agama
termasuk Islam. a. Penentuan besarnya nisbah bagi
hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada
kemungkinan untung-rugi.
b. Besarnya bagi hasil adalah berdasarkan nisbah terhadap besar-
nya keuntungan yang diperoleh. Besarnya bagi hasil tergantung
pada keuntungan proyekusaha yang dijalankan.
c. Bila usaha merugi maka kerugian akan ditanggung oleh pemilik
dana, kecuali kerugian karena kelalaian, salah urus, atau
pelanggaran oleh mudharib.
d. Tidak ada yang meragukan keabsah-an bagi-hasil.
Sumber : Muhammad Syafii Antonio 2001, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek Gema Insani Press bekerja sama dengan Yayasan Tazkia Cendekia
.
5. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui aktivitas
aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efesien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap
terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan sutriayani, 2008. Informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk
menilai perubahan potensi sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan
Universitas Sumatera Utara
dimasa depan. Informasi fluktuasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada,
disamping itu informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.18
Kinerja keuangan berguna untuk menilai kondisi keuangan bank. Kondisi keuangan bank dapat dicerminkan dari tingkat likuiditas, solvabilitas, dan
rentabilitas bank yang bersangkutan Angraini, 2006. Ukuran kinerja keuangan bank tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang- hutang jangka pendek maksimal satu tahun dengan sejumlah aktiva lancar yang
dimiliki Abdullah, 2002:40, Likuiditas sebagai rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansial jangka pendek tepat
pada waktunya Sartono, 2000:21. Kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek penting diketahui karena berkaitan dengan
kemampuannya membayar hutang jangka panjang. Perusahaan yang tidak mampu membayar hutang jangka pendek pada umumnya juga tidak mampu
membayar hutang jangka panjang. Meskipun perusahaan mampu memperoleh laba, namun apabila tidak mampu membayar hutang jangka pendeknya akan
mengalami kebangkrutan. Kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendek dapat diketahui dengan memahami sifat dari masing-masing unsur
aktiva lancar. Hal ini disebabkan hutang jangka pendek perusahaan akan dibayar dengan aktiva lancarnya Munawir, 2000:227 .
Universitas Sumatera Utara
Ada tiga rasio yang dapat digunakan untuk memperkirakan kemampuan perusahaan perbankan memenuhi kebutuhan jangka pendeknya, yaitu quick
ratio, banking ratio dan loan to assets ratio. Ketiga ratio tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut Muljono, 1992: 92.
1 Quick Ratio
Quick Ratio merupakan kemampuan bank mengembangkan dana nasabah dengan menggunakan aktiva lancarnya. Rasio ini diperoleh
dengan cara membagi kas dengan total deposito yang terus disimpan pada bank bersangkutan. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut :
Quick Ratio =
2 Banking Ratio
Banking ratio merupakan kemampuan bank membayar kembali kewajiban kepada nasabah yang telah menanamkan dananya. Rasio ini
diperoleh dengan cara membagi pinjaman modal dari pihak lain dengan simpanan-simpanan atau deposito. Formulasi dari rasio ini adalah :
Banking Rato =
Universitas Sumatera Utara
3 Loan to Assets Ratio
Loan to assets ratio merupakan kemampuan bank memenuhi permintaan debitur dengan aset yang tersedia. Rasio ini diperoleh dengan
cara membagi kredit dengan jumlah aset yang dimiliki bank. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut :
Loan to Asset Ratio =
b. Solvabilitas
Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang Martono, 2002:83.
Perusahaan dikatakan solvabel apabila memiliki aktiva yang cukup untuk membayar hutang jangka panjang. Sementara perusahaan yang tidak
memiliki aktiva yang cukup untuk membayar hutang jangka panjang disebut sebagai perusahaan yang unsolvable. Solvabilitas perusahaan berhubungan
dengan laba yang dilaporkan sebagai hasil dari proses akuntansi dasar waktu accruals accounting basis. Meskipun laba yang dilaporkan tidak sama
dengan kas yang tersedia untuk jangka pendek, namun biaya dan pendapatan merupakan transaksi yang bermuara pada kas. Oleh sebab itu,
laba merupakan faktor penting dalam untuk menentukan kemampuan membayar kewajiban jangka panjang.
Kemampuan perusahaan perbankan membayar hutang jangka panjang dapat diukur dengan rasio capital adequate ratio CAR, primary ratio
Universitas Sumatera Utara
equity to assets ratio dan capital ratio equity to loan ratio.mRasio-rasio tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1 Capital Adequate Ratio CAR
Capital adequate ratio CAR merupakan rasio untuk mengukur kemampuan modal menutupi kemungkinan terjadinya kegagalan dalam
perkreditan dan perdagangan surat berharga. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi modal sendiri yang telah dikurangi dengan aktiva tetap
dengan total kredit yang ditambah dengan surat berharga.
CAR =
2 Primary Ratio Equity to Assets Ratio
Primary ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan modal sendiripermodalan pada suatu bank untuk menutup penurunan asetnya
akibat berbagai kerugian yang tidak dapat dihindarkan. Rasio ini berbeda dengan CAR. Perbedaan kedua rasio tersebut terdapat pada adanya
kepastian kerugian yang dialami oleh bank. Rasio ini diperoleh dengan membagi modal sendiri dengan total aset bank yang dapat diformulasikan
sebagai berikut : Prima Ratio =
3 Capital Ratio Equity to Loan Ratio
Capital ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan modal sendiri menutup sejumlah pinjaman nasabah atau pembiayaan oleh bank.
Universitas Sumatera Utara
Rasio ini diperoleh dengan membandingkan modal sendiri dengan total kredit atau pinjaman-pinjaman nasabah dan pembiayaan yang dilakukan
oleh bank. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut :
Capital Ratio =
c. Rentabilitas
Rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba. Kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba
merupakan informasi penting bagi berbagai pihak Abdullah, 2002:40 laba perusahaan memberikan gambaran mengenai kompensasi yang dapat
diperoleh karyawan Hanafi, 2003:2008. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba mengindikasikan bahwa terdapat aliran kas masuk
Muljono, 1992: 45. Rasio yang umum digunakan untuk menganalisis rentabilitas perusahaan perbankan adalah return on Asset ROA, return on
equity ROE dan gross profit margin GPM. Ketiga rasio tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 Return on asset ROA
Return on asset merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank memperoleh laba atas pemanfaatan aset yang dimiliki. Rasio ini
diperoleh dengan cara membagi laba tahun berjalan dengan total asset yang dimiliki. Rasio ini diformulasikan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
ROA =
2 Return on equity ROE
Return on equity merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank memperoleh laba dan efesiensi secara keseluruhan operasional melalui
penggunaan modal sendiri. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi laba tahun berjalan dengan total modal. Semakin tinggi ROE maka
semakin tinggi pula laba yang diperoleh perusahaan sehingga rentabilitas bank semakin baik. Rasio ini diformulasikan sebagai berikut :
ROE =
3 Gross profit margin GPM
Gross profit margin merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank menghasilkan laba dari operasional usahanya yang murni. Rasio ini
diperoleh dengan cara membandingkan hasil pengurangan pendapatan operasi dan biaya operasi dengan biaya operasi. Formulasi dari rasio ini
adalah :
Gross Profit Margin =
Universitas Sumatera Utara
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini adalah Rindawati 2007 dengan judul “ Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah Dengan Perbankan Konvensional”, Rahmawati 2008 dengan judul “Analisis Komparasi Kinerja Keuangan Antara PT. Bank Rakyat Indonesia dan
Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2001” dan Hodijah 2007 dengan judul “ Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Melalui Pendekatan Likuiditas,
Solvabilitas an Rentabilitas Pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan bank Mega Syariah Indonesia”. Tinjauan penelitian terdahulu pada
table. 2 sebagai berikut.
Tabel. 2.3 Tinjuan Penelitian Terdahulu
Nama peneliti Tahun
Variabel Hasil
Rindawati 2007
CAR, NPL, ROA, ROE,
BOPO dan LDR
rata-rata rasio keuangan perbankan syariah NPL dan LDR lebih baik secara
signifikan dibandingkan dengan perbankan konvensional, sedangkan pada
rasio-rasio yang lain perbankan syariah lebih rendah kualitasnya. Akan tetapi bila
dilihat secara keseluruhan perbankan syariah menunjukkan kinerja lebih baik
dibandingkan perbankan konvensional.
Rahmawati 2008
likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas, dan efisiensi.
Kinerja keuangan PT. Bank Syari’ah Mandiri ditinjau dari rasio likuiditas,
solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 1999 tergolong sebagai bank
umum yang kurang likuid, solvabel, kurang profitabel, dan kurang efisien.
Sementara kinerja keuangan PT. Bank Syari’ah Mandiri ditinjau dari rasio
likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi selama periode 2000-2001
Universitas Sumatera Utara
tergolong sebagai bank umum yang kurang likuid, tetapi cukup solvabel,
profitabel, dan efisien. Sedangkan Kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia
ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun1999
tergolong sebagai bank umum likuid, unsolvable, kurang profitabel dan kurang
efisien. Sementara kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjaudari rasio
likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 2000
tergolong sebagai bank umum likuid, kurang solvabel dan profitabel, tetapi
cukup efisien. Sedangkan pada tahun 2001, kinerja keuangan PT. Bank Rakyat
Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas, dan efisiensi tergolong sebagai bank umum likuid, unsolvable,
profitabel, dan efisien. Kata kunci : Rasio keuangan, PT. Bank
Syari’ah Mandiri, PT. Bank Rakyat
. Indonesia.
Hodijah 2007
likuiditas, solvabilitas
dan rentabilitas
rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas pada ketiga bank syariah
tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan
C. Kerangka Konseptual