BRI bertujuan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan dari masing- masing bank. Kinerja keuangan tersebut ditunjukkan dengan rasio-rasio
likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas, Rasio keuangan masing-masing bank tersebut selama periode 2007-2009 dapat dianalisis seperti berikut:
1. Bank Syari’ah Mandiri BSM
Hasil perhitungan rasio-rasio keuangan Bank Syari’ah Mandiri meliputi likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas selama periode 2006-2009 dapat
ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut :
a. Likuiditas
Berdasarkan data laporan keuangan neraca dan laporan rugi laba dapat dihitung rasio-rasio likuiditas Bank Syari’ah Mandiri untuk periode 2006-2009,
Hasil perhitungan rasio-rasio likuiditas mencakup quick ratio, banking ratio dan loan to assets ratio pada bank syari’ah ini dapat ditunjukkan pada tabel 4.3
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rasio Likuiditas Bank Syari’ah Mandiri Periode 2006-2009
Rasio Periode
2006 2007
2008 2009
Quick Ratio 1,6
1,8 2,1
2,3 Banking Ratio
90,21 93
89 83
Loan to Asset Ratio 77,6
80 78
73
Sumber : Data sekunder diolah
Rasio-rasio likuiditas yang mencakup quick ratio, banking ratio, dan loan to assets ratio pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1 Quick ratio pada tahun 2006 sebesar 1,6 menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp 0,016.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2007 quick ratio mengalamai kenaikan sebesa 1,8 menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh cash
assets sebesar Rp 0,018,-. Pada tahun 2008 quick ratio mengalami kenaikan menjadi 2,1 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,-
dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp 0,021,-. Sedangkan pada tahun 2009 quick ratio kembali meningkat menjadi 2,3 , hal ini
menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp 0,023,-, Kenaikan quick ratio pada tahun 2006
hingga 2009 memperlihatkan bahwa bank semakin mampu meningkatkan kualitas kas atau asetnya, Semakin rendah quick ratio
maka semakin rendah pula tingkat likuiditas bank karena bank kurang dapat menjamin pengembalian deposito baik dalam bentuk tabungan
maupun deposito berjangka kepada para nasabah penyimpan dana, Meskipun quick ratio mengalami peningkatan, namun masih
tergolong rendah, Rasio ini tidak mencapai atau mendekati nilai 15- 20 seperti kyang ditetapkan oleh Bank Indonesia, Hal ini
memperlihatkan bahwa bank syari’ah ini kurang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya, Oleh sebab itu tingkat likuiditas bank
syari’ah ini dilihat dari quick ratio tergolong kurang baik. 2 Banking ratio pada tahun 2006 adalah sebesar 90,21 menggambarkan
bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh Rp 0,90 , pada tahun 2007 menunjukkan angka 93, hal ini menggambarkan bahwa setiap
Rp 1,- dari deposit dijamin oleh Rp 0,93,- dari pembiayaan yang
Universitas Sumatera Utara
diberikan. Pada tahun 2008, banking ratio menurun menjadi 89 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh Rp
0,89,- dari pembiayaan yang diberikan. Sedangkan banking ratio pada tahun 2009 juga mengalami penurunan menjadi 83, hal ini berarti
setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh Rp 0,83 ,- dari pembiayaan yang diberikan. Berdasarkan tabel 4.3 diatas terlihat bahwa pada
tahun 2007 nilai banking ratio adalah paling tinggi, Hal ini mencerminkan bahwa pada tahun tersebut tingkat likuiditas bank
paling rendah karena bank membutuhkan jumlah dana yang lebih besar untuk membiayai pembiayaannya, Meskipun banking ratio
mengalami penurunan pada tahun 2008 hingga 2009, namun nilai rasio ini masih tergolong tinggi, Oleh karena itu tingkat likuiditas
bank syari’ah ini dilihat dari banking ratio tergolong masih rendah, Semakin rendah nilai banking ratio maka tingkat likuiditas bank akan
semakin tinggi, Hal ini karena bank dapat menjamin dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah peminjam dengan
menggunakan depositonya, Banking ratio yang semakin rendah menandakan bahwa bank syari’ah ini tidak membutuhkan jumlah dana
yang besar untuk membiayai pembiayaan yang diberikannya, 3 Loan to asset ratio pada tahun 2006 adalah sebesar 77,6
menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset yang tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp 0,776, pada tahun
2007 menunjukkan angka 80 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp
Universitas Sumatera Utara
1,- dari aset yang tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp 0,8,-. Pada tahun 2008 loan to asset ratio
mengalami penurunan menjadi 78, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan
sebesar Rp 0,78,-. Sedangkan pada tahun 2009 loan to asset ratio sebesar 73, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset yang
tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp 0,73,-, Nilai rasio yang semakin tinggi menunjukkan bahwa
kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit atau pembiayaan dari nasabah rendah, Ini disebabkan karena total kredit
atau pembiayaan yang diminta nasabah mendekati atau bahkan lebih besar dibanding dengan total aset yang dimiliki bank tersebut.
Ditinjau dari loan to assets ratio, tingkat likuiditas bank ini cukup baik karena masih berada pada standar kesehatan Bank Indonesia
untuk loan to asset ratio yaitu 85-100. Ditinjau dari pertumbuhannya, kinerja keuangan Bank Syari’ah Mandiri ini
mengalami kenaikan dan penurunan pada rasio likuiditasnya, Pertumbuhan rasio likuiditas Bank Syari’ah Mandiri dapat ditunjukkan pada tabel 4.4 sebagai berikut.
Tabel 4.4 Pertumbuhan Rasio Likuiditas Bank Syari’ah Mandiri Periode 2006-2009
Rasio Periode
2007 2008
2009 Quick Ratio
12,5 17
10 Banking Ratio
3 -4
-7 Loan to Asset Ratio
3 -3
-6
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Data Sekunder Diolah
Hasil pertumbuhan rasio likuiditas yang mencakup quick ratio, banking ratio, dan loan to assets ratio menunjukkan bahwa rasio-rasio tersebut mengalami
pertumbuhan positif dan negatif pada tiap tahunnya, Pertumbuhan positif quick ratio pada tahun 2008 hingga 2009 memperlihatkan bahwa pada tahun tersebut
bank cukup mampu meningkatkan kinerja keuangannya, Pertumbuhan negatif banking ratio pada tahun 2008 hingga 2009 juga mencerminkan bahwa kinerja
keuangannya pada tahun tersebut semakin membaik karena bank mampu menurunkan nilai perbandingan antara total pembiayaan dengan total depositonya,
Sementara itu, pertumbuhan negatif pada loan to assets ratio menandakan bahwa kinerja keuangan pada bank tersebut semakin baik, Hal ini karena bank mampu
menurunkan nilai perbandingan antara total pembiayaan dengan total asetnya. Berdasarkan analisis rasio-rasio likuiditas tersebut dapat diketahui bahwa
tingkat likuiditas Bank Syari’ah Mandiri masih rendah, Hal ini mencerminkan bahwa bank kurang mampu dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
sehingga tergolong dalam bank yang tidak liquid.
b. Solvabilitas