ROE 76,35
43,4 -4,3
GPM 111,3
24 24
Sumber : Data Sekunder Diolah
Hasil perhitungan pertumbuhan rasio rentabilitas yang mencakup ROA, ROE, dan GPM memperlihatkan bahwa rasio-rasio tersebut mengalami pertumbuhan
positif dan negatif setiap tahunnya, Pertumbuhan positif pada rasio-rasio rentabilitas ini mencerminkan bahwa kinerja keuangan bank syari’ah ini sudah
cukup baik, Sedangkan pertumbuhan negatif pada rasio-rasio ini mencerminkan bahwa kinerja keuangan bank syari’ah ini kurang baik, Penurunan terhadap
pertumbuhan rasio-rasio rentabilitas ini menunjukkan bahwa bank kurang mampu mempertahankan kinerja keuangannya,
Berdasarkan analisis rasio-rasio rentabilitas tersebut dapat diketahui bahwa Bank Syari’ah Mandiri pada tahun 2006 mempunyai tingkat rentabilitas yang
masih rendah, Sedangkan pada tahun 2008- 2009 Bank Syari’ah Mandiri sudah cukup mampu menghasilkan laba baik dari pemanfaatan aset, modal, maupun
operasional usahanya sehingga tergolong bank yang cukup profitabel.
2. Bank Rakyat Indonesia Tbk BRI
Hasil perhitungan rasio-rasio keuangan Bank Syari’ah Mandiri meliputi likuiditas, solvabilitas dan rentabilita selama periode 2006-2009 dapat
ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut :
a. Likuiditas
Berdasarkan data laporan keuangan neraca dan laporan rugi laba dapat dihitung rasio-rasio likuiditas Bank Syari’ah Mandiri untuk periode 2006-2009,
Universitas Sumatera Utara
Hasil perhitungan rasio-rasio likuiditas mencakup quick ratio, banking ratio dan loan to assets ratio pada bank syari’ah ini dapat ditunjukkan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Rasio Likuiditas Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode 2006-2009
Rasio Periode
2006 2007
2008 2009
Quick Ratio 2,7
3 3,3
3,1 Banking Ratio
72,54 63
74 75
Loan to Asset Ratio 53,3
52 62
61
Sumber : Data sekunder diolah
Rasio-rasio likuiditas yang mencakup quick ratio, banking ratio, dan loan to assets ratio pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1 Quick ratio pada tahun 2006 menunjukkan nilai sebesar 2,7, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh cash
assets sebesar Rp 0,027. Pada tahun 2007 nilai quick ratio meningkat sebesar 3, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit
dijamin oleh cash assets sebesar Rp 0,03,-. Pada tahun 2008 quick ratio mengalami peningkatan menjadi 3,3, hal ini menunjukkan
bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp 0,033,-. Sedangkan pada tahun 2009 quick ratio kembali menurun
menjadi 3,1 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp 0,031,-. Penurunan quick ratio
pada tahun 2009 memperlihatkan bahwa bank kurang mampu meningkatkan kualitas kas atau asetnya, Semakin rendah quick ratio
maka semakin rendah pula tingkat likuiditas bank karena bank kurang dapat menjamin pengembalian deposito baik dalam bentuk tabungan
Universitas Sumatera Utara
maupun deposito berjangka kepada para nasabah penyimpan dana. Sedangkan pada tahun 2008, quick ratio mengalami peningkatan.
Meskipun quick ratio mengalami peningkatan, namun masih tergolong rendah, rasio ini tidak mencapai nilai standar Bank
Indonesia yaitu 15-20, Hal ini memperlihatkan bahwa bank konvensional ini kurang mampu memenuhi kewajiban jangka
pendeknya, Oleh sebab itu tingkat likuiditas bank konvensional ini dilihat dari quick ratio tergolong kurang baik,
2 Banking ratio pada tahun 2006 adalah sebesar 72,54, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh Rp
0,7254. Pada tahun 2007 nilai banking ratio menunjukkan penurunan menjadi sebesar 63, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1,-
dari deposit dijamin oleh Rp 0,63,- dari pembiayaan yang diberikan. Nilai banking ratio pada tahun 2008 meningkat menjadi 74 , hal ini
menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh Rp 0,74,- dari pembiayaan yang diberikan. Sedangkan banking ratio pada tahun
2009 juga mengalami kenaikkan menjadi 75, hal ini berarti setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh Rp 0,75,- dari pembiayaan yang
diberikan, Berdasarkan tabel 4.9 diatas terlihat bahwa pada tahun 2009 nilai banking ratio adalah paling tinggi, Hal ini mencerminkan
bahwa pada tahun tersebut tingkat likuiditas bank paling rendah karena bank membutuhkan jumlah dana yang lebih besar untuk
membiayai pembiayaannya. Namun, tingkat likuiditas bank
Universitas Sumatera Utara
konvensional ini dilihat dari banking ratio tergolong masih tergolong sehat karena di dalam standar Bank Indonesia yaitu 75-85,
Semakin rendah nilai banking ratio maka tingkat likuiditas bank akan semakin tinggi, Hal ini karena bank dapat menjamin dalam
memberikan pembiayaan kepada nasabah peminjam dengan menggunakan depositonya, Banking ratio yang semakin rendah
menandakan bahwa bank konvensional ini tidak membutuhkan jumlah dana yang besar untuk membiayai pembiayaan yang
diberikannya, 3 Loan to asset ratio pada tahun 2006 menunjukkan nilai sebesar
53.3, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset yang tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp
0,533. Nilai loan to asset ratio pada tahun 2007 menunjukkan angka 52, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset yang tersedia
mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp 0,52,-. Pada tahun 2008 loan to asset ratio mengalami peningkatan menjadi
62, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp 0,62,-. Sedangkan
pada tahun 2009 nilai loan to asset ratio mengalami penurunan sebesar 61 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari aset yang
tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp 0,61,-. Ditinjau dari loan to assets ratio, tingkat likuiditas bank ini
tergolong cukup baik karena masih di bawah standar bank Indonesia
Universitas Sumatera Utara
yaitu 85-100. Nilai rasio yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit atau
pembiayaan dari nasabah rendah, Ini disebabkan karena total kredit atau pembiayaan yang diminta nasabah mendekati atau bahkan lebih
besar dibanding dengan total aset yang dimiliki bank tersebut. Ditinjau dari pertumbuhannya, kinerja keuangan Bank Syari’ah Mandiri ini
mengalami kenaikan dan penurunan pada rasio likuiditasnya, Pertumbuhan rasio likuiditas Bank Syari’ah Mandiri dapat ditunjukkan pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Pertumbuhan Likuiditas Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode 2006-2009
Rasio Periode
2007 2008
2009 Quick Ratio
11 10
-6 Banking Ratio
-13 17,4
1,3 Loan to Asset Ratio
-2,43 19,2
-1,6
Sumber : Data Sekunder Diolah
Hasil pertumbuhan rasio likuiditas yang mencakup quick ratio, banking ratio, dan loan to assets ratio menunjukkan bahwa rasio-rasio tersebut mengalami
pertumbuhan positif dan negatif pada tiap tahunnya, Pertumbuhan positif quick ratio pada tahun 2008 memperlihatkan bahwa pada tahun tersebut bank cukup
mampu meningkatkan kinerja keuangannya, Pertumbuhan positif banking ratio pada tahun 2008 hingga 2009 juga mencerminkan bahwa kinerja keuangannya
pada tahun tersebut belum cukup baik karena bank belum mampu menurunkan nilai perbandingan antara total pembiayaan dengan total depositonya, Sementara
itu, pertumbuhan positif pada loan to assets ratio menandakan bahwa kinerja keuangan pada bank tersebut masih kurang baik meskipun terjadi penurunan pada
Universitas Sumatera Utara
tahun 2009, Hal ini karena bank kurang mampu menurunkan nilai perbandingan antara total pembiayaan dengan total asetnya,
Berdasarkan analisis rasio-rasio likuiditas tersebut dapat diketahui bahwa tingkat likuiditas Bank Rakyat Indonesia, Tbk masih rendah, Hal ini
mencerminkan bahwa bank kurang mampu dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya sehingga tergolong dalam bank yang tidak liquid.
b. Solvabilitas