Studi ini dilakukan untuk memperoleh landasan teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, dasar-dasar teoritis ini diperoleh dari literatur-
literatur, majalah-majalah ilmiah maupun tulisan-tulisan lainnya yang berhubungan dengan kinerja keuangan, analisa laporan keuangan, dan sejarah
perkembangan PT. Bank Syari’ah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia. 5. Laporan Perusahaan
Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan melihat dan mencatat data yang bersumber dari Laporan Publikasi Perbankan Indonesia di Bank
Indonesia dan internet.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio keuangan financial ratio analysis. Analisis rasio keuangan berkaitan dengan
penilaian kinerja perusahaanbank. Analisis ini didasarkan pada data yang bersifat kuantitatif yaitu data berupa angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan
perusahaan. Analisis rasio keuangan yang digunakan adalah likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Langkah-langkah analisis yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menghitung dan menganalisis laporan keuangan perusahaanperusahaan
perbankan dengan menggunakan alat rasio keuangan likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas
a. Likuiditas 1
Quick Ratio
Universitas Sumatera Utara
Quick Ratio =
2 Banking Ratio
Banking Rato =
3 Loan to Assets Ratio
Loan to Asset Ratio =
b. Solvabilitas 1
Capital Adequate Ratio CAR
CAR =
2 Primary Ratio Equity to Assets Ratio
Prima Ratio =
3 Capital Ratio Equity to Loan Ratio
Capital Ratio =
c. Rentabilitas 1
Return on asset ROA
ROA =
2 Return on equity ROE
ROE =
3 Gross profit margin GPM
Gross Profit Margin =
Universitas Sumatera Utara
2. Melakukan analisis internal dengan cara membandingkan rasiorasio keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia dari
tahun ketahun secara keseluruhan time series. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja keuangan pada masing-masing bank dari tahun
ketahun berikutnya sehingga dapat diketahui tendensi perubahan fluktuasi atau pertumbuhannya.
3. Melakukan analisis eksternal dengan cara membandingkan rasio keuangan PT. Bank Syari’ah Mandiri dengan PT. Bank Rakyat Indonesia pada periode
yang sama. Rasio keuangan pada masing-masing bank digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai kinerja keuangan kedua bank tersebut.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Universitas Sumatera Utara
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder mengenai laporan keuangan dari 2 dua perusahaan perbankan milik pemerintah, yaitu
Bank Syari’ah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia selama periode 2006-2009, Dengan demikian terdapat 2 dua perusahaan perbankan yang dianalisis
mengenai kinerja keuangannya, Dalam penelitian ini analisis kinerja hanya dibatasi pada aspek kuantitatif yakni mengenai rasio keuangannya saja. Data
keuangan dari kedua perusahaan perbankan yang digunakan untuk menghitung dan menganalisis kinerja keuangan melalui rasio likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas dan efisiensi selama periode 2006-2009 dapat disajikan pada Tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1 Data Keuangan Bank Syari’ah Mandiri Periode 2006-2009
Dalam Jutaan Rupiah
Keterangan Periode
2006 2007
2008 2009
Cash Assets kas 137,456
201,359 315,746
446,935 Total Deposit total
deposito 8,219,267 11,105,979 14,899,000
19,338,000 Total Loans Total Kredit 7,414,757 10,326,000 13,278,000 16,063,000
Total Assets Total Aktiva
9,554,367 12,885,390 17,065,937 22,036,534
Securities Surat
Berharga 4 97,208
778,409 1,261,123
2,007,002 Equity Capital Modal
Sendiri 6 97,230
811,376 1,208,428
1,600,459 Fixed Assets Aktiva
Tetap 1 14,316
102,792 192,016
224,214 Laba Tahun Berjalan
65,480 115,455
196,415 290,942
Operating Income Pendapatan
Operasional 100,831
167,067 279,232
408,214 Operating Expenses
Biaya Operasional 523,224
728,252 986,865
1,090,275 Pendapatan Non
5,594 1,148
7,984 11
Universitas Sumatera Utara
Operasional Biaya Non Operasional
- 32
4,506 77
pendapatan operasional 934,419
1,197,273 2,098,398
2,477,636
Sumber : Direktori Bank Indonesia
Tabel 4.2 Data Keuangan Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode 2006-2009
Dalam Jutaan Rupiah
Keterangan Periode
2006 2007
2008 2009
Cash Assets kas 3,458,907
5,041,396 6,750,145
8,139,304 Total Deposit total
deposito 126,336,779 167,211,016 204,965,682 260,378,168
Total Loans Total Kredit
82,541,885 105,923,763 152,217,543 194,242,503
Total Assets Total Aktiva
154,725,486 203,734,938 246,076,896 316,947,029 Securities Surat
Berharga 15,382,732
17,317,899 23,766,171
24,478,132 Equity Capital
Modal Sendiri 16,878,808
19,437,635 22,356,697
27,257,381 Fixed Assets Aktiva
Tetap 1,821,978
1,644,172 1,350,483
1,366,212 Laba Tahun Berjalan
4,257,572 4,838,001
5,958,368 7,308,292
Operating Income Pendapatan
Operasional 5,784,619
7,556,003 8,346,113
8,560,659
Operating Expenses Biaya Operasional
- 9,019,611
10,996,546 11,959,515
Pendapatan Non Operasional
162,550 224,071
475,899 1,330,569
Biaya Non Operasional
40,448 2,942,073
2,863,644 2,582,936
Pendapatan Operasional
21,070,537 23,240,631
28,096,633 23,240,631
Sumber: Direktori Bank Indonesia B. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan yang dilakukan terhadap dua bank umum milik pemerintah, yaitu Bank Syari’ah Mandiri BSM dan Bank Rakyat Indonesia, Tbk
Universitas Sumatera Utara
BRI bertujuan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan dari masing- masing bank. Kinerja keuangan tersebut ditunjukkan dengan rasio-rasio
likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas, Rasio keuangan masing-masing bank tersebut selama periode 2007-2009 dapat dianalisis seperti berikut:
1. Bank Syari’ah Mandiri BSM
Hasil perhitungan rasio-rasio keuangan Bank Syari’ah Mandiri meliputi likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas selama periode 2006-2009 dapat
ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut :
a. Likuiditas
Berdasarkan data laporan keuangan neraca dan laporan rugi laba dapat dihitung rasio-rasio likuiditas Bank Syari’ah Mandiri untuk periode 2006-2009,
Hasil perhitungan rasio-rasio likuiditas mencakup quick ratio, banking ratio dan loan to assets ratio pada bank syari’ah ini dapat ditunjukkan pada tabel 4.3
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rasio Likuiditas Bank Syari’ah Mandiri Periode 2006-2009
Rasio Periode
2006 2007
2008 2009
Quick Ratio 1,6
1,8 2,1
2,3 Banking Ratio
90,21 93
89 83
Loan to Asset Ratio 77,6
80 78
73
Sumber : Data sekunder diolah
Rasio-rasio likuiditas yang mencakup quick ratio, banking ratio, dan loan to assets ratio pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1 Quick ratio pada tahun 2006 sebesar 1,6 menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp 0,016.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2007 quick ratio mengalamai kenaikan sebesa 1,8 menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh cash
assets sebesar Rp 0,018,-. Pada tahun 2008 quick ratio mengalami kenaikan menjadi 2,1 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,-
dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp 0,021,-. Sedangkan pada tahun 2009 quick ratio kembali meningkat menjadi 2,3 , hal ini
menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp 0,023,-, Kenaikan quick ratio pada tahun 2006
hingga 2009 memperlihatkan bahwa bank semakin mampu meningkatkan kualitas kas atau asetnya, Semakin rendah quick ratio
maka semakin rendah pula tingkat likuiditas bank karena bank kurang dapat menjamin pengembalian deposito baik dalam bentuk tabungan
maupun deposito berjangka kepada para nasabah penyimpan dana, Meskipun quick ratio mengalami peningkatan, namun masih
tergolong rendah, Rasio ini tidak mencapai atau mendekati nilai 15- 20 seperti kyang ditetapkan oleh Bank Indonesia, Hal ini
memperlihatkan bahwa bank syari’ah ini kurang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya, Oleh sebab itu tingkat likuiditas bank
syari’ah ini dilihat dari quick ratio tergolong kurang baik. 2 Banking ratio pada tahun 2006 adalah sebesar 90,21 menggambarkan
bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh Rp 0,90 , pada tahun 2007 menunjukkan angka 93, hal ini menggambarkan bahwa setiap
Rp 1,- dari deposit dijamin oleh Rp 0,93,- dari pembiayaan yang
Universitas Sumatera Utara
diberikan. Pada tahun 2008, banking ratio menurun menjadi 89 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh Rp
0,89,- dari pembiayaan yang diberikan. Sedangkan banking ratio pada tahun 2009 juga mengalami penurunan menjadi 83, hal ini berarti
setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh Rp 0,83 ,- dari pembiayaan yang diberikan. Berdasarkan tabel 4.3 diatas terlihat bahwa pada
tahun 2007 nilai banking ratio adalah paling tinggi, Hal ini mencerminkan bahwa pada tahun tersebut tingkat likuiditas bank
paling rendah karena bank membutuhkan jumlah dana yang lebih besar untuk membiayai pembiayaannya, Meskipun banking ratio
mengalami penurunan pada tahun 2008 hingga 2009, namun nilai rasio ini masih tergolong tinggi, Oleh karena itu tingkat likuiditas
bank syari’ah ini dilihat dari banking ratio tergolong masih rendah, Semakin rendah nilai banking ratio maka tingkat likuiditas bank akan
semakin tinggi, Hal ini karena bank dapat menjamin dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah peminjam dengan
menggunakan depositonya, Banking ratio yang semakin rendah menandakan bahwa bank syari’ah ini tidak membutuhkan jumlah dana
yang besar untuk membiayai pembiayaan yang diberikannya, 3 Loan to asset ratio pada tahun 2006 adalah sebesar 77,6
menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset yang tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp 0,776, pada tahun
2007 menunjukkan angka 80 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp
Universitas Sumatera Utara
1,- dari aset yang tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp 0,8,-. Pada tahun 2008 loan to asset ratio
mengalami penurunan menjadi 78, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan
sebesar Rp 0,78,-. Sedangkan pada tahun 2009 loan to asset ratio sebesar 73, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset yang
tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp 0,73,-, Nilai rasio yang semakin tinggi menunjukkan bahwa
kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit atau pembiayaan dari nasabah rendah, Ini disebabkan karena total kredit
atau pembiayaan yang diminta nasabah mendekati atau bahkan lebih besar dibanding dengan total aset yang dimiliki bank tersebut.
Ditinjau dari loan to assets ratio, tingkat likuiditas bank ini cukup baik karena masih berada pada standar kesehatan Bank Indonesia
untuk loan to asset ratio yaitu 85-100. Ditinjau dari pertumbuhannya, kinerja keuangan Bank Syari’ah Mandiri ini
mengalami kenaikan dan penurunan pada rasio likuiditasnya, Pertumbuhan rasio likuiditas Bank Syari’ah Mandiri dapat ditunjukkan pada tabel 4.4 sebagai berikut.
Tabel 4.4 Pertumbuhan Rasio Likuiditas Bank Syari’ah Mandiri Periode 2006-2009
Rasio Periode
2007 2008
2009 Quick Ratio
12,5 17
10 Banking Ratio
3 -4
-7 Loan to Asset Ratio
3 -3
-6
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Data Sekunder Diolah
Hasil pertumbuhan rasio likuiditas yang mencakup quick ratio, banking ratio, dan loan to assets ratio menunjukkan bahwa rasio-rasio tersebut mengalami
pertumbuhan positif dan negatif pada tiap tahunnya, Pertumbuhan positif quick ratio pada tahun 2008 hingga 2009 memperlihatkan bahwa pada tahun tersebut
bank cukup mampu meningkatkan kinerja keuangannya, Pertumbuhan negatif banking ratio pada tahun 2008 hingga 2009 juga mencerminkan bahwa kinerja
keuangannya pada tahun tersebut semakin membaik karena bank mampu menurunkan nilai perbandingan antara total pembiayaan dengan total depositonya,
Sementara itu, pertumbuhan negatif pada loan to assets ratio menandakan bahwa kinerja keuangan pada bank tersebut semakin baik, Hal ini karena bank mampu
menurunkan nilai perbandingan antara total pembiayaan dengan total asetnya. Berdasarkan analisis rasio-rasio likuiditas tersebut dapat diketahui bahwa
tingkat likuiditas Bank Syari’ah Mandiri masih rendah, Hal ini mencerminkan bahwa bank kurang mampu dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
sehingga tergolong dalam bank yang tidak liquid.
b. Solvabilitas
Hasil perhitungan rasio-rasio solvabilitas yang mencakup capital adequacy ratio CAR, primary ratio dan capital ratio pada bank syari’ah ini dapat
ditunjukkan pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Rasio Solvabilitas Bank Syari’ah Mandiri Periode 2006-2009
Rasio Periode
2006 2007
2008 2009
CAR 12,56
12,44 12,66
12,39 Primary Ratio
7,2 6,3
7,1 7,3
Capital Ratio 9,4
7,9 9,1
10
Sumber : Data sekunder diolah
Rasio-rasio solvabilitas yang mencakup capital adequacy ratio CAR, primary ratio, dan capital ratio dapat dijelaskan sebagai berikut.
1 CAR pada tahun 2006 adalah sebesar 12,56 hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan dan securities dijamin oleh
modal sebesar Rp 0,1256. Pada tahun 2007 nilai CAR mengalami penurunan sebesar 12,44 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,-
dari pembiayaan dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp 0,1244,-. Sedangkan pada tahun 2008 CAR mengalami kenaikan
menjadi 12,66 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp 0,1266.
Pada tahun 2009 CAR kembali menurun menjadi 12,39, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan dan securities
dijamin oleh modal sebesar Rp 01239,-, Semakin tinggi nilai CAR maka solvabilitas semakin baik, CAR yang semakin tinggi
mencerminkan bahwa permodalannya semakin baik karena modal dapat digunakan untuk menjamin pemberian pembiayaan, Oleh karena
itu meskipun rasio ini mengalami penurunan pada tahun 2009 namun nilai CAR pada bank syari’ah ini masih tergolong cukup baik. Nilai
Universitas Sumatera Utara
CAR dikatakan rendah apabila kurang dari nilai CAR yang ditentukan oleh Bank Indonesia yakni sebesar 8, CAR yang rendah
mencerminkan bahwa permodalan dalam bank kurang baik sehingga bank kurang mampu menutup kemungkinan terjadinya kegagalan
dalam pembiayaan dan perdagangan securities, 2 Primary ratio pada tahun 2006 menunjukkan nilai sebesar 7,2 hal
ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp 0,072. Pada tahun 2007 nilai primary ratio
menunjukkan angka 6,3 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp 0,063. Sedangkan
primary ratio pada tahun 2008 yang menunjukkan peningkatan sebesar 7,1 menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset dijamin
oleh equity capital sebesar Rp0,071,-. Pada tahun 2009 primary ratio juga mengalami kenaikan menjadi 7,3 , hal ini menunjukkan bahwa
setiap Rp 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp 0,073,- ,Secara keseluruhan nilai primary rasio dinilai baik karena masih
diatas ketentuan Bank Indonesia yaitu 3-6, 3 Capital ratio pada tahun 2006 adalah sebesar 9,4 ini menunjukkan
bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp 0,094. Pada tahun 2007 nilai capital ratio menurun sebesar
7,9 ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp 0,079,-. Pada tahun 2008 terlihat bahwa
capital ratio mengalami kenaikan menjadi 9,1 , hal ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp 0,091,-. Sedangkan capital ratio pada tahun
2009 menunjukkan angka 10, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp 0,1,-,
Dari tabel diatas terlihat bahwa capital ratio mengalami kenaikan tiap tahunnya. Meskipun demikian, selama periode 2006-2009 nilai rasio
ini masih tergolong rendah karena masih dibawah ketentuan bank indonesia yaitu 10-20 sehingga pada tahun tersebut tingkat
solvabilitasnya belum cukup baik, Hal ini menunjukkan bahwa bank tersebut belum memiliki permodalan yang baik sehingga dapat
menutup kredit atau pembiayaan usaha yang dilakukan oleh bank. Ditinjau dari pertumbuhan solvabilitasnya, kinerja keuangan bank syari’ah ini
dari tahun ketahun mengalami kenaikan pada rasio solvabilitasnya. Pertumbuhan rasio solvabilitas Bank Syari’ah Mandiri dapat ditunjukkan pada tabel 4.6 sebagi
berikut:
Tabel 4.6 Pertumbuhan Rasio Solvabilitas Bank Syari’ah Mandiri Periode 2006-2009
Rasio Periode
2007 2008
2009 CAR
-0,9 2
-2 Primary Ratio
-12,5 13
3 Capital Ratio
-15,9 15
10
Sumber : Data Sekunder Diolah
Hasil pertumbuhan rasio solvabilitas yang mencakup capital adequacy ratio CAR, primary ratio, dan capital ratio memperlihatkan bahwa rasio-rasio
tersebut mengalami pertumbuhan positif setiap tahunnya kecuali pada CAR pada tahun 2009 , Namun secara keseluruhan menunjukkan adanya kenaikan nilai
Universitas Sumatera Utara
pada masing-masing rasio tersebut, Pertumbuhan positif pada rasio-rasio solvabilitas ini mencerminkan bahwa kinerja keuangan bank syari’ah ini dari
tahun ketahun semakin baik, Bank mampu memperbaiki permodalannya sehingga rasio-rasio solvabilitasnya terus mengalami kenaikan setiap tahunnya,
Analisis terhadap rasio-rasio likuiditas yang mencakup capital adequacy ratio CAR, primary ratio, dan capital ratio pada Bank Syari’ah Mandiri terlihat
mengalami kenaikan setiap tahunnya, Rasio-rasio solvabilitas pada bank ini masih semakin baik, Hal ini mencerminkan bahwa bank tersebut cukup mampu
memenuhi kewajiban jangka panjangnya sehingga tergolong sebagai bank umum yang solvabel.
c. Rentabilitas
Hasil perhitungan rasio-rasio rentabilitas yang mencakup return on assets ROA, return on equity ROE dan gross profit margin GPM pada bank syari’ah
ini dapat ditunjukkan pada tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.7 Rasio Solvabilitas Bank Syari’ah Mandiri Periode 2007-2009
Rasio Periode
2006 2007
2008 2009
ROA 1,10
1,53 1,83
2,23 ROE
18,27 32,22
46,21 44,20
GPM 5,63
11,9 13,3
16,5
Sumber : Data sekunder diolah
Rasio-rasio rentabilitas yang mencakup return on assets ROA, Return on equity ROE, dan Gross profit Margin GPM dapat dijelaskan seperti berikut,
1 ROA pada tahun 2006 adalah sebesar 1,1, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset menghasilkan laba sebesar Rp 0,011.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2007 ROA menunjukkan angka 1,53 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset menghasilkan laba sebesar
Rp 0,0153,-, Sedangkan ROA pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 1,83 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- dari aset
mampu menghasilkan laba sebesar Rp 0,0183,-, Pada tahun 2009 ROA menurun menjadi 2,23 , hal ini menggambarkan bahwa setiap
Rp 1,- dari aset mampu menghasilkan laba sebesar Rp 0,023,-, Kenaikan ROA pada tahun 2006 hingga 2009 menunjukkan bahwa
kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari menggunakan asetnya cukup baik,
2 ROE pada tahun 2006 menunjukkan nilai 18,27, menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari modal mampu menghasilkan laba sebesar Rp
0,1827. Pada tahun 2007 ROA mengalami kenaikkan sebesar 32,22 menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari modal mampu
menghasilkan laba sebesar Rp 0,3222,-. Pada tahun 2008, ROE meningkat menjadi 46,21 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- dari
modal dapat menghasilkan laba perusahaan sebesar Rp 0,4621,-. Sedangkan pada tahun 2009 ROE sebesar 44,20 menunjukkan
bahwa setiap Rp 1,- dari modal dapat menghasilkan laba sebesar Rp 0,442,-, Peningkatan yang terjadi tiap tahunnya terhadap rasio ini
mencerminkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modalnya sudah cukup baik
Universitas Sumatera Utara
3 GPM pada tahun 2006 adalah sebesar 5,63, hal ini berarti hal ini menggambarkan bahwa biaya operasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan mampu menghasilkan operating income bagi perusahaan. Pada tahun 2007 nilai GPM menunjukkan angka positif, yakni
sebesar 11,9 , hal ini menggambarkan bahwa biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan mampu menghasilkan operating income
bagi perusahaan , Pada tahun 2008 GPM menunjukkan angka 13,3, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari biaya operasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan mampu menghasilkan operating income sebesar Rp 0,133,-, Sedangkan pada tahun 2009 terlihat GPM
mengalami peningkatan menjadi 16,5 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- dari biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan hanya mampu
menghasilkan operating income sebesar Rp 0,165,-, Peningkatan nilai GPM pada tahun 2007 hingga 2009 mencerminkan bahwa pada
tahun tersebut kemampuan bank dalam memperoleh laba dari operasional usahanya sudah cukup tinggi.
Ditinjau dari pertumbuhannya, kinerja keuangan bank syari’ah ini mengalami kenaikan pada rasio rentabilitasnya, Pertumbuhan rasio rentabilitas Bank Syari’ah
Mandiri dapat ditunjukkan pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8 Pertumbuhan Rasio Rentabilitas Bank Syari’ah Mandiri Periode 2006-2009
Rasio Periode
2007 2008
2009 ROA
39 19
21
Universitas Sumatera Utara
ROE 76,35
43,4 -4,3
GPM 111,3
24 24
Sumber : Data Sekunder Diolah
Hasil perhitungan pertumbuhan rasio rentabilitas yang mencakup ROA, ROE, dan GPM memperlihatkan bahwa rasio-rasio tersebut mengalami pertumbuhan
positif dan negatif setiap tahunnya, Pertumbuhan positif pada rasio-rasio rentabilitas ini mencerminkan bahwa kinerja keuangan bank syari’ah ini sudah
cukup baik, Sedangkan pertumbuhan negatif pada rasio-rasio ini mencerminkan bahwa kinerja keuangan bank syari’ah ini kurang baik, Penurunan terhadap
pertumbuhan rasio-rasio rentabilitas ini menunjukkan bahwa bank kurang mampu mempertahankan kinerja keuangannya,
Berdasarkan analisis rasio-rasio rentabilitas tersebut dapat diketahui bahwa Bank Syari’ah Mandiri pada tahun 2006 mempunyai tingkat rentabilitas yang
masih rendah, Sedangkan pada tahun 2008- 2009 Bank Syari’ah Mandiri sudah cukup mampu menghasilkan laba baik dari pemanfaatan aset, modal, maupun
operasional usahanya sehingga tergolong bank yang cukup profitabel.
2. Bank Rakyat Indonesia Tbk BRI
Hasil perhitungan rasio-rasio keuangan Bank Syari’ah Mandiri meliputi likuiditas, solvabilitas dan rentabilita selama periode 2006-2009 dapat
ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut :
a. Likuiditas
Berdasarkan data laporan keuangan neraca dan laporan rugi laba dapat dihitung rasio-rasio likuiditas Bank Syari’ah Mandiri untuk periode 2006-2009,
Universitas Sumatera Utara
Hasil perhitungan rasio-rasio likuiditas mencakup quick ratio, banking ratio dan loan to assets ratio pada bank syari’ah ini dapat ditunjukkan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Rasio Likuiditas Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode 2006-2009
Rasio Periode
2006 2007
2008 2009
Quick Ratio 2,7
3 3,3
3,1 Banking Ratio
72,54 63
74 75
Loan to Asset Ratio 53,3
52 62
61
Sumber : Data sekunder diolah
Rasio-rasio likuiditas yang mencakup quick ratio, banking ratio, dan loan to assets ratio pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1 Quick ratio pada tahun 2006 menunjukkan nilai sebesar 2,7, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh cash
assets sebesar Rp 0,027. Pada tahun 2007 nilai quick ratio meningkat sebesar 3, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit
dijamin oleh cash assets sebesar Rp 0,03,-. Pada tahun 2008 quick ratio mengalami peningkatan menjadi 3,3, hal ini menunjukkan
bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp 0,033,-. Sedangkan pada tahun 2009 quick ratio kembali menurun
menjadi 3,1 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp 0,031,-. Penurunan quick ratio
pada tahun 2009 memperlihatkan bahwa bank kurang mampu meningkatkan kualitas kas atau asetnya, Semakin rendah quick ratio
maka semakin rendah pula tingkat likuiditas bank karena bank kurang dapat menjamin pengembalian deposito baik dalam bentuk tabungan
Universitas Sumatera Utara
maupun deposito berjangka kepada para nasabah penyimpan dana. Sedangkan pada tahun 2008, quick ratio mengalami peningkatan.
Meskipun quick ratio mengalami peningkatan, namun masih tergolong rendah, rasio ini tidak mencapai nilai standar Bank
Indonesia yaitu 15-20, Hal ini memperlihatkan bahwa bank konvensional ini kurang mampu memenuhi kewajiban jangka
pendeknya, Oleh sebab itu tingkat likuiditas bank konvensional ini dilihat dari quick ratio tergolong kurang baik,
2 Banking ratio pada tahun 2006 adalah sebesar 72,54, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh Rp
0,7254. Pada tahun 2007 nilai banking ratio menunjukkan penurunan menjadi sebesar 63, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1,-
dari deposit dijamin oleh Rp 0,63,- dari pembiayaan yang diberikan. Nilai banking ratio pada tahun 2008 meningkat menjadi 74 , hal ini
menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh Rp 0,74,- dari pembiayaan yang diberikan. Sedangkan banking ratio pada tahun
2009 juga mengalami kenaikkan menjadi 75, hal ini berarti setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh Rp 0,75,- dari pembiayaan yang
diberikan, Berdasarkan tabel 4.9 diatas terlihat bahwa pada tahun 2009 nilai banking ratio adalah paling tinggi, Hal ini mencerminkan
bahwa pada tahun tersebut tingkat likuiditas bank paling rendah karena bank membutuhkan jumlah dana yang lebih besar untuk
membiayai pembiayaannya. Namun, tingkat likuiditas bank
Universitas Sumatera Utara
konvensional ini dilihat dari banking ratio tergolong masih tergolong sehat karena di dalam standar Bank Indonesia yaitu 75-85,
Semakin rendah nilai banking ratio maka tingkat likuiditas bank akan semakin tinggi, Hal ini karena bank dapat menjamin dalam
memberikan pembiayaan kepada nasabah peminjam dengan menggunakan depositonya, Banking ratio yang semakin rendah
menandakan bahwa bank konvensional ini tidak membutuhkan jumlah dana yang besar untuk membiayai pembiayaan yang
diberikannya, 3 Loan to asset ratio pada tahun 2006 menunjukkan nilai sebesar
53.3, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset yang tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp
0,533. Nilai loan to asset ratio pada tahun 2007 menunjukkan angka 52, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset yang tersedia
mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp 0,52,-. Pada tahun 2008 loan to asset ratio mengalami peningkatan menjadi
62, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp 0,62,-. Sedangkan
pada tahun 2009 nilai loan to asset ratio mengalami penurunan sebesar 61 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset yang
tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp 0,61,-. Ditinjau dari loan to assets ratio, tingkat likuiditas bank ini
tergolong cukup baik karena masih di bawah standar bank Indonesia
Universitas Sumatera Utara
yaitu 85-100. Nilai rasio yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit atau
pembiayaan dari nasabah rendah, Ini disebabkan karena total kredit atau pembiayaan yang diminta nasabah mendekati atau bahkan lebih
besar dibanding dengan total aset yang dimiliki bank tersebut. Ditinjau dari pertumbuhannya, kinerja keuangan Bank Syari’ah Mandiri ini
mengalami kenaikan dan penurunan pada rasio likuiditasnya, Pertumbuhan rasio likuiditas Bank Syari’ah Mandiri dapat ditunjukkan pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Pertumbuhan Likuiditas Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode 2006-2009
Rasio Periode
2007 2008
2009 Quick Ratio
11 10
-6 Banking Ratio
-13 17,4
1,3 Loan to Asset Ratio
-2,43 19,2
-1,6
Sumber : Data Sekunder Diolah
Hasil pertumbuhan rasio likuiditas yang mencakup quick ratio, banking ratio, dan loan to assets ratio menunjukkan bahwa rasio-rasio tersebut mengalami
pertumbuhan positif dan negatif pada tiap tahunnya, Pertumbuhan positif quick ratio pada tahun 2008 memperlihatkan bahwa pada tahun tersebut bank cukup
mampu meningkatkan kinerja keuangannya, Pertumbuhan positif banking ratio pada tahun 2008 hingga 2009 juga mencerminkan bahwa kinerja keuangannya
pada tahun tersebut belum cukup baik karena bank belum mampu menurunkan nilai perbandingan antara total pembiayaan dengan total depositonya, Sementara
itu, pertumbuhan positif pada loan to assets ratio menandakan bahwa kinerja keuangan pada bank tersebut masih kurang baik meskipun terjadi penurunan pada
Universitas Sumatera Utara
tahun 2009, Hal ini karena bank kurang mampu menurunkan nilai perbandingan antara total pembiayaan dengan total asetnya,
Berdasarkan analisis rasio-rasio likuiditas tersebut dapat diketahui bahwa tingkat likuiditas Bank Rakyat Indonesia, Tbk masih rendah, Hal ini
mencerminkan bahwa bank kurang mampu dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya sehingga tergolong dalam bank yang tidak liquid.
b. Solvabilitas
Hasil perhitungan rasio-rasio solvabilitas yang mencakup capital adequacy ratio CAR, primary ratio dan capital ratio pada bank syari’ah ini dapat
ditunjukkan pada tabel 4.11 sebagai beriktu:
Tabel 4.11 Rasio Solvabilitas Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode 2006-2009
Rasio Periode
2006 2007
2008 2009
CAR 18,82
13,2 13,18
15,84 Primary Ratio
10,9 9,5
9,1 8,6
Capital Ratio 20,4
18,4 14,7
14
Sumber : Data sekunder diolah
Rasio-rasio solvabilitas yang mencakup capital adequacy ratio CAR, primary ratio, dan capital ratio dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 CAR pada tahun 2006 adalah sebesar 18,82 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan dan securities dijamin oleh
modal sebesar Rp 0,1882.Nilai CAR pada tahun 2007 adalah sebesar 13,2 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan dan
securities dijamin oleh modal sebesar Rp 0,132,-. Sedangkan pada tahun 2008 CAR mengalami penurunan menjadi 13,19 , hal ini
menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan dan securities
Universitas Sumatera Utara
dijamin oleh modal sebesar Rp 0,1319,-. Pada tahun 2009 CAR kembali meningkat menjadi 15,84 , hal ini menunjukkan bahwa
setiap Rp 1,- dari pembiayaan dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp 0,1584,-. Semakin tinggi nilai CAR maka solvabilitas
semakin baik. CAR yang semakin tinggi mencerminkan bahwa permodalannya semakin baik karena modal dapat digunakan untuk
menjamin pemberian pembiayaan. Oleh karena itu meskipun rasio ini mengalami penurunan pada tahun 2008 namun nilai CAR pada bank
konvensional ini ini masih tergolong cukup baik. Nilai CAR dikatakan rendah apabila kurang dari nilai CAR yang ditentukan oleh
Bank Indonesia yakni sebesar 8 , CAR yang rendah mencerminkan bahwa permodalan dalam bank kurang baik sehingga bank kurang
mampu menutup kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pembiayaan dan perdagangan securities,
2 Primary ratio pada tahun 2006 adalah sebesar 10,9, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset dijamin oleh equity capital
sebesar Rp 0,109. Nilai primary ratio tahun 2007 menunjukkan angka 9,5 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset dijamin oleh
equity capital sebesar Rp 0,095,-, Sedangkan primary ratio pada tahun 2008 yang menunjukkan penurunan angka 9,1, menggambarkan
bahwa setiap Rp 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp 0,091,-. Pada tahun 2009 primary ratio mengalami penurunan menjadi
8,6 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset dijamin oleh
Universitas Sumatera Utara
equity capital sebesar Rp 0,086,-. Nilai primary ratio Bank Rakyat Indonesia tergolong cukup baik karena masih diatas ketentuan Bank
Indonesia yaitu 3-6, 3 Capital ratio pada tahun 2006 menunjukkan nilai sebesar 20,4, hal
ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp0,204. Nilai capital ratio tahun 2007 sebesar
18,4 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp0,184,-. Pada tahun 2008
terlihat bahwa capital ratio mengalami penurunan menjadi 14,7 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan dijamin
oleh equity capital sebesar Rp 0,147,-. Sedangkan capital ratio pada tahun 2009 menunjukkan kembali sebesar angka 14, hal ini
menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp 0,14,-, Dari tabel diatas terlihat bahwa
capital ratio mengalami penurunan tiap tahunnya, Meskipun demikian, selama periode 2006-2009 nilai rasio ini masih tergolong
tinggi sehingga pada tahun tersebut tingkat solvabilitasnya cukup baik, Hal ini menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki permodalan
yang baik sehingga dapat menutup kredit atau pembiayaan usaha yang dilakukan oleh bank.
Ditinjau dari pertumbuhan solvabilitasnya, kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia dari tahun ketahun mengalami penurunan pada rasio solvabilitasnya,
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan rasio solvabilitas Bank Rakyat Indonesia, Tbk dapat ditunjukkan pada tabel 4.12 sebagai berikut:
Tabel 4.12 Pertumbuhan Solvabilitas Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode 2006-2009
Likuiditas Periode
2007 2008
2009 CAR
-29 -0,15
20,1 Primary Ratio
-12 -4,2
-5,4 Capital Ratio
-9.8 -20,1
-4,7
Sumber : Data Sekunder Diolah,
Hasil pertumbuhan rasio solvabilitas yang mencakup capital adequacy ratio CAR, primary ratio, dan capital ratio memperlihatkan bahwa rasio-rasio
tersebut mengalami pertumbuhan negatif dan positif setiap tahunnya, Hal ini menunjukkan adanya penurunan nilai pada masing-masing rasio tersebut,
Pertumbuhan negatif pada rasio-rasio solvabilitas ini mencerminkan bahwa kinerja keuangan bank ini dari tahun ketahun kurang baik, Bank kurang mampu
memperbaiki permodalannya sehingga rasio-rasio solvabilitasnya terus
mengalami penurunan setiap tahunnya, Analisis terhadap rasio-rasio likuiditas yang mencakup capital adequacy ratio
CAR, primary ratio, dan capital ratio pada Bank Rakyat Indonesia, Tbk terlihat mengalami penurunan setiap tahunnya, Meskipun demikian, nilai rasio-rasio
solvabilitas pada bank ini masih cukup tinggi, Hal ini mencerminkan bahwa bank tersebut cukup mampu memenuhi kewajiban jangka panjangnya sehingga
tergolong sebagai bank umum yang solvabel.
c. Rentabilitas
Universitas Sumatera Utara
Hasil perhitungan rasio-rasio rentabilitas yang mencakup return on assets ROA, return on equity ROE dan gross profit margin GPM pada Bank Rakyat
Indonesia Tbk dapat ditunjukkan pada tabel 4.13 sebagai berikut:
Tabel 4.13 Rasio Rentabilitas Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode 2007-2009
Rentabilitas Periode
2006 2007
2008 2009
ROA 4,36
3,82 3,59
3,12 ROE
34,99 40,03
39,46 36,29
GPM 9.14
32,5 29,7
36,80
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Rasio-rasio rentabilitas yang mencakup return on assets ROA, Return en equity ROE, dan Gross profit Margin GPM dapat dijelaskan seperti berikut,
1 ROA pada tahun 2006 adalah sebesar 4,36, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset menghasilkan laba sebesar Rp 0,0436. Nilai ROA
pada tahun 2007 menunjukkan penurunan menjadi 3,82, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset menghasilkan laba sebesar Rp
0,0382,-, Sedangkan ROA pada tahun 2000 mengalami penurunan menjadi 3,59 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- dari aset mampu menghasilkan
laba sebesar Rp 0,059,-, Pada tahun 2009 ROA menurun menjadi 3,12 , hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset mampu
menghasilkan laba sebesar Rp 0,0312,-, Penurunan ROA pada tahun 2008 hingga 2009 menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan
laba dari menggunakan asetnya tidak cukup baik, 2 ROE pada tahun 2006 adalah sebesar 34,99, hal ini menunjukkan bahwa
setiap Rp 1,- dari modal mampu menghasilkan laba sebesar Rp 0,3499.
Universitas Sumatera Utara
Nilai ROE pada tahun 2007 sebesar 40,03 menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari modal mampu menghasilkan laba sebesar Rp 0,403,-,
Pada tahun 2008 ROE menurun menjadi 39,46 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- dari modal dapat menghasilkan laba perusahaan sebesar Rp
0,3946,-, Sedangkan pada tahun 2009 ROE kembali menurun sebesar 36,29 menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari modal dapat menghasilkan
laba sebesar Rp 0,3629,-, Penurunan yang terjadi tiap tahunnya terhadap rasio ini mencerminkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba
dengan menggunakan modalnya semakin tidak cukup baik, 3 GPM pada tahun 2006 menunjukkan nilai positif sebesar 9,14, ini ini
menggambarkan bahwa biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan belum mampu menghasilkan operating income bagi perusahaan.. Nilai
GPM pada pada tahun 2007 menunjukkan angka positif, yakni sebesar 32,5 , hal ini menggambarkan bahwa biaya operasi yang dikeluarkan
oleh perusahaan mampu menghasilkan operating income bagi perusahaan, Pada tahun 2008 GPM menunjukkan penurunan angka 29,7
, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan mampu menghasilkan operating income
sebesar Rp 0,297-, Sedangkan pada tahun 2009 terlihat GPM mengalami kenaikan menjadi 36,8 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- dari biaya
operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan hanya mampu menghasilkan operating income sebesar Rp 0,368,-, Peningkatan nilai GPM pada tahun
2009 menjadi 36,8 mencerminkan bahwa pada tahun tersebut
Universitas Sumatera Utara
kemampuan bank dalam memperoleh laba dari operasional usahanya sudah cukup tinggi, Sedangkan pada tahun 2008 GPM mengalami
penurunan menjadi 29,7 , Meskipun nilai GPM mengalami kenaikan dan penurunan naik namun bank tersebut terlihat cukup mampu menghasilkan
laba melalui operasional usaha. Ditinjau dari pertumbuhannya, kinerja keuangan bank syari’ah ini mengalami
kenaikan dan penurunan pada rasio rentabilitasnya, Pertumbuhan rasio rentabilitas Bank Rakyat Indonesia, Tbk dapat ditunjukkan pada tabel 4.14.
Tabel 4.14 Pertumbuhan Reabilitas Bank Rakyat Indonesia, Tbk Periode 2007-2009
Rasio Periode
2007 2008
2009 ROA
-12 -6
-,13 ROE
-14 -10
-8 GPM
-255,57 -9
24
Sumber : Data Sekunder Diolah
Hasil perhitungan pertumbuhan rasio rentabilitas yang mencakup ROA, ROE, dan GPM memperlihatkan bahwa rasio-rasio tersebut mengalami pertumbuhan
negatif setiap tahunnya, Pertumbuhan positif pada rasio-rasio rentabilitas ini mencerminkan bahwa kinerja keuangan bank ini sudah cukup baik, Sedangkan
pertumbuhan negatif pada rasio-rasio ini mencerminkan bahwa kinerja keuangan bank ini kurang baik, Penurunan terhadap pertumbuhan rasio-rasio rentabilitas ini
menunjukkan bahwa bank kurang mampu mempertahankan kinerja keuangannya, Namun Bank Rakyat Indonesia, Tbk cukup mampu menghasilkan laba baik dari
pemanfaatan aset, modal, maupun operasional usahanya sehingga tergolong bank
yang cukup profitabel.
Universitas Sumatera Utara
C. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Analisis perbandingan kinerja keuangan ini dimaksudkan untuk membandingkan kinerja keuangan Bank Syari’ah Mandiri dan Bank Rakyat
Indonesia Tbk secara eksternal, Analisis perbandingan kinerja keuangan ini bertujuan untuk mengetahui bank mana yang memiliki kinerja keuangan lebih
baik antara Bank Syari’ah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia. Perbandingan kinerja keuangan pada kedua bank tersebut ditinjau dari rasio-rasio keuangannya
yang mencakup likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Analisis perbandingan kinerja pada kedua bank tersebut tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Likuiditas
Likuiditas sebagai rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Perbandingan
rasio-rasio likuiditas Bank Syari’ah mandiri dan Bank Rakyat Indonesia selama periode 2006-2009 dapat ditunjukkan pada Tabel 4.15.
Tabel 4,15 Perbandingan Likuiditas Bank Syari’ah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia, Tbk
Periode 2006-2009
Rasio Periode
2006 2007
2008 2009
Quick Ratio − BSM
− BRI 1,6
1,8 2,1
2,3 2,7
3 3,3
3,1 Banking Ratio
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Hasil Penelitian
Berdasarkan data pada tabel 4.15 diatas maka dapat diketahui bahwa rasiorasio likuiditas pada Bank Rakyat Indonesia Tbk menunjukkan kinerja
keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan Bank Syari’ah Mandiri. Hal ini ditunjukkan baik pada nilai quick ratio, banking ratio dan loan to assets ratio.
Selama periode 2006-2009 nilai quick ratio banking ratio, dan loan to assets ratio Bank Rakyat Indonesia Tbk lebih baik dibandingkan Bank Syari’ah Mandiri
Hal ini mencerminkan bahwa bank tersebut mempunyai tingkat likuiditas yang cukup baik. Quick ratio yang meningkat memperlihatkan bahwa bank semakin
mampu meningkatkan kualitas kas atau asetnya, Semakin rendah quick ratio maka semakin rendah pula tingkat likuiditas bank karena bank kurang dapat
menjamin pengembalian deposito baik dalam bentuk tabungan maupun deposito berjangka kepada para nasabah penyimpan dana. Banking ratio yang semakin
rendah menandakan bahwa bank ini mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk membayar kembali kewajiban kepada nasabah yang telah menanamkan
dananya dengan menggunakan depositonya. Sementara itu nilai loan to assets ratio yang semakin rendah menunjukkan bahwa kemampuan bank ini untuk
memenuhi permintaan kredit atau pembiayaan usaha dari nasabah tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bank Rakyat Indonesia Tbk tergolong lebih
liquid sehingga lebih mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dibandingkan Bank Syari’ah Mandiri.
− BSM − BRI
90,21 93
89 83
72,54 63
74 75
Loan to Asset Ratio − BSM
− BRI 77,6
80 78
73 53,3
52 62
61
Universitas Sumatera Utara
2. Solvabilitas
Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang Perbandingan rasio-rasio solvabilitas
Bank Syari’ah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia selama periode 2006-2009 dapat ditunjukkan pada tabel 4.16.
Tabel 4.16 Perbandingan Rasio Solvabilitas Bank Syari’ah Mandiri dan Bank Rakyat
Indonesia Tbk Periode 2006-2009
Sumber : Hasil Penelitian
Berdasarkan pada tabel 4.16 diatas maka dapat diketahui bahwa rasio-rasio solvabilitas pada Bank Rakyat Indonesia terlihat lebih baik dibandingkan dengan
Bank Syari’ah Mandiri. Hal ini ditunjukkan dengan lebih tingginya nilai CAR, primary ratio, dan capital ratio selama periode 2006- 2009 dibandingkan dengan
Bank Syariah Mandiri . Hal tersebut menandakan bahwa kemampuan Bank Rakyat Indonesia Tbk dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya lebih baik
bila dibandingkan dengan Bank Syari’ah Mandiri sehingga tergolong bank yang cukup solvabel.
3. Rentabilitas
Rasio Periode
2006 2007
2008 2009
CAR − BSM
− BRI
12,56
12,44 12,66
13,39
18,82
13,2 13,18
15,84 Primary Ratio
− BSM − BRI
7,2
6,3 7,1
7,3
10,9
9,5 9,1
8,6 Capital Ratio
− BSM − BRI
9,4
7,9 9,1
10
20,4
18,4 14,7
14
Universitas Sumatera Utara
Rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba. Perbandingan rasio-rasio rentabilitas Bank Syari’ah Mandiri dan Bank
Rakyat Indonesia Tbk selama periode 2006-2009 dapat dilihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.17 Perbandingan Rasio Rentabilitas Bank Syari’ah Mandiri dan Bank Rakyat
Indonesia Periode 2006-2009
Sumber : Hasil Penelitian
Berdasarkan pada tabel 4.17 diatas terlihat bahwa rasio-rasio rentabilitas pada Bank Rakyat Indonesia Tbk pada tahun 2006-2009 lebih tinggi dibandingkan pada
Bank Syari’ah Mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun tersebut kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesian Tbk lebih baik karena kemampuan
menghasilkan labanya lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri. Meskipun demikian dilihat dari nilai ROA, ROE, dan GPM maka tingkat
rentabilitas kedua bank tersebut masih cukup baik sehingga tergolong sebagai bank yang profitabel.
D. Pembahasan
Analisis rasio keuangan berperan penting sebagai alat ukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio keuangan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan dalam
periode tertentu. Analisis rasio keuangan pada perbankan dibedakan menjadi Rasio
Periode 2006
2007 2008
2009 ROA
− BSM − BRI
1,10
1,53 1,83
2,23
4,36
3,82 3,59
3,12 ROE
− BSM − BRI
18,27
32,22 46,21
44,20
34,99
40,03 39,46
36,29 GPM
− BSM − BRI
5,63
11,9 13,3
16,5
9.14
32,5 29,7
36,8
Universitas Sumatera Utara
empat yaitu likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Rasio likuiditas mencerminkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan bank memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio rentabilitas menunjukkan kemampuan bank menghasilkan laba.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Bank Syari’ah Mandiri selama tahun 2006 hingga 2009 tergolong sebagai bank umum syari’ah yang likuid, solvabel
dan profitabel. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil rekapitulasi rasio keuangan Bank Syari’ah Mandiri seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.18.
Tabel 4.18 Rekapitulasi Rasio Keuangan Bank Syari’ah Mandiri Periode 2007-2009
Sumber : Hasil Penelitian
Berdasarkan pada tabel 4.18 diatas terlihat bahwa kinerja keuangan Bank Syari’ah Mandiri selama periode 2006-2009 dari rasio likuiditasnya tergolong
baik kecuali pada quick ratio. Meskipun quick ratio mengalami peningkatan, namun masih tergolong rendah. Rasio ini tidak mencapai atau mendekati
ketentuan Bank Indonesia untuk quick ratio yaitu 15-20 , Sementara banking ratio mengalami penurunan dan menunjukkan kondisi yang baik sesuai dengan
Rasio Periode
2006 2007
2008 2009
Likuiditas a.
Quick Ratio b.
Banking Ratio c.
Loan to Asset Ratio
1,6 1,8
2,1 2,3
90,21 93
89 83
77,6 80
78 73
Solvabilitas a.
CAR b.
Primary Ratio c.
Capital Ratio 12,56
12,44 12,66
13,39
7,2
6,3 7,1
7,3
9,4
7,9 9,1
10
Rentabilitas a.
ROA b.
ROE c.
GPM 1,10
1,53 1,83
2,23
18,27
32,22 46,21
44,20
5,63
11,9 13,3
16,5
Universitas Sumatera Utara
ketentuan Bank Indonesia untuk nilai banking ratio yaitu 75-85, Banking ratio yang tinggi menandakan bahwa bank syari’ah ini membutuhkan jumlah dana
yang lebih besar untuk membiayai pembiayaannya. Oleh karena itu semakin besar nilai rasio ini berarti bank syari’ah semakin tidak liquid karena total deposito yang
semakin besar maka tuntutan terhadap bank tersebut dalam memenuhi kewajibannya kepada para nasabah juga semakin besar. Selain itu, dilihat dari
loan to assets ratio, kinerja keuangan bank syari’ah ini juga masih cukup liquid. Hal ini ditunjukkan dengan nilai loan to assets ratio yang semakin menurun setiap
tahunnya. Nilai rasio yang semakin tinggi menandakan bahwa kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit atau pembiayaan dari nasabah masih rendah,
Kinerja keuangan Bank Syari’ah Mandiri selama periode 2006-2009 dilihat dari rasio solvabilitasnya tergolong cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari
nilai CAR, primary ratio, capital ratio yang semakin meningkat dan sesuai dengan standar rasio yang sehat menurut standar Bank Indonesia. Sehingga secara
keseluruhan, Bank Syariah Mandiri Tergolong bank yang cukup solvabel. Kinerja keuangan Bank Syari’ah Mandiri selama periode 2006-2009 dilihat
dari rasio rentabilitasnya terlihat belum cukup baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh tingginya nilai rasio-rasio rentabilitas yang dimilikinya pada tahun tersebut. Bank
syari’ah ini dapat dikatakan sudah cukup mampu menghasilkan laba baik dari pemanfaatan aset, modal, maupun operasional usahanya sehingga tergolong bank
yang cukup profitabel, Sementara Bank Rakyat Indonesi Tbk pada tahun 2007-2009 tergolong sebagai
bank umum konvensional yang tergolong cukup liquid, solvabel dan profitabel.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi keuangan bank ini dapat dilihat dari hasil rekapitulasi rasio keuangan yang terdapat pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19 Rekapitulasi Rasio Keuangan Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001
Sumber : Hasil Penelitian
Berdasarkan pada tabel 4.19 diatas terlihat bahwa kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia selama periode 2006-2009 dari rasio likuiditasnya tergolong
cukup baik, Meskipun quick ratio rendah, akan tetapi penurunan terhadap banking ratio dan loan to assets ratio pada tiap tahunnya menunjukkan bahwa bank
konvensional ini mempunyai tingkat likuiditas yang cukup baik. Semakin rendah banking ratio dan loan to assets ratio maka tingkat likuiditasnya semakin tinggi,
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dari nasabah dengan menggunakan depositonya cukup tinggi sehingga bank tidak
memerlukan jumlah dana yang lebih besar untuk membiayai kreditnya, Kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia selama periode 2006-2009 dilihat
dari rasio solvabilitasnya tergolong cukup baik. Hal ini terlihat pada nilai rasio- rasio solvabilitasnya yang tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
Rasio Periode
2006 2007
2008 2009
Likuiditas a.
Quick Ratio b.
Banking Ratio c.
Loan to Asset Ratio
2,7 3
3,3 3,1
72,54 63
74 75
53,3 52
62 61
Solvabilitas a.
CAR b.
Primary Ratio c.
Capital Ratio 18,82
13,2 13,18
15,84
10,9
9,5 9,1
8,6
20,4
18,4 14,7
14
Rentabilitas a. ROA
b. ROE c.
GPM 4,36
3,82 3,59
3,12
34,99
40,03 39,46
36,29
9.14
32,5 29,7
36,8
Universitas Sumatera Utara
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya cukup baik sehingga tergolong bank yang solvabel.
Kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia selama periode 2007-2009 dilihat dari rasio rentabilitasnya terlihat cukup baik, Hal ini ditunjukkan dengan nilai
rasio-rasio rentabilitas yang tinggi, sehingga kemampuan bank dalam menghasilkan laba sangat baik meskipun terjadi penurunan rasio rentabilitas dari
tahun 2007-2009, Namun nilai rentabilitas bank ini masih tergolomh baik karena berada diatas ketentuan Bank Indonesia.
Analisis perbandingan kinerja keuangan yang dilakukan secara eksternal antara Bank Syari’ah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia dimaksudkan untuk
mengetahui bank mana yang memiliki kinerja keuangan yang lebih baik, Perbandingan kinerja keuangan terhadap kedua bank tersebut ditinjau dari rasio-
rasio keuangan yang mencakup likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Hasil analisis perbandingan kinerja keuangan antara Bank Syari’ah Mandiri dan Bank
Rakyat Indonesia Tbk dapat ditunjukkan dengan hasil rekapitulasi rasio keuangan Bank Syari’ah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia seperti yang ditunjukkan pada
tabel 4.20 sebagai berikut:
Tabel 4.20 Rekapitulasi Perbandingan Rasio Keuangan Bank Syari’ah Mandiri
dan Bank Rakyat Indonesia Periode 2006-2009
Rasio Periode
2006 2007
2008 2009
Likuiditas a. Quick Ratio
-BSM
1,6
1,80 2,10
2,30 -BRI
2,7
3 3,30
3,10
Universitas Sumatera Utara
Sumber: data diolah Berdasarkan hasil penelitian dapat pula diketahui tingkat kesehatan kedua bank
tersebut. Tingkat kesehatan Bank Syari’ah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia dapat dilihat dari rasio-rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas yang
dibandingkan dengan nilai standar tingkat kesehatan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada tabel.21 sebagai berikut:
Tabel. 21 Nilai Standar Tingkat Kesehatan Bank Indonesia
Rasio Nilai Standar BI
Likuiditas - Quick Ratio
15 − 20
b. Banking Ratio -BSM
90,21
93 89
83 -BRI
72,54
63 74
75 c. Loan to Asset Ratio
-BSM
77,6
80 78
73 -BRI
53,3
52 62
61 Solvabilitas
a. CAR -BSM
12,56
12,44 12,66
13,39 -BRI
18,82
13,20 13,18
15,84 b. Primary Ratio
-BSM
7,2
6,30 7,10
7,30 -BRI
10,9
9,50 9,10
8,60 c. Capital Ratio
-BSM
9,4
7,90 9,10
10 -BRI
20,4
18,40 14,70
14 Rentabilitas
a. ROA -BSM
1,10
1,53 1,83
2,23 -BRI
4,36
3,82 3,59
3,12 b.ROE
-BSM
18,27
32,22 46,21
44,20 -BRI
34,99
40,03 39,46
36,29 c. GPM
-BSM
5,63
11,90 13,30
16,50 -BRI
9.14
32,50 29,70
36,80
Universitas Sumatera Utara
- Banking Ratio - Loan to Asset Ratio
75 − 85 , dan
85 − 100
Solvabilitas - CAR
- Primary Ratio - Capital Ratio
8 3
− 6 10
− 20 Rentabilitas
- ROA - ROE
0,5 − 1,25
5 − 12
Dilihat dari quick ratio pada tahun 2006-2009, Bank Rakyat indonesia tergolong cukup sehat bila dibandingkan Bank Syariah Mandiri. Akan tetapi,
nilai Quick Ratio yang ditunjukkan oleh kedua bank ini lebih rendah dari ketentuan Bank Indonesia yaitu berkisar antara 15
− 20 , Semakin besar quick ratio maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas bank tersebut karena bank dapat
menjamin pengembalian dana pihak ketiganya. Dilihat dari banking ratio, Bank Rakyat Indonesia terlihat lebih sehat dibandingkan Bank Syari’ah Mandiri karena
nilai banking ratio yang dimiliki bank tersebut belum melewati dari standar yang ditetapkan yaitu 75
− 85 dan 85 − 100 . Nilai banking ratio yang lebih besar dari standar BI menunjukkan bahwa bank tersebut membutuhkan jumlah
dana yang lebih besar untuk membiayai kredit yang diberikannya sehingga tingkat likuiditas bank tersebut tergolong rendah. Tingkat kesehatan bank juga dapat
dilihat dari rasio-rasio solvabilitas. Dilihat dari CAR, Bank Rakyat Indonesia tergolong lebih sehat dibandingkan Bank Syari’ah Mandiri selama periode 2006-
2009 karena nilai CAR nya lebih dari standar yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu sebesar 8 , Semakin tinggi nilai CAR maka tingkat solvabilitas bank
tersebut semakin baik. Hal ini mencerminkan bahwa permodalannya semakin baik karena dapat digunakan untuk menjamin pemberian kredit atau pembiayaan,
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari primary ratio, Bank Rakyat Indonesia lebih sehat dibandingkan dengan Bank Syari’ah Mandiri karena nilai rasio ini lebih besar dari standar yang
ditetapkan yaitu antara 3 − 6 . Nilai primary ratio yang tinggi menunjukkan
bahwa bank tersebut cukup mampu menutup setiap penurunan total aset yang dimilikinya dengan modal yang tersedia sehingga tingkat solvabilitasnya
tergolong cukup baik. Sementara dilihat dari capital ratio, Bank Rakyat Indonesia lebih sehat dibandingkan Bank Syari’ah Mandiri karena rasionya lebih
tinggi dari standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 10 − 20
. Semakin tinggi capital ratio maka tingkat solvabilitas bank tersebut semakin baik,
Hal ini menunjukkan bahwa permodalan bank tersebut cukup baik sehingga dapat menutup kredit atau pembiayaan usaha yang diberikan oleh bank. Bank Syari’ah
Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia dilihat dari rasio rentabilitasnya pada tahun 2006-2009 tergolong sehat karena nilai ROA lebih tinggi dari standar yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Nilai ROA yang rendah menunjukkan bahwa bank tersebut kurang mampu menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang
dimilikinya. Sedangkan pada tahun 2006-2009, Bank Rakyat Indonesia dilihat dari ROA tergolong cukup sehat dibandingkan Bank Syariah Mandiri. Hal ini
ditunjukkan dengan ROA yang melebihi standar Bank Indonesia. Standar ROA yang ditetapkan Bank Indonesia berkisar antara 0,5
− 1,25 , Sementara dilihat dari ROE, kedua bank ini pada tahun 2006-2009 tergolong sehat karena nilai
rasionya lebih tinggi dari standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu berkisar antara 5
− 12 . Nilai ROE yang rendah menunjukkan bahwa bank tersebut masih kurang mampu menghasilkan laba dengan menggunakan modal
Universitas Sumatera Utara
yang dimilikinya, dilihat dari tahun 2006-2007 nilai ROA Bank Rakyat Indonesia tergolong lebih sehat dibandingkan Bank Syari’ah Mandiri karena ROE
Bank Rakyat Indonesia lebih besar dari Bank Syariah Mandiri. Sedangkan pada tahun 2008-2009 nilai ROA Bank syariah Mandiri tergolong lebih sehat
dibandingkan Bank Rakyat Indonesia karena Bank Syariah Mandiri ROE lebih besar dari Bank Rakyat Indonesia.
BAB IV
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan